KATA KUNCI: model penilaian, indikator kinerja, industri konstruksi, tingkat nasional, tingkat
perusahaan dan tingkat proyek.
ABSTRACT: Construction industry plays a significant role in the economic development of a country,
particularly a developing country such as Indonesia. A portrait describing the performance of the
construction sector is required in developing a framework to improve national competitiveness. The
mechanism to formally assess the Indonesian construction industry performance has not been
available, thus the first step is to develop an assessment model. This paper discusses the development
of the assessment model, which involves three levels of assessment: national/industry level, company
level, and project level. The development process was conducted in several stages, started with a
review on the underlying considerations, the legal aspect, and theoretical/definition/objective
formulation for each assessment level. The major aspects that should be included in the model were
then identified, and the final stage was determining the performance indicators for national/industry
level, company level, and project level. The assessment model was tested in a pilot survey to know the
availability of data. The survey showed that most of the types of data were available and could be
collected in the existing project management pratices. The data required for several indicators were
not readily available, including the performance indicators for environment and customer satisfaction.
1
Peneliti pada Kelompok Keilmuan Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, ITB
309
SOEMARDI et al.
1. PENDAHULUAN
Industri konstruksi memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan perekonomian suatu
negara, tidak terkecuali di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data yang dikutip dari Van
Dalen (2003), pada periode 1974 – 2000 laju rata-rata pertumbuhan industri konstruksi Indonesia
mencapai 7,7%, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB) yaitu sebesar 5,47% [1]. Namun dalam perkembangannya jasa konstruksi nasional masih
memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan utama yang menghambat perkembangan jasa konstruksi
nasional adalah lemahnya aspek kualitas sumber daya manusia (SDM), padahal SDM merupakan
elemen kunci dalam jasa konstruksi. Saat ini pekerja di sektor jas akonstruksi nasional didominasi oleh
pekerja berpendidikan tertinggi SD (60%), diikuti oleh tingkat SLTP (27%), dan sisanya (0.1%)
berpendidikan SMU atau lebih [2]. Dengan meningkatkan kemampuan SDM di lingkungan
konstruksi, maka kinerja jasa konstruksi diharapkan dapat meningkat pula.
Untuk menilai dan memperoleh gambaran mengenai kinerja jasa konstruksi yang lebih tepat,
diperlukan mekanisme penilaian dan indikator-indikator capaian kinerja jasa konstruksi yang bersifat
teknis, baik di tingkat industri secara keseluruhan, tingkat perusahaan (kontraktor dan konsultan) dan
tingkat proyek. Sayangnya mekanisme penilaian kinerja sektor industri jasa konstruksi di Indonesia
secara formal belum tersedia. Gambaran tentang kinerja jasa konstruksi nasional dapat diperoleh dari
suatu model penilaian kinerja jasa konstruksi yang menyeluruh di tingkat nasional (makro), tingkat
perusahaan dan tingkat proyek konstruksi (mikro), yang dirumuskan dalam bentuk mekanisme dan
perangkat penilaiannya. Upaya untuk memperoleh model tersebut telah dilakukan melalui suatu studi
dengan pendekatan kaji literatur, dan pilot survey. Studi tersebut dilakukan dalam lima tahapan
(kajian definisi dan tujuan, kajian aspek penilaian kinerja, kajian indikator kunci dan pendukung,
implementasi, dan analisa) yang merupakan suatu rangkaian yang harus dilalui oleh setiap tingkatan
penilaian kinerja yaitu tingkatan industri, perusahaan dan proyek.
Guna memperoleh gambaran kinerja sektor jasa konstruksi secara tepat, diperlukan suatu mekanisme
penilaian kinerja yang mampu merefleksikan dinamika interaksi yang terjadi dalam sektor tersebut.
Sektor industri (jasa) konstruksi merupakan bagian dari indstri-industri yang saling berinteraksi,
sehingga kinerja sektor ini tidak lepas dari pengaruh dinamika sektor industri lainnya. Industri jasa
konstruksi sendiri merupakan gabungan dari beberapa bidang usaha, yakni perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan, sehingga kinerja masing-masing bidang maupun keseluruhannya juga harus dapat
didefinisikan dan diukur. Di sisi lain penilaian kinerja sektor jasa konstruksi dapat dilakukan dalam 3
tingkatan, yakni industri, perusahaan, dan proyek, yang mana ketiganya mewakili tingkatan-tingkatan
yang mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda (Tabel 1).
310
International Civil Engineering Conference "Towards Sustainable Civil Engineering Practice"
Pengembangan indikator kinerja penilaian jasa konstruksi dilandasi oleh konsep bahwa ketiga
tingkatan penilaian yaitu tingkat indutri, perusahaan dan proyek mempunyai hubungan yang saling
terkait, dimana terdapat indikator kinerja di tingkat industri yang merupakan agregasi dari indikator-
indikator tingkat perusahaan, dan terdapat juga indikator kinerja di tingkat perusahaan yang
merupakan agregasi dari indikator-indikator tingkat proyek. Keterkaitan ketiga tingkatan penilaian
kinerja tersebut diilustrasikan melalui Gambar 1.
Dalam studi ini indikator kinerja yang dikembangkan mengacu pada indikator pelaksanaan
pengukuran kinerja organisasi, yaitu: 1) indikator masukan untuk mengukur segala sesuatu yang
dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran; 2) indikator
proses untuk menunjukkan segala besaran, yang menunjukkan upaya yang dilakukan dalam rangka
mengolah masukan menjadi keluaran; dan 3) indikator keluaran untuk mengukur keluaran yang
dihasilkan suatu kegiatan, yang dapat berupa fisik maupun non-fisik.
311
SOEMARDI et al.
Pengembangan indikator kinerja di setiap tingkatan penilaian kinerja dilakukan melalui tiga tahapan,
yaitu: 1) dasar pengembangan penilaian kinerja; berisikan uraian tentang landasan hukum, konsep
teoritis, serta tujuan yang mendasari pengembangan penilaian kinerja; 2) aspek penilaian kinerja;
berisikan uraian tentang aspek-aspek yang perlu diperhatikan untuk pencapaian tujuan yang telah
digambarkan pada dasar pengembangan penilaian kinerja sebelumnya; dan 3) indikator penilaian
kinerja; yang berisikan uraian tentang indikator-indikator yang digunakan untuk melakukan penilaian
capaian kinerja setiap aspek penilaian.
312
International Civil Engineering Conference "Towards Sustainable Civil Engineering Practice"
313
SOEMARDI et al.
NCPR****,
Aspek Kualitas Sangat baik
Dok.Kontrak,
Catatan keluhan.
Dokumen kontrak
Aspek Produktivitas Sangat baik
& Laporan progres
Laporan
Aspek Keselamatan Kerja Sangat baik
kecelakaan proyek
314
International Civil Engineering Conference "Towards Sustainable Civil Engineering Practice"
315
SOEMARDI et al.
5. PENUTUP
Disadari bahwa model yang telah dikembangkan tidak secara langsung dapat diterapkan. Setelah
melalui uji coba terhadap beberapa sample proyek dan dengan data yang tersedia dari beberapa
instansi pemerintah, teridentifikasi adanya kebutuhan penyempurnaan. Model-model pengukuran
kinerja yang telah dikembangkan dan diuji cobakan tersebut akan memberikan besaran-besaran
kuantitatif tertentu. Tanpa pemahaman mengenai makna dan fungsi ukuran kinerja, maka besaran-
besaran tersebut akan menjadi angka-angka yang minim (atau bahkan tidak mempunyai) arti.
Pemaknaan ini pun hendaknya diproyeksikan berdasarkan konteks dan objektif dari indikator tersebut.
Berpedoman pada prinsip akumulasi penilaian berjenjang seperti yang tampak pada (Gambar 2),
pemahaman makna dan fungsi ukuran kinerja tersebut perlu dirumuskan lebih lanjut.
Hal lain yang juga penting diperhatikan dalam upaya menerapkan model pengukuran kinerja ini
adalah struktur kelembagaan dan mekanisme kerja. Diusulkan dibentuk adanya suatu lembaga yang
berfungsi sebagai pengelola basis data kinerja jasa konstruksi nasional. Lembaga ini dapat dibentuk
sebagai bagian dari lembaga resmi yang sudah ada, seperti LPJKN atau BPKSDM, ataupun melalui
penempatannya pada lembaga pendidian tinggi. Secara umum, skema struktur kelembagaan dan
mekanisme alur data dan informasi yang melibatkan berbagai organisasi pada berbagai tingkatan dapat
dilihat pada Gambar 2 yang dilengkapi dengan beberapa prinsip kerja.
DEPARTEMEN
DEPARTEMEN DEPARTEMEN
DEPARTEMEN BAPPENAS
BAPPENAS BPS
BPS
PERINDUSTRIAN NAKERTRANS
PERINDUSTRIAN NAKERTRANS
DEPARTEMEN
DEPARTEMEN
PEKERJAAN UMUM
PEKERJAAN UMUM
BASISDATA BPK-SDM
LPJKN
LPJKN BPK-SDM
KONSTRUKSI NASIONAL
LPJKD 1 LPJKD 2
6. DAFTAR PUSTAKA
1. Van Dalen, M., Role and Performance of The Indonesian Construction Sector. Technische
Universiteit Eindhoven, Belanda, 2003.
2. Departemen Pekerjaan Umum, Renstra Departemen Pekerjaan Umum 2005-2009, 2005.
3. Construction Service Development Board, Country Report Indonesia 2005, Proceedings of the
11th Asia Construct Conference 2005. Bali, 16– 17 September 2005.
316