Anda di halaman 1dari 1

PRIA SERAKAH

Pada zaman dahulu kala di Riau, hiduplah sepasang suami istri. Mereka sangat miskin. Istrinya sangat
rajin, sedangkan suaminya sangat malas. Dia hanya tidur dan tidur setiap hari. Ia tidak mau membantu
istrinya mencari nafkah. Sang istri tak berdaya, ia sering berdoa kepada Tuhan agar membantu
suaminya.

Suatu malam sang suami bermimpi. Dalam mimpinya, seorang lelaki tua mendatanginya. Ia menyuruh
sang suami mengambil sampannya dan pergi ke sungai. "Pergilah ke tengah sungai dan tunggu hingga
muncul seutas tali dari dalam sungai. Ambil tali itu perlahan-lahan, nanti kamu akan menemukan rantai
emas. Kamu boleh memotong dan mengambilnya, tapi jangan terlalu panjang rantainya," kata orang tua
itu. Sang suami kemudian terbangun dari mimpinya.

Keesokan harinya, sang suami mengambil sampannya dan pergi ke sungai. Ia ingin menuruti nasehat
orang tua itu seperti yang dikatakan dalam mimpinya tadi malam. "Kemana kamu pergi?" tanya sang
istri. Ia begitu terkejut melihat suaminya sibuk menyiapkan sampan. "Aku ingin pergi memancing,
Sayang. Sampai jumpa lagi!" sang suami tidak mau menceritakan mimpinya kepada istrinya. Dia tahu
istrinya akan mengira dia gila jika mengikuti mimpinya.

Setelah sang suami sampai di sungai, ia mendayung sampannya hingga sampai di tengah sungai. Dia
kemudian melihat sekeliling permukaan air dengan sangat hati-hati. Tiba-tiba seutas tali muncul dari
sungai. “Orang tua itu benar!” kata sang suami pada dirinya sendiri. Dia kemudian perlahan menarik
talinya dan di ujung tali dia melihat rantai emas! Rantai itu berkilau dan bersinar. Itu terbuat dari emas
murni. "Wah! Benar-benar terbuat dari emas. Aku kaya. Aku kaya," kata sang suami dengan gembira.
Dia terus menarik rantainya. Ia lupa nasihat orang tua itu untuk hanya mengambil rantai pendek karena
itu sudah cukup baginya. Orang malang itu menjadi serakah. Dia ingin mengambil rantai emas itu selama
mungkin.

Saat dia sedang sibuk mencabut rantai emasnya, seekor burung mendatanginya. Bunyinya, "Ingat
nasihat orang tua itu. Ambillah rantai emas yang pendek saja." Namun lelaki malang itu mengabaikan
burung itu dan terus mencabut rantainya. Pelan tapi pasti, sampan miliknya sudah penuh dengan rantai
emas. Saking penuhnya, akhirnya sampan tersebut tidak mampu menahan beban lagi. Sampan mulai
tenggelam. Rantai emas itu tenggelam dan tenggelam ke dasar sungai sehingga menimbulkan
gelombang besar di sungai. Ombaknya hampir menelan lelaki malang itu. Dia sangat panik. Dia berenang
secepat mungkin ke tepi sungai.

Sesampainya di tepi sungai, dia merasa kasihan pada dirinya sendiri. Dia menyalahkan dirinya sendiri
karena menjadi orang yang serakah. Tapi itu sudah terlambat. Namun kemudian ia menyadari bahwa itu
adalah pelajaran baginya untuk bekerja keras jika ingin mendapatkan uang.

Anda mungkin juga menyukai