Anda di halaman 1dari 10

https://doi.org/10.22435/blb.v12i2.

199

Resistensi Malathion dan Aktivitas Enzim Esterase Pada Populasi Nyamuk Aedes
aegypti di Kabupaten Pekalongan

Malathion Resistance And Esterase Enzyme Activity Of Aedes aegypti Population In


Pekalongan Regency

Dyah Widiastuti*, Bina Ikawati


Balai Litbang P2B2 Banjarnegara
Jl. Selamanik no. 16 A Banjarnegara Kode Pos 53415
*E_mail: umi.azki@gmail.com

Received date: 14-01-2016, Revised date: 03-10-2016, Accepted date: 28-11-2016

ABSTRAK
Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia adalah salah satu daerah dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) sejak beberapa tahun terakhir. Penggunaan insektisida telah dilakukan untuk pengendalian vektor
Demam Berdarah dalam kurun waktu yang lama. Hal tersebut mendorong dilakukannya penelitian mengenai
status resistensi terhadap malathion dan deteksi aktivitas enzim esterase pada populasi Aedes aegypti (Diptera:
Culicidae) di Kabupaten Pekalongan. Penelitian dilakukan pada bulan April-November 2014. Uji kerentanan
insektisida dilakukan pada Ae. aegypti betina generasi F1 hasil penangkapan di Desa Simbangkulon Kecamatan
Buaran, Desa Kedungwuni Barat Kecamatan Kedungwuni dan Desa Karangsari Kecamatan Karang Anyar
Kabupaten Pekalongan, dengan dosis diagnostik dari malathion (0,8 %). Aktivitas enzim esterase pada tubuh
nyamuk dari populasi tersebut diuji secara biokimiawi untuk mengethui mekanise yang mendasari resistensi
terhadap malathion. Pada semua lokasi penelitian, angka kematian nyamuk uji akibat paparan malathion
bervariasi dari 3,33 hingga 13,75%, yang menunjukkan bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion di
semua lokasi penelitian. Hasil uji biokimia menunjukkan peningkatan aktivitas enzim esterase pada populasi
nyamuk Ae. aegypti di semua lokasi penelitian. Oleh karena itu, aktivitas enzim esterase menunjukkan kaitan
dengan mekanisme yang bertanggung jawab untuk resistensi malathion pada Ae. aegypti di Kabupaten
Pekalongan. Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang status resistensi malathion pada populasi Ae.
aegypti di Pekalongan dan mekanisme biokimia yang penting untuk memantau perkembangan resistensi
insektisida di daerah tersebut.
Kata kunci: resistensi, malathion, Pekalongan

ABSTRACT
Pekalongan regency, Central Java (Indonesia) is one of area which experienced with Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) incidence since many years ago. The extensive use of insecticides for dengue vector control has
been carried out for long period in Pekalongan Regency. This fact stimulate the need to study the resistence
status and esterase enzyme avtivity of Aedes aegypti to Malathion. The research was conducted in April-
November 2014. Insecticide susceptibility assays were performed on F1 generation of wild-caught adult female
Ae. aegypti mosquitoes from Simbangkulon Village Buaran Sub district, Kedungwuni Barat Village Kedungwuni
Sub dsitrict and Karangsari Village Karanganyar Sub district, with the diagnostic doses of malathion (0,8%).
Esterase enzyme activity of these mosquitoes was tested biochemically to find out the mechanisms of resistance
to Malathion. Mosquitoes mortality as a result of Malathion effect showed variation in range from 3.33 to
13.75% in all study sites. That result indicated that Ae.aegypti mosquitoes are resistant to Malathion in all study
sites . Based on biochemical assays, there was an increase if esterase enztyme activity of Ae aegypti in all study
sites.. Therefore, alpha esterase enzyme activity could be associated with the mechanisms which responsible to
malathion resistance in Ae. aegypti in Pekalongan. The results of this study provided the information about the
malathion resistance status of Ae. aegypti in Pekalongan, and biochemical mechanisms which essential for
monitoring the insecticide resistance in this area.

Keywords: resistance, malathion, Pekalongan

61
BALABA Vol. 12 No.2, Desember 2016 : 61-70

PENDAHULUAN pengendalian penyakit tular vektor di


Indonesia. Terjadinya resistensi akan
Kabupaten Pekalongan merupakan
menimbulkan masalah karena serangga yang
salah satu wilayah dengan masalah Demam
telah resisten akan bereproduksi dan akan
Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Jawa
terjadi perubahan genetik yang menurunkan
Tengah. Data Dinas Kesehatan Kabupaten
keturunan resisten (filialnya), yang pada
menunjukkan bahwa Incidence Rate (IR)
akhirnya akan meningkatkan proporsi vektor
penyakit DBD di kabupaten ini sebesar
resisten dalam populasi. Resistensi bersifat
9,08/100.000 penduduk pada tahun 2011,
diturunkan dan merupakan rintangan tunggal
15,17/100.000 penduduk pada tahun 2012 dan
dalam keberhasilan pengendalian vektor secara
meningkat kembali menjadi 33,6/100.000
kimia. 4
penduduk untuk tahun 2013.1 Aplikasi fogging
Resistensi terhadap malathion telah
dilaksanakan sebagai salah satu upaya
dilaporkan di beberapa lokasi. Resistensi
pengendalian DBD oleh Dinas Kesehatan di
nyamuk Ae.aegypti terhadap malathion juga
Kabupaten Pekalongan. 2
ditemukan dalam penelitian di French
Malathion merupakan insektisida dari 5
Guiana. Ae.aegypti di Columbia juga
golongan organophosphat yang sudah dipakai
dilaporkan telah resisten terhadap malathion.6
untuk pemberantasan vektor di Kabupaten
Resistensi terhadap malathion pada populasi
Pekalongan sejak tahun 1998. Perbandingan
nyamuk Ae.aegypti di beberapa kabupaten lain
campuran malathion yang dipakai untuk
di Jawa Tengah seperti Semarang,
pengasapan secara nyata dilapangan menurut
Purbalingga, Kendal dan Grobogan telah
Program Pemberantasan DBD Dinas
dilaporkan oleh Sunaryo pada tahun 2014.7
Kesehatan Kabupaten Pekalongan adalah 1
Meskipun saat ini penggunaan insektisida
liter insektisida malathion dicampur 15 liter
malathion di Kabupaten Pekalongan sudah
solar (konsentrasi insektisida 6%), sudah di
digantikan dengan golongan sintetik piretroid,
atas standar Kemenkes RI yaitu 1 liter
namun masih tetap diperlukan kajian mengenai
insektisida malathion dicampur 19 liter solar
status kerentanan populasi nyamuk Ae. aegypti
(konsentrasi insektisida 5%). Penggunaan
di kabupaten Pekalongan terhadap insektisida
konsentrasi 6% ini mulai diterapkan di
malathion. Uji biokimia untuk melihat
lapangan sejak tahun 2000 karena pada tahun
aktivitas enzim esterase berfungsi untuk
tersebut mulai ada keluhan masyarakat bahwa
mengidentifikasi mekanisme yang mendasari
setelah dilakukan pengasapan nyamuk tidak
terjadinya resistensi serangga terhadap
mati sedangkan fogging telah dilaksanakan
insektisida malathion. Hal ini akan bermanfaat
sesuai kriteria Kemenkes RI. 2
sebagai dasar pertimbangan pemilihan bahan
Penggunaan insektisida synthetic
aktif insektisida oleh Dinas Kesehatan
pyrethroids yaitu Cynoff 25 ULV dengan
Kabupaten setempat bila akan melakukan
bahan aktif cypermethrin untuk memberantas
penggantian bahan aktif insektisida. Apabila
vektor DBD di Kabupaten Pekalongan dimulai
populasi Ae. aegypti di Kabupaten Pekalongan
tahun 2004, karena pada tahun tersebut Dinas
terbukti mengalami peningkatan aktivitas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah memberi
enzim esterase, maka untuk rotasi penggantian
bantuan insektisida jenis tersebut untuk
insektisida sebaiknya tidak menggunakan
pemberantasan vektor DBD sampai sekarang.2
insektisida yang mengandung gugus ester.
Resistensi serangga terhadap berbagai jenis
Uji resistensi menggunakan metode
insektisida akan muncul setelah 2 – 20 tahun
susceptibitlity test memiliki keunggulan berupa
digunakan secara terus – menerus.3
biaya yang murah dan proses pelaksanaan
Resistensi Ae. aegypti terhadap
yang relatif mudah. Namun metode ini tidak
insektisida merupakan fenomena global yang
dapat menggambarkan mekanisme yang
dihadapi terutama oleh pengelola program

62
Resistensi Malathion dan…….(Widiastuti dan Ikawati)

mendasari terjadinya resistensi pada suatu susceptibility serta pengamatan aktivitas enzim
populasi serangga di lokasi tertentu. Secara esterase pada populasi nyamuk tersebut.
umum, resistensi terhadap insektisida pada Penelitian yang dilaksanakan pada
serangga didasari oleh tiga mekanisme yaitu bulan April sampai November 2014 ini
(1) penurunan sensitivitas target site, (2) menggunakan desain potong lintang (cross
perubahan lapisan kutikula yang mengurangi sectional). Tulisan ini merupakan ekstraksi
penetrasi senyawa insektisida ke tubuh dari penelitian dengan judul “Peta status
serangga dan (3) peningkatan enzim kerentanan Aedes aegypti (Linn) terhadap
detoksifikasi.8 Serangga menjadi resisten insektisida cypermethrin 0,05%, malathion
terhadap insektisida dengan menjalankan satu 0,8% dan temephos di Kabupaten Purworejo,
atau lebih dari ketiga mekanisme tersebut. Kebumen, Pekalongan, Demak, Wonosobo,
Oleh karena itu, perlu dilakukan pula Cilacap, Kudus, Klaten, Banjarnegara tahun
pengamatan aktivitas enzim detoksifikasi pada 2014”.
populasi serangga tersebut untuk Lokasi Penelitian
mengidentifikasi mekanisme yang mendasari Lokasi yang digunakan sebagai tempat
terjadinya resistensi terhadap insektisida. penelitian adalah tiga desa endemis DBD di
Apabila terjadi resistensi terhadap suatu Kabupaten Pekalongan yaitu Desa
insektisida dengan mekanisme berupa Simbangkulon Kecamatan Buaran, Desa
peningkatan enzim detoksifikasi, untuk Kedungwuni Barat Kecamatan Kedungwuni
insektisida pengganti sebaiknya dipilih yang dan Desa Karangsari Kecamatan
tidak memiliki gugus kimia yang sama dengan Karanganyar.9
insektisida awal. Pada penelitian ini, dilakukan
pengujian kerentanan populasi nyamuk Ae.
aegypti di Kabupaten Pekalongan terhadap
insektida malathion menggunakan uji

Gambar 1. Peta Titik Lokasi survei di Kabupaten Pekalongan berdasarkan titik GPS

63
BALABA Vol. 12 No.2, Desember 2016 : 61-70

METODE
Uji Biokimia
Survei Larva dan Pemasangan Ovitrap
Sebanyak 16 ekor nyamuk F1 dari
Sampel nyamuk Ae. aegypti sebagai
masing-masing desa (total sampel 48 ekor
bahan uji diambil dari 100 rumah per desa.
nyamuk) juga diperiksa secara biokimia untuk
Pada rumah yang dijadikan sampel dilakukan
melihat aktivitas enzim esterase. Sebelum uji
pengambilan jentik nyamuk Ae. aegypti dan
dilakukan, sampel nyamuk terlebih dahulu
pemasangan perangkap telur nyamuk (ovitrap)
dibuat homogenat secara individual dalam 200
yang dipasang selama tujuh hari. Larva dan
telur nyamuk yang terkumpul dari lapangan l buffer fosfat (pH 7,4). Uji biokimia
dipelihara di laboratorium hingga menjadi dilakukan dengan langkah kerja yang mengacu
generasi pertama (F1) dewasa. Hasil survei pada WHO10 sebagai berikut:
entomologi dianalisis untuk menghitung nilai Sebanyak 50 µl aliquot dari homogenat
House Index, Container Index dan Breteau masing-masing nyamuk dimasukkan dalam
Index. sumuran microplate lalu ditambahkan 50 ul
Uji Susceptibility substrat α-naftil asetat. Selanjutnya pada
Kit standar untuk uji kerentanan terdiri masing-masing sumuran ditambahkan 50 µl
dari 4 pasang tabung uji dan 2 pasang tabung coupling agent Fast Blue. Microplate
kontrol. Tiap tabung diisi 20 ekor nyamuk diinkubasi selama 10 menit pada suhu ruang.
betina yang sehat, kenyang gula dan berumur Intensitas warna yang dihasilkan pada masing-
3-5 hari. Dua set tabung uji terdiri dari tabung masing sumuran diukur absorbansinya
kolektor nyamuk (berlapis clean white paper) menggunakan microassay reader (Elx808
dan tabung kontak insektisida (berlapis Biotek) pada panjang gelombang 450 nm.
impregnated paper malathion 0,8% dan untuk Absorbance value (AV) ≥ 0,7 menunjukkan
kontrol berlapis risela oil paper). Nyamuk bahwa aktivitas enzim esterase dalam tubuh
dikontakkan selama 60 menit dalam tabung nyamuk tinggi, yang menyebabkan nyamuk
kontak dan dicatat kematiannya, lalu resisten, serta AV <0,7 rentan. Data
dipindahkan ke tabung kolektor dan ditampilkan dalam bentuk tabel.
ditempatkan dalam udara segar selama 24 jam
(holding) dengan diberi makan larutan gula 5% HASIL
serta dijaga suhu dan kelembabannya dengan Hasil survei larva pada ketiga desa di
memberi pelepah pisang pada kotak tempat Kabupaten Pekalongan ditunjukkan pada Tabel
nyamuk diletakkan serta ditutup handuk basah. 1 berikut ini. Tabel 1 menunjukkan bahwa
Selain itu, dijauhkan pula dari jangkauan House Index (HI) berkisar antara 13-34%,
pemangsa nyamuk. Proporsi nyamuk mati Container Index (CI) berkisar antara 11,1-
setelah holding 24 jam dihitung.10 30,1% dan Breteau Index (BI) berkisar antara
Data hasil uji kerentanan digunakan 15-56. Nilai HI yang paling kecil ditemukan di
untuk menentukan status kerentanan nyamuk Desa Karangsari (13%) dan yang paling tinggi
Ae. aegypti terhadap insektisida mengikuti di Desa Kedungwuni Barat (34%). Nilai CI
standar WHO10 sebagai berikut: tertinggi di Kedungwuni Barat (30,1%) dan
susceptible/rentan (kematian 98-100%), terendah di Karangsari (11,1%). Nilai BI
toleran atau perlu konfirmasi (kematian 80– tertinggi ditemukan di Kedungwuni Barat (56)
<98%), dan resisten (kematian < 80%). dan terendah di Karangsari (15).
Apabila kematian <95% yang dilakukan pada
kondisi optimal untuk kehidupan nyamuk Ae.
aegypti dengan besar sampel lebih dari 100
ekor nyamuk diduga kuat telah terjadi
resisten.10

64
Resistensi Malathion dan…….(Widiastuti dan Ikawati)

Uji Susceptibility demikian, kematian nyamuk uji terhadap


Hasil pengujian nyamuk Ae.aegypti paparan malathion 0,8% di semua desa
menggunakan impregnated paper mengandung menunjukkan nilai persentase jauh dibawah
bahan aktif malathion 0,8% pada ketiga desa 80%.
pada pengamatan 1 jam menunjukkan Uji Biokimia
persentase kematian nyamuk uji antara 3,33- Aktivitas enzim esterase dalam tubuh
13,75%. Adapun setelah dipelihara selama 24 nyamuk yang diukur dari serapan warna dalam
jam persentase kematian nyamuk uji berkisar satuan Absorbance Value (AV) ditunjukkan
13,75-25% (dibawah 80%). Persentase pada tabel 4 berikut ini. Nilai AV yang tinggi
kematian nyamuk pada masing-masing desa ditemukan pada sampel dari Simbangkulon
ditunjukkan pada Tabel 2 untuk pengamatan 1 dan Kedungwuni Barat, diikuti Karangsari. Hal
jam dan tabel 3 untuk pengamatan 24 jam. ini menunjukkan persentase nyamuk uji yang
Tabel 2 menunjukkan bahwa mengalami peningkatan enzim esterase paling
persentase kematian nyamuk uji yang paling banyak ditemukan di Desa Simbangkulon dan
rendah pada pengamatan 1 jam ditemukan di Kedungwuni Barat masing-masing sebesar
Desa Kedungwuni Barat (1,25%). Sedangkan 62,5% diikuti Karangsari sebesar 50%.
persentase kematian nyamuk uji yang paling
tinggi ditemukan di Desa Karangsari (13,75%).
Tabel 3 menunjukkan bahwa
persentase kematian nyamuk uji yang paling
rendah pada pengamatan 1 jam ditemukan di
Desa Simbangkulon dan Kedungwuni Barat
untuk paparan malathion 0,8%. Sedangkan
persentase kematian nyamuk uji yang paling
tinggi ditemukan di Desa Karangsari. Namun

Tabel 1. Indeks entomologi Ae. aegypti di Kabupaten Pekalongan


NAMA DESA HI (%) CI (%) BI
Simbangkulon 26 24,6 50
Kedungwuni Barat 34 30,1 56
Karangsari 13 11,1 15

Tabel 2. Persentase kematian nyamuk pada pengamatan 1 dan 24 jam


Persentase kematian nyamuk uji (%) terhadap
Nama Desa papaparan insektisida malathion 0,8%
1 jam 24 jam
Simbangkulon 7,5 13,75
Kedungwuni Barat 1,25 13,75
Karangsari 13,75 25

Tabel 3. Hasil uji biokimia nyamuk Ae. aegypti di Kabupaten Pekalongan


Ʃ nyamuk rentan Ʃ nyamuk resisten Ʃ nyamuk diperiksa
Nama Desa (AV <0,7) (AV ≥0,7)
Jml % Jml % Jml %
Simbangkulon 6 37,5 10 62,5 16 100
Kedungwuni Barat 6 37,5 10 62,5 16 100
Karangsari 8 50 8 50 16 100
Keterangan: AV =Absorbance Value

65
BALABA Vol. 12 No.2, Desember 2016 : 61-70

PEMBAHASAN dari satu kontainer. BI membentuk hubungan


antara kontainer yang positif dan rumah, tetapi
Hasil survei larva menunjukkan bahwa
juga tidak dapat memperhitungkan nyamuk
ketiga desa yang menjadi lokasi penelitian
dewasa dari kontainer. BI merupakan indikator
tergolong dalam area berisiko untuk penularan
yang lebih menggambarkan prevalensi
Dengue, karena nilai HI>5%. Berdasarkan
daripada kelimpahan.11
kriteria Kemenkes RI kawasan yang termasuk
Gambaran kepadatan larva dalam
kriteria rumah sehat apabila nilai HI<5%.
density figure dari nilai HI, CI dan BI menurut
Berdasarkan Pant & Self8 yang menyatakan
World Health Organization (WHO) dalam
nilai HI>10% merupakan wilayah berisiko
Kementrian Kesehatan Queensland12 pada
tinggi untuk penularan DBD maka dilihat dari
Desa Simbangkulon ada pada kisaran urutan 4-
nilai HI ketiga desa tersebut berisiko tinggi.
6, di Desa Kedungwuni Barat antara 5-7 dan
Menurut WHO, House Index (HI) merupakan
Desa Karangsari 3-4. Density figure
indikator yang paling banyak digunakan untuk
mempunyai rentang 1-9, semakin tinggi angka
memonitor tingkat infestasi nyamuk. Nilai HI
density figure semakin berisiko untuk
menggambarkan persentase rumah yang positif
terjadinya penularan DBD.13 Densitas atau
untuk perkembangbiakan vektor sehingga
kepadatan larva Ae.aegypti pada suatu wilayah
dapat mencerminkan jumlah populasi yang
dapat menjadi ancaman bagi kesehatan
berisiko.11 House Index tidak
masyarakat jika terjadi kontak dengan
memperhitungkan jumlah kontainer dengan
manusia. Kontak nyamuk Ae.aegypti dengan
nyamuk dewasa maupun produksi nyamuk
penderita DBD akan menyebabkan nyamuk
dewasa dari kontainer tersebut. Bila suatu
terinfeksi dan jika menggigit manusia sehat
daerah mempunyai HI lebih dari 5%, daerah
akan dapat menyebabkan terjadinya penularan
tersebut mempunyai risiko tinggi untuk
DBD.
penularan dengue. Bila HI kurang dari 5%,
Persentase kematian nyamuk uji pada
masih bisa dilakukan pencegahan untuk
pengamatan satu jam menunjukkan efek
terjadinya infeksi virus Dengue. Lebih lanjut
knockdown insektisida. Pada penelitian ini
dijelaskan bahwa bila HI > 15% berarti daerah
terlihat bahwa efek knockdown malathion
tersebut sudah ada kasus DBD. Semakin tinggi
0,8% paling rendah ditemukan pada populasi
angka HI, berarti semakin tinggi kepadatan
nyamuk Ae.aegypti di Desa Kedungwuni Barat
nyamuk, dan semakin tinggi pula risiko kontak
(1,25%) dan paling tinggi di Desa Karangsari
dengan nyamuk dan terinfeksi virus dengue. 11
(13,75%). Hal ini sejalan dengan penelitian
Berdasarkan nilai BI Desa
Dusfour 13di French Guiana yang menemukan
Simbangkulon berisiko tinggi (BI>50)
bahwa kematian nyamuk Ae. aegypti pada satu
sedangkan Desa Kedungwuni Barat dan
jam pertama setelah terpapar insektisida
Karangsari berisiko sedang untuk penularan
fenitothrion 0,5% hanya sebesar 1 %, bahkan
DBD (BI 5-50). Nilai BI menunjukkan
pada kelompok kontrol tidak ada nyamuk yang
hubungan antara kontainer yang positif dengan
mati. Malathion dan fenitothrion merupakan
jumlah rumah. Indeks ini dianggap indeks
insektisida dari golongan yang sama yaitu
yang paling baik, tetapi tidak mencerminkan
organofosfat.
jumlah larva/jentik dalam kontainer. Secara
Persentase kematian nyamuk pada
umum, BI merupakan indikator yang paling
pengamatan 24 jam mengalami peningkatan
baik dibandingkan dengan CI dan HI karena
bila dibandingkan dengan pengamatan 1 jam.
mengkombinasikan antara tempat tinggal dan
Nyamuk Ae.aegypti dari Desa Simbangkulon
kontainer. Oleh karena itu, BI mempunyai nilai
dan Kedungwuni Barat menunjukkan
signifikan epidemologis yang lebih besar. 11
persentase kematian yang sama yaitu sebesar
Nilai BI tinggi berarti masih ditemui jumlah
13,75%, sedangkan Desa Karangsari
rumah dengan kontainer positif jenisnya lebih
menunjukkan persentase kematian yang lebih

66
Resistensi Malathion dan…….(Widiastuti dan Ikawati)

tinggi yaitu 25%. Namun demikian, nilai hidrolase, salah satu kelompok besar enzim
persentase kematian nyamuk uji dari ketiga yang mengkatalisis reaksi hidrolisa dari
desa tersebut pada pengamatan 24 jam senyawa alifatik, ester aromatik, ester kolin
termasuk dalam kategori resisten karena dan organophosphorus.15 Malathion yang
kematian nyamuk setelah holding 24 jam merupakan insektisida dari golongan
kurang dari 80%. organofosfat memiliki dua gugus ester
Resistensi nyamuk Ae.aegypti terhadap carboxylic acid, sehingga senyawa ini dapat
malathion juga ditemukan dalam penelitian di dihidrolisis oleh enzim karboksil esterase.
French Guiana dengan nilai persentase Enzim karboksil esterase bisa menghidrolisis
kematian nyamuk uji berkisar antara 22-48%.5 salah satu atau kedua gugus karboksilat yang
Ae.aegypti di Columbia juga dilaporkan telah menyusun senyawa malathion. Apabila gugus
resisten terhadap malathion.6 Resistensi karboksilat penyusun senyawa malathion
terhadap malathion pada populasi nyamuk mengalami perubahan, maka senyawa
Ae.aegypti di beberapa kabupaten lain di Jawa insektisida ini akan kehilangan fungsinya.
Tengah seperti Semarang, Purbalingga, Kendal Resistensi yang disebabkan karena aktivitas
dan Grobogan telah dilaporkan oleh Sunaryo enzim terjadi pada saat enzim tersebut
pada tahun 2014.7 menghalangi senyawa insektisida untuk
Hasil pengamatan aktivitas enzim mencapai sisi targetnya. 16
esterase pada populasi nyamuk dari ketiga desa Hasil penelitian ini menunjukkan
menunjukkan bahwa persentase nyamuk yang adanya aktivitas enzim esterase pada populasi
mengalami peningkatan aktivitas enzim Ae. aegypti di Pekalongan yang selaras dengan
esterase yang paling besar ada di Desa hasil uji susceptibility menggunakan malathion
Simbangkulon dan Desa Kedungwuni Barat, 0,8%. Hal ini menunjukkan bahwa resistensi
yaitu 62,5% untuk masing-masing desa. nyamuk Ae.aegypti di kabupaten pekalongan
Sedangkan Desa Karangsari persentase terhadap malathion didasari oleh mekanisme
nyamuk yang mengalami peningkatan aktivitas enzimatis (metabolic resistance), khususnya
enzim esterasenya lebih kecil (50%). oleh enzim esterase. Informasi ini penting
Persentase jumlah nyamuk Ae.aegypti yang untuk dijadikan dasar dalam pemilihan
mengalami peningkatan enzim esterase dari insektisida pengganti pada saat akan
masing-masing desa sejalan dengan persentase melakukan rotasi penggantian insektisida.
jumlah kematian nyamuk uji pada paparan Adanya aktivitas enzim esterase pada populasi
malathion 0,8% (Tabel 3 dan Tabel 4). Ae. aegypti di Pekalongan akan
Penelitian Selvi, et al14 menunjukkan bahwa memungkinkan terjadinya resistensi terhadap
resistensi terhadap malathion pada Culex senyawa insektisida selain malathion yang juga
quinquefasciatus dan Cx. tritaeniorhynchus memiliki gugus ester. Organofosfat merupakan
berhubungan dengan adanya peningkatan ester dari asam fosfat atau asam tiofosfat,
aktivitas esterase. Adanya peningkatan enzim sehingga semua insektisida dari golongan
esterase mengindikasikan adanya mekanisme organofosfat memiliki gugus ester. Selain
detoksifikasi metabolis di dalam tubuh organofosfat, insektida dari golongan karbamat
serangga. juga mengandung gugus ester, karena
Esterase merupakan salah satu enzim insektisida karbamat merupakan ester dari
detosifikasi yang diketahui berperan dalam asam N-metilkarbamat.17
mekanisme resisten serangga terhadap
insektisida dari golongan organophosphat.
Esterase digolongkan dalam kelompok enzim

67
BALABA Vol. 12 No.2, Desember 2016 : 61-70

Gambar 2. Reaksi hidrolisis malathion16

Penelitian Ikawati18 menunjukkan itu, lokasi dengan populasi nyamuk Ae.aegypti


bahwa masyarakat di Kabupaten Pekalongan yang telah resisten terhadap malathion apabila
sebagian besar menggunakan obat nyamuk akan melakukan penggantian bahan aktif
bakar dengan bahan aktif transfluthrin 3%. insektisida dalam kegiatan pengendalian
Selain itu malathion digunakan tahun 1998- nyamuk Ae. aegypti, disarankan untuk memilih
2004 dan sudah tidak lagi digunakan sejak bahan aktif yang bukan dari golongan
tahun 2004.18 Hal ini menunjukkan bahwa organofosfat dan memiliki mekanisme kerja
populasi nyamuk Ae.aegypti di Kabupaten yang berbeda dengan malathion.
Pekalongan sudah relatif jarang terpapar
malathion dalam 5 tahun terakhir. Namun sifat KESIMPULAN
resisten terhadap malathion masih ditemukan
Uji susceptibility menunjukkan bahwa
pada populasi nyamuk Ae.aegypti di
nyamuk Ae.aegypti di ketiga desa termasuk
Kabupaten Pekalongan.
dalam kategori resisten terhadap malathion.
Uraian di atas menunjukkan bahwa
Adapun persentase nyamuk Ae.aegypti yang
resistensi Ae.aegypti di Kabupaten Pekalongan
mengalami peningkatan enzim esterase selaras
kemungkinan besar didasari oleh mekanisme
dengan persentase kematian nyamuk dari
detoksifikasi oleh enzim esterase. Penelitian
ketiga desa. Hal ini menunjukkan bahwa
yang dilakukan pada spesies Nilaparvata
resistensi Ae. aegypti terhadap insektisida
lugens di Malaysia menjelaskan bahwa
malathion didasari oleh mekanisme resistensi
penurunan sifat terkait aktivitas enzim esterase
metabolis.
sangat berhubungan dengan resistensi terhadap
malathion.19Sehingga meskipun sudah jarang
terpapar malathion, populasi nyamuk Ae. SARAN
aegypti di Pekalongan masih menurunkan sifat Disarankan apabila Dinas Kabupaten
resisten terhadap insektisida ini. Selain Pekalongan akan melakukan penggantian
malathion, beberapa bahan aktif yang bahan aktif insektisida dalam kegiatan
tergolong dalam kelompok organofosfat antara pengendalian nyamuk Ae. aegypti, sebaiknya
lain metil pirimifos, fention, klorfififos, dll. memilih bahan aktif yang bukan dari golongan
Semua jenis bahan aktif yang termasuk dalam organofosfat, karena seluruh insektisida dari
golongan organofosfat memiliki mekanisme golongan tersebut memiliki gugus ester yang
kerja yang hampir sama yaitu menghambat dapat dirusak oleh enzim esterase.
kerja enzim asetilkolin esterase.11 Oleh karena Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan

68
Resistensi Malathion dan…….(Widiastuti dan Ikawati)

menjalankan PSN atau penggunaan agen 8. Kasai S, Komagata O, Itokawa K, et al.


biologis sebagai musuh alami vektor seperti Mechanisms of pyrethroid resistance in the
dengue mosquito vector , Aedes aegypti :
pemanfaatan Bacillus thuringiensis sebagai Target Site Insensitivity , Penetration , and
larvasida hayati. Metabolism. 2014;8(6).
doi:10.1371/journal.pntd.0002948.
UCAPAN TERIMA KASIH
9. Profil Kabupaten Pekalongan. Kondisi
umum geografis. www.pekalongan.go.id
Ucapan terimakasih disampaikan kepad
Kepala Balai Litbang P2B2 Banjarnegara 10. WHO. Test procedures for insecticide
beserta jajarannya yang membantu dalam resistance monitoring in malaria vector
pelaksanaan penelitian. Kepala Dinas mosquitoes.; 2013.
Kesehatan Kabupaten Pekalongan dan
jajarannya yang membantu dalam pelaksanaan 11. Sunaryo NP. Surveilans Aedes aegypti di
survei dilapangan. daerah endemis Demam Berdarah Dengue.
J Kesehat Masy Nas. 2013;8 No.8(16):423–
429.

DAFTAR PUSTAKA 12. Queensland D of H. Report of domestic


mosquito breeding surveillance program for
1. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. central and southern regions July 2011 –
Situasi penyakit bersumber binatang di June 2012. 2013.
Jawa Tengah.Makalah disampaikan dalam
Pertemuan Ilmiah Balai Litbang P2B2 13. Dusfour I, Thalmensy V, Gaborit P, Issaly,
Banjarnegara 11-12 Mei 2012. J Carinci, Girod R. Multiple insecticide
resistance in Aedes aegypti (Diptera:
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan. Culicidae) populations compromises the
Laporan Kegiatan Program effectiveness of dengue vector control in
pemberantasanpenyakit Menular Demam French Guiana. Mem Inst Oswaldo Cruz,
Berdarah Kabupaten pekalongantahun Rio Janeiro. 2011;106(3):346–352.
2006.
14. Selvi S, Edah M a, Nazni W a, Lee HL,
3. Sridhar V Lokeshwari D Latha KR and Azahari AH. Characterization on malathion
Chakravarthy AK. Insecticide resistance and permethrin resistance by bioassays and
management : reflections and way forward. the variation of esterase activity with the
Current Science.2014;107(10):1640-1642. life stages of the mosquito Culex
quinquefasciatus. Trop Biomed.
4. Kementerian Kesehatan Republik 2007;24(1):63–75. Available at:
Indonesia. Pedoman penggunaan http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1756
insektisida (pestisida) dalam pengendalian 8379.
vektor.2012.
15. Jackson CJ, Liu J-W, Carr PD, et al.
5. Cox C. Insecticide factsheet. malathion. Structure and function of an insect α-
Journal of Pesticide Reform.23(4):10– carboxylesterase (αEsterase7) associated
5.2003 with insecticide resistance. Proc Natl Acad
Sci U S A. 2013;110(25):10177–82.
6. Clara B Ocampo, Myriam J Salazar- doi:10.1073/pnas.1304097110.
Terreros, Neila J. Mina, Janet McAllister
WB. Insecticide resistance status of Aedes 16. Tang, J., Randy L.R. CJ. Metabolism of
aegypti in 10 localities in Colombia. Acta Organophosphorus and Carbamates
Trop. 2011;118(February):37–44. Pesticide. In: Toxicology of
doi:10.1016/j.actatropica.2011.01.007. Organophosphate & Carbamate
Compounds.; 2005.
7. Sunaryo, Bina Ikawati, Rahmawati Dyah
W. Status resistensi vektor demam berdarah 17. Raini M. Toksikologi pestisida dan
dengue 0,25 % di Provinsi Jawa Tengah. J penanganan akibat keracunan pestisida.
Ekol Kesehat. 2014;13(2 Juni):146–52. 2007;XVII:10–18.

69
BALABA Vol. 12 No.2, Desember 2016 : 61-70

18. Ikawati B.dkk. Peta Status Kerentanan


Aedes Aegypti (Linn) Terhadap Insektisida
Cypermethrin 0,05%, Malathion 0,8% Dan
Temephos Di Kabupaten Purworejo,
Kebumen, Pekalongan, Demak, Wonosobo,
Cilacap, Kudus, Klaten, Banjarnegara
Tahun 2014.; 2014.

19. M.A.Latif, Mohd Yosuh Omar, Soon Guan


Tan, S.S. Siraj ARI. Biochemical studies on
malathion resistance , inheritance and
association of carboxylesterase activity in
brown planthopper , Nilaparvata lugens
complex in Peninsular Malaysia and
association of carboxylesterase activity in
brown planthopper , Nilaparvata. Insect Sci.
2010;17(January):517–526.
doi:10.1111/j.1744-7917.2010.01331.x.

70

Anda mungkin juga menyukai