Anda di halaman 1dari 28

TUGAS

PENGANGGARAN DAN PENGADAAN LOGISTIK RUMAH SAKIT

Oleh : dr. Dini Asta Diani NIM : 2213101005


Vanny claudia NPM :
Dosen Pengampu : Kamal Kasra, Ph.D

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakamg

Rumah sakit selalu berkembang sejalan dengan berkembangnya


ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, sehingga biaya operasional
nya pun semakin berkembang pula. Rumah sakit yang bersifat padat
karya, pada umumnya membutuhkan biaya operasional yang besar, antara
lain untuk obat dan bahan-bahan. Di pihak lain, rumah sakit tidak
mempunyai keleluasaan untuk meningkatkan pendapatan, kalaupun dapat
meningkatkan pendapatan, maka hasil tersebut tak dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh rumah sakit.

Mengacu kepada hal di atas, yaitu adanya keterbatasan dana,


sedangkan dana yang dibutuhkan besar, rumah sakit memerlukan
manajemen keuangan yang betul-betul dikelola secara profesional. Hal
ini berarti bagaimana merencanakan dan memperoleh dana atau biaya
dan kemudian mempergunakan dengan efisien. Pentingnya manajemen
keuangan terletak pada usaha untuk mencegah meningkatnya pembiayaan
dan kebocoran (Hartono,1986).

Manajemen rumah sakit sebagai suatu lembaga yang "nirlaba/non


profit" harus dikembangkan dengan perencanaan yang sebaik-baiknya
untuk menyediakan pelayanan yang bermutu, tetapi dengan biaya yang
seoptimal mungkin dan didapatkan suatu sisa hasil usaha (SHU). Proses
perencanaan ini terdiri dari dua kegiatan pokok, yaitu penyusunan rencana
oleh pimpinan dan penyusunan anggaran oleh pihak yang terkait
(Silalahi,1989).

Ruang lingkup manajemen keuangan meliputi penyusunan


anggaran belanja dan pendapatan (penganggaran/budgeting), akuntansi
(accounting), pemeriksaan keuangan (auditing) dan pengadaan (purchase
and supply).
Ascobat (1986) mengemukakan bahwa manajemen keuangan meliputi
fungsi- fungsi perencanaan/penganggaran, pengelolaan keuangan
(termasuk pengawasan dan pengendalian), pemeriksaan keuangan/auditing1
serta sistem akuntansi untuk menunjang ketiga fungsi tersebut. Penulis lain
berpendapat, bahwa manajemen keuangan terdiri dari penganggaran,
akuntansi dan pengawasan.

Jadi penganggaran merupakan salah satu mekanisme yang dapat digunakan


pada perencanaan keuangan rumah sakit.
BAB II

PEMBAHASAN 2

1. Penganggaran Rumah Sakit


Penganggaran adalah suatu proses di mana biaya dialokasikan
pada kegiatan tertentu yang telah direncanakan untuk jangka waktu yang
telah ditetapkan, biasanya 12 bulan. Penulis lain mengemukakan bahwa
Penganggaran adalah proses kegiatan yang menghasilkan anggaran sebagai
suatu hasil kerja (out-put), serta berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-
fungsi anggaran, yaitu fungsi pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja
dan pengawasan kerja (Munandar,1990).

Sebagai pedoman kerja, anggaran memberikan arah serta


sekaligus memberikan target yang harus dicapai oleh kegiatan rumah sakit
pada waktu yang akan datang. Sebagai alat koordinasi, anggaran
mengkoordinasikan semua bagian yang ada di rumah sakit sehingga saling
menunjang, saling bekerja sama dengan baik untuk menuju sasaran
yang telah ditetapkan. Demikian juga anggaran sebagai tolok ukur maupun
pembanding untuk menilai realisasi kegiatan rumah sakit, kelemahan
maupun kekuatan yang dimiliki oleh rumah sakit. Hal ini menunjukkan
bahwa anggaran dapat pula berfungsi sebagai alat pengawasan kerja.

a. Penganggaran sebagai Suatu Sistem


Sebagai suatu sistem, anggaran terdiri komponen-komponen yang
saling bergantung dan saling mempengaruhi yang kesemuanya
dipersiapkan untuk men- capai tujuan yang telah ditetapkan seperti
tampak pada Gambar 1.

Komponen-komponen penganggaran tersebut adalah :

a. Komponen masukan (input) yang terdiri dari tenaga penyusun


anggaran, informasi kegiatan dan keuangan, organisasi dan
tatalaksana, kebijakan- kebijakan Direktur serta peralatan yang
diperlukan dalam penganggaran.
b. Komponen proses terdiri dari perencanaan (planning for planning),
pengorganisasian, kegiatan yaitu mengumpulkan, mengolah,
3
menganalisa data, dan menyusun anggaran, serta pengawasan dan
pengendalian melalui konsultasi kepada Direktur dan Pemerintah.

c. Komponen keluaran (out-put) adalah anggaran yang telah


disetujui dan disahkan oleh Pemerintah.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penganggaran rumah


sakit adalah unit-unit lain di rumah sakit (UPF, instalasi, urusan
umum, PPL, kepala seksi medis/ perawatan dan ketenagaan),
peraturan pemerintah pusat/daerah, Sumber dana dan biaya
pelayanan kesehatan, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Kedokteran (Iptek) serta keadaan perekonomian
masyarakat.

Umpan balik sebagai hasil evaluasi anggaran

Faktor-faktor yang mempengaruhi


Sistem penganggaran Rumah Sakit

- Sumber dana

- Pengembangan IPTEK

- Unit-unit lain diRS - Perekonomian masy.

- Peraturan Pemerintah - Sosbud. masy.


Pusat / Daerah
- Pemilik

4
Penganggaran

Tenaga penyusun Perencanaan


anggaran (Planning for planning)

Informasi kegiatan Pembentukan tim


dan keuangan penganggaran
Anggaran
Organisasi dan tata Pengumpulan data yang telah
laksana pengolahan dan disetujui
analisa data dan
Kebijakan disyahkan
Penyusunan anggaran
Sarana
Konsultasi dengan
Dana Direktur

Usulan kepada
Pernilik

Evaluasi pelaksanaan anggaran

Gambar 1. Penganggaran sebagai suatu


sistem

5
b. Prosedur Penganggaran
Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap penyusunan serta pelaksanaan anggaran adalah pimpinan
tertinggi organisasi, karena pimpinan organisasilah yang paling
berwenang dan bertanggung jawab atas kegiatan organisasi secara
keseluruhan. Namun demikian dalam penyusunannya dapat
didelegasikan kepada bagian administrasi, panitia anggaran, kedua-
duanya, atau kepada panitia anggaran di mana bagian administrasi
merupakan anggotanya.

Pada umumnya penganggaran diserahkan kepada bagian


administrasi bagi organisasi yang kecil dengan kegiatan yang tidak
terlalu kompleks, sedangkan panitia anggaran, digunakan bagi
organisasi yang besar dengan kegiatan yang kompleks, beraneka
ragam serta ruang lingkup yang berbeda (Munandar,1990).

Di dalam panitia anggaran inilah diadakan pembahasan-


pembahasan tentang rencana kegiatan yang akan datang, sehingga
anggaran yang dihasilkan merupakan kesepakatan bersama, sesuai
dengan fasilitas dan kemampuan masing-masing bagian secara
terpadu. Kesepakatan bersama ini sangat penting agar dalam
pelaksanaannya nanti didukung oleh semua pihak di Rumah Sakit.

Anggaran yang disusun oleh panitia anggaran ini baru


merupakan rencana anggaran, yang selanjutnya dikonsultasikan
kepada pimpinan rumah sakit. Untuk penyusunan anggaran di
Rumah Sakit Pemerintah akan dibicarakan pada bagian akhir dari
bab ini. Pada prinsipnya istilah panitia ini diberikan kepada beberapa
orang (sekelompok orang) yang ditunjuk dan diberi wewenang untuk
melakukan suatu tugas (Wursanto,1989).

Wewenang yang diberikan kepada panitia ini sangat


bervariasi, ada yang diberi wewenang mengambil keputusan atau
yang sifatnya memberi saran saja dan ada juga yang hanya
digunakan sebagai alat penerima informasi saja.
Penggunaan panitia dalam suatu organisasi disebabkan oleh berbagai
pertimbangan sebagai berikut :
6
1. Sifatnya demokratis
2. Sebagai alat koordinasi, alat untuk menampung informasi, alat
dalam konsolidasi wewenang dan untuk pemusatan wewenang
dalam merencanakan program.
3. Pertimbangan dan keputusan kelompok lebih baik daripada
perorangan.
4. Motivasi melalui partisipasi.

c. Anggaran
Seperti telah dibicarakan terdahulu, luaran dari penganggaran
adalah anggaran. Anggaran adalah pernyataan tahunan tentang
kemungkinan pendapatan dan pengeluaran untuk tahun yang akan
datang.

Anggaran dalam suatu organisasi, mempunyai beberapa


fungsi seperti yang dikemukakan oleh beberapa penulis. Johnson
(1963) mengemukakan bahwa anggaran berfungsi sebagai salah satu
alat dari manajemen, untuk mengukur penampilan dan melihat
kemungkinan pemakaian pada masa yang akan datang. Hal ini
didukung oleh Silalahi (1989) yang mengemukakan bahwa anggaran
adalah alat manajemen untuk memudahkan penggunaan sejumlah
informasi yang tersedia dan berguna untuk memperbaiki dan
memudahkan pengambilan keputusan. Di samping itu, anggaran
memberikan pedoman untuk mengukur dan mengawasi prestasi,
meningkatkan komunikasi dan analisa untuk mencapai tujuan suatu
organisasi.

Sesuai dengan pendapat-pendapat tersebut Horngren


mengemukakan bahwa anggaran merupakan suatu alat yang efektif
untuk kegitan, meningkatkan komunikasi dan koordinasi dalam
organisasi serta memperbaiki dan memudahkan pengambilan
keputusan untuk mencapai tujuan. Selain itu, dikemukakan pula

7
bahwa anggaran yang digunakan sebagaimana mestinya akan
menjadi alat bantu yang positif dalam menetapkan standar prestasi
kerja, mendorong tercapainya sasaran, mengukur hasil dan
mengarahkan perhatian dalam bidang yang memerlukan
penyelidikan.

Demikian pula Munandar (1990) mengemukakan bahwa anggaran


merupakan alat dasar untuk mengikat fungsi perencanaan dan
pengawasan dari manajemen.

a. Hubungan anggaran dengan manajemen


Secara sederhana manajemen diartikan sebagai suatu
ilmu dan seni untuk mengadakan perencanaan (planning),
mengadakan pengorganisasian (organizing), mengadakan
pengarahan dan pembimbingan (directing), mengadakan
pengkoordinasian (coordinating), serta mengadakan
pengawasan (controling) terhadap orang-orang dan barang-
barang, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sebagaimana telah diutarakan di muka, fungsi atau


peran dari anggaran yang pokok adalah sebagai pedoman
kerja, sebagai alat perencanaan kerja dan pengawasan kerja.
Bila dikaitkan dengan arti dan fungsi manajemen, nampaklah
bahwa anggaran berhubungan erat dengan manajemen,
terutama yang berhubungan dengan perencanaan,
pengkoordinasian dan pengawasan kerja. Dengan demikian
anggaran adalah alat bagi manajemen untuk melaksanakan
fungsi-fungsinya (Munandar,1990).

b. Hubungan anggaran dengan akuntansi


Secara sederhana akuntansi diartikan sebagai suatu cara
yang sistematis untuk melakukan pencatatan,
pengelompokan, peringkasan, penganalisaan serta interpretasi
terhadap peristiwa-peristiwa finansial yang terjadi dalam
suatu organisasi.
Dari pengertian di atas, jelas ada kaitan erat antara
akuntansi dengan anggaran, di mana akuntansi menyajikan
data historis yang sangat bermanfaat untuk mengadakan
taksiran-taksiran (forecasting) yang akan dituangkan dalam8
anggaran. Dengan demikian akuntansi sangat bermanfaat di
dalam proses penyusunan anggaran/ penganggaran.

Akuntansi juga melakukan pencatatan secara


sistematis dan teratur tentang pelaksanaan anggaran, sehingga
dapat menyajikan data realisasi anggaran yang dapat
dipergunakan untuk penilaian. Ditinjau dari realisasi,
anggaran Rumah Sakit terbagi menjadi :

a. Penganggaran penjualan

Penganggaran penjualan adalah merencanakan secara


terperinci tentang kegiatan pelayanan Rumah Sakit selama
periode yang akan datang, yang meliputi antara lain : jenis
jasa pelayanan, sasaran/target pelayanan, tarif masing-masing
pelayanan, pangsa pasar dan lain-lain, dan hasilnya adalah
anggaran penjualan. Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa
anggaran penjualan merupakan salah satu bagian saja dari
seluruh rencana pemasaran Rumah Sakit.

Secara umum, sama seperti fungsi anggaran, maka


anggaran penjualan mempunyai tiga fungsi pokok yaitu
sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasian kerja
dan sebagai alat pengawasan kerja yang membantu para
manajer dalam mengelola Rumah Sakit.

Secara khusus anggaran penjualan ini merupakan


dasar penyusunan semua anggaran yang ada di Rumah Sakit,
apalagi pada saat ini di mana Rumah Sakit sudah mulai
dihadapkan dengan persaingan, maka anggaran penjualan
harus disusun paling awal.

Suatu anggaran dapat berfungsi baik bilamana


taksiran yang termuat di dalamnya cukup akurat sehingga

9
tidak jauh berbeda dengan realisasinya nanti. Untuk itu
diperlukan data/informasi, pengalaman dan faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan yang mempengaruhi Rumah
sakit. Sebagai organisasi yang dinamis Rumah Sakit
dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti peraturan dan
kebijakan supra sistem, Iptek, demografi, perubahan nilai
uang dan persaingan, sosial- budaya masyarakat serta
kekuatan internal, antara lain pasien, mobilitas tenaga, staf
medis, sumber-sumber baru dan lain-lain. Dengan demikian
anggaran penjualan harus mempertimbangkan faktor-faktor
tersebut di atas.

Kelemahan perencanaan anggaran penjualan adalah


bila Rumah Sakit melakukan penganggaran tanpa lebih dulu
memperhitungkan pemasaran secara seksama.

b. Penganggaran biaya variabel


Biaya variabel adalah biaya yang berubah
langsung dengan besar kecilnya volume jasa yang diberikan.

Ada 3 katagori biaya pengeluaran yang termasuk dalam biaya


variabel, yaitu :

1. Biaya jasa langsung, yaitu biaya jasa medis/ paramedis/


peralatan yang dipergunakan langsung untuk memberikan
pelayanan kepada penderita.
2. Penganggaran biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak berubah
langsung dengan volume jasa contohnya, antara lain
penyusutan, asuransi, pelayanan kantor, penelitian dan
pengembangan.

2. Pengadaan Alat dan Barang Rumah Sakit


Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di rumah
sakit dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari pemasok

10
eksternal melalui pembelian dari manufaktur, distributor, atau pedagang besar
farmasi. Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan perbekalan farmasi dengan
harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan
tepat waktu, proses berjalan lancar, dan tidak memerlukan tenaga serta waktu
berlebihan.

A. Metode Pelaksanaan Pengadaan

1. Pembelian
Dalam Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit disebutkan bahwa untuk Rumah Sakit
pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang
berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:

1. Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat.
2. Persyaratan pemasok.
3. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
4. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.

Secara umum metode pembelian dapat dilakukan melalui cara berikut:

a. Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi)

Pembelian dengan penawaran yang kompetitif (tender)


merupakan suatu metode penting untuk mencapai keseimbangan yang
tepat antara mutu dan harga, apabila ada dua atau lebih pemasok yang
memenuhi syarat memasarkan suatu produk tertentu yang memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan apoteker. Dalam memilih pemasok, apoteker
harus mendasarkan pada beberapa kriteria, yakni harga, berbagai syarat,
ketepatan waktu pengiriman, mutu pelayanan, dapat dipercaya,
kebijakan tentang barang yang dikembalikan, dan pengemasan. Akan
tetapi, kriteria yang paling utama harus selalu ditempatkan pada mutu
obat dan reputasi pemanufaktur.
Tender terbagi menjadi:

1) Tender terbuka
Tender terbuka berlaku untuk seluruh rekanan yang terdaftar
dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada penentuan
11
harga, metoda ini lebih menguntungkan, tapi memerlukan staf yang
kuat, waktu yang lama dan perhatian penuh. Metode ini biasanya
dilakukan oleh RS negeri dengan dana dari APBN/APBD. Untuk
melakukan tender terbuka ini perlu sebuah panitia tersendiri dan
penilaian yang mantap terhadap distributor (mutu produk dan harga).

Keuntungan dari metode tender terbuka ini adalah stabilitas


harga terjamin dan harga lebih murah dan persediaan/stock barang
untuk jangka waktu tertentu terjaga (aman). Sedangkan kerugiannya
adalah proses lama (problem kekosongan obat), membutuhkan
tempat penyimpanan yang luas, dan resiko obat macet.

2) Tender terbatas

Tender terbatas dikenal juga dengan lelang tertutup. Hanya


dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan
mempunyai riwayat yang baik. Harga masih dapat dikendalikan,
tenaga dan beban kerja lebih ringan bila dibandingkan dengan tender
terbuka.

3) Kontrak

Disebut juga pengadaan dengan negosiasi, dimana pembeli


melakukan pendekatan pada beberapa supplier (biasanya 3 atau lebih)
untuk menentukan harga. Pembeli juga dapat melakukan tawar-
menawar dengan para supplier untuk memperoleh harga atau
pelayanan tertentu.

Metode ini memiliki keuntungan yakni bisa dilakukannya


negosiasi harga dan service delivery yang telah ditetapkan. Kerugian
dari metode kontrak ini adalah proses yang lama dalam bernegosiasi.
b. Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan
Pembelian langsung biasanya dilakukan untuk pembelian
dalam jumlah kecil dan perlu segera tersedia. Pengadaan obat dengan
pembelian langsung sangat menguntungkan karena di samping
waktunya cepat, juga:
12
1) Volume obat tidak begitu besar sehingga tidak menumpuk atau
macet di gudang
2) Harganya lebih murah karena langsung dari distributor atau
sumbernya
3) Mendapatkan kualitas seperti yang diinginkan
4) Bila ada kesalahan mudah mengurusnya
5) Dapat kredit
6) Memperpendek lead time
7) Sewaktu-waktu kehabisan atau kekurangan obat dapat langsung
menghubungi distributor

Pengadaan perbekalan farmasi menggunakan metode


pembelian langsung meliputi pengadaan rutin dengan pembelian harian,
atau menyesuaikan jika ada penawaran khusus, dan pengadaan non rutin
(insidental) berkaitan dengan pembelian obat yang tidak ada di
formularium tetapi diresepkan oleh dokter dilakukan ke apotek rekanan,
PBF atau RS lain. Pembelian barang-barang yang dibutuhkan dilakukan
dengan membuat surat pesanan langsung pada distributor utama dari
produk yang dikehendaki.

2. Pengadaan Produksi
Menurut Departemen Kesehatan (2004), produksi sediaan farmasi
dirumah sakit merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk dan
pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau non-steril untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam Permenkes No. 58
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
disebutkan bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi
sediaan tertentu apabila:
a). Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran.

b).Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri.

c). Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking. 13


d). Sediaan Farmasi untuk penelitian.
e). Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus
dibuat baru (recenter paratus).
Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi
persyaratan mutu d a n terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
di Rumah Sakit tersebut.

3. Pengadaan Pinjaman

Pinjaman adalah setiap penerimaan dalam bentuk uang, barang dan


atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman yang harus dibayar kembali
dengan persyaratan tertentu. Pinjaman bisa berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri.

Pinjam Pakai adalah pemanfaatan Aktiva Tetap /asset oleh Mitra


untuk jangka waktu tertentu dengan membayar kompensasi, sepanjang
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan pemanfaatan Aktiva Tetap
tidak dapat dilaksanakan dengan cara lain. Aktiva Tetap adalah aktiva
berwujud yang digunakan dalam operasional suatu lembaga tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun.

Bentuk kerjasama pendayagunaan asset dengan cara pinjam pakai terbagi


menjadi dua, yaitu :

a. Sewa
Sewa adalah pemanfaatan Aktiva Tetap/asset oleh Mitra dalam jangka
waktu tertentu dan mendapatkan imbalan uang tunai (PERMEN BUN
NO 06/2011). Pemilik asset/ Aktiva Tetap berhak mendapatkan imbalan
uang tunai berupa sewa bulanan atau tahunan yang dibayarkan sekaligus
dimuka yg dituangkan dalam perjanjian. Selama jangka waktu sewa:

1. Asset yang disewakan wajib diasuransikan atas nama pemilik asset


dengan beban mitra, sepanjang dapat dijamin oleh perusahaan
asuransi dan/atau didasarkan pada peraturan perundang-undanagn
yang berlaku.
2. Biaya pemelihaaan, kewajiban perpajakan, dan/atau biaya-biaya lain
yang ditimbulkan atas asset yang disewakan menjadi beban Mitra.
3. Mitra wajib memelihara objek Sewa, termasuk sarana dan/atau
prasarana yang melekat dengan objek Sewa.
4. Pada saat berakhimya Sewa, Mitra wajib menyerahkan objek Sewa
kepada pemiliknya dalam keadaan baik/layak fungsi dan menjamin
bebas dari segala tuntutan hukum dan hak-hak pihak ketiga.

b. KSO (Kerjasama Operasional) & KSU (Kerjasama Usaha)


Kerjasama Operasional (KSO) merupakan perjanjian antara dua
pihak atau lebih dimana masing-masing sepakat untuk melakukan suatu
usaha bersama dengan menggunakan asset dan atau hak usaha
yang dimiliki dan bersama-sama menanggung resiko usaha tersebut.
KSO bersifat sementara, hanya untuk melaksanakan suatu proyek
tertentu dan bukan merupakan subjek pajak. Dengan melihat Peraturan
Menteri Negara BUMN Nomor 06 tahun 2011 pada pasal 1 , prinsip
kerjasama ini adalah bagi hasil yang saling menguntungkan antara
pemilik asset dengan mitra kerjasama, dimana pemilik asset ikut
terlibat dalam manajemen pengelolaan. Sementara pada sistem Kerja
Sama Usaha (KSU) tidak ikut terlibat dalam manajemen pengelolaan.

Ketentuan kerjasama KSO & KSU :

a. Pembayaran kompensasi KSU dilakukan di depan (up-front fee).


b. Asset yang dikerjasamakan wajib diasuransikan atas nama pemilik
asset dengan beban KSO/KSU.
c. Biaya pemeliharaan, kewajiban perpajakan , dan/atau biaya-biaya
lain yang ditimbulkan atas asset yang dikerjasamakan menjadi
beban KSO/KSU
d. Manajemen KSO dan KSU wajib menyampaikan laporan tentang
perkembangan KSO/KSU pemilik asset secara periodik sesuai
dengan perjanjian kerjasama.
e. Selama jangka waktu kerjasama, manajemen KSO dan KSU wajib
memelihara asset yang menjadi obyek KSO/KSU.
f. Pada saat berakhirnya kerjasama, manajemen KSO dan KSU wajib
menyerahkan asset yang menjadi obyek KSO/KSU kepada pemilik
15
asset dalam keadaan baik/layak fungsi dan menjamin bebas dari
segala tuntutan hukum dan hak-hak pihak ketiga.
g. Hak dan kewajiban pemilik asset dan mitra ditetapkan dalam
perjanjian kerjasama.

KSO dapat dibedakan menjadi:

a. Separate Legal Entity yakni KSO dengan entitas hukum


terpisah dapat berbentuk badan hukum termasuk JO (Joint
Operation).

b. KSO tanpa pembentukan entitas hukum terpisah Bentuk


operasional KSO:

c. BOT (Build, Operate,Transfer)

d. BTO (Build, Transfer, Operate)

Keuntungan penerapan KSO dalam pengadaan Alat Kesehatan di


Rumah sakit:

a. Peningkatan pelayanan (prestige)

b. Grafik pelayanan operasional mningkat

c. Grafik BOR meningkat

d. Mengurangi pengeluaran tak terduga yang


berhubungan dengan biaya maintenance alat
karena maintenance alat ditanggung investor.

4. Pengadaan Hibah
Hibah merupakan segala bentuk penerimaan baik dalam bentuk
uang, barang dan atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak
perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri

16
(pp No10 tahun 2011). Hibah luar negeri adalah penerimaan negara yang
diperoleh dari lembaga keuangan internasional maupun negara-negara
sahabat dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun
dalam bentuk barang dan atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan
yang tidak perlu dibayar kembali (Keppres No.80 tahun 2003).

Perjanjian Hibah adalah kesepakatan tertulis mengenai hibah antara


penerima dan Pemberi Hibah yang dituangkan dalam dokumen perjanjian
pemberian hibah atau dokumen lain yang dipersamakan). Untuk
mempermudah dalam proses penerimaan hibah maka hibah juga
dikelompokkan kedalam dua jenis yakni Hibah yang direncanakan dan/atau
hibah langsung. Hal tersebut ditujukan supaya tidak menimbulkan proses
birokkrasi yang rumit yang yang dapat menimbulkan disinsentif bagi calon
pemberi Hibah karena terkesan dipersulit. Hibah yang direncanakan adalah
Hibah yang dilaksanakan melalui mekanisme perencanaan. Hibah langsung
adalah Hibah yang dilaksanakan tidak melalui mekanisme perencanaan.
Perjanjian hibah paling sedikit memuat jumlah, peruntukan dan ketentuan &
persyaratan. Kedua alternatif penerimaan Hibah tersebut, diharapkan dapat
menjembatani perbedaan kepentingan dari pihak calon pemberi Hibah yang
menghendaki kemudahan dalam pemberian Hibah dan dari kepentingan
pihak penerima Hibah yang menghendaki penerimaan Hibah harus
mengikuti ketentuan yang berlaku, serta dapat dipertanggungjawabkan
kepada semua pemangku kepentingan (stakeholders). Guna menjamin
terwujudnya penerimaan Hibah yang transparan dan akuntabel, maka
penerimaan Hibah tersebut perlu ditatausahakan dengan baik,
diadministrasikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan,
dilakukan publikasi informasi, dilakukan monitoring, evaluasi, dan
pengawasan secara terus-menerus. Publikasi informasi mengenai Hibah
paling sedikit meliputi (pp No10 tahun 2011) :

a. kebijakan tentang Hibah;


b. jumlah, posisi, dan komposisi jenis mata uang Hibah;
c. sumber dan penerima Hibah; dan

d. jenis Hibah.
17
Permasalahan (Kepmenkes RI No 059/MENKES/SK/I/2011):

a. Obat dan perbekalan kesehatan sering tidak sesuai dengan situasi darurat
yang terjadi, baik dari aspek pola penyakit, maupun tingkat pelayanan
kesehatan yang tersedia. Obat dan perbekalan kesehatan tersebut sering
tidak dikenal oleh tenaga kesehatan setempat maupun pasien, bahkan
kadang-kadang tidak memenuhi standar pengobatan yang berlaku.
b. Obat dan perbekalan kesehatan sering tiba tanpa terlebih dahulu
dipilih dan diberi label dalam bahasa lokal/inggris, bahkan tanpa ada
nama generiknya.
c. Kualitas obat dan perbekalan kesehatan kadangkala tidak sesuai dengan
standar yang berlaku di Negara penerima.
d. Pihak pemberi hibah kadang tidak menghiraukan prosedur
administrasi Negara penerima.
e. Pihak pemberi hibah sering menyebutkan nilai obat lebih tinggi dari
yang semestinya
f. Jumlah obat dan perbekalan kesehatan tidak sesuai kebutuhan, akibatnya
beberapa obat berlebih harus dimusnahkan. Hal tersebut akan
menimbulkan masalah pada Negara penerima.
Prinsip utama dalam proses pemberian hibah obat dan perbekalan kesehatan
menurut WHO yaitu :

1. Obat dan perbekalan kesehatan harus memberikan keuntungan yang


sebesar-besarnya bagi Negara penerima. Secara implicit harus
berdasarkan kebutuhan dan oleh karenanya obat dan perbekalan
kesehatan yang tidak diinginkan perlu ditolak.
2. obat dan perbekalan kesehatan harus mengacu kepada keperluan dan
sesuai dengan otoritas penerima, dan harus mendukung kebijaksanaan
pemerintah dibidang kesehatan dan sesuai dengan persyaratan
administrasi yang berlaku.
3. Tidak boleh terjadi standar ganda penetapan kualitas jika kualitas salah
satu item obat dan perbekalan kesehatan tidak diterima oleh Negara
donor, sebaiknya hal ini juga diberlakukan di Negara penerima.
4. Harus adanya komunikasi yang efektif antara Negara donor dan
penerima, hibah harus berdasarkan permohonan dan sebaiknya tidak
dikirimkan tanpa adanya pemberitahuan. 18
Persyaratan teknis hibah obat dan perbekalan kesehatan (Kepmenkes RI No
059/MENKES/SK/I/2011) adalah sebagai berikut.

1. Masa kadaluarsa obat dan perbekalan kesehatan


Masa kadaluarsa obat dan perbekalan kesehatan sebaiknya adalah
minimal dua tahun pada saat diterima oleh penerima hibah. Hal ini
dimaksudkan agar obat dan perbekalan kesehatan tersebut dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan program maupun situasi darurat.
Oleh karenanya sebaiknya pihak pemberi hibah sudah mengkonfirmasi
masa kadaluarsa obat dan perbekalan kesehatan yang akan dikirim.

2. Obat dan perbekalan kesehatan yang akan diterima harus berasal dari
sumber resmi. Obat dan perbekalan kesehatan yang diberikan
sebaiknya merupakan obat dan perbekalan kesehatan yang telah
terdaftar atau mempunyai izin edar di negeri pemberi atau mendapat
pengakuan dari WHO, atau lembaga independen lainnya. Hal ini
diperlukan untuk menjamin keamanan dari obat dan perbekalan
kesehatan yang akan diterima oleh programmer kesehatan. Selain itu
pihak pemberi hibah juga harus menyertakan sertifikat GMP (Good
Manufacturing Practice) dan sertifikat analisa dari produsen obat dan
perbekalan ksesehatan yang akan dihibahkan.
3. Obat yang diterima harus sesuai dengan Daftar Obata Esensial Nasional
(DOEN) Diperlukan agar tidak mengganggu program penggunaan
obat esensial di fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Kekuatan/ potensi/dosis dari obat sebaiknya sama dengan obat yang
biasa digunakan oleh petugas kesehatan.
Diperlukan agar petugas kesehatan tidak bingung dengan kekuatan
sediaan dari obat hibah.

5. Semua obat dan perbekalan kesehatan hibah sebaiknya mempunyai


label dalam Bahasa Indonesia / Bahasa Inggris agar mudah dimengerti.
6. Obat dan perbekalan kesehatan sebaiknya memenuhi aturan Internasional
Pengiriman barang
Setiap obat dan perbekalan kesehatan yang dikirim hendaknya disertai
dengan detil isi karton yang menyebutkan secara spesifik bentuk
sediaan, jumlah, nomor batch, tanggal kadaluarsa, volume, berat dan
19
kondisi penyimpanan yang khusus. Berat karton sebaiknya tidak lebih
dari 50 kg. hal ini diperlukan untuk memdahkan dalam penyimpanan
dan pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan ke fasilitas-fasilitas
24
pelayanan kesehatan.

7. Pengeluaran dari pelabuhan


Obat dan perbekalan kesehatan hibah bisa mendapat fasilitas pembebasan
tarif pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Biaya pengiriman dari Negara pemberi hibah, transport lokal,


pergudangan/ penyimpanan yang baik, serta urusan bea cukai sebaiknya
dibayar oleh pihak/Negara pemberi hibah Hal tersebut sebaiknya
diinformasikan dari awal untuk menghindari terjadinya masalah yang
tidak diinginkan.
9. Pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan hibah
Pemusnahan dilakuakn sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.

Prinsip yang harus diperhatikan dalam menerima pinjaman dan hibah


adalah (PP Nomor 10 Tahun 2011) :

a. Transparan
b. Akuntable
c. Efisien dan efektif
d. Kehati –hatian
e. Tidak disertai ikatan politik
f. Tidak mengganggu keamanan & stabilitas negara

5. Pengadaan dengan Menukar


Menukar merupakan cara pemenuhan kebutuhan dengan jalan
menukarkan barang yang dimiliki dengan barang yang dimiliki oleh pihak lain
yang dibutuhkan oleh organisasi/perusahaan. Pemilihan metode/ cara ini harus
mempertimbangkan faktor saling menguntungkan di antara kedua belah pihak
dan barang yang dipertukarkan harus merupakan barang yang sifatnya
kelebihan/ berlebihan yang dipandang tidak memiliki daya guna untuk
perusahaan. Cara ini cukup efektif dalam rangka untuk meningkatkan efektifitas
barang-barang yang dimiliki oleh organisasi/ perusahaan. Barang-barang yang
berlebih menjadi tidak mubazir karena tidak terpakai tetapi dapat ditukar dengan
barang lain yang lebih berguna.

6. Pengadaan dengan Konsinyasi


Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang
memiliki barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk
dijualkan dengan harga dan syarat yang diatur dalam perjanjian. Pengadaan
dengan cara konsinyasi dalam pengertian sehari-hari dikenal dengan pengadaan
dengan system penitipan. Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut
Konsinyor/consignor/ pengamanat. Pihak yang menerima barang Konsinyasi
disebut Konsinyi/ Consigner/ Komisioner. Bagi konsinyor barang yang
dititipkan kepada konsinyi untuk dijualkan disebut barang konsinyasi
(konsinyasi keluar/consigment out). Konsinyasi biasanya dilakukan untuk
produk baru yang belum atau jarang dijual di rumah sakit. Dalam konsinyasi,
PBF menitipkan barang di rumah sakit, kemudian pembayaran baru dilakukan
apabila barang titipan tersebut telah terjual. Selama barang konsinyasi belum
terjual, hak milik tetap di tangan pemilik.

Terdapat 4 hal yang merupakan ciri dari pengadaan konsinyasi yaitu :

1) Barang Konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh


konsinyor, karena hak untuk barang masih berada pada konsinyor.
2) Pengiriman barang konsinyasi tidak menimbulkan pendapatan bagi
konsinyor dan sebaliknya.
3) Pihak konsinyor bertanggung jawab terhadap semua biaya yang
berhubungan dengan barang konsinyasi kecuali ditentukan lain.
4) Konsinyasi dalam batas kemampuannya berkewajiban untuk menjaga
keamanan dan keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya.
Pengadaan barang dengan cara konsinyasi mempunyai keuntungan-
keuntungan tertentu dibandingkan dengan pengadaan secara langsung
barang-barang kepada perusahaan pengecer atau kepada pedagang. Adapun
21
keuntungan pengadaan barang secara konsinyasi bagi konsinyor, antara lain:

1. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran


yang dapat dijamin oleh seorang produsen, pabrikan atau distributor,
terutama apabila:
c. Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan
produk tidak menentu dan belum terkenal
d. Penjualan pada masa-masa yang lalu tidak menguntungkan

5. Resiko-resiko tertentu dapat dihindari oleh konsinyor. Barang-barang


konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan dari konsinyi
sehingga resiko kerugian dapat ditekan.
6. Harga barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh konsinyor.
Hal ini disebabkan kepemilikan atas barang tersebut masih ditangan
konsinyor sehingga harga masih dapat dijangkau oleh konsumen.

Sedangkan bagi konsinyi lebih menguntungkan pengadaan dengan


cara konsinyasi karena alasan-alasan sebagai berikut :

1. Konsinyi tidak dibebani resiko menanggung kerugian bila gagal


dalam penjualan barang-barang konsinyasi
2. Konsinyi tidak mengeluarkan biaya operasi penjualan konsinyasi karena
semua biaya akan diganti /ditanggung oleh konsinyor
3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab konsinyi hanya
berfungsi sebagai penerima dan penjual barang konsinyasi untuk
konsinyor
4. Konsinyi berhak mendapatkan komisi dari hasil penjualan barang
konsinyasi

Dengan tetap mengendalikan harga eceran produk, konsinyor


mengharapkan penjualannya dapat meningkat karena konsinyi ahli di
bidang perdagangan barang yang bersangkutan. Pihak konsinyi, tanpa risiko
kerusakan barang, fluktuasi harga dan biaya modal kerja, dapat
meningkatkan penghasilannya dari hasil komisi penjualan barang
konsinyasi.

Cara pelaksanaan konsinyasi pada umumnya sebagai berikut :

1. Konsinyor datang kepada konsinyi untuk menawarkan barang yang


akan dijadikan barang konsinyasi
2. Konsinyi memeriksa keadaan barang konsinyasi terutama mengenai jenis
dan jumlah serta mutu dari barang tersebut.
3. Konsinyi meawarkan harga transaksi atas barang yang akan dijualnya,
harga transaksi ini disampaikan kepada konsinyor.
4. Jika kedua pihak telah setuju atas perjanjian yang diberikan, maka
pengadaan barang konsinyasi dapat dilakukan.

Cara Pengadaan Obat Yang Baik


1. Pengadaan berdasarkan nama generic

Biasanya dikenal dengan INN (International Nonpropriety Name),


telah menjadi standar pembelian obat yang berada di berbagai
perusahaan. Nama bermerek dari supplier biasanya saling
berkompetisi, tetapi mereka sama-sama menawarkan obat generic
dengan harga yang bersaing, karena mereka berharap dapat
menguasai sector pasar tersebut. Hal ini sangat beralasan sebab
semua obat yang disupply untuk system kesehatan akan dilabel
dengan persyaratan sesuai dengan INN secara terus menerus.

2. Pengadaan terbatas untuk daftar obat esensial atau daftar formularium


Langkah pertama yang dilakukan untuk menghindari duplikasi obat
generic yaitu dengan cara membuat dua pilihan utama pada daftar
pengadaan. Kombinasi pertama merupakan formula standar di
rumah sakit seperti program pembelian regular seperti obat
cometidine, famotidine, dan ranitidine (dan obat-obatan alnti ulcer
lainnya) mungkin merupakan kompnen substansial yang sangat
penting di formularium RS, kemudian obat-obatan ini dijumlahkan
dengan menggabungkan dengan satu formula obat lainya dan
kombinasi dari estimasi volume penjualan, sehingga jumlah obat
terpilih menjadi lebih besar.Langkah kedua adalah termasuk
memasukkan data pada formularium berdasarkan kategori terapi dan
akan dilakukan tender untuk memilih subkategorinya.

3. Supplier yang memiliki kualifikasi yang baik


Untuk memilih supplier yang baik, kita harus mengevaluasi apakah
supplier tersebut sudah terdaftar di agensi internasional, uji
pembelian pada jumlah uang yang sedikit, dan pertemuan yang tidak
formal untuk lebih mengenal supplier tersebut lebih lanjut.
Pengadaan yang sukses berasal dari agensi yang juga sukses, hal ini
ditunjukkan dengan adanya tampilan supplier yang berkualitas
dalam menyuplai bahan yang dibutuhkan. Cirri lain supplier yang
baik adalah kemasan dan label obat yang selalu baik dan lengkap,
mempunyai salinan registrasi yang jelas, adanya koresponden, serta
pembeli bias mengajukan complain bila merasa kurang puas dengan
pelayanan yang ditawarkan oleh supplier.

4. Pengadaan yang bersaing


Supplier yang mempunyai daya saing yang tinggi adalah kunci
untuk mendapatkan harga yang bersaing, memperoleh sector
pemasaran yang jelas untuk pembelian yang sifatnya sedikit dan
mendadak.

5. Komitmen penjualan yang baik


Komitmen penjualan yang baik harus senantiasa dimonitor dan
ditingkatkan, jika tidak akan menyebabkan beberapa kelompok
supplier gagal sebab harga yang ditawarkannya lebih tinggi
disbanding pesaing yang lain.

6. Jumlah permintaan berdasarkan estimasi kebutuhan saat ini


Ketika keuangan tidak tersedia untuk melakukan pembayaran pada
obat yang akan dibeli, sangat dibutuhkan pengurangan daftar obat
sesuai dengan system kesehatan yang ada. Berdasarkan system
kesehatan, ada tiga alat yang dapat dilakukan, yaitu analisis VEN,
analisis ABC, dan analisis katagori terapi.

7. Pembayaran dan manajemen keuangan yang baik


System manajemen keuangan yang efektif dan efesien sangat
penting bagi prioritas pengadaan obat. Bisa menyediakan obat ketika
dibutuhkan dan dapat membayar pada waktu yang diinginkan
mempunyai efek yang positif untuk mengurangi kekurangan stock.

8. Tranparansi dan penulisan prosedur


Ketika ada satu tender kefarmasian yang tidak berguna, hal ini
mengindikasikan adanya ketidak adilan, mungkin ada perubahan
dalam proses tender yang tidak diketahui oleh salah satu supplier
dan menyebabkan masalah yang kronis. Entah hal tersebut benar
atau salah, tapi hal ini dapat merusak pelayanan kesehatan yang ada,
dan pasien akan kehilangan kepercayaan dirinya.

9. Audit tahunan
Setidaknya, dalam setahun sekali pihak pengadaan harus melakukan
audit. Hal ini bertujuan untuk melakukan pengujian dan verifikasi
yang berasal dari buku akuntasi dan catatan pembelian yang sesuai
dengan prosedur audit. Internal audit dilakukan oleh auditor yang
berasal dari pemerintah atau organisasi tertentu. Auditor harus
bekerja dengan adil dan harus menyertakan komentar pada pihak
manajemen jika ada hal yang tidak sesuai dengan pembukuan
akuntasi yang ada.

5. Kesimpulan

a. Penganggaran menghasilkan anggaran yang berfungsi fungsi


sebagai pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan alat
pengawasan kerja yang membantu para manajer dalam
mengelola Rumah Sakit.
b. Anggaran menjadi sangat penting dalam rangka perubahan
sistem keuangan Rumah Sakit menjadi Penerima Negara Bukan
Pajak (PNBP)
c. Secara bertahap sistem penganggaran Rumah Sakit akan
berubah dari cash basis kearah accrual basis.
25
d. Perencanaan dan pengadaan merupakan tahap awal yang
penting dalam siklus pengelolaan perbekalan farmasi di rumah
sakit, untuk menjaga ketersediaan obat dan perbekalan farmasi
lainnya agar dapat digunakan pada saat yang tepat. Pada
perencanaan, terdapat lima tahap penting, yaitu tahap
pemilihan, kompilasi pemakaian, perhitungan kebutuhan,
proyeksi kebutuhan, dan penyesuaian rencana pengadaan yang
harus ditentukan dengan tepat. Dalam menghitung kebutuhan
perbekalan di rumah sakit, dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu, metode konsumsi, metode morbiditas, serta
metode kombinasi keduanya.
e. Kemudian dilanjutkan dengan proses pengadaan, yang dapat
dilakukan dengan cara pembelian, produksi, meminjam, hibah,
menukar, dan konsinyasi. Apoteker sebagai pihak yang
berperan dalam ketersediaan obat, bahan obat dan perbekalan
kesehatan lainnya harus cermat dan teliti dalam menjalani
berbagai tahapan yang harus dilalui. Hal ini dilakukan agar
obat, bahan obat dan perbekalan kesehatan lainnya yang
tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan.
26

DAFTAR PUSTAKA

Ascobat Gani. Beberapa Pemecahan Tentang Pengembangan Manajemen Keuangan Rumah


Sakit. Dalam: Hendrik M Taurany, Editor. Administrasi Rumah Sakit. Jakarta:
FKM-UI 1986. Hal.172.

Budi Hartono. Manajemen Keuangan Rumah Sakit. Dalam : Hendrik M Taurany, Editor.
Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : FKM-UI, 1986. Hal. 151.

B.N.B. Silalahi. Prinsip Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: LPMI, 1989. Hal. 244.

Departemen Kesehatan. 2004. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: DirJen
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Kepmenkes No.1121/MENKES/SK/XII/2008 Tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat


Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman


Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 059/MENKES/SK/I/2011 tentang


Pedoman Pengelolaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan Pada Penanggulangan
Bencana

M Munandar. Budgeting. Perencanaan kerja, Pengkoordinasian kerja, Pengawasan kerja.


Yogyakarta: BPFE 1990. Nal.16.

Permenkes No.58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman Luar Negeri Dan Penerimaan Hibah

Wursanto. Dasar-dasar manajemen keuangan. Pustaka Dian, Jakarta. 1989. Hal 109

Anda mungkin juga menyukai