Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BAHASA DAERAH KALIMANTAN TIMUR


PENGGUNAAN BAHASA BANJAR DI KOTA
SAMARINDA

Dosen Pengampu : Islamiah Bastiar, S. S.,M.Li.

OLEH KELOMPOK 8
Krisna David 2314016033
Rovaldi Al A’Araf Heru Putera 2314016052
Ratnya Sabita Nur Mahmuda 23140160 56
Bintang Maharani 2314016060

SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
kami panjatkan puji dan syukur atas kehadiran-Nya yang telah memberikan
rahmat, bimbingan dan hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat terselesaikannya
makalah pada mata kuliah Pengantar Ilmu Budaya yang membahas tentang
Bahasa Daerah Kalimantan Timur Penggunaan Bahasa Banjar di Kota Samarinda.

Makalah ini telah kami persiapkan sebaik mungkin dan kami mendapatkan
bantuan dari berbagai sumber untuk memudahkan penyusunan makalah ini. Untuk
itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta dalam
penyusunan makaalah ini.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kesalahan baik pada struktur kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, kami
menyambut dengan baik segala saran dan kritik pembaca demi penyempurnaan
artikel ilmiah ini.

Akhir kata dari kami, semoga makalah tentang Bahasa Daerah Kalimantan Timur
Penggunaan Bahasa Banjar di Kota Samarinda dapat menambah wawasan pada
pembaca.

Samarinda, 20 November 2023.

Penyusun kelompok 8
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................6
C. Tujuan Pembuatan Makalah......................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................7
A. Peranan dan Kedudukan Bahasa Banjar....................................................7
B. Bahasa Lain Yang Sering Digunakan di Samarinda..................................7
C. Perbedaan dan Persamaan Bahasa Banjar dan Kutai................................9
D. Jenis-Jenis dan Contoh Kata Bahasa Banjar...........................................11
E. Penggunanaan Bahasa Banjar Dalam Kehidupan Sehari-Hari................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................16
B. Kesimpulan..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian Bahasa menurut Wibowo adalah sistem simbol bunyi yang bermakna
dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan
konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia
untuk melahirkan perasaan dan pikiran (Wahyu Wibowo, 2001: 3). Sedangkan
daerah adalah tempat sekeliling atau yang termasuk di lingkungan suatu kota
(wilayah dan sebagainya) (W.J.S PoerwaDarminta, 1993: 220). Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa Bahasa daerah merupakan simbol atau bunyi yang
bermakna dan berartikulasi yang digunakan di lingkungan suatu kota atau wilayah
yang dipakai sebagai bahasa penghubung antar daerah di wilayah Republik
Indonesia. Bahasa daerah merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang
hidup sesuai dengan penjelasan Undang Undang Dasar 45 yang berhubungan
dengan bab XV pasal 36 (Rahman, 2016).
Dalam historiografi tradisional Kutai diwartakan bahwa ketika calon raja
pertama Kutai Kertanegara, Aji Batara Agung Dewa Sakti, masih kanak-kanak,
dilakukan upacara tijak tanah untuk Putri Karang Melanu di Negeri Jaitan Layar.
Lokasi ini sekarang di Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai
Kartanegara, sebuah kawasan di hilir Sungai Mahakam dari arah tenggara
Samarinda. Pada ritual tesebut penduduk dari enam negeri Samarinda turut datang
ke Jaitan Layar. Tidak disebutkan secara rinci suku apa yang mendiami enam
negeri tersebut (Sarip, 2017: 23). Namun, berdasarkan linimasa kejadiannya,
dapat dipastikan bahwa penduduk tersebut bukan dari suku Bugis karena
rombongan Bugis Wajo baru merantau ke daerah Samarinda Seberang pada awal
abad ke-18. Sebelum kedatangan rombongan dari Pulau Sulawesi, Samarinda
bukanlah terra incognita atau kawasan kosong yang tidak berpenghuni. Dalih
berdirinya Kota Samarinda karena kedatangan manusia dari pulau seberang,
otomatis gugur karena telah eksis permukiman penduduk di tanah Samarinda jauh
sebelum kehadiran pendatang.
Kerajaan Kutai Kertanegara mempunyai relasi sebagai monarki vasal dari
Kerajaan Banjar sejak zaman Maharaja Suryanata hingga era Kesultanan Banjar
(Poesponegoro & Notosusanto, 2008: 85; Ras, 1990: 323). Hal ini berpengaruh
pada tumbuhnya kultur dan peradaban Banjar di Samarinda. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Badan Pengembangan
Bahasa dan Perbukuan telah mengakui dialek Banjar Samarinda sebagai satu di
antara bahasa Melayu yang dipergunakan dalam masyarakat Kalimantan Timur
(Petabahasa.Kemdikbud.go.id, 2019).
Beberapa komunitas pendatang dari luar Kalimantan, yakni Sulawesi, Jawa,
Tiongkok, yang turut bermukim di Samarinda untuk motif ekonomi, juga
terpengaruh dengan kultur Banjar terutama penggunaan bahasa Banjar sebagai
bahasa pergaulan (lingua franca). Dalam konteks ini, bahasa merupakan sebuah
unsur kebudayaan universal yang menunjukkan identitas sebuah komunitas atau
bangsa. Banjar sebagai pembentuk bahasa daerah Samarinda mengindikasikan
hegemoni orang Banjar yang lebih lama daripada etnis lain dalam hal bermukim
di Samarinda. Bahkan, tokoh wartawan tiga zaman Kaltim yang banyak menulis
sejarah, yakni Oemar Dachlan, menyebut "penduduk asli" bagi orang Banjar di
Samarinda. Pernyataan tokoh kelahiran Samarinda 1913 ini dimuat dalam sebuah
surat kabar di Jakarta, Berita Buana, terbitan 25 Juni 1987 (Dachlan, 2000: 206).
Menurut Dachlan asal usul dari kata samarendah dasarnya bukan perumahan
rakit yang sama rendah di tepi Sungai Mahakam. Alasannya juga bukan status
penduduk rendahan di Samarinda Seberang, sebagaimana disebut dalam buku
Provinsi Kalimantan Republik Indonesia, terbitan 1953. Sama-rendah yang
dimaksud, menurut Dachlan, ialah kondisi permukaan daratan di Samarinda yang
sama rendahnya—atau mirip ukuran tingginya—dengan permukaan Sungai
Mahakam. Dalam majalah bulanan Prima terbitan April 1978, Dachlan
menjelaskan, sampai awal dasawarsa tahun 1950-an setiap air Sungai Mahakam
pasang naik, sebagian besar jalan-jalan di Samarinda selalu terendam air. Istilah
sama-rendah merujuk permukaan tanah yang tidak bergerak dan tetap rendah,
bukan ukuran permukaan sungai yang airnya naik-turun. Karena itu, menurut
Dachlan, istilah yang dipergunakan bukan sama-tinggi, melainkan sama-randah.
Dachlan memberikan penekanan kata randah dari bahasa Banjar. Lama-kelamaan
nama tersebut berkembang menjadi diksi yang agak melodius kedengarannya,
Samarinda (Dachlan, 2000, 2000:122). Jadi dapat disimpulkan melalui Sejarah ini
bahasa banjar sebagai penjelas bahwa bahasa Banjar sebagai bahasa pergaulan
(lingua franca). Dalam konteks ini, bahasa banjar merupakan sebuah unsur
kebudayaan universal yang menunjukkan identitas sebuah komunitas atau bangsa.
Karena berperan sebagai Bahasa komunikasi dari beberapa komunitas pendatang
dari luar Kalimantan, yakni Sulawesi, Jawa, Tiongkok, yang turut bermukim di
Samarinda untuk motif ekonomi. Oleh karena itu kami memilih bahasa banjar
sebagai pembahasan dalam tugas pembuatan makalah mata kuliah bahasa daerah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan dan kedudukan bahasa Banjar di Samarinda?


2. Apa saja bahasa yang digunakan di Samarinda selain bahasa Banjar?
3. Apa perbedaan dan persamaan bahasa Banjar dan Kutai?
4. Apa saja jenis-jenis Bahasa banjar?
5. Bagaimana penggunanaan Bahasa banjar dalam kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Pembuatan Makalah

1. Untuk mengetahui peranan dan kedudukan bahasa Banjar di


Samarinda.
2. Untuk mengetahui bahasa apa saja yang ada di Samarinda.
3. Untuk mengetahui perbandingan bahasa Banjar dengan bahasa Kutai.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis Bahasa banjar.
5. Untuk mengetahui penggunaan Bahasa banjar dalam kehidupan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peranan dan Kedudukan Bahasa Banjar


Bahasa Banjar adalah bahasa daerah yang digunakan oleh suku Banjar,
suku asli di Pulau Kalimantan. Bahasa Banjar juga digunakan di Samarinda, yang
merupakan bagian dari Kalimantan Timur. Bahasa Banjar di Samarinda masih
lestari dan terpelihara hingga saat ini, meskipun tidak ada muatan lokal pelajaran
bahasa daerah di sekolah. Bahasa Banjar juga memiliki persamaan kosa kata
dengan Bahasa Indonesia sebagian fonetik dengan arti yang sama. Kantor Bahasa
Provinsi Kalimantan Timur bertugas melaksanakan pelindungan dan
pemasyarakatan bahasa dan sastra Indonesia di Provinsi Kalimantan Timur,
termasuk pengembangan bahasa dan sastra daerah seperti Bahasa Banjar.
Pemberdayaan bahasa Banjar dilakukan oleh berbagai kalangan seperti
pemerintah, lembaga pendidikan, lembaga kebudayaan, dan organisasi
masyarakat. Sumber: Petabahasa.Kemdikbud.go.id, 2019).
Menurut Dachlan sejarah dengan adanya beberapa komunitas pendatang dari
luar Kalimantan, yakni Sulawesi, Jawa, Tiongkok, yang turut bermukim di
Samarinda untuk motif ekonomi, juga terpengaruh dengan kultur Banjar terutama
penggunaan bahasa Banjar sebagai bahasa pergaulan (lingua franca). Dalam
konteks ini, bahasa merupakan sebuah unsur kebudayaan universal yang
menunjukkan identitas sebuah komunitas atau bangsa. Banjar sebagai pembentuk
bahasa daerah Samarinda mengindikasikan hegemoni orang Banjar yang lebih
lama daripada etnis lain dalam hal bermukim di Samarinda. Bahkan, tokoh
wartawan tiga zaman Kaltim yang banyak menulis sejarah, yakni Oemar Dachlan,
menyebut "penduduk asli" bagi orang Banjar di Samarinda. Pernyataan tokoh
kelahiran Samarinda 1913 ini dimuat dalam sebuah surat kabar di Jakarta, Berita
Buana, terbitan 25 Juni 1987 (2000: 206). Jadi dapat disimpulkan bahwa bahwa
Bahasa banjar berperan sebagai bahasa komunitas pendatang dari luar kalimatan,
khususnya Kalimantan timur bagian samrinda.

B. Bahasa Lain Yang Sering Digunakan di Samarinda


Selain bahasa Banjar, terdapat beberapa bahasa yang banyak juga
digunakan di Samarinda selain bahasa Banjar, yaitu:
1. Bugis
Bahasa Bugis adalah salah satu bahasa dari rumpun bahasa
Austronesia yang digunakan oleh suku Bugis. Penutur bahasa Bugis
umumnya tinggal di Sulawesi Selatan. Bahasa Bugis dituturkan oleh
masyarakat di Desa Santan Tengah, Kecamatan Marang Kayu, Desa
Muara Badak Ulu, Kecamatan Muara Badak, Desa Sepatin, Kecamatan
Anggana, Kabupaten Kutai Kertanegara (Bahasa Bugis, n.d.).
Sekitar tahun 1668, Sultan yang dipertuan Kerajaan Kutai
memerintahkan Pua Ado bersama pengikutnya yang asal tanah
Sulawesimembuka perkampungan di Tanah Rendah. Pembukaan
perkampungan ini dimaksud Sultan Kutai, sebagai daerah pertahanan
dari serangan bajak laut asal Pilipina yang sering melakukan
perampokan di berbagai daerah pantai wilayah kerajaan Kutai
Kartanegara. Selain itu, Sultan yang dikenal bijaksana ini memang
bermaksud memberikan tempat bagi masyarakat Bugis yang mencari
suaka ke Kutai akibat peperangan di daerah asal mereka.
Perkampungan tersebut oleh Sultan Kutai diberi nama Sama Rendah.
Nama ini tentunya bukan asal sebut. Sama Rendah dimaksudkan agar
semua penduduk, baik asli maupun pendatang, berderajat sama. Tidak
ada perbedaan antara orang Bugis, Kutai, Banjar dan suku lainnya
(Sejarah Samarinda Seberang, 2020). Berikut ini contoh percakapan
Bahasa bugis:

Zul: Âga karéba?


(Apa Kabar?)

Riani: Karéba madécéng mua. Idi?


(Kabar baik. Kalau anda?)

Zul: Karéba madécéng


(Kabar baik juga)
Sumber: (Asri, 2019)
2. Jawa
Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Jawa.
Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang digunakan
sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Jawa. Bahasa Jawa berkembang sebagai identitas diri dengan cara
mempertahankan nilai-nilai yang termuat di dalamnya. Bahasa jawa
merupakan salah satu bahasa daerah diIndonesia, apabila dilihat dari
jumlah penggunaannya terbesar dibanding bahasa daerah yang lain.
Di Samarinda sendiri memiliki daerah yang bernama kampung
jawa. Tercipta-nya kampung Jawa terjadi pada tahun 1936,saat itu
perkampungan Jawa berada di bawah kuasa wilayah kepala kampung
Teluk Lerong, maka para pemuda dan masyarakat Kampung Jawa
mengadakan musyawarah dengan tujuan memohon kepada kontroler
Hindia Belanda, agar perkampungan Jawa dapat berdiri sendiri, dan
memiliki kepala kampung sendiri. Pada tahun itu pula disetujui oleh
kontroler Hindia Belanda. Sumber: (Sejarah dan Sosial, 2023)
Berikut adalah contoh percakapan dalam bahasa jawa:

Sinta: Tumbas! (Beli!)

Iyem: Ya, arep tumbas apa, Ti? (Ya, mau beli apa, Ti?)

Sinta: Jajanan iki regane pira? (Jajanan ini berapa harganya?)

Iyem: Sewu wae, arep pira? (Seribu saja, mau beli berapa?)

Sinta: Telu wae. (Tiga saja)


Sumber: (Sejarah dan Sosial, 2023)

C. Perbedaan dan Persamaan Bahasa Banjar dan Kutai


1. Perbedaan dan Persamaan Bahasa Banjar dengan Bahasa Kutai
a. Perubahan Bahasa Banjar dari vokal a menjadi e pepet dalam Bahasa
Kutai. Contoh:
b. Perubahan Bahasa Banjar pada suku kata kedua dari vokal u menjadi
vokal o dalam Bahasa Kutai. Contoh:

c. Persamaan kosa kata Bahasa banjar dengan bahasa kutai.


Dari tabel di atas, persamaan Bahasa kutai terletak pada persamaan
huruf vocal seperti kata kawa pada kutai memiliki vocal a dan sama
halnya dengan Bahasa banjar yang menggunakan huruf vocal a pada
kata kawa. arti dari keduanya pun tidak terdapat perbedaan
(ENSIKLOPEDIA DUNIA:, n.d.).

D. Jenis-Jenis dan Contoh Kata Bahasa Banjar


Bahasa Banjar (bahasa Banjar: Basa Banjar atau Pandir Banjar) adalah
sebuah bahasa yang dituturkan oleh etnis Banjar yang merupakan etnis pribumi
yang berasal dari daerah Banjar di Kalimantan Selatan, Indonesia. Pemakaian
bahasa Banjar dalam percakapan dan pergaulan sehari-hari di Kalimantan
Selatan dan sekitarnya lebih dominan dibandingkan dengan bahasa Indonesia.
Berbagai suku di Kalimantan Selatan, bahkan Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Timur berusaha menguasai bahasa Banjar, sehingga dapat pula kita jumpai bahasa
Banjar yang diucapkan dengan logat Dayak, Bugis, Jawa dan Madura. Di tanah
asalnya di Kalimantan Selatan, bahasa Banjar yang merupakan bahasa sastra lisan
terbagi menjadi dua dialek besar, yaitu Banjar Kuala dan Banjar Hulu
(ENSIKLOPEDIA DUNIA, 2018).
Selain kedua dialek tadi, samarinda juga memiliki dialek yaitu dialek banjar
samarinda dituturkan di kecamatan samarinda kota. Ini dia penjelesan mengenai
dialek banjar samarinda, dialek banjar kuala, dan dialek banjar hulu sebagai
berikut:
1. Banjar Hulu
Bahasa Banjar Hulu atau bahasa Melayu Hulu Sungai diperkirakan telah
dipakai sebagai bahasa komunikasi di daerah Hulu Sungai sejak abad ke-4
atau permulaan abad ke-7. Bahasa ini berkembang sesuai dengan
lingkungannya dan tak luput pula pengaruh dari bahasa lainnya. Bagi
penutur asli bahasa Banjar Hulu pada umumnya, pengaruh bahasa lain, apa
lagi pengaruh itu telah ratusan tahun lamanya, telah dirasakan sebagai
bahasanya sendiri. Kata-kata iwak, baruju, habang, hirang, janji,
papilingan yang asalnya dari bahasa Jawa dirasakan oleh penutur bahasa
Banjar Hulu bukan bahasa Jawa karena kata-kata itu sudah ada sejak
mereka lahir. Pengaruh bahasa Jawa terhadap bahasa Banjar Hulu mulai
sejak adanya migrasi ke sana, yang dapat diperkirakan awal abad ke-13
atau sebelumnya. Sumber: (Suryadikara, 1984).
Dibawah ini merupakan contoh kosa kata Bahasa banjar hulu.
a. Contoh kosa kata:

Bahasa banjar hulu Bahasa indonesia


Baduhara, baistilah Dengan sengaja
Bibit Ambil
Bungas, langkar Cantik
Caram Tergenang air
Canggar Tegang
Ampah Arah
Banyu hangat Air panas
Hangkui Nyaring
Pawa Tempat
Hingkat Dapat atau bisa
Sumber: (ENSIKLOPEDIA DUNIA, 2018)

2. Banjar Kuala
Dialek Bahasa Banjar Kuala yaitu bahasa yang meliputi Kabupaten
Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut, serta kota Banjarmasin dan Banjarbaru.
Karena letaknya yang strategis di sekitar sungai Barito, pemakaiannya
meluas hingga bagian pesisir bagian tenggara Kalimantan yaitu kabupaten
Tanah Bumbu dan Kotabaru sampai ke Kalimantan Timur dan Kalimantan
Tengah. Bahasa Banjar Kuala dituturkan dengan logat datar tanpa intonasi
tertentu, jadi berbeda dengan bahasa Banjar Hulu dengan logat yang kental
(ba-ilun). Dialek Banjar Kuala yang asli misalnya yang dituturkan di
daerah Kuin, Sungai Jingah, Banua Anyar dan sebagainya di sekitar kota
Banjarmasin yang merupakan daerah awal berkembangnya kesultanan
Banjar. Bahasa Banjar yang dituturkan di Banjarmasin dengan
penduduknya yang heterogen berbeda dengan Bahasa Banjar yang
dituturkan di Hulu Sungai dengan penduduknya yang agak homogen.
Perbedaan pada umumnya terletak pada intonasi, tekanan, tinggi-rendah
dan sebagian kosakata. Di Banjarmasin, intonasi terbagi tiga karakter:

1.) Di kawasan barat kecamatan Banjarmasin Utara yaitu daerah


sepanjang tepian sungai Barito, dekat Pasar Terapung, tepatnya di
perkampungan Alalak (dahulu Alalak Besar), penduduk asli di sana
menuturkan kata, frasa, kalimat lebih cepat, keras dan tinggi.
2.) Di sepanjang sungai Martapura (Banjarmasin hulu) yang termasuk
dalam kawasan timur Kecamatan Banjarmasin Utara dan
Banjarmasin Tengah, terutama sekitar Kelurahan Seberang Mesjid,
sekitar Kampung Melayu Darat serta di sekitar Kelurahan Sungai
Jingah, masyarakat asli di sana bertutur agak cepat, mengalun dan
tinggi.
3.) Di pusat kota Banjarmasin di kecamatan Banjarmasin Tengah,
khususnya remaja perkotaan di sana bertutur bercampur bahasa
Indonesia dan gaya penuturannya tidak seperti penuturan di daerah
pinggiran (ENSIKLOPEDIA DUNIA, 2018).

Dibawah ini merupakan contoh kosa kata Bahasa banjar kuala.

a. Contoh kosa kata:


Bahasa banjar kuala Bahasa Indonesia
Mara Arah
Kawa Dapat atau bisa
Tadih, hintadi tadi
muul nakal
Langar Surau
Catuk Pukul dengan palu
Unda Aku
Galuh Panggilan anak perempuan
Anyar baru
Kagusangan kebakaran
Amang paman
Sumber: (ENSIKLOPEDIA DUNIA, 2018)
3. Bahasa anjar samarinda
Jauh sebelum masa Kesultanan Banjar berhubungan dengan VOC Belanda
sekitar 1606, pada saat itu Kesultanan Banjar merupakan negara maritim
di mana pedagang-pedagang Banjar sudah melakukan hubungan niaga
dengan sisi selatan Filipina (Banjar Kulan), Brunei, Cochinchine, Champa,
sehingga kawasan timur Kalimantan merupakan perlintasan jalur
perdagangan orang-orang Banjar sejak berabad-abad yang lalu, yang
disebut juga negeri-negeri di atas angin di dalam Hikayat
Banjar. Perpindahan suku Banjar ke Kalimantan Timur terjadi tahun 1565,
yaitu orang-orang Amuntai yang dipimpin Aria Manau alias Adji
Tenggal (ayah Puteri Petung) dari Kerajaan Kuripan yang merupakan cikal
bakal berdirinya Kerajaan Sadurangas di daerah Paser (Paser Pematang),
dari sana selanjutnya suku Banjar juga menyebar di daerah lainnya
di Kalimantan Timur (ENSIKLOPEDIA DUNIA, n.d.).

Di Daerah Mahakam Tengah (DMT) ditemukan juga orang Banjar dan


Bugis. Di beberapa desa seperti halnya di Muara Muntai dan Muara
Kaman, beberapa keluarga orang Banjar bahkan telah bermukim semenjak
ratusan tahun yang lalu. Mereka pun banyak yang sudah beranak pinak
dan tidak mengetahui lagi kampung asal leluhur mereka di Kalimantan
Selatan. Mereka sering disebut atau menyebutkan diri sebagai Banjar
Kutai yang artinya orang Banjar yang telah menjadi Kutai, atau Kutai
Banjar yang berarti perkampungan di Kutai yang berdialek Banjar
(ENSIKLOPEDIA DUNIA, n.d.). Dibawah ini merupakan contoh kosa
kata Bahasa banjar samarinda.

a. contoh kosa kata:


sumber: (ENSIKLOPEDIA DUNIA, n.d.)
E. Penggunanaan Bahasa Banjar Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Di dalam keseharian Bahasa banjar biasa digunakan di lingkungan
keluarga, Ketika Bersama teman, dan tempat umum. Inilah beberapa contoh
penggunaan Bahasa banjar dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut.
1. Di lingkungan keluarga, penggunaan Bahasa banjar dalam kehidupan
keluarga biasanya menggunakan Bahasa banjar yang lebih halus atau biasa
kita sebut sopan. Contoh percakapan bahasa banjar dalam keluarga:

Mama: May, tolong tukarkan uyah di warung. Mama handak bamasak,


uyah nya habis. (May, tolong belikan garam di warung. Mama mau masak,
garamnya habis.)
May: S'tumat, ulun masih uyuh baru bulik kuliah, Ma. (Sebentar, saya
masih capek baru pulang kuliah, Ma.)
Mama: Umai, kayak apa handak bamasak mun kedada uyah nya. (Astaga,
gimana mau masak kalau nggak ada garamnya.)
May: iya, ini ulun tukarkan wahini. (Iya, ini saya belikan sekarang.)

2. Ketika Bersama teman, penggunaan Bahasa Bersama teman cenderung


menggunakan Bahasa banjar kasar atau kurang sopan jika digunakan
untuk berbincang kepada keluarga ataupun orang lain. Oleh karena itu
Bahasa banjar kasar biasanya digunakam Ketika berbincang kepada teman
atau orang yang telah akrab antara satu sama lain dikarenakan terkesan
lebih santai dan tidak kaku. Contoh percakapan Bahasa banjar Ketika
Bersama teman:

Hansen: Apa Kabar nto


Yanto: Unda Baik Baik aja Sen Ai, Ikam Sendiri Habar nya gimana??
Hansen: Alhamdulillah Unda Sehat, Ikam handak kemana Harini, kuliat
rapi banar Pian harini
Yanto: Unda Handak ke acara sosialisasi di rumah pak RT, Ikam kada ikut
kah??
Hansen: Kada bisa unda harini nto, Unda Harini ada kerjaan di kantor
Yanto: Oalah yasudah ai, kena kabari aja klo pian bisa datang.
Hansen: okeeyy.

3. Ketika berada di tempat umum. Penggunaan Bahasa banjar di tempat


umum biasanya Bahasa yang digunakan sudah menggunakan campuran
dengan Bahasa lain, contohnya seperti Bahasa Indonesia, inggris atau
Bahasa lainnya. Contoh percakapan Bahasa banjar di lingkungan umum:
Pembeli: Handuk gasan mandi ni berapa, Pak? (Handuk untuk mandi ini
berapa harganya, Pak)
Penjual: Selawe, Bu. (25 ribu, Bu)
Pembeli: Mahalnya, ai. 20 aja nah. Aku handak nukar 10 nah. (Mahalnya,
20 ribu aja. Aku mau membeli 1o.)
Yanto: Ayuha, Bu. (Oke, Bu.)

BAB

III PENUTUP

B. Kesimpulan

Bahasa Banjar adalah bahasa daerah yang digunakan oleh suku Banjar,
suku asli di Pulau Kalimantan. Bahasa Banjar juga digunakan di Samarinda,
yang merupakan bagian dari Kalimantan Timur. Bahasa Banjar di Samarinda
masih lestari dan terpelihara hingga saat ini, meskipun tidak ada muatan lokal
pelajaran bahasa daerah di sekolah. Bahasa Banjar juga memiliki persamaan
kosa kata dengan Bahasa Indonesia sebagian fonetik dengan arti yang sama.
Menurut sejarah dengan adanya beberapa komunitas pendatang dari luar
Kalimantan, yakni Sulawesi, Jawa, Tiongkok, yang turut bermukim di
Samarinda untuk motif ekonomi, juga terpengaruh dengan kultur Banjar
terutama penggunaan bahasa Banjar sebagai bahasa pergaulan (lingua franca).
Dalam konteks ini, bahasa merupakan sebuah unsur kebudayaan universal yang
menunjukkan identitas sebuah komunitas atau bangsa. Jadi dalam Sejarah,
Bahasa banjar memiliki kedudukan sebagai Bahasa pergaulan(lingua franca)
yang berperan sebagai alat komunikasi dari komunitas pendatang dari luar
Kalimantan Timur seperti Sulawesi, jawa, dan tingkok.
Selain bahasa Banjar, terdapat beberapa bahasa yang banyak juga
digunakan di Samarinda selain bahasa Banjar, yaitu, Bahasa Bugis adalah salah
satu bahasa dari rumpun bahasa Austronesia yang digunakan oleh suku Bugis.
Penutur bahasa Bugis umumnya tinggal di Sulawesi Selatan. Bahasa Bugis
dituturkan oleh masyarakat di Desa Santan Tengah, Kecamatan Marang Kayu,
Desa Muara Badak Ulu, Kecamatan Muara Badak,Desa Sepatin, Kecamatan
Anggana, Kabupaten Kutai Kertanegara (Bahasa Bugis, n.d.). Sekitar tahun
1668, Sultan yang dipertuan Kerajaan Kutai memerintahkan Pua Ado bersama
pengikutnya yang asal tanah Sulawesimembuka perkampungan di Tanah
Rendah. Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Jawa.
Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang digunakan sebagai
sarana komunikasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. Di
Samarinda sendiri memiliki daerah yang bernama kampung jawa. tercipta-nya
kampung Jawa terjadi pada tahun 1936,saat itu perkampungan Jawa berada di
bawah kuasa wilayah kepala kampung Teluk Lerong, maka para pemuda dan
masyarakat Kampung Jawa mengadakan musyawarah dengan tujuan memohon
kepada kontroler Hindia Belanda, agar perkampungan Jawa dapat berdiri
sendiri, dan memiliki kepala kampung sendiri.
Bahasa banjar dengan Bahasa kutai memiliki persamaan dan perbedaan
dalam setiap kosa katanya, biasanya perbedaan itu terletak pada Perubahan
Bahasa Banjar dari vokal ‘a’ menjadi ‘e’ pepet dalam Bahasa Kutai contoh
perbedaannya seperti kata kegenangan yang menggunakan huruf vokal ‘e’
berbeda dengan suku banjar yang menggunakan huruf vokal ‘a’ ada kata
kaganangan dan persamaan Bahasa banjar dengan kutai terletak pada kata
kawa, Bahasa banjar dan kutai sama-sama menggunakan huruf vokal ‘a’
sehingga tidak terjadi perbedaan.
Bahasa Banjar (bahasa Banjar: Basa Banjar atau Pandir Banjar)
adalah sebuah bahasa yang dituturkan oleh etnis Banjar yang merupakan etnis
pribumi yang berasal dari daerah Banjar di Kalimantan Selatan, Indonesia. . Di
tanah asalnya di Kalimantan Selatan, bahasa Banjar yang merupakan bahasa
sastra lisan terbagi menjadi dua dialek besar, yaitu Banjar Kuala dan Banjar
Hulu (ENSIKLOPEDIA DUNIA, 2018). Selain kedua dialek tadi, samarinda
juga memiliki dialek yaitu dialek banjar samarinda dituturkan di kecamatan
samarinda kota. Jadi Bahasa banjar yang kami bahas memiliki 3 jenis Bahasa
banjar yaitu, Bahasa banjar hulu, Bahasa banjar kuala, dan Bahasa banjar
samarinda.
Di dalam keseharian Bahasa banjar biasa digunakan di lingkungan
keluarga, Ketika Bersama teman, dan tempat umum. Di lingkungan keluarga,
penggunaan Bahasa banjar dalam kehidupan keluarga biasanya menggunakan
Bahasa banjar yang lebih halus atau biasa kita sebut sopan. Ketika Bersama
teman, penggunaan Bahasa Bersama teman cenderung menggunakan Bahasa
banjar kasar atau kurang sopan jika digunakan untuk berbincang kepada
keluarga ataupun orang lain. Oleh karena itu Bahasa banjar kasar biasanya
digunakam Ketika berbincang kepada teman atau orang yang telah akrab antara
satu sama lain dikarenakan terkesan lebih santai dan tidak kaku. Ketika berada
di tempat umum. Penggunaan Bahasa banjar di tempat umum biasanya Bahasa
yang digunakan sudah menggunakan campuran dengan Bahasa lain, contohnya
seperti Bahasa Indonesia, inggris atau Bahasa lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bahasa Bugis. (n.d.). Retrieved from PROFILBARU.COM:


https://profilbaru.com/Bahasa_Bugis
ENSIKLOPEDIA DUNIA. (2018). ENSIKLOPEDIA DUNIA: BAHASA BANJAR.
Retrieved from Google.com:
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Bahasa_Banjar
ENSIKLOPEDIA DUNIA. (n.d.). BAHASA BANJAR SAMARINDA. Retrieved from
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Bahasa_Banjar_Samarinda
ENSIKLOPEDIA DUNIA:. (n.d.). ENSIKLOPEDIA DUNIA: Bahasa kutai,
Perbandingan persamaan dan perbedaan bahasa banjar dan kutai, Bahasa
banjar dengan kutai. Retrieved from GOOGLE.COM.
Rahman, A. (2016). Pengaruh bahasa daerah terhadap hasil belajar bahasa indonesia
peserta didik kelas 1 sd inpres maki kecamatan Lamba Leda Kabupaten
manggarai Timur. Alaudin:Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 3.2:71-79.
sarip, m., & nandini, N. (2022). Kontroversi Sejarah La Mohang Daeng Mangkona dan
Hari Jadi . Yupa: Historical Studies Journal, 70-72.
Sejarah dan Sosial. (2023, agustus rabu). Retrieved from https://kumparan.com/sejarah-
dan-sosial/contoh-dialog-bahasa-jawa-2-orang-teman-sehari-hari-20znRNCmVoz
Sejarah Samarinda Seberang. (2020, mei selasa). Retrieved from Situs Resmi Kecamatan
Samarinda Seberang:
https://kec-samarinda-seberang.samarindakota.go.id/pages/sejarah-FXPWJ
Suryadikara, F. (1984). Geografi Dialek Bahasa Banjar Hulu. Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wibowo, Wahyu. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia. 2001


Darminto,Wjs Poerwo. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1993.
Dachlan, Oemar. (2000). Kalimantan Timur dengan Aneka Ragam Permasalahan
dan Berbagai Peristiwa Bersejarah yang Mewarnainya. Jakarta: Yayasan
Bina Ruhui Rahayu.
Sarip, Muhammad. (2017). Samarinda Tempo Doeloe: Sejarah Lokal 1200–1999.
Samarinda: RV Pustaka Horizon.
Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (Ed.). (2008). Sejarah
Nasional.
Indonesia IV Kemunculan Penjajahan di Indonesia (±1700–1900), Edisi
Pemutakhiran. Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai