Anda di halaman 1dari 18

Pertemuan ke-12

BIOMATERIAL KOMPOSIT
Material komposit:
Secara fisika merupakan kombinasi dari:
- dua atau lebih material dasar (logam, keramik dan polimer)
- dua atau lebih material dengan sifat fisis atau sifat kimia berbeda

Klasifikasi berdasarkan bentuk fiber:


- Particulate-reinforced:

- monofilament fiber reinforced: continuous atau short fiber


• multifilament-structural reinforced: laminate (sandwich), woven, porous

Laminate (sandwich) Woven

Porous
Klasifikasi berdasarkan matriks:
- Polymer-matrix composite
- Metal-matrix composite
- Ceramic-matrix composite

Sifat mekanik komposit dipengaruhi:


- bentuk fase yang terdispersi,
- fraksi volume penyusunnya dan
- ikatan pada interface
- Pengaruh bentuk
• Komposit biasanya dibuat berdasarkan fraksi berat komponen penyusunnya.
Namun sifat mekaniknya dihubungkan dengan fraksi volum (rule of mixture).

Fraksi volum diukur dari susunan geometrinya. Fraksi volum untuk long fibre komposit
dengan susunan:
- Hexagonal - Kubik

Secara teknis (praktis) komposit komersial: batas fraksi volum 0,7.


- Fraksi volum untuk short fibre lebih kompleks:
- orientasi random dan distribusi orientasi
- panjang yang tidak seragam distribusi panjang

- Jumlah rata-rata panjang fiber:

- Berat (volume) rata-rata panjang fiber:


• Pengaruh fraksi volum
Stress dalam komposit dapat berubah dari titik ke titik.

Proporsi beban (gaya) eksternal yang tersimpan untuk setiap komponen ditentukan
berdasarkan rata-rata volume beban di dalamnya.

dengan, Vm = fraksi volum matriks


Vf = fraksi volum fiber
A = beban (stress) yang diberikan (eksternal)

Proporsi beban fiber dan matrik saling bebas (karakteristik komposit), bergantung pada:
- fraksi volum
- bentuk dan orientasi reinforcement
- sifat elastis masing-masing komponen
• Sifat mekanik composite seperti modulus Young ditentukan dari sifat masing-masing
komponen

Modulus Young axial (Eaxial) untuk fiber reinforced composite merupakan parameter
yang paling penting.
- axial stiffness (elastisitas) long fibre, isostrain:

- axial stiffness short fibre:

s = aspek rasio (L/D)


n  0,1 untuk polymer matrix composite
• Ikatan pada interface
- Ikatan mekanik: kekasaran dua permukaan
- Ikatan fisika: interaksi elektrostatis
- Ikatan kimia: disolusi (interdifusi)
reaksi kimia dimanfaatkan dalam dental composite
Natural komposit
- Tulang - Gigi (enamel, dentin, pulp)
Mirip compact bone
Porous matrix

Soft tissue

Padat, aligned matrix,


sebagian besar inorganik

- Lung, cancellous bone (spongy bone, trabecular bone)


- Natural komposit sangat kompleks,
- strukturnya dapat berupa particulate, pori, fiber (tergantung fungsinya)
• Komponen penyusun tulang, dentine dan enamel
Komponen Bone Dentin Enamel
Inorganik 70 wt% 70 wt% 97 wt%
Hydroxyapatite: apatite apatite
calcium, phosphorus,
oxygen, hydrogen
Organik 30 wt% 30 wt%
Collagen (95 wt%): collagen
Fibrous protein

• Densitas hydroxyapatite: 2,8 – 3,16 g/cm3 berdasarkan persamaan (1a)


• Densitas dry collagen: 1,3 – 1,4 g/cm3 fraksi volum apatite dan protein dalam
dry bone hampir sama, yaitu  50 vol%

Andaikan dalam tulang terdapat  10 vol% air dan pori, maka apatite dan collagen dalam
fresh bone masing-masing adalah  45 vol%.
Berapa fraksi volume apatite dalam dry enamel?
Tugas
Tentukan fraksi volume penyusun:
a. dry cortical dan dentin
b. fresh cortical dan dentin (jika fraksi volume air atau pori 10 vol%)
c. dry dan fresh enamel (jika fraksi volume air atau pori 3 vol%)
Stiffness bone, dentin dan enamel
Tulang dapat dianalogikan sebagai short fibre reinforced composite.
Kristal apatite berbentuk platelet yang sangat kecil.
- Panjang  200 – 600 Å
- Lebar  100 – 200 Å
- Ketebalan  20 – 50 Å
- aspek rasio  25

Berdasarkan rule of mixture, jika komposisi air dan pori diperhitungkan:


Tabel Modulus Young’s apatite dan collagen

Modulus Young’s (Gpa)


Collagen 0,1 – 1,0
Carbonated apatite 55 – 80
Non-substituted apatite 110 – 130

Tugas:
Hitung modulus Young’s tulang, dentin dan enamel secara teoritis
Dental composite
Material dental filling composite (white filling):
- Polymer acrylate-resin matrix
- Inorganic filler: SiO2-based glass ceramics Detachment akibat
polymerization shrinkage
Pengembangan white filling terutama untuk meningkatkan estetika.

Kelemahan penggunaan resin based composite:


- polymerization shrinkage:
volumetric shrinkage  2% sampai 6%
menghasilkan cracks
Shrinkage stress sebanding dengan modulus Young’s material.
Soft material (E kecil) digunakan untuk mereduksi shrinkage.
Secara klinis digunakan: - Glass ionomer composite
- sandwich technique

Glass ionomer cement (GIC):


Dibuat berdasarkan reaksi asam-basa dari:
- silicate glass (powder) dan
- polyacrylic (liquid) (konsentrasi 40% - 50%)

Komposisi glass powder:


- silica 42%
- alumina 28%
- aluminium fluoride 2%
- calcium fluoride 16%
- sodium fluoride 9%
- aluminium phosphate 3%
• Reaksi asam basa terjadi pada permukaan glass particle (sebagian terlarut)
menghasilkan adhesi secara kimia

• GIC juga memiliki kemampuan membentuk ikatan dengan tulang (ionic exchange pada
interface)

• GIC berfungsi sama dengan bone cement


GIC + PMMA adhesi implant dengan host tissue

Anda mungkin juga menyukai