Anda di halaman 1dari 8

International Civil Engineering Conference "Towards Sustainable Civil Engineering Practice"

Surabaya, August 25-26, 2006

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KINERJA JASA KONSTRUKSI


Development of Construction Service Performance Evaluation Model

Biemo W. SOEMARDI1, Reini B. WIRAHADIKUSUMAH1, Muhamad ABDUH 1

ABSTRAK:Industri konstruksi memegang peranan yang penting dalam perkembangan perekonomian


suatu negara, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Gambaran mengenai kinerja sektor
konstruksi perlu diketahui dalam rangka pengembangan industri konstruksi nasional yang berdaya
saing tinggi. Mekanisme penilaian kinerja sektor konstruksi di Indonesia secara formal belum tersedia,
sehingga perlu dikembangkan terlebih dahulu model penilaiannya. Makalah ini membahas
pengembangan model penilaian kinerja jasa konstruksi yang mencakup tingkat industri/nasional,
tingkat perusahaan (jasa konstruksi), serta tingkat proyek. Pengembangan model diawali dengan
kajian mengenai dasar pemikiran, dasar perundangan, teoritis, definisi dan tujuan tingkatan penilaian
kinerja, kemudian identifikasi aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam setiap tingkatan penilaian
kinerja, dan selanjutnya penetapan indikator-indikator kinerja pada setiap tingkatan tersebut.
Pengujian model dilakukan dengan survey ke berbagai instansi dan beberapa proyek konstruksi untuk
mengetahui validasi model dan ketersediaan data. Hasil uji coba model menunjukkan bahwa sebagian
besar jenis data yang dibutuhkan untuk indikator kinerja yang terdefinisi telah tersedia dalam praktek
penyelenggaraan konstruksi di Indonesia. Indikator kinerja yang masih perlu dikembangkan
mekanisme pengambilan datanya adalah indikator kinerja yang berhubungan dengan aspek lingkungan
dan aspek kepuasan pengguna jasa.

KATA KUNCI: model penilaian, indikator kinerja, industri konstruksi, tingkat nasional, tingkat
perusahaan dan tingkat proyek.

ABSTRACT: Construction industry plays a significant role in the economic development of a country,
particularly a developing country such as Indonesia. A portrait describing the performance of the
construction sector is required in developing a framework to improve national competitiveness. The
mechanism to formally assess the Indonesian construction industry performance has not been
available, thus the first step is to develop an assessment model. This paper discusses the development
of the assessment model, which involves three levels of assessment: national/industry level, company
level, and project level. The development process was conducted in several stages, started with a
review on the underlying considerations, the legal aspect, and theoretical/definition/objective
formulation for each assessment level. The major aspects that should be included in the model were
then identified, and the final stage was determining the performance indicators for national/industry
level, company level, and project level. The assessment model was tested in a pilot survey to know the
availability of data. The survey showed that most of the types of data were available and could be
collected in the existing project management pratices. The data required for several indicators were
not readily available, including the performance indicators for environment and customer satisfaction.

KEYWORDS: assessment model, performance indicators, construction industry, national level,


company level, project level

1
Peneliti pada Kelompok Keilmuan Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, ITB

309
SOEMARDI et al.

1. PENDAHULUAN

Industri konstruksi memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan perekonomian suatu
negara, tidak terkecuali di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data yang dikutip dari Van
Dalen (2003), pada periode 1974 – 2000 laju rata-rata pertumbuhan industri konstruksi Indonesia
mencapai 7,7%, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB) yaitu sebesar 5,47% [1]. Namun dalam perkembangannya jasa konstruksi nasional masih
memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan utama yang menghambat perkembangan jasa konstruksi
nasional adalah lemahnya aspek kualitas sumber daya manusia (SDM), padahal SDM merupakan
elemen kunci dalam jasa konstruksi. Saat ini pekerja di sektor jas akonstruksi nasional didominasi oleh
pekerja berpendidikan tertinggi SD (60%), diikuti oleh tingkat SLTP (27%), dan sisanya (0.1%)
berpendidikan SMU atau lebih [2]. Dengan meningkatkan kemampuan SDM di lingkungan
konstruksi, maka kinerja jasa konstruksi diharapkan dapat meningkat pula.

Untuk menilai dan memperoleh gambaran mengenai kinerja jasa konstruksi yang lebih tepat,
diperlukan mekanisme penilaian dan indikator-indikator capaian kinerja jasa konstruksi yang bersifat
teknis, baik di tingkat industri secara keseluruhan, tingkat perusahaan (kontraktor dan konsultan) dan
tingkat proyek. Sayangnya mekanisme penilaian kinerja sektor industri jasa konstruksi di Indonesia
secara formal belum tersedia. Gambaran tentang kinerja jasa konstruksi nasional dapat diperoleh dari
suatu model penilaian kinerja jasa konstruksi yang menyeluruh di tingkat nasional (makro), tingkat
perusahaan dan tingkat proyek konstruksi (mikro), yang dirumuskan dalam bentuk mekanisme dan
perangkat penilaiannya. Upaya untuk memperoleh model tersebut telah dilakukan melalui suatu studi
dengan pendekatan kaji literatur, dan pilot survey. Studi tersebut dilakukan dalam lima tahapan
(kajian definisi dan tujuan, kajian aspek penilaian kinerja, kajian indikator kunci dan pendukung,
implementasi, dan analisa) yang merupakan suatu rangkaian yang harus dilalui oleh setiap tingkatan
penilaian kinerja yaitu tingkatan industri, perusahaan dan proyek.

2. PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KINERJA

Guna memperoleh gambaran kinerja sektor jasa konstruksi secara tepat, diperlukan suatu mekanisme
penilaian kinerja yang mampu merefleksikan dinamika interaksi yang terjadi dalam sektor tersebut.
Sektor industri (jasa) konstruksi merupakan bagian dari indstri-industri yang saling berinteraksi,
sehingga kinerja sektor ini tidak lepas dari pengaruh dinamika sektor industri lainnya. Industri jasa
konstruksi sendiri merupakan gabungan dari beberapa bidang usaha, yakni perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan, sehingga kinerja masing-masing bidang maupun keseluruhannya juga harus dapat
didefinisikan dan diukur. Di sisi lain penilaian kinerja sektor jasa konstruksi dapat dilakukan dalam 3
tingkatan, yakni industri, perusahaan, dan proyek, yang mana ketiganya mewakili tingkatan-tingkatan
yang mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda (Tabel 1).

Tabel 1. Tingkat pengukuran kinerja jasa konstruksi


TINGKATAN
TINGKATAN AKTIFITAS
PENGUKURAN FOKUS
KONSTRUKSI
KINERJA
Lingkungan Construction Tingkat Industri Fokus Kepada Interaksi
Industry Organisasi Dalam Industri
Industri
Organisasi Fokus Kepada Atribut
Construction Tingkat
Proyek Organisasi Proyek dan
Management Perusahaan
Kegiatan Komponen Fisik
Operasi Fokus Kepada Aksi di
Construction
Proses Engineering
Tingkat Proyek Lapangan dan Penggunaan
Tugas Teknologi

310
International Civil Engineering Conference "Towards Sustainable Civil Engineering Practice"

Kajian Terhadap Berbagai Model Penilaian Kinerja Jasa Konstruksi


Kajian terhadap berbagai model penilaian kinerja jasa konstruksi yang telah ada dan berkembang di
luar negeri dilakukan untuk mengetahui indikator-indikator apa saja yang sudah dikembangkan untuk
menilai kinerja jasa konstruksi, sehingga indikator tersebut dapat dijadikan masukan dalam
pengembangan indikator kinerja yang dilakukan dalam studi ini. Jumlah model penilaian kinerja jasa
konstruksi yang dipelajari adalah sebanyak 14 model penilaian kinerja yang digunakan di 10 negara.
Dari hasil kajian berbagai model penilaian kinerja jasa konstruksi tersebut diketahui 9 aspek utama
yang digunakan dalam menilai kinerja jasa konstruksi, yakni aspek-aspek ekonomi, SDM, kualitas,
biaya, hukum, kebijakan & strategi, keselamatan kerja, dan produktivitas.

Kajian Rencana Strategis Departemen PU dan Pusbin KPK


Kajian rencana strategis Departemen PU dan Pusbin KPK dilakukan guna memperoleh gambaran
indikator kinerja yang relevan dengan peran dan fungsi Departemen PU dan unit-unit di bawahnya
yang relevan dengan sektor jasa konstruksi. Dari hasil kajian kajian rencana strategis Departemen PU,
aspek yang dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan model penilaian kinerja jasa
konstruksi ini adalah aspek ekonomi, sementara Pusbin KPK memberikan kontribusi dalam aspek
sumber daya manusia dan produktivitas.

Kajian Klasifikasi CPC dan LPJK


Kajian klasifikasi Central for Product Classification (UN Statistic, 2002) dan Lembaga Pengembangan
Jasa Konstruksi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran struktur implementasi
penilaian kinerja yang dapat dibandingkan sesuai dengan sistem lain (internasional). Dari hasil kajian
terhadap kedua klasifikasi tersebut disimpulkan bahwa klasifikasi LPJK dan CPC dapat digunakan
untuk pengelompokkan dan pengumpulan indikator kinerja. Struktur klasifikasi LPJK maupun CPC
tidak banyak mempengaruhi pengembangan model penilaian kinerja jasa konstruksi. Jika akan
digunakan CPC, maka harus dilakukan mapping antara CPC dan LPJK agar dapat saling
berkesesuaian (compatible).

Survey Indikator Kinerja Proyek Konstruksi


Guna melengkapi hasil kaji literatur dan dokumen-dokumen rujukan yang berkait dengan penilaian
kinerja jasa konstruksi, suatu pilot surevy yang melibatkan beberapa praktisi sektor jasa konstruksi di
kota Bandung dan Jakarta juga telah dilakukan. Tujuan dari survey ini adalah untuk mendapatkan data
tentang model penilaian kinerja yang sudah biasa dilaksanakan di lapangan proyek konstruksi. Hasil
dari pelaksanaan survey ini digunakan untuk memperkaya dan menvalidasi model penilaian kinerja
jasa konstruksi yang dikembangkan.

3. PENGEMBANGAN INDIKATOR KINERJA

Pengembangan indikator kinerja penilaian jasa konstruksi dilandasi oleh konsep bahwa ketiga
tingkatan penilaian yaitu tingkat indutri, perusahaan dan proyek mempunyai hubungan yang saling
terkait, dimana terdapat indikator kinerja di tingkat industri yang merupakan agregasi dari indikator-
indikator tingkat perusahaan, dan terdapat juga indikator kinerja di tingkat perusahaan yang
merupakan agregasi dari indikator-indikator tingkat proyek. Keterkaitan ketiga tingkatan penilaian
kinerja tersebut diilustrasikan melalui Gambar 1.

Dalam studi ini indikator kinerja yang dikembangkan mengacu pada indikator pelaksanaan
pengukuran kinerja organisasi, yaitu: 1) indikator masukan untuk mengukur segala sesuatu yang
dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran; 2) indikator
proses untuk menunjukkan segala besaran, yang menunjukkan upaya yang dilakukan dalam rangka
mengolah masukan menjadi keluaran; dan 3) indikator keluaran untuk mengukur keluaran yang
dihasilkan suatu kegiatan, yang dapat berupa fisik maupun non-fisik.

311
SOEMARDI et al.

Gambar 1. Konsep struktur indikator kinerja

Pengembangan indikator kinerja di setiap tingkatan penilaian kinerja dilakukan melalui tiga tahapan,
yaitu: 1) dasar pengembangan penilaian kinerja; berisikan uraian tentang landasan hukum, konsep
teoritis, serta tujuan yang mendasari pengembangan penilaian kinerja; 2) aspek penilaian kinerja;
berisikan uraian tentang aspek-aspek yang perlu diperhatikan untuk pencapaian tujuan yang telah
digambarkan pada dasar pengembangan penilaian kinerja sebelumnya; dan 3) indikator penilaian
kinerja; yang berisikan uraian tentang indikator-indikator yang digunakan untuk melakukan penilaian
capaian kinerja setiap aspek penilaian.

Indikator Kinerja di Tingkat Industri


Pengembangan penilaian kinerja tingkat industri dirumuskan berdasarkan aspek-aspek yang
berpengaruh dalam pencapaian tujuan pengembangan industri jasa konstruksi (Tabel 2).

Tabel 2. Indikator kinerja tingkat industri


Tingkat Industri
Kategori
Aspek Indikator Penilaian
Input Proses Output
Investasi konstruksi √
Jumlah pembangunan baru √
Aspek Ekonomi
Makro Nasional
Produktivitas industri konstruksi √
Pertumbuhan Konstruksi √
Kontribusi terhadap sektor industri lain √
Kebijakan konstruksi √
Aspek Kebijakan
Strategi konstruksi √
dan Strategi
Nasional Daya saing nasional √
Daya saing internasional √
Rasio tenaga kerja tetap dan tidak tetap √
Tenaga kerja terampil dan tidak terampil √
Aspek SDM Tingkat produktivitas √
Tingkat Pendidikan Formal Terendah √
Keselamatan kerja konstruksi √
Investasi teknologi konstruksi √
Transfer teknologi konstruksi √
Aspek Teknologi
HaKI jasa konstruksi √
Standar Nasional jasa konstruksi √

312
International Civil Engineering Conference "Towards Sustainable Civil Engineering Practice"

Indikator Kinerja di Tingkat Perusahaan


Pengembangan penilaian kinerja tingkat perusahaan dirumuskan berdasarkan aspek-aspek yang
berpengaruh dalam pencapaian tujuan pengembangan perusahaan jasa konstruksi, yakni: 1) aspek
finansial, 2) aspek pengguna jasa (kepuasan penlanggan), 3) aspek proses bisnis internal, 4) aspek
pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth), dan 5) aspek lingkungan. Adapun indikator
kinerja tingkat perusahaan yang dikembangkan dari aspek-aspek di atas dijelaskan pada Tabel 3.

Tabel 3. Indikator kinerja tingkat perusahaan


Tingkat Perusahaan
Kategori
Aspek Indikator Penilaian
Input Proses Output
Sales √
Return on Investment (ROI) √
Aspek Finansial Return on Equity (ROE) √
Net Profit Margin (NPM) √
Current Ratio √
Success Rate √
Rasio pegawai tidak tetap terhadap pegawai tetap √
Aspek Proses Bisnis Produktivitas perusahaan √
Internal Quality Assurance (QA) √
Investasi teknologi konstruksi perusahaan √
Market Share √
Aspek Pembelajaran Training √
dan Pengembangan Tingkat pergantian karyawan (turn over rate) √
Tingkat kepuasan pelanggan √
Aspek Kepuasan Jumlah perselisihan dan penyelesaian sengketa √
Pelanggan Jumlah pengguna jasa berulang (repeat customer) √
Jumlah Pelanggan baru √
Aspek Lingkungan Kepemilikan standar ISO 14000 √

Indikator Kinerja di Tingkat Proyek


Pengembangan penilaian kinerja tingkat proyek dirumuskan berdasarkan aspek-aspek yang
berpengaruh dalam pencapaian tujuan pengembangan perusahaan jasa konstruksi. Adapun indikator
kinerja tingkat perusahaan yang dikembangkan dari aspek-aspek di atas tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4. Indikator kinerja tingkat proyek


Tingkat Proyek
Kategori
Aspek Indikator Penilaian
Input Proses Output
Cost Variance (CV) √
Aspek Biaya Cost Performance Index (CPI) √
Keakuratan perkiraan biaya (Cost Predictability) √
Schedule Variance (SV) √
Schedule Performance Index (SPI) √
Aspek Waktu Percentage of Plan Completed (PPC) √
Deviation of Construction due Date √
Keakuratan perkiraan waktu (Time Predictability) √
Aspek Tingkat kepuasan pelanggan √
Kualitas Pekerjaan ulang (Rework) √
Indeks ketidaksesuaian pekerjaan dan spesifikasi (Non-

Conformity Index)

313
SOEMARDI et al.

Pengeluaran biaya akibat keluhan klien (Cost Client



Complaints)
Change Order √
Produktivitas (Productivity Performance) √
Efisiensi tenaga kerja langsung
Aspek √
(Efficiency of Direct Labor)
Produktivitas
Efisiensi peralatan (Efficiency of equipment) √
Investasi teknologi proyek √
Aspek Catatan tingkat jumlah kecelakaan (Recordable Incident Rate) √
Keselamatan Jumlah waktu kerja hilang akibat kecelakaan
Kerja √
(Lost Work Incident Rate)
Aspek Persentase Volume Limbah √
Lingkungan Jumlah komplain akibat gangguan lingkungan oleh proyek √

4. UJI IMPLEMENTASI MODEL PENILAIAN KINERJA

Ketersediaan Sumber Data


Dari hasil analisa sumber data untuk setiap aspek penilaian kinerja pada tiap tingkat penilaian kinerja
(industri, perusahaan dan proyek), dapat diketahui besarnya persentase ketersediaan sumber data untuk
setiap aspek penilaian tersebut (Tabel 5). Tujuan dilakukannya penilaian terhadap persentase
ketersediaan sumber data adalah untuk melihat validasi antara indikator penilaian kinerja jasa
konstruksi yang telah dikembangkan dengan ketersediaan sumber data yang telah tersedia di lapangan.
Sehingga jika ada indikator penilaian yang dikembangkan tetapi tidak mempunyai sumber data, maka
akan dilakukan upaya untuk melakukan pengembangan dari kondisi sumber data yang ada sekarang ke
arah yang lebih baik.

Tabel 5. Ketersediaan sumber data


Ketersedia
Ting- an Indikator yang
Aspek Sumber Data
katan Sumber tidak tersedia data
Data
Aspek Ekonomi Makro Nasional Sangat baik BPS
Aspek Kebijakan dan Strategi
Industri

Cukup baik Dep.PU Daya saing Internasional


Nasional
Aspek SDM Sangat baik BPS
Aspek Teknologi Sangat baik Dep.PU, BPS
Aspek Finansial Sangat baik LKPr
Aspek Internal Bisnis Perusahaan Sangat baik LKPr
Perusahaan

Aspek Pertumbuhan &


Sangat baik LKPr*
Pembelajaran
Aspek Kepuasan Pelanggan Cukup baik - Jumlah pengguna jasa yang berulang
Aspek Lingkungan Sangat baik -
LKP** dan Nilai
Aspek Biaya Sangat baik
kontrak
Aspek Waktu Sangat baik LKP** dan kurva S
CSQ***,
Proyek

NCPR****,
Aspek Kualitas Sangat baik
Dok.Kontrak,
Catatan keluhan.
Dokumen kontrak
Aspek Produktivitas Sangat baik
& Laporan progres
Laporan
Aspek Keselamatan Kerja Sangat baik
kecelakaan proyek

314
International Civil Engineering Conference "Towards Sustainable Civil Engineering Practice"

- Persentase volume limbah


Aspek Lingkungan Tidak ada - - jumlah keluhan akibat gangguan
lingkungan oleh proyek
Keterangan :
* Laporan keuangan perusahaan ** Laporan kinerja proyek
*** Customer Satisfaction Questionnaire **** Non Conforming Product Report
Berdasarkan usulan sumber data kondisi di atas, maka untuk melengkapi kebutuhan data penilaian
kinerja sektor jasa konstruksi, diperlukan tambahan data sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Usulan sumber data tambahan


Indikator yang tidak tersedia
Tingkatan Usulan
sumber data
- BPS perlu melakukan pendataan jumlah
kontraktor yang mendapatkan proyek
Industri Daya saing internasional (DSI)
konstruksi di luar negeri beserta nilai
kontraknya
Jumlah pengguna jasa yang berulang - Perusahaan perlu melakukan pencatatan
Perusahaan
(repeat costumer) khusus terhadap pengguna jasa yang berulang
- Proyek konstruksi perlu mencatat jumlah
Prosentase volume limbah volume limbah yang dihasilkan selama proyek
Proyek berlangsung
Jumlah komplain akibat gangguan - Proyek perlu mengadakan survey dampak
lingkungan oleh proyek proyek terhadap lingkungan sekitar

Perbandingan Indikator Kinerja


Dengan menggunakan data yang terdapat pada AsiaConstruct Conference tahun 2005 di Bali [3] telah
dilakukan perbandingan antara hasil uji coba model penilaian kinerja jasa konstruksi Indonesia dengan
beberapa negara tetangga. Hasil uji coba model tersebut dapat terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan indikator kinerja sektor jasa konstruksi

Indikator Negara 2001 2002 2003 2004


Indonesia 1.547.670.000 1.829.163.000 2.174.612.000 2.523.619.000
Investasi Konstruksi Singapura 12.390.609.636 8.788.716.814 6.156.588.004 6.177.482.793
($) Srilangka 1.557.899.887 1.754.641.092 1.885.257.132 2.269.168.665
Hongkong n.a 14.686.000.000 13.657.000.000 12.760.000.000
Indonesia 4,2 4,1 7,7 8,17
Singapura -7,9 -10 -12,9 n.a
Pertumbuhan
Korea 5,5 2,8 8,6 1,7
Konstruksi (%)
Hongkong 13,73 16,55 17,49 15
India 1 3,6 5,1 7
Indonesia n.a 1.175783 1.208.869 1.2555.960
Jumlah Tenaga India 9.050.000 9.050.000 9.050.000 9.100.000
Kerja Terampil Korea 475.400 502.910 502.910 513.833
Hongkong 115.586 n.a 92.173 n.a
Tingkat Indonesia 6,244 6,307 6,371 6,436
Produktivitas
Pekerja Konstruksi India 2,3 2,3 2,3 2,3
Perumahan &
Bangunan Singapura 21,6 20,36 18,82 17,97
(m2/man day)

315
SOEMARDI et al.

5. PENUTUP

Disadari bahwa model yang telah dikembangkan tidak secara langsung dapat diterapkan. Setelah
melalui uji coba terhadap beberapa sample proyek dan dengan data yang tersedia dari beberapa
instansi pemerintah, teridentifikasi adanya kebutuhan penyempurnaan. Model-model pengukuran
kinerja yang telah dikembangkan dan diuji cobakan tersebut akan memberikan besaran-besaran
kuantitatif tertentu. Tanpa pemahaman mengenai makna dan fungsi ukuran kinerja, maka besaran-
besaran tersebut akan menjadi angka-angka yang minim (atau bahkan tidak mempunyai) arti.
Pemaknaan ini pun hendaknya diproyeksikan berdasarkan konteks dan objektif dari indikator tersebut.
Berpedoman pada prinsip akumulasi penilaian berjenjang seperti yang tampak pada (Gambar 2),
pemahaman makna dan fungsi ukuran kinerja tersebut perlu dirumuskan lebih lanjut.

Hal lain yang juga penting diperhatikan dalam upaya menerapkan model pengukuran kinerja ini
adalah struktur kelembagaan dan mekanisme kerja. Diusulkan dibentuk adanya suatu lembaga yang
berfungsi sebagai pengelola basis data kinerja jasa konstruksi nasional. Lembaga ini dapat dibentuk
sebagai bagian dari lembaga resmi yang sudah ada, seperti LPJKN atau BPKSDM, ataupun melalui
penempatannya pada lembaga pendidian tinggi. Secara umum, skema struktur kelembagaan dan
mekanisme alur data dan informasi yang melibatkan berbagai organisasi pada berbagai tingkatan dapat
dilihat pada Gambar 2 yang dilengkapi dengan beberapa prinsip kerja.

DEPARTEMEN
DEPARTEMEN DEPARTEMEN
DEPARTEMEN BAPPENAS
BAPPENAS BPS
BPS
PERINDUSTRIAN NAKERTRANS
PERINDUSTRIAN NAKERTRANS

DEPARTEMEN
DEPARTEMEN
PEKERJAAN UMUM
PEKERJAAN UMUM

BASISDATA BPK-SDM
LPJKN
LPJKN BPK-SDM
KONSTRUKSI NASIONAL

LPJKD 1 LPJKD 2

Perusahaan Perusahaan Perusahaan


C
A B

Proyek 1 Proyek 1 Proyek 1

Gambar 2. Tipologi struktur sistem basisdata kinerja jasa konstruksi nasional

6. DAFTAR PUSTAKA

1. Van Dalen, M., Role and Performance of The Indonesian Construction Sector. Technische
Universiteit Eindhoven, Belanda, 2003.
2. Departemen Pekerjaan Umum, Renstra Departemen Pekerjaan Umum 2005-2009, 2005.
3. Construction Service Development Board, Country Report Indonesia 2005, Proceedings of the
11th Asia Construct Conference 2005. Bali, 16– 17 September 2005.

316

Anda mungkin juga menyukai