A. Latar belakamg
PEMBAHASAN 2
- Sumber dana
- Pengembangan IPTEK
4
Penganggaran
Usulan kepada
Pernilik
5
b. Prosedur Penganggaran
Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap penyusunan serta pelaksanaan anggaran adalah pimpinan
tertinggi organisasi, karena pimpinan organisasilah yang paling
berwenang dan bertanggung jawab atas kegiatan organisasi secara
keseluruhan. Namun demikian dalam penyusunannya dapat
didelegasikan kepada bagian administrasi, panitia anggaran, kedua-
duanya, atau kepada panitia anggaran di mana bagian administrasi
merupakan anggotanya.
c. Anggaran
Seperti telah dibicarakan terdahulu, luaran dari penganggaran
adalah anggaran. Anggaran adalah pernyataan tahunan tentang
kemungkinan pendapatan dan pengeluaran untuk tahun yang akan
datang.
7
bahwa anggaran yang digunakan sebagaimana mestinya akan
menjadi alat bantu yang positif dalam menetapkan standar prestasi
kerja, mendorong tercapainya sasaran, mengukur hasil dan
mengarahkan perhatian dalam bidang yang memerlukan
penyelidikan.
a. Penganggaran penjualan
9
tidak jauh berbeda dengan realisasinya nanti. Untuk itu
diperlukan data/informasi, pengalaman dan faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan yang mempengaruhi Rumah
sakit. Sebagai organisasi yang dinamis Rumah Sakit
dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti peraturan dan
kebijakan supra sistem, Iptek, demografi, perubahan nilai
uang dan persaingan, sosial- budaya masyarakat serta
kekuatan internal, antara lain pasien, mobilitas tenaga, staf
medis, sumber-sumber baru dan lain-lain. Dengan demikian
anggaran penjualan harus mempertimbangkan faktor-faktor
tersebut di atas.
10
eksternal melalui pembelian dari manufaktur, distributor, atau pedagang besar
farmasi. Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan perbekalan farmasi dengan
harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan
tepat waktu, proses berjalan lancar, dan tidak memerlukan tenaga serta waktu
berlebihan.
1. Pembelian
Dalam Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit disebutkan bahwa untuk Rumah Sakit
pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang
berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:
1) Tender terbuka
Tender terbuka berlaku untuk seluruh rekanan yang terdaftar
dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada penentuan
11
harga, metoda ini lebih menguntungkan, tapi memerlukan staf yang
kuat, waktu yang lama dan perhatian penuh. Metode ini biasanya
dilakukan oleh RS negeri dengan dana dari APBN/APBD. Untuk
melakukan tender terbuka ini perlu sebuah panitia tersendiri dan
penilaian yang mantap terhadap distributor (mutu produk dan harga).
2) Tender terbatas
3) Kontrak
2. Pengadaan Produksi
Menurut Departemen Kesehatan (2004), produksi sediaan farmasi
dirumah sakit merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk dan
pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau non-steril untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam Permenkes No. 58
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
disebutkan bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi
sediaan tertentu apabila:
a). Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran.
3. Pengadaan Pinjaman
a. Sewa
Sewa adalah pemanfaatan Aktiva Tetap/asset oleh Mitra dalam jangka
waktu tertentu dan mendapatkan imbalan uang tunai (PERMEN BUN
NO 06/2011). Pemilik asset/ Aktiva Tetap berhak mendapatkan imbalan
uang tunai berupa sewa bulanan atau tahunan yang dibayarkan sekaligus
dimuka yg dituangkan dalam perjanjian. Selama jangka waktu sewa:
4. Pengadaan Hibah
Hibah merupakan segala bentuk penerimaan baik dalam bentuk
uang, barang dan atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak
perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri
16
(pp No10 tahun 2011). Hibah luar negeri adalah penerimaan negara yang
diperoleh dari lembaga keuangan internasional maupun negara-negara
sahabat dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun
dalam bentuk barang dan atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan
yang tidak perlu dibayar kembali (Keppres No.80 tahun 2003).
d. jenis Hibah.
17
Permasalahan (Kepmenkes RI No 059/MENKES/SK/I/2011):
a. Obat dan perbekalan kesehatan sering tidak sesuai dengan situasi darurat
yang terjadi, baik dari aspek pola penyakit, maupun tingkat pelayanan
kesehatan yang tersedia. Obat dan perbekalan kesehatan tersebut sering
tidak dikenal oleh tenaga kesehatan setempat maupun pasien, bahkan
kadang-kadang tidak memenuhi standar pengobatan yang berlaku.
b. Obat dan perbekalan kesehatan sering tiba tanpa terlebih dahulu
dipilih dan diberi label dalam bahasa lokal/inggris, bahkan tanpa ada
nama generiknya.
c. Kualitas obat dan perbekalan kesehatan kadangkala tidak sesuai dengan
standar yang berlaku di Negara penerima.
d. Pihak pemberi hibah kadang tidak menghiraukan prosedur
administrasi Negara penerima.
e. Pihak pemberi hibah sering menyebutkan nilai obat lebih tinggi dari
yang semestinya
f. Jumlah obat dan perbekalan kesehatan tidak sesuai kebutuhan, akibatnya
beberapa obat berlebih harus dimusnahkan. Hal tersebut akan
menimbulkan masalah pada Negara penerima.
Prinsip utama dalam proses pemberian hibah obat dan perbekalan kesehatan
menurut WHO yaitu :
2. Obat dan perbekalan kesehatan yang akan diterima harus berasal dari
sumber resmi. Obat dan perbekalan kesehatan yang diberikan
sebaiknya merupakan obat dan perbekalan kesehatan yang telah
terdaftar atau mempunyai izin edar di negeri pemberi atau mendapat
pengakuan dari WHO, atau lembaga independen lainnya. Hal ini
diperlukan untuk menjamin keamanan dari obat dan perbekalan
kesehatan yang akan diterima oleh programmer kesehatan. Selain itu
pihak pemberi hibah juga harus menyertakan sertifikat GMP (Good
Manufacturing Practice) dan sertifikat analisa dari produsen obat dan
perbekalan ksesehatan yang akan dihibahkan.
3. Obat yang diterima harus sesuai dengan Daftar Obata Esensial Nasional
(DOEN) Diperlukan agar tidak mengganggu program penggunaan
obat esensial di fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Kekuatan/ potensi/dosis dari obat sebaiknya sama dengan obat yang
biasa digunakan oleh petugas kesehatan.
Diperlukan agar petugas kesehatan tidak bingung dengan kekuatan
sediaan dari obat hibah.
a. Transparan
b. Akuntable
c. Efisien dan efektif
d. Kehati –hatian
e. Tidak disertai ikatan politik
f. Tidak mengganggu keamanan & stabilitas negara
9. Audit tahunan
Setidaknya, dalam setahun sekali pihak pengadaan harus melakukan
audit. Hal ini bertujuan untuk melakukan pengujian dan verifikasi
yang berasal dari buku akuntasi dan catatan pembelian yang sesuai
dengan prosedur audit. Internal audit dilakukan oleh auditor yang
berasal dari pemerintah atau organisasi tertentu. Auditor harus
bekerja dengan adil dan harus menyertakan komentar pada pihak
manajemen jika ada hal yang tidak sesuai dengan pembukuan
akuntasi yang ada.
5. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Budi Hartono. Manajemen Keuangan Rumah Sakit. Dalam : Hendrik M Taurany, Editor.
Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : FKM-UI, 1986. Hal. 151.
B.N.B. Silalahi. Prinsip Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: LPMI, 1989. Hal. 244.
Departemen Kesehatan. 2004. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: DirJen
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Permenkes No.58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman Luar Negeri Dan Penerimaan Hibah
Wursanto. Dasar-dasar manajemen keuangan. Pustaka Dian, Jakarta. 1989. Hal 109