Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah sastra daerah
2022
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah “Sastra Daerah”
dengan judul “Bahasa Serawai Provinsi Bengkulu”. Penyusunan makalah semaksimal
mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak dan sumber yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah
ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun sangat
mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar
keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang
relevan pada makalah-Makalah selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................iv
A. Latar Belakang................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah...........................................................................................iv
C. Tujuan...............................................................................................................iv-v
A. Bahasa Indonesia.............................................................................................1
B. Bahasa Daerah.................................................................................................1
A. Letak Geografis................................................................................................2
B. Kebudayaan Suku Serawai.............................................................................3
C. Kebahasaan Suku Serawai.............................................................................3
D. Mata Pencaharian Suku Serawai...................................................................4
E. Adat Istiadat Suku Serawai............................................................................4
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................7
A. KESIMPULAN................................................................................................7
B. SARAN.............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Serawai adalah salah satu bahasa yang digunakan oleh suku Serawai
yang bermukim di Provinsi Bengkulu. Wilayah pemakaian bahasa Serawai meliputi
tiga kabupaten yang berada di Bengkulu bagian selatan, yaitu Kabupaten Seluma,
Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Kabupaten Kaur (Aliana dkk, 1982).
Bukan hal yang aneh atau tabu, ketika orang yang pulang dari merantau,
pulang ke kampung halamannya, dia akan terpengaruh oleh bahasa tempat dia
merantau, baik bahasa, dialek, maupun logatnya. Akan tetapi, hal itu tidak berterima
di bumi Serawai. Masyarakat Serawai sangat skeptis dan cenderung merendahkan
penutur bahasa Serawai yang menggunakan bahasa selain bahasa Serawai di bumi
Serawai. Positifnya hal tersebut membuat bahasa Serawai terjaga pemeliharaannya
dan penggunaannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah antara lain
sebagai berikut :
iv
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana letak geografis daerah yang berbahasa Serawai.
2. Untuk mengetahui bagaimana kebudayaan daerah yang berbahasa Serawai.
3. Untuk mengetahui bagaimana kebahasaan daerah yang berbahasa Serawai.
4. Untuk mengetahui bagaimana mata pencaharian daerah yang berbahasa Serawai.
5. Untuk mengetahui bagaimana adat istiadat daerah yang berbahasa Serawai.
v
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bahasa Indonesia
Bunyi bahasa yang disebut dengan urus ujaran tersebut merupakan getaran
yang merangsang alat pendengaran manusia, sedangkan arti atau makna adalah isi
yang terkandung di dalam bunyi bahasa yang diucapkan oleh manusia tersebut.
(Setiawan. 2012)
B. Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai atau dituturkan dalam suatu
wilayah dalam sebuah negara berdaulat. Wilayah tersebut meliputi daerah kecil,
negara bagian, provinsi, atau teritori yang lebih luas. Berdasarkan kamus Besar
Bahasa Indonesia arti bahasa daerah adalah bahasa yang lazim dipakai disuatu daerah.
Misalnya bahasa suku bangsa, seperti Batak, Jawa, Sunda, dan lain sebagainya. Selain
itu, ada pengertian bahasa menurut Piagam Eropa untuk Bahasa-bahasa Regional.
Istilah bahasa regional atau minoritas merujuk pada bahasa yang aslinya
digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga negara dari negara tersebut yang
secara numerik merupakan kelompok yang lebih kecil dari populasi lainnya dan juga
bukan merupakan bahasa resmi atau salah satu bahasa resmi di negara tersebut.
1
BAB III
PEMBAHASAN
A. Letak Geografis
1) Serawai maksudnya cabang dua buah sungai yaitu sungai Musi dan sungai
Seluma yang dibatasi oleh suatu bukit yaitu bukit capang.
2) Serawai asal kata dari seram yang artinya celaka (celako) ini
dihubungkankan dengan anak raja dari hulu, karena menderita penyakit
menular lalu dibuang (dihanyutkan) ke sungai dan terdampar di manna.
Anak raja inilah yang mendirikan sebuah kerajaan. Kerajaan tersebutlah
yang dikenal dengan Kerajaan Serawai.
2
Topografi Kabupaten Seluma pada umumnya terdiri dari dataran rendah
sampai menengah, rawa, aliran sungai dan pebukitan dengan ketinggian 100 – 1.500
m dari permukaan laut. Jenis tanah umumnya latosal, rogosal alluvial, asosiasi
podsolika merah kuning dan organosol.
Kebudayaan suku Serawai sangat beragam salah satunya adalah tari andun.
Tari andun adalah tari yang biasa digelar pada tradisi nundang padi. Tarian ini akan
dilaksanakan pada hari pertama dan ketiga acara. Tarian ini merupakan rangkaian
acara yang paling penting jika tidak ada tari andun maka tradisi nundang padi tidak
bisa berjalan. Tarian ini berfungsi untuk menghubungkan antara manusia dengan
Tuhan yang maha kuasa.
Tujuan dari adanya tari andun adalah untuk meminta keselamatan dan
kesejahteraan untuk umat manusia khususnya suku Serawai. Selain itu adanya tari
andun juga berfungsi sebagai hiburan.
Bukan hal yang aneh atau tabu, ketika orang yang pulang dari merantau,
pulang ke kampung halamannya, dia akan terpengaruh oleh bahasa tempat dia
merantau, baik bahasa, dialek, maupun logatnya. Akan tetapi, hal itu tidak berterima
di bumi Serawai. Masyarakat Serawai sangat skeptis dan cenderung merendahkan
penutur bahasa Serawai yang menggunakan bahasa selain bahasa Serawai di bumi
Serawai. Positifnya hal tersebut membuat bahasa Serawai terjaga pemeliharaannya
dan penggunaannya.
Hal itu ternyata juga berlaku untuk para pendatang atau perantau dari daerah
lain. Mereka kesulitan berkomunikasi dengan masyarakat setempat kalau
menggunakan bahasa ibu mereka. Mau tidak mau untuk kelancaran berkomunikasi
sehari-hari, masyarakat pendatang harus mempelajari dan menggunakan bahasa
Serawai untuk hidup bermasyarakat di sana. Tidak jarang bahasa ibu anak-anak
3
pendatang ini adalah bahasa Serawai. Akan tetapi, tentu saja bahasa Serawai yang
mereka gunakan tidak seratus persen sama dengan bahasa Serawai yang dituturkan
oleh penutur asli. Bahasa ibu pendatang ataupun bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan Republik Indonesia memberikan dinamika dan keberagaman sendiri pada
bahasa Serawai di bumi Serawai. Bahasa Serawai mempunyai perbedaan-perbedaan
isolek pada setiap daerah penyebarannya.
Sistem Adat Istiadat masyarakat suku Serawai Kabupaten Seluma antara lain :
1. Sistem Kekerabatan
Keluarga Batih, yaitu keluarga yang terdiri dari anak-anak yang belum
berkeluarga yang dipimpin oleh seorang ayah dan ibu. Dalam hal ini semua anak
tunduk dan patuh kepada ayah, ibunya dan dalam pergaulan sehari-hari anak-anak
tidak akan memanggil nama yang lebih tua darinya, tapi dia akan memanggil
dengan kata ganti nama yang disebut dengan tuturan.
a. Asen beleket, artinya sang isteri ikut bertempat tinggal di lingkungan keluarga
besar pihak suami (patrilokal). Pergi beleket berarti nyep (hilang) ia tidak
berhak lagi memperoleh pembagian harta warisan orang tuanya.
b. Asen Semendo artinya setelah kawin sang suami pindah berdiam turut ke
lingkungan keluarga isterinya (matrilokal). Tetapi kekuasaan rumah tangga
tetap pada suami. Berbeda dengan beleket bahwa laki-laki di sini masih berhak
mendapat pembagian warisan orang tuanya.
c. Semendo Rajo-rajo. Ini terjadi biasanya kalau kedudukan orang tua kedua
belah pihak sama kuat maka soal tempat tinggal ini bebas menurut pilihan
pasangan keluarga baru itu (biloka).
4
bahwa bagi perempuan beleket sebenarnya tidak diperkenankan kembali ke
tempat orang tuanya lagi. Ia sudah diberi dengan uang jemputan cukup besar.
Tanggung jawab orang tua di bidang materil dan biaya adalah selama
anak-anaknya belum kawin atau belum berumah tangga. Apabila seorang anak
telah berumah tangga, ia harus turun dari rumah untuk mencari tempat kediaman
di rumah lain, kecuali bagi anak tunggal dan disayanginya. Sementara
mendapatkan rumah kediaman baru, kedua suami isteri tersebut, dapat tinggal
bersama-sama atau di rumah mertua (ayah dan Isteri). Apabila kedua orang yang
memimpin keluarga itu sudah tua, maka ia dapat menghibahkan hartanya (tanah,
rumah, sawah) kepada anak-anaknya. Tentang jumlah atau banyaknya pembagian
yang didapat ditentukan oleh orang tua itu sendiri.
Jughai adalah semua anak cucu dan cicit dari poyang atau moyang.
Lingkungan Jughai lebih besar dari lingkungan keluarga luas. Semua keturunan
puyang sampai kepada cicit-cicitnya adalah anggota Jughai. Dalam lingkungan
Jughai dapat terjadi perkawinan, dengan catatan harus membayar denda adat
berupa memotong seekor kambing pada waktu presmian perkawinan.
Jengku adalah sekelompok masyarakat yang asalnya satu mulo jadi atau
satu nenek moyang. Nenek moyang ini dalam bahasa Serawai disebut
kepuyangan. Di dalam lingkungan satu kepuyangan, boleh saja terjadi perkawinan
dengan syarat harus membayar denda adat seperti yang telah dijelaskan pada
Jughai di atas.
5
terciptanya keharmonisan dalam bergaul. Orang yang lebih muda umurnya harus
menghormati yang lebih tua dan sebaliknya orang tua umurnya menyayangi yang
lebih muda. Akhirnya terjadilah suatu kekerabataan di antara mereka di dalam
kelompok tertentu.
Kelawai adalah saudara perempuan dari anak laki-laki, dan muanai adalah
saudara laki-lakai dari anak perempuan. Kalau anak laki-laki sama laki-laki atau
perempuan sama perempuan di sebut dingsanak.
6
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Suku Serawai adalah suku bangsa dengan populasi terbesar kedua yang hidup
di daerah Bengkulu. Sebagian besar masyarakat suku Serawai berdiam di kabupaten
Bengkulu Selatan, yakni di kecamatan Sukaraja, Seluma, Talo, Pino, Kelutum,
Manna, dan Seginim. Suku Serawai mempunyai mobilitas yang cukup tinggi, saat ini
banyak dari mereka yang merantau ke daerah-daerah lain untuk mencari penghidupan
baru, seperti ke kabupaten Kepahiang, kabupaten Rejang Lebong, kabupaten
Bengkulu Utara, dan sebagainya.
B. SARAN
Sebagai anak muda zaman sekarang kita perlu benyak mengetahui tentang
daeran-daerah, terutama daerah kita sendiri. Dengan adanya belajar bahasa daerah kita
lebih mengetahui bahasa, adat, budaya, kebahasaan, dan mata pencaharian yang ada
di daerah kita.
7
DAFTAR PUSTAKA
Kebudayaan dan Pariwisata. 2004. Profil Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Seluma.
Seluma. Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan.
Proyek Penelitian Daerah. 1978. Adat Istiadat Daerah Bengkulu . Bengkulu. Depdikbud.
Proyek Penelitian Daerah. 1988. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Bengkulu.
Bengkulu. Depdikbud.
Sumarni, Titi. 2000. Struktur Penyajian Tari Pinggan Dalam Kesenian Bedindang Pada
Masyarakat Suku Serawai Kecamatan Seluma Kabupaten Bengkulu Selatan. Padang.
Universitas Negeri Padang.