Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Sosiologi dan Antropologi

Dosen pengampu :

Dr. Dika Tripitasari, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Adi Dwi Prasetyo (201230053)


2. Aulia Saharani (201230132)
3. Lutfiana Amanda Alberta (201230127)

Kelas :

PAI 1 M

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU

KEGURUAN 2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk


mencapai kedewasaan. Negara Indonesia menekan pentingnya masyarakat yang
berpendidikan. “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Sebagian besar masyarakat
memandang bahwa lembaga pendidikan merupakan peranan kunci untuk
mencapai tujuan sosial. Pendidikan diharapkan mampu berperan sebagai suatu
proses sosialisasi dalam masyarakat bisa berjalan dengan baik.

Pada dasarnya Tuhan menciptakan manusia dengan derajat yang sama.


Kenyataannya yang terjadi di masyarakat terdapat perbedaan terhadap individu
berdasarkan kelebihan yang dimilikinya. Adanya perbedaan ini menimbulkan
munculnya pengelompokan masyarakat yang disebut stratifikasi sosial.1 Dengan
demikian, stratifikasi sosial adalah penggolongan masyarakat ke dalam lapisan-
lapisan yang disusun secara bertingkat yaitu kelas atas, kelas menengah, dan kelas
bawah. Masyarakat dengan sistem stratifikasi terbuka, memandang bahwa
pendidikan sebagai suatu sarana yang penting untuk naik kelas dalam suatu
tangga sosial.2

1
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1982), h.197.
2
Suci Budiati dan Saefur Rochmat, “The Impact of Education on Social
Stratification and Social Mobility in Communities in Indonesia.” Atlantis-Press:
Advances in Social Science, Education and Humanities Research.
2020.https://doi.org/10.2991/assehr.k.200130.016

ii
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pendidikan?
2. Apa pengertian dari stratifikasi sosial?
3. Apa hubungan pendidikan dan stratifikasi sosial?
4. Apa saja teori dalam stratifikasi sosial?
5. Apa unsur-unsur dalam stratifikasi sosial?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari stratifikasi sosial
2. Untuk mengetahui pengertian stratifikasi sosial
3. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dan stratifikasi sosial
4. Untuk mengetahui teori dalam stratifikasi sosial
5. Untuk mengetahui unsur-unsur dalam stratifikasi sosial

iii
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “pedagogie”, terdiri


dari kata “paedos” artinya anak dan “agogos” artinya mendidik. Jadi
pedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. 3 Menurut
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketermpilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, dan bangsa.

Menurut Ki Hajar Dewantara penndidikan merupakan tuntutan di


dalam hidup tumbuhnya anak-anak, pendidikan artinya menuntun segala
kekuatan kodrat pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaa setinggi-tingginya.4 Dapat disimpulkan
bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
memberikan bimbingan dalam mengembangkan potensi yang diberikan
orang dewasa kepada peserta didik untuk mencapai kedewasaan agar
mampu melaksanakan tugas hidupnya dengan mandiri.

3
Rahmat Hidayat dan Abdillah, Ilmu Pendidikan Konsep, Teori dan
Aplikasinya, (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia,
2019), h.23
4
Prayito, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, (Bandung: Grasindo, 1999),
h.110.

1
B. Pengertian Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial berasal dari bahasa latin yaitu stratum yang


memiliki arti tingkatan, dan socius artinya teman atau masyarakat.
Stratifikasi sosial berasal dari istilah Social Stratification yang artinya
sistem berlapis-lapis dalam masyarakat. Penggolongan masyarakat ini
bersifat hierarki vertikal yang berakibat timbulnya kelas-kelas sosial, baik
mulai dari kelas atas, menengah, dan bawah. 5 Secara umum pengertian
stratifikasi sosial adalah tingkatan sosial yang ada di masyarakat. Secara
teori manusia dianggap memiliki derajat yang sama namun kenyataannya
tidak sama. Perbedaan lapisan dalam masyarakat merupakan gejala
universal yang merupakan sistem sosial setiap masyarakat. 6 Proses
terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi 2
yaitu :

1. Stratifikasi yang terbentuk dengan sendirinya, hal ini diakibatkan


karena adanya kepandaian, tingkat umur, sifat keanggotaan, dan sifat
kepemilikan harta yang diwariskan.
2. Stratifikasi yang sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama, hal
ini berkaitan dengan pembagian kekuasaan wewenang resmi dalam
organisasi formal.

Adapun karakteristik stratifikasi dibedakan menjadi 3, yaitu :

1. Adanya perbedaan kemampuan.


2. Anggota masyarakat yang menduduki lapisan tinggi akan memiliki
kemampuan lebih besar dibandingkan anggota Masyarakat pada
lapisan dibawahnya.
3. Adanya perbedaan gaya hidup, perbedaan hak dan akses dalam
memanfaatkan sumber daya seseorang yang menduduki lapisan tinggi

5
Idianto Muin, Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 48.
6
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo
persada,1995)

2
akan memiliki hak dan akses lebih luas terhadap beragam fasilitas dan
sumber daya.

C. Hubungan Pendidikan dan Stratifikasi Sosial

Ilmu pengetahuan merupakan salah satu dasar pembentuk pelapisan


sosial. Ilmu pengetahuan ini berhubungan erat dengan pendidikan. Ukuran
dari ilmu pengetahuan sering digunakan oleh anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Dalam stratifikasi sosial masyarakat ada
yang berpandangan terbuka, mereka akan mempunyai kesempatan luas
untuk menaiki tangga sosial yang lebih tinggi dengan menempuh
pendidikan tinggi. Masyarakat yang berpandangan tertutup terhadap
stratifikasi mereka kebanyakan tidak melanjutkan sampai ke pendidikan
tinggi.
Dalam hal ini pendidikan memiliki peran yang penting dalam
membentuk stratifikasi sosial. Sehingga banyak orang tua yang
menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi tanpa memikirkan
ekonomi. Mereka beranggapan bahwa pendidikan tinggi akan semakin
besar kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang
tinggi sehingga akan msuk ke dalam golongan sosial menengah ke atas.
Hal ini belum hanya cukup jika hanya mengikuti pendidikan formal saja,
tetapi juga harus dengan faktor lain yang mendukung yaitu kualitas dari
sistem pendidikan juga mempengaruhi untuk memposisikan mereka ke
golongan sosial masyarakat menengah ke atas.7

D. Teori Klasik Tentang Stratifikasi Sosial

Teori- teori klasik tentang stratifikasi sosial dibahas pada bagian ini
merupakan teori-teori dari Karl Marx dan Max Weber.

7
Endang Hermawan dan Rini Sulastri, Sosiologi Pendidikan,
(Indramayu: Adanu Abimata, 2023), h.142.

3
1. Teori Karl Marx
Dalam teori ini, stratifikasi sosial terjadi karena
kesenjangan dalam relasi atau hubungan kepemilikan alat-alat
produksi atau adanya kesenjangan akses terhadap alat-alat
produksi dalam masyarakat. Jadi menurut pandangan ini,
stratifikasi sosial disebabkan oleh relasi individu-individu yang
berbeda terhadap alat produksi, baik sebagai pemilik alat produksi
maupun sebagai tenaga kerja. Marx mengkaji tiga bahasan utama
mengenai stratifikasi sosial, yaitu kelas, kepentingan kelas, dan
perjuangan kelas (termasuk di dalamnya konflik kelas).8

2. Teori Max Weber


Berbeda dengan Marx, konsep stratifikasi sosial dalam
pandangan Weber bersifat multimensional. Perhatian utama Weber
dalam studi stratifikasi sosial tercermin dalam konsep kelas,
kelompok status, dan kekuasaan. Stratifikasi sosial terbentuk
karena adanya fenomena ketimpangan/kesenjangan distribusi
kekuasaan, privilese dan prestice. Ia membangun teori tiga dimensi
stratifikasi dan konsep kesempatan hidup (life chances) dalam
9
menjelaskan stratifikasi sosial.

E. Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial dalam Masyarakat terbentuk dari beberapa unsur


berikut ini diantaranya:
1. Kedudukan (status)
Menurut Roucek dan Warren kedudukan merupakan tempat
atau seseorang dalam suatu kelompok sosial. Apabila dihubungkan

8
Indera Ratna Irawati Pattinasarany, Stratifikasi Dan Mobilitas Sosial, Jakarta,
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016, hal. 2
9
Ibid , hal. 7

4
dengan stratifikasi sosial maka kedudukan atau (status) dapat
diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam (lapisan)
Masyarakat sehubungan dengan keberadaan orang lain, lingkungan
pergaulan, harga diri, hak, dan keawajiban.
Narwoko mengatakan bahwa status menurut cara memperolehnya
dibagi menjadi tiga macam yaitu sebagai berikut :
a. Ascribed Status
Ascribed status diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam
masyarakat yang diberikan tanpa memandang kemampuan atau
perbedaan antar individu. Kedudukan tersebut didapatkan secara
turun temurun melalui kelahiran. Ascribed status terdapat pada
masyarakat dengan sistem pelapisan sosial yang tertutup seperti
sistem pelapisan berdasarkan perbedaan ras. Meskipun demikian,
bukan berarti bahwa dalam Masyarakat dengan sistem pelapisan
sosial terbuka tidak ditemui adanya ascribed status, tetapi juga bisa
ditemukan missal kedudukan lali-laki dalam suatu keluarga akan
berbeda dengan kedudukan istri dan anak-anaknya karena pada
umumnya ayah merupakan kepala keluarga.

b. Achieved Status

Achieved status merupakan kedudukan yang dicapai seseorang


dengan sebuah usaha-usaha yang sengaja dilakukan. Kedudukan
ini sifatnya terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan
masing-masing individu dalam mencapai tujuan.

c. Assigned Status

Assigned status merupakan status yang diperoleh melalui


penghargaan atau pemberian dari pihak lain atas jasa-jasa tertentu.
Kedudukan ini dapat diartikan bahwa suatu kelompok, golongan,
atau masyarakat memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada

5
seseorang yang dianggap berjasa, yang telah memperjuangkan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

2. Peran
Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang telah menjalankan suatu hak dan
kewajiban ini sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut
dianggap telah melaksanakan peran. Suatu status pasti memiliki
sejumlah peran yang melekat padanya, sedangkan peran tidak
mungkin ada tanpa status. Dapat disimpulkan bahwa status dan
peran tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Setiap orang dapat memiliki bermacam-macam peran yang
berasal dari pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut berarti pula
bahwa peran tersebut menentukan apa yang diperbuat seseorang
bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan
masyarakat kepadanya.
Peran yang melekat pada diri seseorang, harus dibedakan
dengan posisi atau tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan.
Levinso menyebutkan bahwa suatu peran paling sedikit mencakup
tiga hal, yaitu:
a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
b. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat
dilakukan oleh individu dalam masyarakat, dan.
c. Peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial di masyarakat.

Dalam kehidupan bermasyarakat seseorang pasti memiliki


kedudukan yang lebih dari satu, akan tetapi dengan adanya
berbagai pertentangan ataupun konflik antara kedudukan yang satu
dengan yang lainnya, dalam sosiologi inilah yang dinamakan
dengan konflik status. Konflik status adalah konflik batin yang
dialami

6
seseorang sebagai akibat adanya beberapa status yang dimilikinya
yang saling bertentangan.

Dalam kehidupan masyarakat modern yang memiliki


struktur dan sistem pembagian kerja sangat kompleks menuntut
suatu individu untuk menjalankan beragam peran. Kondisi tersebut
dapat membawa akibat sebagai berikut:

a. Konflik Peran
Konflik peran akan terjadi apabila seseorang
dengan kedudukan tertentu harus melaksanakan
peran yang sesungguhnya tidak diharapkan.
b. Ketegangan Peran
Ketegangan peran akan terjadi apabila seseorang
mengalami kesulitan melakukan peran karena
adanya ketidak sesuaian anatara kewajiban-
kewajiban yang harus diembannya dengan tujuan
peran itu sendiri.
c. Kegagalan Peran
Kegagalan peran akan terjadi apabila seseorang
tidak sanggup menjalankan beberapa peran
sekaligus karena dapat tuntutan-tuntutan yang
saling bertentangan.
d. Kesenjangan Peran
Kesenjangan peran terjadi jika seseorang harus
menjalankan peran yang tidak sesuai minat ataupun
prioritas hidupnya sehingga ia seringkali merasa
tertekan.10

10
Endang Hermawan dan Rini Sulastri. 2023. Sosiologi Pendidikan Kajian Fenomena
Pendidikan melalui perspektif Sosiologi dan Ilmu Pendidikan. Indramayu: CV.Adanu Abimata.

7
ANALISIS

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk memberikan


bimbingan dalam mengembangkan potensi yang diberikan orang dewasa kepada
peserta didik untuk mencapai kedewasaan agar mampu melaksanakan tugas
hidupnya dengan mandiri.

Stratifikasi sosial adalah sistem yang mengelompokkan individu atau


kelompok dalam masyarakat berdasarkan kriteria atau faktor tertentu. Faktor ini
meliputi status sosial, kekayaan, kekuasaan, pendidikan, ras, dan jenis kelamin.
Stratifikasi sosial ini menciptakan tingkatan-tingkatan yang menentukan akses
individu terhadap sumber daya, peluang, dan keuntungan dalam masyarakat.

8
KESIMPULAN

Pendidikan adalah sistem terencana yang memanusiakan manusia agar


dapat eksis dalam masyarakat, pendidikan berfungsi untuk menyiapkan peserta
didik untuk beradaptasi dalam konteks sosial dan generasi ini akan membawa
pada stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial merupakan struktur herarki yang mengelompokkan
individu atau kelompok berdasarkan kriteria atau faktor tertentu. Stratifikasi
sosial tersusun lapisan-lapisan yang memiliki unsur-unsur status dan peranan.
Stratifikasi sosial memiliki dua macam sifat yaitu stratifikasi sosial terbuka dan
stratifikasi sosial tertutup.
Hubungan antara pendidikan dan stratifikasi sosial sangat erat, pendidikan
memiliki peran penting dalam menuntut tingkatan sosial individu dalam
masyarakat, dalam hal ini pendidikan memiliki peran yang penting dalam
membentuk stratifikasi sosial. Sehingga banyak orang tua yang menyekolahkan
anaknya sampai keperguruan tinggi tanpa memikirkan ekonomi.
Teori klasik stratifikasi sosial menurut Karl marx, dalam teori ini
stratifikasi sosial terjadi karena kesenjangan dalam relasi atau hubungan
kepemilikan alat produksi atau kesenjangan akses terhadap alat-alat produksi
dalam masyarakat, stratifikasi sosial menurut Max weber, terbentuk karena
adanya fenomena ketimpangan atau kesenjangan atau distribusi kekuasaan.
Unsur-unsur yang terdapat dalam stratifikasi sosial antara lain, kedudukan
status, peran. Dalam kedudukan status. Menurut Roaucek dan Warren kedudukan
merupakan tempat atau seseorang dalam suatu kelompok sosial, peran merupakan
aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang telah menjalankan
suatu hak dan kewajiban ini sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut
dianggap telah melaksanakan peran.

9
DAFTAR PUSTAKA

Budiati Suci dan Rochmat Saefur, “The Impact of Education on Social


Stratification and Social Mobility in Communities in Indonesia.” Atlantis-Press:
Advances in Social Science, Education and Humanities Research.
2020.https://doi.org/10.2991/assehr.k.200130.016

Hermawan Endang dan Sulastri Rini. Sosiologi Pendidikan Kajian Fenomena


Pendidikan melalui perspektif Sosiologi dan Ilmu Pendidikan. Indramayu:
CV.Adanu Abimata. 2023.
Hidayat Rahmat dan Abdillah, Ilmu Pendidikan Konsep, Teori dan Aplikasinya,
(Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2019)
Muin Idianto, Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 2004)
Pattinasarany Indera Ratna Irawati, Stratifikasi Dan Mobilitas Sosial, Jakarta,
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016

Prayito, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, (Bandung: Grasindo, 1999)

Soekanto Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo


persada,1995)

Anda mungkin juga menyukai