Anda di halaman 1dari 16

MODEL-MODEL BELAJAR BAHASA ARAB DI INDONESIA

BERDASARKAN LINGKUNGAN BERBAHASA

R. Umi Baroroh
Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta
barorohty@yahoo.co.id

Abstrak: Paradigma pendidikan di Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan dari
berpusat pada guru menjadi berpusat pada murid. Hal ini dapat dilihat dari pengggunakan
istilah murid, siswa dan peserta didik, dan penerapan kurikulum 2013 di semua jenjang
pendidikan. Hal ini juga terjadi di pendidikan bahasa Arab. Untuk memudahkan guru
dalam memberikan layanan pendidikan yang berpusat pada pesera didik, sangat
diperlukan kajian tentang model-model belajar dan salah satu problem pendidikan bahasa
Arab di lembaga non pesantren adalah lingkungan berbahasa. Tulisan ini merupakan
sebagian dari hasil penelitian lapangan studi kasus terhadap pengalaman belajar bahasa
Arab dosen bahasa Arab di Indonesia yang mendapatkan penghargaan dari Timur Tengah
Tahun 2014. Studi ini menemukan macam-macam lingkungan berbahasa Arab di
Indonesia dan model-model belajar bahasa Arab berdasarkan lingkungan berbahasa Arab.

Kata kunci: model belajar bahasa Arab, lingkungan belajar bahasa Arab

Latar Belakang Masalah


Problematika pembelajaran bahasa Arab di Indonesia saat ini beraneka macam.
Di antara problema tersebut adalah pertama, problema eksternal berupa terjadinya
perubahan paradigma dan pendekatan pendidikan secara umum dari berpusat pada guru
(teacher-centered) ke berpusat pada peserta didik (student centered). Hal ini menuntut
para guru dan pesera didik bahasa Arab mengikuti perubahan tersebut. Sementara itu
teori-teori pembelajaran bahasa Arab yang berpusat pada peserta didik masih sangat
minim. Kedua, kuantitas madrasah, pesantren dan sekolah berbasis Islam di Indonesia
yang di dalamnya dipelajari bahasa Arab banyak
(http://www.pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/deskripmadrasah.pdf &
http://emispendis.kemenag.go.id/emismonitor/index.php?jpage=monmadlembaga),
tetapi belum ada rumusan model-model belajar bahasa Arab di Indonesia yang telah
berhasil mengantarkan peserta didiknya sukses belajar bahasa Arab sebagaimana bangsa
Eropa telah memiliki model-model belajar bahasa asing yang disebut sebagai kerangka
acuan pembelaran bahasa asing yang kemudian dijadikan rujukan dalam belajar bahasa
asing apapun. (Majlis Uruba Majlis Ta`āwūn al Śaqāfī, 2008:14-28). Hal ini
dikarenakan belum adanya rumusan model belajar bahasa Arab dari Indonesia yang
dapat dijadikan contoh bagaimana orang Indonesia belajar bahasa Arab. Katiga, di
ribuan madrasah di atas, sebagian besar darinya tidak memiliki lingkungan berbahasa
yang suportif, sementara itu dari pada tahun 2014 di Indonesia terdapat 5 dosen bahasa
Arab yang mendapatkan penghargaan dari Timur Tengah atas jasanya dalam
pengembangan bahasa Arab di Indonesia. Kelima dosen tersebut belajar bahasa Arab di
Indonesia dengan latar belakang lingkungan belajar bahasa Arab yang dapat mewakili
lembaga pendidikan di Indonesia yang di dalamnya terdapat bahasa Arab. Dan kelima
dosen tersebut berhasil dalam mewujudkan kompetensi berbahasa Arab di dalam dirinya
(sukses belajar bahasa Arab). Kelima dosen tersebut adalah Prof. Dr. H. Syamsul Hadi,
M.A., SU. (UGM), Dr. H. Thoyyib, M.A., (UAI), Prof. Dr. H. Chotibul Umam, M.A.,
(UIN Syarif Hidayatullah ), Prof.Dr.H.D. Hidayat, M.A, (UIN Syarif Hidayatullah) dan

49
Drs. H. Ahmad Fuad Effendy, M.A (UNM). Kelima dosen tersebut dapat dijadikan
sebagai model dalam belajar bahasa Arab berdasarkan lingkungan belajar berbahasa
Arab yang telah mereka lakukan, dan telah terbukti berhasil.
Tulisan ini selain akan menjawab problem di atas juga akan menjawab
kekhawatiran Asep Hermawan (2011) yang mendeskripsikan bahwa sampai saat ini,
teori-teori pembelajaran bahasa Arab di Indonesia, umumnya masih menggunakan
produk para ahli Timur Tengah sebagai pusat bahasa Arab dan pengajarannya, juga
karena ada hal-hal yang harus merujuk ke sana dalam pembelajarannya. Bahkan dalam
beberapa hal, juga harus bermakmum ke Barat. Namun demikian, pembelajaran bahasa
Arab yang bercorak keindonesiaan juga perlu dipertimbangkan mengingat adanya
perbedaan mencolok antara budaya Timur Tengah, Barat dan Indonesia. Jika
pembelajaran bahasa Arab di Indonesia secara baku diwajibkan menggunakan seluruh
pendekatan yang berlaku di Timur Tengah dan atau Barat, sangat mungkin akan
menimbulkan masalah tersendiri. Masalah itu terjadi, misalnya karena sistematika
pelajaran yang tidak situasional-kontekstual, tidak menggambarkan lingkungan alam
dan sosial-budaya setempat sehingga pelajaran yang disajikan kurang menarik dan tidak
melekat kuat dalam ingatan pelajar. Bagaimanapun, bangsa Indonesia tetap bangsa
Indonesia, dengan berbagai karakteristiknya sulit disamaratakan dengan bangsa Timur
Tengah (Asep Hermawan,2011:2) dan bangsa lainnya.

Kerangka Teori
Lingkungan adalah daerah atau kawasan dan semua yang memengaruhi
perkembangan dan tingkah laku organisme.1 Ia dapat berupa manusia maupun non
manusia. Di dalam belajar bahasa lingkungan belajar bahasa dibedakan menjadi dua
sebagaimana Stern (1990) menjelaskannya; yaitu lingkungan belajar yang suportif dan
lingkungan belajar yang non- suportif. Ia mengatakan,
“Concepts of language learning environment in which the second language is
used and is, therefore, second language learning’ in the specific sense, for
example, TESL, or whether it is learnt in a language class in a non-supportive
language environment and is ‘foreign language learning’ in the specific sense,
for example, TEFL (see Chapter 1:15-17). If the second language is learnt in a
supportive environment, the language class is likely to be only one among
several language influences on the learner, the others coming from exposure to
the target language in its natural setting.(Stern, 1990:340)
Lingkungan berbahasa yang suportif adalah lingkungan belajar yang
mendukung terwujudnya kompetensi berbahasa baik itu berupa hal-hal yang bisa
didengar, hal-hal yang bisa dilihat ataupun aktivitas yang dilakukan yang
mempengaruhi terwujudnya kompetensi berbahasa. Misalnya kelas dengan bahasa
target, teman berbahasa target, tempat tinggal berbahasa target, di tempat-tempat
strategis tertulis kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan indah bahasa target dan
banyak aktivitas dengan bahasa target.
Lingkungan berbahasa non suportif adalah lingkungan belajar bahasa yang
kurang mendukung terwujudnya kompetensi berbahasa.
Hill (1990) menawarkan konsep yang relatif baru terkait dengan lingkungan
belajar bahasa yaiu konsep ruang hidup (life-space) bahasa yaitu totalitas fakta yang

1
Lihat Dendy Sugono, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi keempat, (
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2008), hlm. 831

50
menentukan perilaku individu pada waktu tertentu. Sebuah ruang di mana individu
bergerak. Ruang ini mewadahi orang itu sendiri, tujuan yang ia usahakan, tujuan
negative yang hendak ia hindari, halangan yang membatasi gerakannya, dan jalur yang
harus ia tempuh untuk meraih keinginannya. (Hill, 2011:148)
Ruang hidup ini meliputi orang itu sendiri dan lingkungan perilakunya berupa
segala sesuatu yang mempengaruhi perilakunya. Secara khusus ruang hidup ini meliputi
tujuan yang tengah diusahakan, hal-hal atau situasi yang ia coba hindari dan halangan-
halanagan yang membatasi menuju atau menjauh dari tujuan. Sembarang tempat, objek
atau situasi yang hendak didekati individu. Yang membuat individu bertindak
mendekatinya disebut valensi positif dan segala hal yang hendak dihindari individu
disebut memiliki valensi negatif. (Hill, 2011: 249)

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif interaktif, penelitian sejarah dan
juga penelitian studi kasus yaitu sebuah penemuan yang terfokus pada mendeskripskan,
memahami, memprediksi dan atau mengkontrol individu seperti proses, organisasi,
kelompok, budaya dll. (Woodside, 2010:1-2). Kasus dalam penelitian ini adalah kasus
majemuk karena penelitian ini memiliki satu isu atau persoalan yaitu model-model
belajar bahasa Arab di Indonesia tetapi kasusnya beragam yaitu berbagai pengalaman
belajar bahasa Arab dari 5 dosen bahasa Arab yang mendapatkan penghargaan dari
Timur Tengah pada tahun 2014. Kelima subyek penelitian tersebut adalah Prof. Dr. H.
Syamsul Hadi,MA.SU. se, Dr.H. Thoyyib, M.A., Prof.Dr. H. Chotibul Umam, MA,
Prof. Dr. H.D. Hidayat, MA, dan Drs. H. Ahad Fuad Effendy, M.A. –selanjutnya kelima
subyek penelitian ini disebut SP I, SP II, SP III, SP IV dan SP V-. Oleh Karena itu data
penelitiannya post facto. Keunikan dari kasus yang diangkat adalah,
1. Kelima subyek penelitian belajar bahasa Arab dari tingkat dasar hingga tingkat
lanjut belajar bahasa Arab di Indonesia dan studi mereka berhasil. Mereka memiliki
kompetensi bahasa Arab dan kompetes
2. Kelima subyek penelitian mendapat penghargaan dari Timur Tengah (Mesir;
Universitas Terusan Suez/Suez Canak Univercity dan King Abdullah bin Abdul
Aziz International Center for the Arabic Language) karena kontribusi mereka dalam
pengembangan bahasa Arab di Indonesia.
Data dikumpukan dengan teknik wawancara mendalam, dokumentasi dan
angket. Wawancara dan dokumentasi untuk mengumpulkan data model-model belajar
bahasa Arab di Indonesia dan angket digunakan untuk uji transferability.
Analisis data dengan analisis data kualitatif meliputi reduksi data, display data,
pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Uji keabsahan data dilakukan dengan uji
kredibilitas (credibility), keteralihan (transferability) dan kepastian (confirmability).
Kredibilitas diuji dengan memberchek yaitu proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan memberchek adalah untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Pelaksanaannya dilakukan setelah mendapatkan temuan atau simpulan dari penelitian.
Uji keabsahan data ini dilakukan dengan angket yang dilampiri hasil temuan. Hasil uji
kredibilitas adalah temuan dinyatakan sesuai dengan apa yang dialami subyek
penelitian. Keteralihan hasil penelitian diperoleh melalui cara peneliti mencari dan
mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. (Moleong, 2009:324-25).
Untuk keperluan ini digunakan respon guru terhadap temuan untuk menilai
kemungkinan model dapat diterapkan di dalam pembelajaran bahasa Arab di sekolah

51
tempat mereka mengajar. Angket respon guru diberikan kepada guru bahasa MIN
Kampungbaru Magetan, MIN-1 Yogyakarta , MTsN Tinawas Boyolali, MTsN-1
Yogyakarta, MAN Godean dan guru bahasa Arab MAN-2 Yogyakarta. Hasil uji
transferability menunjukkan bahwa temuan dapat diterapkan di tempat lain.

Temuan dan Pembahasan


Macam-Macam Lingkungan Belajar Bahasa Arab di Indonesia
1. Lingkungan Belajar Bahasa Arab Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan.(UU.RI.No.20 tahun 2005 bab I pasal I) Keluarga merupakan kelompok
sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri
sebagai manusia sosial di dalam interaksi dengan kelompoknya.(Gerungan, 1996:180)
Dan lingkungan adalah daerah atau kawasan dan semua yang mempengaruhi
perkembangan dan tingkah laku organisme.(Sugono, 2008:831)
Keluarga yang dimaksud di sini adalah kelompok sosial yang pertama dalam
kehidupan subyek penelitian yaitu orang tua, kakek-nenek atau kerabat tempat pertama
mereka hidup, tinggal dan berinteraksi. Dan lingkungan adalah daerah atau kawasan
keluarga tinggal berupa lingkungan mas arakat, lingkungan bermain dan juga masjid
dan atau langgar mu alla. Sub ek penelitian mengatakan, ... lingkungan umpamanya,
latar belakang ya, ini kaitkan dengan bu Zakiyah Darojat siapa yang di rumahnya itu
sering ngaji, itu biasanya belajar bahasa Arab lebih baik dari pada yang di rumah gak
ngaji...” (Thoyyib,2015)
Pernyataan di atas mengisyaratkan adanya keterkaitan yang kuat antara keluarga
ngaji; keluarga yang taat pada agama yang ditandai dengan terbiasanya mengkaji al
Qur’an –kitab suci berbahasa Arab kitab suci umat Islam- dengan rasa senang belajar
bahasa Arab pembelajar bahasa Arab. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat yang
peduli dengan agama dan bahasa Arab, maka akan memberikan pengaruh positif adanya
kemauan dan keinginan serta rasa senang untuk menguasai bahasa Arab. Subyek
penelitian IV mengatakan
“.....sejak kecil dididik ngaji al-Quran,... di rumah, di anu kan ada dirumah,
kemudian ada juga ustad yang memang menyediakan diri ba’da magrib itu, di
kampung setelah jama’ah sama-sama, kemudian e baca al-quran,... uda ngaji
al-qur’an, itu waktu kecil saya itu nah kemudian ada belajar fiqih, tapi belum
tamat SD, ngaji, nah ngaji apa, jurumiyah, safinah, nah waktu itu itu...” 2
Hal ini senada dengan psikologi belajar behaviorisme bahwa lingkungan belajar
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar. Para penganut teori
behaviorisme ini meyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di
dalam lingkungannya yang memberikan pengalaman-pengalaman tertentu kepadanya.3
Macam-macam lingkungan pendidikan keluarga dan lingkungan belajar bahasa
Arab di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Keluarga Agamis Suportif Lingkungan Tidak Suportif
Keluarga Agamis Suportif lingkungan tidak Suportif adalah keluarga yang
melaksanakan perintah agama Islam dan ia memberikan dukungan kepada

2
H.D. Hidayat, Wawancara di Perumahan Dosen Syarif Hidayatullah, Hari/tanggal: Rabu, 15
April 2015, Waktu: jam 08.15 -10.10 WIB
3
Aunurrohman, Belajar dan Pembelajaran…hlm. 39

52
anaknya untuk mempelajari agama dengan mendorongnya untuk mengikuti
pengajian keagamaan di tempat diselenggarakan pengajian. Dan lingkungan tidak
suportif yaitu lingkungan masyarakat yang kurang peduli dengan terlaksananya
agama. Di lingkungan tersebut terdapat musala yang digunakan untuk sholat
berjamaah tetapi tidak semua sholat wajib, sering kali hanya untuk berjamaah
sholat Magrib, sholat s a’ dan sholat Subuh. Di mushala ini tidak ada kegiatan
lain selain sholat berjamaah tersebut. Selain itu, di lingkungan keluarga ini tidak
ada madrasah yang memberikan pelajaran agama dan juga bahasa Arab sebagai
pelajaran yang penting. Di lingkungan itu tidak terdapat madrasah untuk tempat
mengaji dan belajar bahasa Arab.
Keluarga Agamis-Suportif lingkungan tidak Suportif ini terjadi pada subyek
penelitian 1. Meskipun lingkungan tidak suportif, maka ia subyek penelitian I ini
pergi ke tempat nenekn a, untuk belajar agama, hafalan juz amma, baca al qur’an
dan kisah-kisah para nabi dll.
Saya belajar bahasa Arab pertama kali itu di Di PGA saja. Tetapi
Sebelumnya Ya hanya ngaji, ngaji dari apalan- apalan al quran dikit-
dikit. hafalan-hafalan quran kemudian doa-doa dari kebetulan eyang
putri saya, mbah kakung itu kan eyang Buyut punya pesantren. saya
dulu, di nyi ageng serang itu kalo ke Wates ada Nyi Ageng Serang,…, ke
Barat kemudian kiri jalan sebelum terminal kan itu ada Perguruan
muhammadiyah sekarang, dulu pesantrennya di situ pesantren Playonan
itu eyang buyut saya, makanya kemudian eyang kakung saya yang putri
itu dari pesantren itu, kemudian melahirkan ayah saya, ibu saya,
makanya ayah saya menginginkan ada cucunya eyang buyut itu yang anu
opa, Melanjutkan dakwah islam, itu dulu hanya itu, bukan bahasa
Arabnya kan sebetulnya. Jadi eyang putri saya yang ngajari saya doa-
doa dan hafalan al Qur’an, kemudian ayah ibu saya melanjutkan.
Menghafalnya dengan mengulang-ulang. Jika belum hafal belum
ditambah. (Syamsul Hadi, 2015)

b. Keluarga Agamis Sangat Suportif Lingkungan Suportif


Keluarga Agamis Sangat Suportif lingkungan Suportif adalah keluarga yang
tidak hanya melaksanakan perintah agama Islam tetapi ia juga menjadi penggerak
hidupnya agama, sampai-sampai ia menjadikan rumah sebagai tempat untuk
berdakwah dan tempat untuk mengaji serta memberikan perhatian terhadap
kemampuan membaca al Qur’an anak cucun a sehingga ia menyisihkan waktu
khusus untuk mengajari anak/cucunya dan juga bahasa Arab berupa nahwu.
Lingkungan Suportif adalah lingkungan masyarakat yang memperhatikan dan
peduli dengan terlaksananya agama Islam sehingga masjid/mushalla –langgar di
lingkungan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelaksanaan salat
berjamaah tetapi juga dijadikan tempat untuk pelajaran agama yang materinya
berupa al qur’an dan fiqih tidak ada bahasa Arab.
Keluarga agamis dan lingkungan supportif ini terjadi pada subyek penelitian
2. Ia mengatakan :
saya begitu sebelum sekolah di SR itu, itu sudah belajar, minimal itu
juz ‘amma sama pakde saya guru gaji di langgar, dengan cara hafalan,
dengan suara keras. Pakde saya itu duduk mendengarkan,sambil

53
ngantuk juga kdang-kadang, tapi beliau tahu kalau ada yang salah. Ini
antri satu persatu. Temannya banyak”.4
Selain itu subyek penelitian II mengatakan
Mbah simbah, yang ngajari alhamdul utawi sekabehe puji iku lillahi
kadue Alloh itu mbah saya, woo tapi strike mbah saya tu, jadi main
siang-siang saya keinget sekali manfaatnya sekarang, namanya anak-
anak sedang main gitu siang-siang puasa, panggil, ngaji, waktu itu
namanya anak ya, woo ini ga,,, tapi ga berani sama mbahnya terus saya
merasa manfaatnya sekarang, kalo saya nda tahu itu ga ada mbah saya
mungkin lain, karena yang ngurusi langsung mbah saya, kalo yang ngaji
seperti di kampung yang banyak itu, itu pak de, yang jus ‘amma yang,,,
itu pak de, ngapalin kalo ngapal, jadi kalo ngajar disuruh sana, sana qul
a’u dubirabbinnnas, dia dengerin kadang-kadang ngantuk-ngantuk gitu
tapi ngerti kalo salah,”.5

c. Lingkungan Keluarga Agamis Sangat Suportif Lingkungan Sangat Suportif


Lingkungan Sangat Suportif adalah lingkungan masyarakat yang
memperhatikan dan peduli terhadap terlaksananya agama Islam sehingga
masjid/mushalla –langgar di lingkungan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai
tempat pelaksanaan salat berjamaah tetapi juga dijadikan tempat untuk pelajaran
agama ang materin a perupa al qur’an dan fiqih serta bahasa Arab. Bahkan di
lingkungan masyarakat tersebut terdapat madrasah yang mengadakan pembelajaran
agama dan bahasa Arab di sore hari.
Terdapat tiga kasus yang berbeda tentang lingkungan yang sangat suportif ini;
pertama, lingkungan pesantren, keluarga pesantren dan mengikuti kegiatan orang
tua mengajar kitab di pesantren, kedua, di kampung terdapat langgar yang setiap
bakda Magrib diadakan kajian bahasa Arab untuk anak-anak berupa kajian kitab
nahwu dan i`rāb. Ketiga, orang tua memberi perhatian khusus dengan mengajarinya
mengaji, mengajari membaca kitab dan mengikuti kegiatan di madrasah di
kampung.
Dari kelima subyek penelitian nampak tipe lingkungan pendidikan informal
adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Tipe lingkungan Berbahasa Arab Pendidikan Informal di Indonesia
No Subyek Penelitian Tipe Lingkungan Pendidikan Informal
Keluarga Keluarga Keluarga
Suportif Sangat Sangat
Lingkungan Suportif Suportif,
tidak lingkungan Lingkungan
Suportif Suportif Sangat
Suportif
1 Subyek Penelitian I √
2 Subyek Penelitian II √
3 Subyek Penelitian III √
4 Subyek Penelitian IV √

4
Thoyib, Wawancara I, ke-2 dan ke-3
5
Thoyib,Wawancara, 2015

54
5 Subyek Penelitian V √
Lingkungan dalam pembelajaran bahasa memiliki peran yang besar dalam
mewujudkan kompetensi bahasa dan kompetensi berbahasa anak. Hilmi Zuhdi
dalam kitab al Bī’ah al lugawiyah Takwīnuha wa Dauruha fī Iktisāb al `Arabiyah
mengatakan bahwa lingkungan bahasa Arab adalah semua hal dan faktor baik itu
yang bersifat material maupun non material yang mempengaruhi proses
pembelajaran dan mendorong peserta didik meningkatkan dan menggunakan
bahasa Arab.(Zuhdi, 2009:39)

Senada dengan yang diungkapkan Hilmi Zuhdi teori Struktur hipotesis


memori manusia menyampaikan berikut ini :
L
I
N TAHAP
G Deklaratif
K (memori eksplisit)
U Memori Memori Memori Episodik (Autobiografis)
N Sensoris kerja Jangka Semantik (kata-kata,fakta,
G dan Panjang objek, wajah)
A memori Nondeklaratif (me
N segera mori implisit)
Prosedural (ketrampilan
Motorik & kognitif)
Sistem Pemahaman gambaran
Pengkondisian klasikal
Pemelajaran non asosiatif
Gambar 5. Struktur hipotesis memori manusia.(Sousa, 2012:99)

Struktur hipotesis memori manusia di atas menunjukkan lingkungan memiliki


peran yang besar. Bahkan dari lingkungan pendidikan informal kelima subyek
penelitian di atas menunjukkan besarnya pengaruh lingkungan sehingga mereka
terinspirasi untuk menguasai bahasa Arab dan mempelararinya dengan senang hati.

2. Lingkungan Belajar Bahasa Arab Pendidikan Non Formal


Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.6 Pendidikan non formal di dalam
penelitian ini berupa belajar bahasa Arab di langgar (musalla kampung), belajar bahasa
Arab di rumah kiayi, mengikuti pelatihan ataupun kursus yang bertujuan untuk
mewujudkan dan mengembangkan kemampuan bahasa dan berbahasa Arab, belajar
bahasa Arab di Madrasah Diniyyah (Madin), belajar bahasa Arab di pesantren.
Jenis pendidikan non formal bahasa Arab di Indonesia dari kelima subyek
penelitian adalah sebagai berikut :

6
Lihat Undang-undang RI, Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, BAB 1, pasal 1, ayat 12

55
Tabel 2
Jenis Pendidikan Bahasa Arab Non Formal di Indonesia
No Subyek Jenis Pendidikan Bahasa Arab Non Formal
Penelitian Musala Rumah Kursus Madin Pesantren
Kampung Kiayi
1 SP 1 - - √ - -
2 SP 2 √ √ - - -
3 SP 3 √ - √ - -
4 SP 4 √ √ - √ √
5 SP 5 - √ - √ -

Dari kelima jenis pendidikan non formal di atas terdapat pendidikan non formal
sangat suportif , suportif dan tidan suportif. Pendidikan non formal yang sangat suporitf
adalah kurus. Di kursus ini guru menggunakan bahasa Arab, peserta kursus berbahasa
Arab dan dilatih untuk berbahasa Arab dalam mengajar materi bahasa Arab dan semua
peserta diwajibkan berbahasa Arab.
Pendidikan non formal supportif yaitu pesantren. Guru mengajarkan bahasa
Arab dengan bahasa Indonesia, tetapi terdapat materi-materi pendidikan agama Islam
yang semua bukunya menggunakan bahasa Arab.
Pendidikan non formal tidak suportif yaitu guru mengajarkan bahasa Arab
dengan menterjemahkannya ke bahasa sasaran dengan menjelaskan kedudukan kata
dalam kalimat berupa uraian nahwu dan sarf. Pendidikan non formal tidak suportif ini
adalah mushalla/langgar, rumah kiayi dan madrasah diniyah.

3. Lingkungan Belajar Bahasa Arab Pendidikan Formal


Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. 7 Penelitian
ini menemukan pendidikan formal yang di dalamnya mempelajari bahasa Arab adalah
pendidikan dasar berupa Madrasah Ibtidaiyah (MI), pendidikan menengah berupa
Pendidikan Guru Agama (PGA), Sekolah Guru Hakim Agama (SGHA) dan pendidikan
tinggi berupa Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Universitas Gajah Mada (UGM) dan
Universitas Indonesia (UI).
Jenjang pendidikan formal di Indonesia di dalam perjalanannya sesuai dengan
sistem pendidikan di Indonesia saat ini terdiri atas pendidikan dasar berbentuk Sekolah
Dasar(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) atau bentuk lain yang sederajat, pendidikan menengah terdiri
atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Bentuk
pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA,
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk
lain yang sederajat. Pendidikan Tinggi mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis dan doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. 8
Menegemen pengelolaan ketiga jenjang pendidikan di atas, ada yang berada di
bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk pendidikan dasar dan
menengah yaitu SD sampai SMA dan SMK dan ada pendidikan dasar dan menengah
yang berada di bawah Kementerian Agama yaitu MI, MTs dan MA. Begitu pula dengan

7
Lihat Undang-undang RI, Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, BAB 1, pasal 1, ayat 11.
8
Ibid.

56
Pendidikan Tinggi, ada yang berada di bawah Kementerian Riset dan Teknologi yaitu
UGM, UI, dan lain-lain dan ada Perguruan Tinggi yang berada di bawah Kementerian
Agama yaitu IAIN dan UIN.
Macam-macam lingkungan berbahasa Arab pendidikan formal di Indonesia
adalah sebagai berikut :
a. Sekolah lingkungan Berbahasa Arab tidak Suportif
Sekolah yang di dalamnya terdapat bahasa Arab, tetapi materi pelajaran diajarkan
dengan bahasa Indonesia dan tidak terdapat mata pelajaran lain yang menggunakan
bahasa Arab. Guru mengajarkan materi pelajaran dengan menterjemahkan materi
ke dalam bahasa Indonesia.
b. Sekolah Lingkungan Berbahasa Arab Suportif ada dua jenis :
1) Bahasa Arab diajarkan dengan bahasa Arab
2) Bahasa Arab diajarkan dengan bahasa Indonesia/bahasa Jawa dan materi-
materi PA (Tauhid, al Qur’an Hadis, Fiqh, Usul Fiqh, Mantiq) diajarkan
dengan menggunakan buku berbahasa Arab
c. Sekolah Lingkungan Berbahasa Arab Sangat Suportif
Bahasa Arab diajarkan dengan bahasa Arab, terdapat pula mata pelajaran yang lain
yang diajarkan juga dengan bahasa Arab, di luar kelas bahasa Arab dijadikan
sebagai alat komunikasi, di tempat-tempat strategis terdapat kata-kata mutiara
berbahasa Arab dan ungkapan-uangkapan bahasa Arab, di luar kelas terdapat
aktivitas peningkatan berbahasa Arab baik berupa pemberian kosa kata dan kalimat
berbahasa Arab, khitobah, teater, majalah dinding, terdapat pula peraturan akan
kewajiban menggunakan bahasa Arab dan peraturan tersebut dilaksanakan.

Model-Model Belajar bahasa Arab berdasarkan Lingkungan Pendidikan


Model belajar adalah sebuah kerangka atau factor-faktor yang mendasar yang
digunakan dalam menggambarkan belajar bahasa kedua. (Stern, 1991:337) Faktor-
faktor model belajar bahasa tersebut adalah pertama, konteks social meliputi
sosiolinguostik, sosiobudaya dan sosioekonomi, kedua, karakteristik peserta didik
meliputi usia, kognisi dan afeksi peserta didik dan kepribadian, ketiga, kondisi belajar
meliputi perlakuan pendidikan, tujuan, materi, prosedur, evaluasi, keempat,proses
belajar meliputi strategi/teknik belajarnya, dan kelima, out-come, hasil belajar bahasa
berupa kompetesi berbahasa dan kompetensi bahasa. Selain itu model belajar bahasa
juga merupakan dipahami sebagai sebuah pola dari proses belajar bahasa yang terdiri
atas tujuan, langkah-langkah, proses, strategi, lingkungan dan hasil yang diperoleh.
Model-model belajar bahasa Arab di Indonesia berdasarkan lingkungan belajar
bahasa Arab adalah sebagai berikut:
1. Model-Model Belajar Bahasa Arab di Lingkungan Pendidikan Informal
Peserta didik Indonesia belajar bahasa Arab di lingkungan pendidikan informal
dengan dua model :
a. Model Niteni
Niteni (Jawa) berarti mencermati dengan cara mengingat-ingat
karakteristik dari sesuatu yang didengar, dilihat dan atau ditulis. Tujuan
belajar dengan model ini adalah untuk memahami karakteristik bahasa yang
dipelajari baik berupa bunyi bahasa, tulisan, kaidah ataupun kosa kata.
Langkah-langkah belajarnya pertama, peserta didik memperhatikan peserta
didik menirukan ucapan, bacaan, bunyi bacaan dari guru sampai lancar, jika
belum lancar maka peserta didik mengulang memperhatikan penjelasan guru,

57
ketiga, peserta didik melihat tulisan; ada peserta didik yang kemudian
membaca tulisan dan ada pula yang menulis tulisan (materi) yang sudah
dilafalkannya secara lancar, kemudian , keempat,mengulang-ulang materi
bacaan sampai lancar dan hafal. Kelima, peserta didik mepresentasikan
hafalammya ke guru.
Proses yang dialami di dalam model niteni ini adalah pertama melalui
pendengaran terlebih dahulu berupa guru memperdengarkan bunyi bahasa
Arab, kemudian peserta didik menirukan dan guru mencermati bunyi bahasa
yang ditirukan, jika terdapat bunyi bahasa yang tidak tepat
menirukannya/mengucapkannya guru akan segera mengulang melafalkanya
dan peserta didik memperhatikannya.
Proses niteni terjadi di kelas dan di luar kelas. Di dalam kelas bersama
guru dengan mendengarkan, menirukan, mencatat dan mengulang-ulang. Dan
di luar kelas proses niteni dengan membaca keras catatan hingga lancar
melafalkannya dan mampu membedakan antar bunyi huruf dengan baik
Strategi belajar yang digunakan peserta didik adalah perhatian terarah,
menghafal yaitu dengan mengulang-ulang materi baik di dalam kelas maupun
di luar kelas.
Hasil yang dicapai adalah kemampuan menlafalkan bunyi bahasa Arab
dengan baik dan benar, mampu membaca dan memahami kaidah bahasa Arab.
b. Model Tarjamah
Tarjamah sebagaimana dijelaskan Ibnu Burdah (2004) adalah usaha
memindahkan pesan dari teks berbahasa Arab (teks sumber) dengan
padanannya ke dalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran). (Burdah,2014:9-10)
Dinamakan model Tarjamah karena tujuan belajarnya adalah untuk
mengetahui arti kata bahasa sumber (bahasa Indonesia) dalam bahasa Arab
(bahasa sasaran) dan memahami isi teks berbahasa Arab.
Proses belajar yang dijalani peserta didik adalah ia mendapatkan
langsung arti kata dalam bahasa Arab dengan jalan guru mendendangkannya
dengan nada irama tertentu dan lalu peserta didik menirukan dan mengulang-
ulangnya hingga menghafalnya. Oleh karenanya strategi belajar yang
dilakukan adalah dengan menghafal yaitu mengulang-ulang materi dengan
melafalkannya disertai suara lirih baik di dalam kelas atau saat ketemu guru
maupun di luar kelas saat belajar sendiri dan bernyanyi dengan
mendendangkan kata dan terjemahnya.
Hasil yang didapat dari proses ini adalah peserta didik mengetahui arti
kata bahasa Arab.

2. Model-Model Belajar Bahasa Arab di Lingkungan Pendidikan Non Formal


a. Model Nambahi
Belajar dengan model nambahi adalah untuk dapat mengungkapkan
pikiran/ide/gagasan peserta didik dengan bahasa yang ia miliki sendiri sesuai
denan kebutuhan ia sendiri.
Kegiatan yang dilalui peserta didik di pendidikan non formal ini adalah
berlatih berbicara dan mengungkapkan topik tertentu yaitu mengajar materi
tertentu dengan bahasa Arab. Peserta didik berlatih berkali-kali dengan diberi
contoh terlebih dahulu dan semua peserta diberi kesempatan untuk praktek
mengajar dengan bahasa Arab. Untuk dapat tampil praktek mengajar dengan

58
baik tentu saja peserta didik mempersiapkan diri dengan segenap persiapan
meliputi mempersiapkan materi yang akan diajarkan secara tertulis,
menirukan contoh bagaimana mengajar dengan menggunakan bahasa Arab,
menambah praktek berbicara dengan bahasa Arab sesuai kebutuhan.
Proses belajar dengan model nambahi adalahpertama, peserta didik
memperhatikan contoh guru, kedua, peserta didik membayangkan ketika dai
tampil di depan kelas, ketiga, meniru dan memberikan tambahan terhadap
contoh berupa kalimat yang didengar, tulisan yang dibaca sesuai yang
dibutuhkan peserta didik.
Strategi yang digunakan dalam model nambahi adalah perhatian terpusat,
dan latihan terbimbing.
Hasil yang diperoleh adalah peserta didik memiliki kompetensi
berbahasa Arab aktif.
b. Model Tarjamah
Tujuan belajar model tarjamah di pendidikan non formal adalah untuk
memahami kaidah nahwu dan juga memahami arti kata bahasaArab. Proses
yang dialamai peserta didik adalah memperhatikan penjelasan guru tentang
kedudukan kata dalam kalimat dan arti kata bahasa Arab , kemudian peserta
didik mencatat hal-hal yang dirasa tidak tahu. Kemudian peserta didik
mencatatnya, setalh itu peserta didik
Strategi yang digunakan dengan strategi perhatian terpusat, menyanyi.
3. Model-Model Belajar Bahasa Arab di Lingkungan Pendidikan Formal
a. Model-Model Belajar di Pendidikan Formal Non Suportif
1) Model niteni
2) Mode Tarjamah
3) Model Nambahi
4) Model Autodidak
5) Model Siap Belajar
b. Model-Model Belajar di Pendidikan Formal Suportif
1) Model Tarjamah
2) Model Orang Gila
3) Model Niteni
4) Model Menirukan
5) Model Membaca Buku
6) Model Berbahasa Arab di Kelas
7) Model Mengajar
8) Model Mencari dan Suhbah Guru
c. Model-Model Belajar di Pendidikan Foral Sangat Suportif
1) Model Niteni
2) Model Nirokke
3) Model Nambahi
4) Model Melakukan Aktivitas Berbahasa Arab meliputi :
(a) Kegiatan tasyji` al Lugah al `arabyyah
(b) Menulis diari berbahasa Arab
(c) Majalah dinding berbahasa Arab
(d) Khitobah
(e) Teater
(f) Catatan kosa kata

59
Keempat model ini dilakukan secara berkelanjutan dan saling berkaitan.
Sehingga kompetensi berbahasa Arab terwujud dengan baik.

Kesimpulan
Macam-macam lingkungan berbahasa Arab di Indonesia ada tiga: sangat suportif,
suportif dan tidak suportif. Model-model belajar bahasa Arab di dalam makalah ini
dapat digunakan di kelas dalam rangka guru memberikan layanan belajar bahasa Arab
supaya pembelajaran bahasa Arab tidak lagi berpusat pada peserta didik dan
pembelajaran bahasa Arab akan lebih efektif.

Daftar Pustaka
Al Fata, Hasan al Fata, Ahmad & `Ali Jamal, Mu`jam al Mu ŝala āt al Tarbawiyyah al
Mu`arrafah fi al Manāhij wa Ŝutuq al Tadrīs, Bairut: `Ilal al Kutub, 1996.
Hadidi-al, Ali, Musykilatu Ta`līm al Lugah al `Arabiyyah Li Gair al `Arab, al Qahirah:
Dar al Katib al `arabiy li al Thaba`ah wa al Nasyr, 1997
Khuli-al,Muhammad Ali, Asālīb Tadrīs al Lugah al `Arabiyyah, al Ri a : amī` al
uqūq Mahfū ah li al Muallif, 1989.
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010.
AR, Syamsuddin & Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,
Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI dengan Remaja Rosdakarya, 2009.
Arsyad, Azhar, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Beberapa Pokok Pikiran,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Asep,Jihan- Abdul Haris,., Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009.
Asrori, Imam, 1000 Permainan Penyegar Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: Bintang
Sejahtera Press, 2013.
., Strategi Belajar Bahasa Arab Teori dan Praktek, Malang: Penerbit Miskat,
2012.
Bogdan, Robert C. and Biklen, S.K., Qualitative Research for Education: An
Introduction to Theory and Methods, Boston: Allyn and Bacon, Inc., 1982.
Bogdan, Robert C., and Taylor, S.J., Introduction to Qualitative Research Methods the
Search for Meanings ,New York: John Wiley & Son, Inc., 1984.
Brown, H. Douglas, Prinsciples of Language Learning and Teaching, fourth edition,
San Francisco: San Francisco State University, t.th.
….., Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, edisi kelima, terj. Noor Cholis &
Yusi Avianto Pareanom, ( Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta,
2008.
….., Strategies for Success a Practical Guide to Learning English, San Francisco
University, 2002
Budiningsih, C. Asri, Belajar & Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Burdah, Ibnu, Menjadi Penerjemah Metode dan Wawasan Menerjenah Teks Arab,
Yogyakarta: Tiara Qacana, 2014
DePorter, Bobb & Mike Hernacki, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan,Bandung: Kaifa, 2001.
, Mark Reardon& Sarah Singer-Nourie, Quantum Teaching Mempraktekkan
Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, terj. Ari Nilandari, Bandung: Kaifa.
2002.
Dunlop, Francis, The Education of Feeling and Emotion, Australia: George Allen &
Unwin Publisher, 1984.

60
Eckehard Schulz, Buku Pelajaran Bahasa Arab Baku dan Modern al Lugah al
`Arabiyah al Mu`āşirah, fersi Indonesia dikerjakan oleh Esie Hartianty-
Hanstein S.S. dan Dr. Thoralf Hansten (t.tempat penerbit, 2006.
Fakhrurrazi, Aziz &Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab, Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama RI, 2012
Fuad Effendy, Ahmad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2009.
Gaffar Ruskhan, Abdul, Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia kajian tetang
Pemunngutan Bahasa, Jakarata: PT. Grasindo, 2009.
Hamid, H.M. Abdul, 2013, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab untuk Studi Islam,
Malang: UIN-MALIKI Press, 2013
Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009.
Hermawan,Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2011.
Hill, Winfred F, Theories of Learning Teori-Teori Pembelajaran Konsepsi, Komparasi
dan Signifikansi, Terj. M. Khozim, Bandung: Nusa Media, 2011.
Hodijah,O., novasi Metode Pembelajaran Bahasa Arab untuk Non-Arab: catatan
sebuah pengalaman, dalam Majmū`atul buhūś 1 almu’tamar al dauliy li al
lugah al `arabiyyah , Jakarta: Universitas Al Azhar & Imla, 2010.
Huda,Miftahul, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis dan
Paradigmatis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013
Ibrahim, Abd al `Alim, al Muwajjih al Fanniy li Mudarrisiy al Lugah al `Arabiyah, al
Qahirah: Dar al Ma`arif, 1968.
John W. Cresweel, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset Memilih Di antara Lima
Pendekatan, terj. Ahmad Lintang Lazuardi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014
Hohn Gerring, Case Study Research Principles and Practices, Singapore: Cambridge
University Press, 2007
.M. O’Malle ; A.U. Chamot , Learrning Processes and Learning Outcomes dalam
Torsten Husėdan T. Neville Postlethwaite (Editor), The International
Encyclopedia of Education Volume 6, Second Edition , New York: Elsevier
Scence Inc, 1994.
Kamdhi, J.S., Diskusi Yang Efektif, Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Kartodirdjo ,Sartono, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Editor Koentjaraningrat
Jakarta: Gramedia, 1986.
Krashen, Stephen D, Second Language Acquisition and Second Language Learning,
first Internet Edition Descember 2002.
Mahmud Kamil al Naqah, Ta`līm al Lugah al `Qrabiyyah li al Nā iqīn bi Lugāt Ukhra
Ususuhu, Madākhiluhu- uruq Tadrīsuhu, (Makkah al Mukarramah: al Jami`ah
Umm al Qura, 1985
Makruf, Imam, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif, Semarang: NEED`S Press,
2009.
Man ūr, bnu, Lisān al `Arab ak juz’ 8, Beirut:Dar h a’ al Turas al `Arabi dan
Muassasah al Tarikh al `Arabiy, tt.
Majlis Ūrūbā Majlis Ta`āwun al Śaqāfī, al Ițār al Marji`I al Ūrūbiy al `ām li al Lugāt
Dirāsah …Tadrīs…Taqyīm, Terj. Arab : `Ala `Adil `bd al Jawad dkk. Kairo:
Dar Ilyas al `asriyyah, 2008
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj. Tjetjep
Rohendi Rohidi, Jakarta: UI-Press, 1992

61
Mohtar, Tunku Mohani Tunku, Learner Strategies In Second Language Acquisition
dalam Jurnal The English Teacher Vol XX October 1991.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1999.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Paradigma Positivisme Objektif,
Phenomenologi Interpretatif, Logika Bahasa Platonis, Chomskyist, Hegelian &
Hermeneutik, Paradigma Studi Islam, Matematik Recursion-, Set-Theory &
Structural Equation Modeling dan Mixed, Edisi VI Pengembangan 2011,
Yogyakarta: Rake Sarasin, 2011.
Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah , Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Muhammad al Kaumi, Muhammad “Tadrīs al Lugah al `Arabi ah li al Nātīqīn bi
Lugāt Ukhra Mulā a āt a āt aula Tadrīs al Nu ū wa al Adab dalam
Majallah Ma`had al lugah al `Arabiyyah, al `Adad al Śānī, al Mamlakah al
`Arabi ah al Su`ūdi ah Wizārah al `āli āmi`ah Umm al Qura Ma`had al
Lugah al `Arabi ah Ligairi al Nā iqīn biha, Wihdah al Buhu wa al Manāhij,
1984.
Mujib,Fathul, Rekonstruksi Pendidikan Bahasa Arab dari Pendekatan Konvensional ke
Integratif Humanis, Yogyakarta: Pedagogia, 2010.
Nababan, Sri utari Subyakto, Metodologi Pengajaran Bahasa, Jakarta: Dramedia
Pustaka Utama, 1993.
Nasution,S, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif , Bandung: Tarsito, 1988.
Nayyif Khirman & `Ali Hujaj, al Lugāt al Ajnabiyyah Ta`līmuha wa Ta`allumuhā,
Kuwait: `ālam al Ma`rifah Silsilah Kutub aqāfah S ahri ah a duruhā al
Majlis al Wa ani li al aqafi wa al funūn wa al dāb, 1990.
Oxford, Rebecca L, Language Learning Strategies,Boston: Heinle & Heinle Publishers,
1990
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
di Madrasah
Ros ad, Achmad Faizur, “Karakteristik Metode Terjemah Ta`līq dalam naskah
Manuskrip Qa r al-Gaiś Karya Abu al Laiś Muhammad Ibn Abi Naşr Ibrahim
al-Samarqandi (Suntingan Teks dan Analisis Morfosintaksis).Disertasi
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyarta, tahun 2012
Fidaroini, Saidun Tulisan Bahasa Arab ang Sempurna dan mplikasinn a dalam
Pengajaran Bahasa Arab, Disertasi Program Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 1995. (tidak diterbitkan)
Schunk, Dale H. , Learning Theories an Educational Perspective Teori-teori
Pembelajaran Perspektif Pendidikan, Terj. Eva Hamdiah, Rahmat Fajar,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Silbermen, Mell,TT, Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject, Boston:
Allyn and Bacon
Sousa ,David A., Bagaimana Otak Belajar, edisi keempat, Jakarta: PT. Indeks, 2012.
Steenbrink, Karel A, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun
Moderen, Jakarta: LP3ES, 1994
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif ,Bandung: Alfabeta, 2005.
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi ,Bandung: Alfabeta, 2004.

62
Sugono, Deddy, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, edisi keempat, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Sukamta, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab dengan Model Leipziq Universit (Sebuah
Pendekatan Integrasi Interkoneksi) dalam Laporan Penelitian Kelompok
Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2007, tidak ditebitkan.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1990.
Syahatah, Hasan, Ta`līm al Lugah al `Arabiyyah baina al Na ariyyah wa al Taŝbīq, Dar
al Misriyyah al lubaniyyah, tt.
S akur, Nazri, Pendekatan Komunikatif untuk Pembelajaran Bahasa Arab , Disertasi
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. (tidak
diterbitkan).
Ta`imah, Rusydi Ahmad , al Mahārāt al Lugawiiyah Mustawiyātuha, Tadrīsuha,
Şu`ūbātuha, al Qahirah: Dār al Fikr al `Arab , 2009.
Umi Baroroh,R., Validitas si UAMBN Mata Pelajaran Bahasa Arab Madrasah
Ibtidaiyah tahun Pelajaran 2011-2012 , Laporan Penelitian Individual
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, tahun 2012, Tidak diterbitkan.
, Studi Kasus Validitas si Soal Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional
(UAMBN) mata Pelajaran Bahasa Arab tahun Pelajaran 2009-2010 di MTs
Negeri Godean, dalam Laporan Penelitian Individual 2010, Yogyakarta:
Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tidak diterbitkan.
Stern,H,H, Fundamental Concept of Language Teaching, (Oxford : Oxford Univercity
Press, 1991
Wibowo, Sembodo Ardi, Model-Model Pembelajaran Bahasa Arab dalam Jurnal al
`Arabiyah Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Volume 2, Nomor 2, Januari
2006.
Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara Sumber
Widya, 1962
Zaenuddin,Radliyah dkk, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa
Arab, Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005.
Zuhdi,Halimi, al Bī’ah al Lugawiyah Takwīnuha wa Dauruha fi Iktisāb al `Arabiyah,
Malang: UIN-Malang Press, 2009
Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_ibu pada 11 Juni 2013,
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_ibu pada 11 Juni 2013
http://tewind16.blogspot.com/2013/04/bahasa-ibu-bahasa-kedua-bahasa-nasional.html
pada 11 Juni 2013.
http://bredmart.blogspot.com/2012/09/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan.html,
pada Senin, 23 Desember 2013
http://www.melta.org.my/ET/1991/main2.html pada 28 Januari 2014-01-28
Cetak Doktor Pertama Pendidikan Bahasa Arab http://www.umm.ac.id/en/967-cetak-
doktor-pertama-pendidikan-bahasa-arab-thn-2012.html, pada Selasa, 12
November 2013
Berita Muhammadi ah, Dimensi Psikologis Aspek Penting dalam Pembelajaran
Bahasa Arab di akses dari
http://www.muhammadiyah.or.id/id/news/print/2764/dimensi-psikologis-
aspek-penting-dalam-pembelajaran-bahasa-arab.html pada 7 November
2013

63
Provo 2013, Blended Learning in English as a Second Language (ESL), dalam diakses
2 Februari 2014
http://daftarptn.blogspot.com/2013/02/daftar-jurusan-di-universitas-islam_9915.html
diakses pada 4 Februari 2014.
https://web.snmptn.ac.id/ptn/42 diakses 12 Februari 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perguruan_tinggi_negeri_di_Indonesia, 2 februari
2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Islam_negeri diakses pada 2 Februari 2014.
http://khilmizuhroni.blogspot.com/2011/05/penelitian-bahasa-arab.html diakses 17
Februari 2014.
http://www.pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/deskripmadrasah.pdf, diakses 23
Januari 2013
Hari anto, “Pengertian Makalah, Paper dan Artikel , dalam
http://belajarpsikologi.com/pengertian-makalah-paper-dan-artikel-ilmiah/
diakses, ahad, 6 Agustus 2016.
Tunku Mohani Tunku Mohtar, “Learner Strategies In Second Language Acquisition
dalam Jurnal The English Teacher Vol XX October 1991, Diakses dari
http://www.melta.org.my/ET/1991/main2.html pada 28 Januari 2014-01-
28.
Machmudah, Umi, Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD vs
Konvensional dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Bahasa Arab
Siswa Kelas X SMAN I Malang diakses pada 11 November 2013 dari
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/10719.
Sa’adatul Luthfiah, Problematika Pembelajaran Bahasa Arab dan Solusin a pada
Siswa Kelas V M NU Bla u Wajak Malang dalam http://lib.uin-
malang.ac.id/?mod=th_detail&id=08140061 diakses 17 Februari 2014.

64

Anda mungkin juga menyukai