Anda di halaman 1dari 13

BAHASA SERAWAI PROVINSI BENGKULU

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah sastra daerah

Dosen Pengampu : Akmaludin, M. Pd.

Disusun Oleh : Monica Hidayah

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU

2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah “Sastra Daerah”
dengan judul “Bahasa Serawai Provinsi Bengkulu”. Penyusunan makalah semaksimal
mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak dan sumber yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah
ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun sangat
mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar
keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang
relevan pada makalah-Makalah selanjutnya.

Bengkulu, 10 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................iv

A. Latar Belakang................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah...........................................................................................iv
C. Tujuan...............................................................................................................iv-v

BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................................1

A. Bahasa Indonesia.............................................................................................1
B. Bahasa Daerah.................................................................................................1

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................2

A. Letak Geografis................................................................................................2
B. Kebudayaan Suku Serawai.............................................................................3
C. Kebahasaan Suku Serawai.............................................................................3
D. Mata Pencaharian Suku Serawai...................................................................4
E. Adat Istiadat Suku Serawai............................................................................4

BAB IV PENUTUP...........................................................................................................7

A. KESIMPULAN................................................................................................7
B. SARAN.............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Serawai adalah salah satu bahasa yang digunakan oleh suku Serawai
yang bermukim di Provinsi Bengkulu. Wilayah pemakaian bahasa Serawai meliputi
tiga kabupaten yang berada di Bengkulu bagian selatan, yaitu Kabupaten Seluma,
Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Kabupaten Kaur (Aliana dkk, 1982).

Sampai sekarang bahasa Serawai masih digunakan dan dipelihara oleh


masyarakat penuturnya sebagai alat komunikasi. Penutur bahasa Serawai sangat
bangga dengan bahasa yang mereka tuturkan. Penutur asli tidak akan mau memakai
bahasa lain sebagai alat komunikasi sehari-hari jika berada di kampung halaman
mereka.

Meskipun penutur bahasa Serawai berada di rantau, mereka umumnya tetap


menggunakan bahasa Serawai jika bertemu dengan sesama penutur bahasa Serawai.
Hampir di seluruh kehidupan sehari-hari, masyarakat Serawai menggunakan bahasa
Serawai untuk berkomunikasi. Di perkantoran, rumah sakit, bank-bank, dan tempat-
tempat umum lainnya mereka tetap menggunakan bahasa Serawai. Pemakaian bahasa
Indonesia, sebagai bahasa nasional Negara Indonesia hanya digunakan di forum-
forum resmi dan sebagai bahasa pengantar di instansi-instansi pendidikan, sekolah-
sekolah dan sekolah tinggi.

Bukan hal yang aneh atau tabu, ketika orang yang pulang dari merantau,
pulang ke kampung halamannya, dia akan terpengaruh oleh bahasa tempat dia
merantau, baik bahasa, dialek, maupun logatnya. Akan tetapi, hal itu tidak berterima
di bumi Serawai. Masyarakat Serawai sangat skeptis dan cenderung merendahkan
penutur bahasa Serawai yang menggunakan bahasa selain bahasa Serawai di bumi
Serawai. Positifnya hal tersebut membuat bahasa Serawai terjaga pemeliharaannya
dan penggunaannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah antara lain
sebagai berikut :

1. Bagaimana letak geografis daerah yang berbahasa Serawai ?


2. Bagaimana kebudayaan derah yang berbahasa Serawai ?
3. Bagaimana kebahasaan derah yang berbahasa Serawai ?
4. Bagaimana mata pecaharian derah yang berbahasa Serawai ?
5. Bagaimana adat istiadat derah yang berbahasa Serawai ?

iv
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana letak geografis daerah yang berbahasa Serawai.
2. Untuk mengetahui bagaimana kebudayaan daerah yang berbahasa Serawai.
3. Untuk mengetahui bagaimana kebahasaan daerah yang berbahasa Serawai.
4. Untuk mengetahui bagaimana mata pencaharian daerah yang berbahasa Serawai.
5. Untuk mengetahui bagaimana adat istiadat daerah yang berbahasa Serawai.

v
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bahasa Indonesia

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, bahasa Indonesia adalah sistem


lambang bunyi yang artbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa dipergunakan oleh
kelompok-kelompok masyarakat dalam berkomunikasi memiliki dua arti, yaitu bunyi
bahasa yang dihasilakn oleh alat-alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam
bunyi bahasa,

Bunyi bahasa yang disebut dengan urus ujaran tersebut merupakan getaran
yang merangsang alat pendengaran manusia, sedangkan arti atau makna adalah isi
yang terkandung di dalam bunyi bahasa yang diucapkan oleh manusia tersebut.
(Setiawan. 2012)

B. Bahasa Daerah

Bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai atau dituturkan dalam suatu
wilayah dalam sebuah negara berdaulat. Wilayah tersebut meliputi daerah kecil,
negara bagian, provinsi, atau teritori yang lebih luas. Berdasarkan kamus Besar
Bahasa Indonesia arti bahasa daerah adalah bahasa yang lazim dipakai disuatu daerah.
Misalnya bahasa suku bangsa, seperti Batak, Jawa, Sunda, dan lain sebagainya. Selain
itu, ada pengertian bahasa menurut Piagam Eropa untuk Bahasa-bahasa Regional.

Istilah bahasa regional atau minoritas merujuk pada bahasa yang aslinya
digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga negara dari negara tersebut yang
secara numerik merupakan kelompok yang lebih kecil dari populasi lainnya dan juga
bukan merupakan bahasa resmi atau salah satu bahasa resmi di negara tersebut.

1
BAB III

PEMBAHASAN

A. Letak Geografis

Kabupaten Seluma berdiri berdasarkan undang-undang nomor 3 tahun 2003


tentang pementukan Kabupaten Muko-Muko, Kabupaten Seluma, dan Kabupaten
Kaur di Provinsi Bengkulu, maka resmilah Seluma menjadi Kabupaten yang ditandai
dengan dilantiknya Pejabat Bupati Seluma berdasarkan Keputusan Menteri Dalam
Negeri RI Nomor : 131.28-259 tahun 2003 tanggal 22 Mei 2003 tentang
pengangkatan Pejabat Bupati Seluma Provinsi bengkulu oleh Menteri Dalam Negeri
di halaman kantor Gubernur Bengkulu pada tanggal 23 Mei 2003. Selain itu
Kabupaten Seluma dikenal dengan sebutan Serawai.

Asal dari kata serawai ada 2 (dua) pendapat yaitu ;

1) Serawai maksudnya cabang dua buah sungai yaitu sungai Musi dan sungai
Seluma yang dibatasi oleh suatu bukit yaitu bukit capang.
2) Serawai asal kata dari seram yang artinya celaka (celako) ini
dihubungkankan dengan anak raja dari hulu, karena menderita penyakit
menular lalu dibuang (dihanyutkan) ke sungai dan terdampar di manna.
Anak raja inilah yang mendirikan sebuah kerajaan. Kerajaan tersebutlah
yang dikenal dengan Kerajaan Serawai.

Kerajaan Serawai terpisah dari kerajaan Bengkulu. Kerajaan ini ditemui


diantara daerah sungai Jenggalu sampai ke muara Bengkenan, kerajaan ini akhirnya
terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil yang disebut margo (marga). Mereka bersatu
atas dasar satu kesatuan, satu keturunan dan satu rumpun bahasa.

Sedangkan dilihat dari struktur masyarakat maka yang mendiami daerah


Seluma terdiri dari ; Suku Serawai dan Suku Pendatang (Suku Jawa, Suku Minang,
Suku Bali , Suku Batak, dll) . Secara geografis Kabupaten Seluma ini terletak di
pantai barat pulau Sumatera dengan luas 240.0004.4 Ha. Ditinjau secara astronomis,
maka letak Kabupaten Seluma berada pada 30 58’ 22” LS – 40 21’ 37” LS dan 1020
37’ 25” BT – 1020 59’ 25” BT.

Wilayah Kabupaten Seluma berada di pantai barat Pulau Sumatera, membujur


di sepanjang bukit barisan yang secara administratif berbatasan dengan :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia


2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kepahyang dan Kabupaten Lahat
Propinsi Sumatera Selatan
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu
Utara
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan.

2
Topografi Kabupaten Seluma pada umumnya terdiri dari dataran rendah
sampai menengah, rawa, aliran sungai dan pebukitan dengan ketinggian 100 – 1.500
m dari permukaan laut. Jenis tanah umumnya latosal, rogosal alluvial, asosiasi
podsolika merah kuning dan organosol.

B. Kebudayaan Suku Serawai

Kebudayaan suku Serawai sangat beragam salah satunya adalah tari andun.
Tari andun adalah tari yang biasa digelar pada tradisi nundang padi. Tarian ini akan
dilaksanakan pada hari pertama dan ketiga acara. Tarian ini merupakan rangkaian
acara yang paling penting jika tidak ada tari andun maka tradisi nundang padi tidak
bisa berjalan. Tarian ini berfungsi untuk menghubungkan antara manusia dengan
Tuhan yang maha kuasa.

Tujuan dari adanya tari andun adalah untuk meminta keselamatan dan
kesejahteraan untuk umat manusia khususnya suku Serawai. Selain itu adanya tari
andun juga berfungsi sebagai hiburan.

C. Kebahasaan Suku Serawai

Sampai sekarang bahasa Serawai masih digunakan dan dipelihara oleh


masyarakat penuturnya sebagai alat komunikasi. Penutur bahasa Serawai sangat
bangga dengan bahasa yang mereka tuturkan. Penutur asli tidak akan mau memakai
bahasa lain sebagai alat komunikasi sehari-hari jika berada di kampung halaman
mereka. Meskipun penutur bahasa Serawai berada di rantau, mereka umumnya tetap
menggunakan bahasa Serawai jika bertemu dengan sesama penutur bahasa Serawai.

Hampir di seluruh kehidupan sehari-hari, masyarakat Serawai menggunakan


bahasa Serawai untuk berkomunikasi. Di perkantoran, rumah sakit, bank-bank, dan
tempat-tempat umum lainnya mereka tetap menggunakan bahasa Serawai. Pemakaian
bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional Negara Indonesia hanya digunakan di
forum-forum resmi dan sebagai bahasa pengantar di instansi-instansi pendidikan,
sekolah-sekolah dan sekolah tinggi.

Bukan hal yang aneh atau tabu, ketika orang yang pulang dari merantau,
pulang ke kampung halamannya, dia akan terpengaruh oleh bahasa tempat dia
merantau, baik bahasa, dialek, maupun logatnya. Akan tetapi, hal itu tidak berterima
di bumi Serawai. Masyarakat Serawai sangat skeptis dan cenderung merendahkan
penutur bahasa Serawai yang menggunakan bahasa selain bahasa Serawai di bumi
Serawai. Positifnya hal tersebut membuat bahasa Serawai terjaga pemeliharaannya
dan penggunaannya.

Hal itu ternyata juga berlaku untuk para pendatang atau perantau dari daerah
lain. Mereka kesulitan berkomunikasi dengan masyarakat setempat kalau
menggunakan bahasa ibu mereka. Mau tidak mau untuk kelancaran berkomunikasi
sehari-hari, masyarakat pendatang harus mempelajari dan menggunakan bahasa
Serawai untuk hidup bermasyarakat di sana. Tidak jarang bahasa ibu anak-anak

3
pendatang ini adalah bahasa Serawai. Akan tetapi, tentu saja bahasa Serawai yang
mereka gunakan tidak seratus persen sama dengan bahasa Serawai yang dituturkan
oleh penutur asli. Bahasa ibu pendatang ataupun bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan Republik Indonesia memberikan dinamika dan keberagaman sendiri pada
bahasa Serawai di bumi Serawai. Bahasa Serawai mempunyai perbedaan-perbedaan
isolek pada setiap daerah penyebarannya.

D. Mata Pencaharian Suku Serawai

Tanah kediaman mereka cukup subur sehingga mata pencaharian pokoknya


ialah bercocok tanam di sawah dan ladang. Selain bertanam padi mereka banyak
membuka kebun kopi dan cengkeh. Perairan sungai dan lautnya banyak menyediakan
ikan dan hasil hutannya, kayu, rotan, damar dan lain-lain cukup menguntungkan
kehidupan mereka.

E. Adat Istiadat Suku Serawai

Sistem Adat Istiadat masyarakat suku Serawai Kabupaten Seluma antara lain :

1. Sistem Kekerabatan

Keluarga Batih, yaitu keluarga yang terdiri dari anak-anak yang belum
berkeluarga yang dipimpin oleh seorang ayah dan ibu. Dalam hal ini semua anak
tunduk dan patuh kepada ayah, ibunya dan dalam pergaulan sehari-hari anak-anak
tidak akan memanggil nama yang lebih tua darinya, tapi dia akan memanggil
dengan kata ganti nama yang disebut dengan tuturan.

Pembentukan keluarga batih ini diawali dengan upacara perkawinan.


Tempat tinggal pasangan yang baru nikah ini disesuaikan dengan perjanjian
sebelum upacara perkawinan. Menurut asen bekulo atau perasaan adat sejati
ketentuan tempat tinggal itu ada tiga macam yaitu :

a. Asen beleket, artinya sang isteri ikut bertempat tinggal di lingkungan keluarga
besar pihak suami (patrilokal). Pergi beleket berarti nyep (hilang) ia tidak
berhak lagi memperoleh pembagian harta warisan orang tuanya.
b. Asen Semendo artinya setelah kawin sang suami pindah berdiam turut ke
lingkungan keluarga isterinya (matrilokal). Tetapi kekuasaan rumah tangga
tetap pada suami. Berbeda dengan beleket bahwa laki-laki di sini masih berhak
mendapat pembagian warisan orang tuanya.
c. Semendo Rajo-rajo. Ini terjadi biasanya kalau kedudukan orang tua kedua
belah pihak sama kuat maka soal tempat tinggal ini bebas menurut pilihan
pasangan keluarga baru itu (biloka).

Sejalan dengan tiga macam perjanjian tersebut maka garis keturunannya


tiga macam pula. Yang pertama Patrilinial (asen semendo rajo-rajo). Kesimpulan
ini diambil berdasarkan analisis keterangan ahli adat dan tampak pada kenyataan

4
bahwa bagi perempuan beleket sebenarnya tidak diperkenankan kembali ke
tempat orang tuanya lagi. Ia sudah diberi dengan uang jemputan cukup besar.

Pada umumnya fungsi sosial ekonomi, pendidikan dan agama menjadi


tanggung jawab keluarga batih. Pembagian kerja dalam segala aspek kehidupan
pada prinsipnya ada, meskipun di dalam prakteknya sering dikerjakan secara
gotong royong antara ayah ibu dan anak-anaknya.

Tanggung jawab orang tua di bidang materil dan biaya adalah selama
anak-anaknya belum kawin atau belum berumah tangga. Apabila seorang anak
telah berumah tangga, ia harus turun dari rumah untuk mencari tempat kediaman
di rumah lain, kecuali bagi anak tunggal dan disayanginya. Sementara
mendapatkan rumah kediaman baru, kedua suami isteri tersebut, dapat tinggal
bersama-sama atau di rumah mertua (ayah dan Isteri). Apabila kedua orang yang
memimpin keluarga itu sudah tua, maka ia dapat menghibahkan hartanya (tanah,
rumah, sawah) kepada anak-anaknya. Tentang jumlah atau banyaknya pembagian
yang didapat ditentukan oleh orang tua itu sendiri.

Keluarga luas. Yang dimaksud dengan keluarga luas adalah keluarga


besar, Tobokaben, tumbang. Keluarga besar adalah tingkat tingkat lebih atau dari
duluhnya kecil atau keluarga batih yang berpusar pada satu nenek moyang.
Termasuk sebagai anggota keluarga besar adalah : Poyang, nenek (mbah), ayah,
anak, cucu dan cicitnya, termasuk pula menantu, ipar sampai tingkat bawah yang
sama. Dengan kata atau istilah lain disebut juga sanak atau famili.

Semua anggota keluarga ini tidak dibenarkan untuk saling kawin


mengawini. Di dalam kehidupan sehari-hari terlihatlah cara bergaul mereka yang
sangat akrab, karena di antara mereka masih ada hubungan dara, pada masyarakat
suku Serawai kerabat yang disebut Jughai dan jengku dapat dimasukkan dalam
pengertian keluarga luas.

Jughai adalah semua anak cucu dan cicit dari poyang atau moyang.
Lingkungan Jughai lebih besar dari lingkungan keluarga luas. Semua keturunan
puyang sampai kepada cicit-cicitnya adalah anggota Jughai. Dalam lingkungan
Jughai dapat terjadi perkawinan, dengan catatan harus membayar denda adat
berupa memotong seekor kambing pada waktu presmian perkawinan.

Jengku adalah sekelompok masyarakat yang asalnya satu mulo jadi atau
satu nenek moyang. Nenek moyang ini dalam bahasa Serawai disebut
kepuyangan. Di dalam lingkungan satu kepuyangan, boleh saja terjadi perkawinan
dengan syarat harus membayar denda adat seperti yang telah dijelaskan pada
Jughai di atas.

2. Sopan Santun Pergaulan

Dalam pergaulan sehari-hari masyarakat suku Serawai tidak terlepas dari


sopan santun dan tata krama yang mengatur mereka untuk dapat bergaul hingga

5
terciptanya keharmonisan dalam bergaul. Orang yang lebih muda umurnya harus
menghormati yang lebih tua dan sebaliknya orang tua umurnya menyayangi yang
lebih muda. Akhirnya terjadilah suatu kekerabataan di antara mereka di dalam
kelompok tertentu.

Anak harus senantiasa menghormati orang tuanya dan mematuhi semua


perintahnya. Di dalam pergaulan sehari-har, anak tidak dibenarkan memanggil
nama orang tuanya, dia akan memanggil ayahnya dengan sebutan Bak atau Bapak
dan dia akan memanggil ibunya dengan sebutan Mak Nduak. Adik harus
menghormati kakaknya dan sebaliknya kakaknya akan menyayangi adiknya,
antara saudara perempuan dan saudara laki-laki akan lebih saling menghormati,
yang istilahnya adalah saling menghormati kelawai muanai.

Kelawai adalah saudara perempuan dari anak laki-laki, dan muanai adalah
saudara laki-lakai dari anak perempuan. Kalau anak laki-laki sama laki-laki atau
perempuan sama perempuan di sebut dingsanak.

Dalam pergaulan sehari-hari, adik akan memanggil kakak laki-laki dengan


panggilan Dang dan kakak perempuan dipanggil Wah/Wo. Panggilan untuk
kakak-kakak yang lain Cik, Ingah/Ngah. Anak dalam mengahdapi saudarah ayah
atau ibu, harus memakai sopan santun yang tidak berbeda terhadap ayah dan
ibunya sendiri, walaupun saudara ayah atau saudara ibunya lebih kecil umurnya.
Adapun panggilan anak kepada saudara ayah atau ibu adalah sebagai berikut :
Endah adalah panggilan kepada adik dari ayah atau ibu yang perempuan,
sedangkan untuk yang laki-laki di panggil dengan sebutan Wan, sedangkan
Bakdang adalah panggilan anak kepada kakak laki-laki ayah atau ibu yang tertua,
sedangkan untuk yang perempuan dipanggil dengan sebutan Makdang.

Turun-temurun di atas, senantiasa dipakai di dalam pergaulan sehari-hari.


Adalah sangat tercela sekali di dalam masyarakat, bila mana anak atau siapapun
yang tidak menggunakan tutur yang semestinya.

6
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Suku Serawai adalah suku bangsa dengan populasi terbesar kedua yang hidup
di daerah Bengkulu. Sebagian besar masyarakat suku Serawai berdiam di kabupaten
Bengkulu Selatan, yakni di kecamatan Sukaraja, Seluma, Talo, Pino, Kelutum,
Manna, dan Seginim. Suku Serawai mempunyai mobilitas yang cukup tinggi, saat ini
banyak dari mereka yang merantau ke daerah-daerah lain untuk mencari penghidupan
baru, seperti ke kabupaten Kepahiang, kabupaten Rejang Lebong, kabupaten
Bengkulu Utara, dan sebagainya.

Secara tradisional, suku Serawai hidup dari kegiatan di sektor pertanian,


khususnya perkebunan. Banyak di antara mereka mengusahakan tanaman perkebunan
atau jenis tanaman keras, misalnya cengkih, kopi, kelapa, dan karet. Meskipun
demikian, mereka juga mengusahakan tanaman pangan, palawija, hortikultura, dan
peternakan untuk kebutuhan hidup

B. SARAN

Sebagai anak muda zaman sekarang kita perlu benyak mengetahui tentang
daeran-daerah, terutama daerah kita sendiri. Dengan adanya belajar bahasa daerah kita
lebih mengetahui bahasa, adat, budaya, kebahasaan, dan mata pencaharian yang ada
di daerah kita.

7
DAFTAR PUSTAKA

Kebudayaan dan Pariwisata. 2004. Profil Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Seluma.
Seluma. Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan.

Proyek Penelitian Daerah. 1978. Adat Istiadat Daerah Bengkulu . Bengkulu. Depdikbud.

Proyek Penelitian Daerah. 1988. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Bengkulu.
Bengkulu. Depdikbud.

Sumarni, Titi. 2000. Struktur Penyajian Tari Pinggan Dalam Kesenian Bedindang Pada
Masyarakat Suku Serawai Kecamatan Seluma Kabupaten Bengkulu Selatan. Padang.
Universitas Negeri Padang.

Anda mungkin juga menyukai