Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
Jl. Ir. Sutami No. 36 A Surakarta 57126

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP PERIODE FEBRUARI - JULI 2022


Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan
Prodi./ Smt./ Kelas : S1 Sosiologi / 6 / B
Hari/ Tgl : Jum’at, 22 April 2022
Waktu : 90 menit
Dosen Pengampu : Drs. Sudarsana, PGD PD
Sifat ujian : On line

Mekanisme pengerjaan soal dan pengumpulan jawaban:

 Pengerjaan dimulai jam 10.15 - 11.45.


 Mahasiswa tidak diperbolehkan untuk bekerjasama. Jawaban yang terbukti sama
akan mendapat sanksi.
 Pekerjaan mahasiswa dikirimkan kepada Ketua Kelas.
 Selanjutnya Ketua Kelas akan mengirimkan semua file jawaban teman sekelas
dalam satu folder berformat .zip atau .rar kepada dosen melalui email:
sudarsana@staff.uns.ac.id

SOAL UJIAN
1. Apakah makna Pendidikan itu dan apa pula makna per Sekolahan beserta
pendekatannya, jelaskan pendapat saudara!
2. Jelaskan pengertian stratifikasi sosial dan apa kegunaannya?
3. Mengapa pendidikan hendaknya mampu melaksanakan analisis kebutuhan
tentang nilai, pengetahuan dan teknologi guna kesiapan masyarakat menghadapi
perubahan sosial!
4. Mengapa berkembangnya diferensiasi sosial dapat merubah fungsi dan sistem
pendidikan, jelaskan!
5. Alasan apa bahwa Pendidikan sebagai saluran mobilitas, jelaskan!
6. Di Indonesia Satuan Pendidikan Menengah menjadi kewenangan dan urusan
pemerintah Propinsi, apa keunggulannya?
NAMA : Dea Davita Arva Putri Setiawan
NIM : D0319020

1. Apakah makna Pendidikan itu dan apa pula makna per Sekolahan beserta
pendekatannya, jelaskan pendapat saudara!

JAWAB:

Menurut saya, pendidikan itu sendiri dapat dimaknai sebagai suatu proses yang
mencakup tiga dimensi, individu, masyarakat atau komunitas nasional dari individu
tersebut, dan seluruh kandungan realitas, baik material maupun spiritual yang memainkan
peranan dalam menentukan sifat, nasib, bentuk manusia maupun masyarakat.
Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, yang dapat dikatakan sebagai suatu
proses transfer ilmu, transformasi nilai, dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek
yang dicakupnya. Dengan demikian pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan
spesialis atau bidang- bidang tertentu, oleh karena itu perhatian dan minatnya lebih bersifat
teknis.
Pendidikan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan
keseimbangan dan kesempurnaan dalam perkembangan individu maupun masyarakat.
Penekanan pendidikan dibanding dengan pengajaran terletak pada pembentukan kesadaran
dan kepribadian individu atau masyarakat di samping transfer ilmu dan keahlian. Dengan
proses semacam ini suatu bangsa atau negara dapat mewariskan nilai-nilai keagamaan,
kebudayaan, pemikiran dan keahlian kepada generasi berikutnya, sehingga mereka betul-
betul siap menyongsong masa depan kehidupan bangsa dan negara yang lebih cerah.
Pendidikan juga merupakan sebuah aktifitas yang memiliki maksud atau tujuan
tertentu yang diarahkan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia baik sebagai
manusia ataupun sebagai masyarakat dengan sepenuhnya.
Berikut merupakan beberapa pendekatan dalam Pendidikan, diantaranya:
a) Pendekatan penanaman nilai
Yaitu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai
sosial dalam diri siswa.
b) Pendekatan psikologis
c) Pendekatan perencanaan
d) Pendekatan filosofis
e) Pendekatan sosiologi
f) Pendekatan Sosial
g) Pendekatan interaksi
h) Pendekatan emosional
i) Pendekatan teknologi

2. Jelaskan pengertian stratifikasi sosial dan apa kegunaannya?

JAWAB:

Istilah stratifikasi (stratification) berasal dari kata strata dan stratum yang berarti
lapisan. Karena itu stratifikasi sosial (social stratification) sering diterjemahkan dengan
pelapisan masyarakat. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama
menurut ukuran masyarakatnya, dikatakan berada dalam suatu lapisan (stratum).
Stratifikasi sosial adalah sistem pembedaan individu atau kelompok dalam masyarakat,
yang menempatkannya pada kelas-kelas sosial yang berbeda-beda secara hierarki dan
memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu pada suatu
lapisan dengan lapisan lainnya.
Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial pada dasarnya berbicara tentang penguasaan
sumber-sumber sosial. Sumber sosial adalah segala sesuatu yang oleh masyarakat
dipandang sebagai suatu yang berharga. Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk
atau masyarkat ke dalam kelas-kelas secara hierarkis (bertingkat). Pelapisan sosial diatas,
tentunya tidak berlaku umum, sebab setiap kota ataupun desa masing-masing memiliki
karakteristik yang berbeda.
Sistem stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas
sedang. Dasar dan inti sistem stratifikasi masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan
pembagian hak dan kewajiban, serta tanggung jawab masing-masing individu atau
kelompok dalam suatu sistem sosial. Penggolongan dalam kelas-kelas tersebut berdasarkan
dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam suatu lapisan-lapisan yang lebih hierarkis
menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Berdasarkan kegunaannya, stratifikasi sosial dapat dibagi menjadi beberapa bagian
seperti berikut:
a) Distribusi hak istimewa yang objektif
Setiap orang dalam lapisan masyarakat punya hak istimewa dibandingkan
dengan individu dari lapisan bawah. Distribusi hak istimewa ini berupa
penghasilan, wewenang, dan tingkat kekayaan.
b) Simbol status kedudukan
Dalam kelompok masyarakat, lambang tertentu dipakai sebagai status dan
kedudukan. Contoh simbol yaitu mobil mewah, jam tangan mahal, mode
pakaian, dan hobi tertentu.
c) Alat solidaritas individu dan kelompok
Individu dan kelompok bisa menduduki lapisan sosial yang sama dalam
masyarakat. Penyebab terbentuknya lapisan sosial ini karena perasaan
senasib dan mencapai tujuan bersama.
d) Bertukar kedudukan
Individu bisa memperoleh gambaran berpindahnya lapisan sosial untuk
meningkatkan kedudukan. Gambaran tingkat mudah dan sukarnya bertukar
kedudukan, dilihat dari stratifikasi yang berlaku tertutup, terbuka, dan
campuran.

3. Mengapa pendidikan hendaknya mampu melaksanakan analisis kebutuhan tentang


nilai, pengetahuan dan teknologi guna kesiapan masyarakat menghadapi perubahan
sosial!
JAWAB:

Pada dasarnya, Pendidikan merupakan suatu system yang teratur dan mengemban
misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dg perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau
keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal
mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan
tersebut. Lebih- lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang
sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku,
khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang
mencari identitas diri. Dalam kaitaannya dengan pendidikan karakter, bangsa Indonesia
sangat memerlukan SDM (sumber daya manusia) yang besar dan bermutu untuk
menghadapi perubahan sosial yang ada. Maka dari itu pendidikan hendaknya mampu
melaksanakan analisis kebutuhan tentang nilai, pengetahuan dan teknologi mengingat
adanya perubahan sosial yang harus dihadapi.
Disinilah dibutuhkan pendidikan yang berkualitas, Pendidikan yang membawa
nilai, pengetahuan, dan teknologi di dalamnya untuk mendukung tercapainya cita-cita
bangsa dalam memiliki sumber daya yang bermutu, dan dalam membahas tentang SDM
yang berkualitas serta hubungannya dengan pendidikan, maka yang dinilai pertama kali
adalah seberapa tinggi nilai yang sering diperolehnya, dengan kata lain kualitas diukur
dengan angka-angka, sehingga tidak mengherankan apabila dalam rangka mengejar target
yang ditetapkan sebuah lembaga pendidikan terkadang melakukan kecurangan dan
manipulasi.

4. Mengapa berkembangnya diferensiasi sosial dapat merubah fungsi dan system


pendidikan, jelaskan!

JAWAB:
Berkembangnya diferensiasi sosial dapat merubah fungsi Pendidikan, hal ini
didasari oleh salah satu faktor yaitu adanya Diferensiasi kultural (cultural differentiation)
muncul karena aturan berperilaku yang tepat berbeda menurut situasi tertentu yang
mungkin berbeda di setiap daerah.
Seperti halnya dengan adanya diferensiasi sosial yang ada, masyarakat tidak lagi
menganggap Pendidikan suatu hal yang penting pada Sebagian orang. Dalam diferensiasi
kultural, dapat dilihat dengan jelas contoh nyata pada masyarakat keturunan arab. Para
masyarakat keturunan arab rata-rata tidak terlalu memikirkan pendidikan, di umur muda
pun biasanya mereka sudah dijodohkan atau menikah. Hal ini tentunya cukup
menggambarkan bahwa diferensiasi kultural sangat terlihat jelas. Dengan adanya
perbedaan pada budaya di setiap ras maupun suku, juga melahirkan kesinambungan antara
diferensiasi kultural dengan fungsi dari Pendidikan itu sendiri.

5. Alasan apa bahwa Pendidikan sebagai saluran mobilitas, jelaskan!

JAWAB:

Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Bahkan jenis pekerjaan
kasar yang berpenghasilan baik pun sukar diperoleh, kecuali jika seseorang mampu
membaca petunjuk dan mengerjakan soal hitungan yang sederhana. Pada banyak dunia
usaha dan perusahaan industri, bukan hanya terdapat satu, melainkan dua tangga mobilitas.
Yang pertama berakhir pada jabatan mandor, yang lainnya bermula dari kedudukan
“program pengembangan eksekutif,” dan berakhir pada kedudukan pimpinan. Menaiki
tangga mobilitas yang kedua tanpa ijasah pendidikan tinggi adalah sesuatu hal yang jarang
terjadi.
Hal ini diduga bahwa bertambah tingginya taraf pendidikan makin besarnya
kemungkinan mobilitas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah. Ternyata ini tidak
selalu benar bila pendidikan itu terbatas pada pendidikan tingkat menengah. Jadi walaupun
kewajiban belajar ditingkatkan sampai SMU masih menjadi pertanyaan apakah mobilitas
sosial dengan sendirinya akan meningkat. Mungkin sekali tidak akan terjadi perluasan
mobilitas sosial, seperti dikemukakan di atas ijasah SMU tidak lagi memberikan mobilitas
yang lebih besar kepada seseorang. Akan tetapi pendidikan tinggi masih dapat memberikan
mobilitas itu walaupun dengan bertambahnya lulusan perguruan tinggi makin berkurang
jaminan ijasah untuk meningkat dalam status sosial.
Pada dasarnya, pendidikan itu hanya salah satu standar saja. Dari tiga “jenis
pendidikan” yang tersedia yakni pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan
nonformal, tampak- nya dua dari jenis yang terakhir lebih bisa diandalkan. Pada pendidikan
formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih mempercayai kepemilikan ijasah tanda lulus
seseorang untuk naik jabatan dan naik status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan
kemudian mereka lebih mempercayai kemampuan atau skill individu yang bersifat praktis
daripada harus menghormati kepemilikan ijasah yang kadang tidak sesuai dengan
kompetensi sang pemegang syarat tanda lulus itu. Inilah yang akhirnya memberikan
peluang bagi tumbuhnya pendidikan-pendidikan nonformal, yang lebih bisa memberikan
keterampilan praktis-pragramatis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya berpengaruh
pada pencapaian status seseroang.
Dalam perspektif lain, dari sisi intelektualitas, memang orang-orang berpendidikan
lebih tinggi derajat sosialnya dalam masyarakat dan biasanya ini lebih terfokus pada
jenjang-jenjang hasil keluaran pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya makin tinggi
tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam
masyarakat.

6. Di Indonesia Satuan Pendidikan Menengah menjadi kewenangan dan urusan


pemerintah Propinsi, apa keunggulannya?

JAWAB:

Salah satu hal yang dianggap menjadi masalah dalam pengalihan kewenangan
pengelolaan SMA/SMK kepada pemprov adalah adanya ketidakpastian hukum. Hal
tersebut disebabkan oleh aturan yang tidak harmonis terkait pengelolaan pendidikan
menengah. Aturan yang dimaksud adalah UU Sisdiknas dan UU Pemda 2014. Persoalan
tersebut tidak bisa dianggap sepele karena seperti yang kita ketahui undangundang
merupakan landasan hukum yang menjadi dasar daripelaksanaan seluruh kebijakan yang
akan dibuat oleh pemerintah.
Pemprov diberikan wewenang dalam pengelolaan pendidikan menengah dan
pendidikan menengah khusus dalam sub-urusan manajemen. Peralihan kewenangan
pengelolaan SMA/SMK kepada pemerintah provinsi tersebut menyangkut P3D. Selain itu,
pemprov juga berwenang dalam penetapan kurikulum muatan lokal pendidikan menengah
dan muatan lokal pendidikan khusus. Dalam bagian pendidik dan tenaga kependidikan,
pemprov berwenang dalam pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan lintas daerah
kabupaten/kota dalam satu daerah provinsi. Dalam hal perizinan pendidikan, pemprov
berwenang dalam penerbitan izin pendidikan menengah yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan penerbitan izin pendidikan khusus yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Selanjutnya, pemprov juga berwenang melakukan pembinaan bahasa dan sastra yang
penuturnya lintas daerah kabupaten/kota dalam satu daerah provinsi.
Dalam lampiran pembagian urusan pemerintah dalam bidang pendidikan, sudah
jelas bahwa pengelolaan SMA/SMK sepenuhnya dialihkan kepada pemprov.
Bertolakbelakang dengan UU Pemda 2014, Pasal 50 ayat (5) UU Sisdiknas memberikan
kewenangan kepada pemerintah kabupaten/kota. Disebutkan bahwa pemerintah
kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan
pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Dalam pasal tersebut sudah jelas bahwa
pemerintah kabupaten/kota yang memikul tanggung jawab dalam hal pengelolaan
pendidikan dasar dan pendidikan menengah, sedangkan pemerintah provinsi
bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi.
Dalam hal ini, keunggulan dari satuan Pendidikan menengah menjadi kewenangan
pemerintah provinsi yaitu alokasi dan anggaran akan semakin meluas, penataan guru akan
semakin diratakan, menjadi salah satu upaya untuk memajukan pertumbuhan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Nurkholis, N. (2013). Pendidikan dalam upaya memajukan teknologi. Jurnal


kependidikan, 1(1), 24-44.

Maunah, B. (2015). Stratifikasi Sosial Dan Perjuangan Kelas Dalam Perspektif Sosiologi
Pendidikan. Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 19-38.

Suwartini, S. (2017). Pendidikan karakter dan pembangunan sumber daya manusia


keberlanjutan. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 4(1).

Lubis, A. F. (2021). Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi


Dalam Pengelolaan Pendidikan Menengah Atas Di Sumatera Utara (Doctoral
dissertation).

Karsidi, D. (2005). Sosiologi pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai