1. Sebelum dimasukkan telur, sebaiknya mesin dihidupkan terlebih dahulu selama sehari, dan
dicek apakah suhunya stabil atau tidak.
2. Telur sebelum dimasukkan diberi tanda X dan O pada dua sisi yang berbeda. Dan diletakkan
pada tempatnya dengan kemiringan 45o dengan bagian telur yang runcing di bawah, karena bagian
yang tumpul terletak kantong udara dan kalo diletakkan pada bagian bawah, kantong itu bisa saja
pecah
3. Hari pertama hingga kedua biarkan telur dengan posisi seperti itu dan ventilasi ditutup hingga
hari ke-3.
a. Pada hari ke-3 sampe ke-14 telur dibalik, yang tadinya keliatan tanda O bisa dibalik hingga tanda
X yang terlihat sekarang. Pembalikkan dilakukan 2 kali sehari , kalo di buku penuntun idealnya jam
7.00 dan 17.00. semakin sering dibalik semakin bagus, idealnya pembalikkan dilakukan sebanyak 4
kali sehari. Pembalikan telur ini bertujuan agar embrio yang terbentuk tidak menempel pada salah
satu sisi saja.
b. Ada juga buku penuntun lain yang bilang pada hari ke-2 telur sudah bisa dibalik sampe hari ke-1
4. Untuk hari ke-4 ventilasi dibuka ¼ bagian, hari ke-5 ½ bagian, harian ke-6 ¾ bagian, dan hari ke-7
hingga seterusnya ventilasi dibuka penuh
5. Peneropongan telur penting dilakukan untuk mengetahui apakah embrio terbentuk ato ga,
untuk mengetahuinya bisa pake teropong sederhana dari senter (tapi kalo di puyuh, ane kurang tau
caranya kan ada “batiknya” baca corak)--> baru dapet info, untuk peneropongan caranya seperti
telur biasa, tapi ukuran diameter cahayanya lebih kecil dan lampu yang cocok watt-nya 75W. Kalo
ada telur yang infertil ato fertil mati, bisa dikeluarkan dari mesin, biar gas amonia yang muncul ga
ganggu “temen-temen”nya.
6. Hari ke-15 sampe ke-17 ato 18 telur sudah tidak dibalik dan akan muncul tanda-tanda telur mau
menetas. Pada hari tersebut sebaiknya mesin dipantau terus.
7. Suhu tetap 38-38,5oC (ato 39,5oC). Kalo udah menetas suhu diturunkan 0,5 sampe 1o C
Lampiran Kegiatan: