Anda di halaman 1dari 97

PENGARUH UPAH MINIMUM TERHADAP PENYERAPAN

TENAGA KERJA BERPENDIDIKAN RENDAH DI JAWA TIMUR

SKRIPSI

Disusun oleh :
Mutiara Ayu Maulidina
145020100111011

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mutiara Ayu Maulidina

NIM : 145020100111011

Tempat/Tanggal Lahir : Blitar,28Juli 1996

Nama Ayah : Agung Nugroho

Nama Ibu : Erlina Ayu

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Golongan Darah :A

Alamat : Perum. BTN Rejomulyo 4/122 Kediri

Email : mutiaramaulidina@gmail.com

Jurusan/Prodi : Ilmu Ekonomi / Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Universitas : Brawijaya Malang

iv
RIWAYAT PENDIDIKAN

2000-2002 : TK Perwanida MAN 3 Kediri

2002-2008 : SDN Banjaran IV Kediri

2008-2011 : SMPN 3 Kediri

2011-2014 : SMAN 1 Kediri

2014-2018 : S1 Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Lembaga Organisasi EDC (Economics and Business Dance

Club) FEB UB periode 2014-2016.

2. Manager Lembaga Organisasi EDC (Economics and Business Dance

Club) FEB UB periode 2015.

3. Koordinator Divisi Humas Lembaga Organisasi EDC (Economics and

Business Dance Club) FEB UB periode 2016.

PENGALAMAN KEPANITIAAN

1. Staff Marketing “Beyond the Future” periode 2015.

2. Staff Divisi Acara “Art and Study Excursie” periode 2015.

3. Koordinator Divisi Humas “Workshop of English Public Speaking” periode

2016.

4. Staff Divisi Acara “Transformer” periode 2016

5. Sekretaris Pelaksana “Aku Pintar” periode 2016.

6. Koordinator Divisi Humas “Art and Study Excursie” periode 2016.

v
PENGALAMAN KERJA

1. Kuliah Kerja Nyata Profesi di Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Kementerian Energi dan Sumber Daya (2017).

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi ini

merupakan tugas akhir yang dipersyaratkan untuk mendapatkan gelar Sarjana

Ekonomi.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua dan segenap

keluarga besar yang selama ini telah mendukung, memberikan semangat,

motivasi, dan doa demi kelancaran studi penulis. Terimakasih kepada para

sahabat dan teman dekat penulis yang telah menjadi teman diskusi, selalu

membantu dalam segala hal, selalu memberikan semangat, dan dukungan

kepada penulis hingga akhir penyelesaian skripsi ini.

Terimakasih kepada Bapak Devanto Shasta Pratomo, SE., M.Si., Ph.D.

yang telah membimbing dan memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi

ini. Terimakasih juga kepada seluruh teman-teman Ekonomi Pembangunan 2014

khususnya, juga seluruh teman-teman jurusan Ilmu Ekonomi yang saling

memberikan semangat dan dukungan, secara langsung maupun tidak langsung,

sehingga skripsi ini selesai tepat pada waktunya.

Terakhir, penulis meminta doa dan dukungan kepada teman-teman untuk

kelancaran dan kemudahan untuk kehidupan di masa depan penulis. Sekian.

vii
ABSTRAKSI

Maulidina, Mutiara Ayu. 2018. Pengaruh Upah Minimum terhadap


Penyerapan Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah di Jawa Timur.
Skripsi, Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Brawijaya. Devanto Shasta Pratomo, SE., M.Si., Ph.D.

Kebijakan upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk

mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun, sehingga pekerja

dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Melihat kondisi upah minimum

yang terus meningkat disetiap tahunnya, mayoritas angkatan kerja Indonesia

masih berpendidikan rendah, dengan presentase sebesar 59,61%. Sejalan pula

dengan teori dan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, menurut

mayoritas literatur yang ada menyatakan bahwa kelompok pekerja yang rentan

terhadap dampak kenaikan upah minimum adalah pekerja yang berusia

muda/remaja, perempuan pekerja, dan pekerja dengan tingkat pendidikan atau

keterampilan yang lebih rendah. angkatan kerja di Jawa Timur juga masih

didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Jumlah angkatan

kerja tertinggi masih didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan

sekolah dasar, hal ini sejalan dengan kondisi angkatan kerja secara nasional

dimana penduduk angkatan kerja tertinggi berasal dari tamatan sekolah dasar

Pada penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode kuantitatif.

Analisis data menggunakan analisis data panel, yaitu gabungan antara data time

series dan cross section. Data time series menggunakan periode tahun 2006-

2015 dan data cross section dari 38 kabupaten/kota. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel berpengaruh signifikan

terhadap pengangguran terdidik. Sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa

variabel upah minimum memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah, variabel proporsi sektor industri

viii
terhadap PDRB memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah, serta variabel jumlah angkatan

kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja

berpendidikan rendah.

Kata kunci: Penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah, upah minimum

kota/kabupaten, angkatan kerja, proporsi sektor industri terhadap PDRB.

ABSTRACT

Maulidina, Mutiara Ayu. 2018. The Effect of Minimum Wages on the


Employment Rate of Less-Educated Workers in East Java. Minor
Thesis, Departement Of Economics, Faculty Of Economics And
Business, University Of Brawijaya, Devanto Shasta Pratomo, SE.,
M.Si., Ph.D.

The minimum wage policy is a protection tool for workers to maintain the

value of the wages received does not getting decrease, so that workers can fulfill

their daily needs. Seeing the condition of the minimum wage that continues to

increase every year, the majority of Indonesia's labor force is still low educated,

with a percentage of 59.61%. In line with the theory and research that has been

carried out by experts, according to the majority of existing literature states that

groups of workers who are vulnerable to the impact of the increase in minimum

wages are young workers, women workers, and workers with lower levels of

education or skills. The workforce in East Java is also dominated by residents with

low education levels. The highest number of workforce is dominated by the

population with the level of primary school education, this is in line with the national

labor force conditions where the highest labor force population comes from primary

ix
school graduates. This study using secondary data with quantitative methods. Data

analysis uses panel data analysis, which is a combination of time series data and

cross section. Time series data uses the period 2006-2015 and cross section data

from 38 districts / cities. The results showed that simultaneously all variables had a

significant effect on educated unemployment. While partially shows that the

variable minimum wage has a negative and significant effect on the absorption of

low-educated labor, the proportion of the industrial sector to GDP has a positive

and insignificant effect on the absorption of low-educated labor, and the variable

number of labor force has a positive and significant effect on absorption of low-

educated workforce.

Keywords: Absorption of low-educated workers, city/district minimum wages,

labor force, proportion of the industrial sector to GDP.

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat

dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

”Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Berpendidikan Rendah di Jawa Timur”. Penyusunan skripsi ini ditujukan

sebagai salah satu syarat untuk meraih derajat Sarjana Ekonomi pada Jurusan

Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai

kendala yang dihadapi. Namun, berbagai kendala tersebut dapat diatasi berkat

banyaknya bantuan dan dukungan yang tak terhingga dari berbagai pihak baik

secara moril maupun materiil. Oleh sebab itu pada kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas hidayah dan nikmat yang telah diberikan kepada penulis

begitu besar yang tak terhingga.

2. Kedua orangtua, Bapak Agung Nugroho dan Ibu Erlina Ayu, beserta

keluarga besar yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan bagi

penulis selama proses penyelesaian skripsi hingga selesai.

3. Bapak Drs. Nurkholis, M.Buss., Ak., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya.

4. Bapak Dr. rer. pol. Wildan Syafitri, SE., ME selaku Ketua Jurusan Ilmu

Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

5. Ibu Nurul Badriyah, SE., ME selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

xi
6. Ibu Dra. Marlina Ekawaty, M.Si., Ph.D selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

7. Bapak Devanto Shasta Pratomo, SE., M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan pengarahan, saran, dan membantu dalam

penyelesaian skripsi penulis.

8. Prof. Dr. Khusnul Ashar, SE., M.A dan Bapak Nurman Setiawan Fadjar, SE.,

M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dalam

penyempurnaan skripsi.

9. Fawa’id Kharisma Khabib, partner dengan penuh kesabaran yang selalu

memberikan semangat serta dukungan di segala kondisi, baik maupun

buruk, dalam proses penulisan skripsi.

10. Best Supporters, Maula Fadhilata Rahmatika, Maharani Citra Amira, Dyah

Ratri Kusumaningtyas, Citra Rosalina Fikri, Lyo Akhbar Pratama Putra,

Bintang Trias Utama, Wira Andika Arli, Muhammad Fikri, Yanuar Rahmat

Ikhsan dan Afrianzah Kurniawan selaku sahabat seperjuangan dari awal

hingga akhir perkuliahan yang selalu memberikan support serta obrolan seru

yang menemani hari-hari penulis selama proses penulisan skripsi.

11. Cynthia Paramita Astasari, selaku sahabat sejak kecil yang selalu

memberikan semangat, bantuan doa, dan motivasi yang tiada henti untuk

penulis.

12. Rani Laksmi, Renny Nadianti, Farradina Ike, Rachma, Nadine Kezsia, dan

Selvi Setya, sahabat di tanah rantau yang tak pernah penulis sangka akan

menjadi keluarga baru di dunia kampus. Terima kasih untuk semangat dan

doa kalian yang tak pernah putus.

13. Baitsna, Ulix, Alifia, Cun, Farra, Reska dan Zahro, partner dalam menari

yang selalu sabar dalam menyesuaikan jadwal latihan dengan kegiatan

menyelesaikan skripsi penulis. Waktu yang kita habiskan untuk berlatih dan

xii
prestasi yang telah kita capai bersama tidak akan penulis lupakan.

14. Seluruh teman-teman Ekonomi Pembangunan 2014 yang saling

memberikan semangat dari awal skripsi hingga selesai.

15. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi

yang belum dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kata sempurna,

masih terdapat banyak kekurangan, karena keterbasan pengetahuan, kemampuan,

serta pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis

adalah skripsi yang telah disusun bisa bermanfaat dalam pengembangan pendidikan di

Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya untuk masa

mendatang, khususnya seluruh civitas akademika. Penulis juga berharap skripsi ini

juga bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam rangka pengembangan

ilmu pengetahuan.

Malang, Agustus 2018

Mutiara Ayu Maulidina

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN .......................................................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................................... vii

ABSTRAKSI .......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... xi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xviii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xx

BAB I.............................................................................Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ...........................................................Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ..................................... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ................................ Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian .................................. Error! Bookmark not defined.

BAB II............................................................................Error! Bookmark not defined.

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................Error! Bookmark not defined.

2.1 Teori ..................................................... Error! Bookmark not defined.

xiv
2.1.1 Teori Permintaan Tenaga Kerja... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Teori Penawaran Tenaga Kerja ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Teori Upah Efisiensi .................... Error! Bookmark not defined.

2.1.4 Teori Upah Diskriminasi .............. Error! Bookmark not defined.

2.2 Penelitian terdahulu .............................. Error! Bookmark not defined.

2.3 Kerangka Pikir ...................................... Error! Bookmark not defined.

2.4. Hipotesis .............................................. Error! Bookmark not defined.

BAB III...........................................................................Error! Bookmark not defined.

METODE PENELITIAN .................................................Error! Bookmark not defined.

3.1 Jenis Penelitian..................................... Error! Bookmark not defined.

3.2 Lokasi Penelitian................................... Error! Bookmark not defined.

3.3 Variabel yang digunakan ...................... Error! Bookmark not defined.

3.4 Definisi Operasional .............................. Error! Bookmark not defined.

3.4.1 Penyerapan Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah ............. Error!

Bookmark not defined.

3.4.2 Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)Error! Bookmark not

defined.

3.4.3 Proporsi sektor Industri terhadap PDRBError! Bookmark not

defined.

3.4.4 Jumlah Penduduk Angkatan KerjaError! Bookmark not

defined.

xv
3.5 Data ...................................................... Error! Bookmark not defined.

3.6 Objek Penelitian.................................... Error! Bookmark not defined.

3.7 Analisis data ......................................... Error! Bookmark not defined.

3.8 Pemodelan............................................ Error! Bookmark not defined.

3.9 Penentuan model terbaik ...................... Error! Bookmark not defined.

3.10 Uji Fdan Uji T ...................................... Error! Bookmark not defined.

BAB IV ..........................................................................Error! Bookmark not defined.

HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................Error! Bookmark not defined.

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian....... Error! Bookmark not defined.

4.2 Deskripsi Variabel Penelitian ................ Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Upah Minimum Kabupaten/Kota .. Error! Bookmark not defined.

4.2.2 Proporsi Sektor Industri terhadap PDRBError! Bookmark not

defined.

4.2.3 Jumlah penduduk angkatan kerjaError! Bookmark not defined.

4.3 Hasil Penelitian ..................................... Error! Bookmark not defined.

4.3.1 Pemilihan Model Regresi Panel.. Error! Bookmark not defined.

4.4 Hasil Uji Regresi Data Panel ................. Error! Bookmark not defined.

4.5 Hasil Pengujian Signifikansi .................. Error! Bookmark not defined.

4.5.1 Uji Parsial (t)................................ Error! Bookmark not defined.

4.5.2 Uji Simultan ................................. Error! Bookmark not defined.

4.5.3 Koefisien Determinasi ( ) ......... Error! Bookmark not defined.

xvi
4.6 Pembahasan dan Analisis Hasil RegresiError! Bookmark not

defined.

4.6.1 Pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah ............ Error!

Bookmark not defined.

4.6.2 Pengaruh Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah ............ Error!

Bookmark not defined.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, data diolah (2017).Error! Bookmark

not defined.

4.6.3 Pengaruh Jumlah Angkatan Kerja terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja Berpendidikan Rendah ...... Error! Bookmark not defined.

BAB V ...........................................................................Error! Bookmark not defined.

KESIMPULAN DAN SARAN .........................................Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ........................................... Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran .................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ......................................................Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN....................................................................Error! Bookmark not defined.

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbandingan Upah Minimum (UM) dengan Tingkat Inflasi di Indonesia

............................................................. Error! Bookmark not defined.

Tabel 1.2 Penduduk angkatan kerja di Indonesia berdasarkan tingkat pendidikan

tertinggi yang ditamatkan ...................... Error! Bookmark not defined.

Tabel 1.3 Penduduk angkatan kerja di Jawa Timur berdasarkan tingkat pendidikan

tertinggi yang ditamatkan ...................... Error! Bookmark not defined.

Tabel 2.1 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu……………………………..Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.1 Rata-rata UMK Jawa Timur...................................................................Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.2 Rata-rata Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB di Jawa Timur (dalam

satuan persen) ...................................... Error! Bookmark not defined.

xviii
Tabel 4.3 Rata-rata Jumlah Penduduk Angkatan Kerja di Jawa Timur......... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.4 Hasil Pemilihan Model Regresi Panel.... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.5 Perbandingan Upah Minimum Kabupaten/Kota dengan Penyerapan

Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah di Provinsi Jawa Timur (2006-2015)

............................................................. Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.6 Perbandingan Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB dengan

Penyerapan Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah di Provinsi Jawa Timur

(2006-2015) .......................................... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.7 Perbandingan Jumlah Angkatan Kerja dengan Penyerapan Tenaga Kerja

Berpendidikan Rendah di Provinsi Jawa Timur (2006-2015) ........ Error!

Bookmark not defined.

xix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kondisi Ketenagakerjaan Indonesia .. Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.2 Kurva Permintaan Tenaga Kerja ....... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.3 Kurva Penawaran Tenaga Kerja ....... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.4 Kurva keseimbangan permintaan dan penawaran tenaga kerja Error!

Bookmark not defined.

Gambar 2.5 Susunan Kerangka Pikir .................... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.1 Peta Jawa Timur…………………………………..……………………Error!

Bookmark not defined.

xx
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data dalam bentuk Log ...................... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 2 Hasil Uji Chow dan Uji Hausman........ Error! Bookmark not defined.

Lampiran 3 Hasil Regresi...................................... Error! Bookmark not defined.

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan upah minimum merupakan sistem pengupahan yang telah

banyak diterapkan di beberapa negara. Kebijakan ini dapat dilihat dari dua sisi,

dimana upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk

mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun, sehingga pekerja

dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan di sisi lain, upah minimum

digunakan sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk mempertahankan

produktivitas pekerja (Simanjuntak, 1992).

Upah minimum di Indonesia pada umumnya ditetapkan di tingkat provinsi

dan kabupaten (tingkat pemerintahan yang lebih rendah), yang konsisten dengan

proses desentralisasi yang sedang berlangsung di negara ini dimana kekuasaan

telah dipindahkan dari tingkat pusat ke tingkat lokal sejak tahun 2001 (Pratomo,

2015). Pemerintah Indonesia telah mengatur sistem pengupahan melalui

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang

Upah Minimum. Upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut

berdasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak.

Penetapan upah minimum di Indonesia telah mengalami dua kali

perubahan. Penetapan upah minimum yang pertama didasarkan pada kebutuhan

fisik minimum (KFM), kemudian berubah berdasarkan kebutuhan hidup minimum

(KHM). Sesuai dengan perkembangannya, KHM berubah menjadi kebutuhan

hidup yang layak (KHL). KHL dianggap lebih layak untuk meningkatkan

produktivitas pekerja dan perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan

produktivitas nasional (Gianie, 2009).

1
2

Berdasarkan Peraturan Presiden No.78 tahun 2015 tentang Pengupahan,

Kebutuhan Hidup Layak yang selanjutnya disingkat KHL adalah standar

kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik

dalam 1 bulan. Dalam Pasal 1 Ayat 1 dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.

1/1999, upah minimum didefinisikan sebagai upah bulanan terendah yang

meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap. Indonesia merupakan salah satu negara

berkembang yang menerapkan sistem upah minimum pada pekerja penuh waktu

berdasarkan sistem upah minimum per bulan dengan standar empat puluh jam

bekerja per minggu (Rama, 2001).

Namun, upah minimum bagi pekerja masih bersifat fleksibel dan dapat

disesuaikan untuk pekerja paruh waktu yang bekerja kurang dari 40 jam per

minggu. Selain itu, kebijakan upah minimum diterapkan secara hukum untuk

semua pekerjaan yang dibayar tanpa mempertimbangkan ukuran dan sektor

usaha perusahaan, sementara wiraswasta dan pekerja keluarga yang tidak

dibayar adalah sektor yang tidak tercakup dalam kebijakan upah minimum

(Pratomo, 2014).

Kebijakan upah minimum merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh

pemerintah sebagai upaya melindungi kepentingan dari pekerja. Adanya

kebijakan upah minimum ini diharapkan dapat memberikan dampak positif

kepada pekerja, dan dengan kebijakan ini pula, diharapkan taraf hidup pekerja

akan meningkat.

Ditinjau dari teori, salah satu faktor yang memengaruhi produktivitas

pekerja adalah jaminan terpenuhinya kebutuhan hidup pekerja, yang meliputi

kebutuhan pangan, sandang, biaya kesehatan, pendidikan, transportasi, air

bersih, dan listrik (Gianie, 2009). Ketika upah yang diterima pekerja bernilai

rendah, akan berdampak pada menurunnya produktivitas pekerja karena tidak

terpenuhi kebutuhan hidupnya. Upah yang rendah juga dapat menyebabkan


3

pekerja kehilangan motivasi bekerja atau merasa kurang dihargai hasil kerjanya

sehingga menurun loyalitasnya1 terhadap perusahaan tempat ia bekerja.

Selanjutnya, jika hal ini berlanjut, kemungkinan terburuknya da pat menimbulkan

kerusakan pada alat produksi dan bahkan kecelakan kerja.

Dari sisi perusahaan, menurut Simanjuntak (1992), jika dampak negatif

upah minimum dikalkulasikan ke dalam biaya produksi, maka upah minimum

berpengaruh signifikan terhadap keuntungan perusahaan. Upah yang rendah

secara negatif akan memengaruhi produktivitas perusahaan dan melemahkan

kemampuan perusahaan untuk berkompetisi, baik secara regional maupun

internasional. Oleh karena itu, upaya meningkatkan upah lebih jauh ditujukan

untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi perusahaan.

Namun, menaikkan upah minimum bukanlah hal yang mudah bagi

perusahaan. Pada kondisi yang sama, ketika perekonomian mengalami

guncangan, perusahaan juga mengalami tekanan berupa kenaikan biaya

produksi dan distribusi. Tidak semua kalangan setuju dengan kebijakan upah

minimum, apalagi dengan kecenderungannya yang terus meningkat. Salah satu

alasannya adalah upah minimum akan meningkatkan pengangguran.

Berkaitan dengan kenaikan upah minimum, Simanjuntak (1992)

menyatakan kenaikan upah minimum setiap tahun haruslah lebih tinggi daripada

angka inflasi, mengingat adanya inflasi ini akan berpengaruh secara signifikan

terhadap harga barang kebutuhan pokok masyarakat. Untuk mengimbangi

kenaikan harga inilah, maka upah minimum perlu ditingkatkan. Kondisi dimana

kenaikan upah minimum sama dengan angka inflasi, belum akan memperbaiki

kesejahteraan pekerja. Praktiknya di Indonesia, sampai sekarang upah minimum

secara umum masih rendah, di bawah rata-rata kebutuhan hidup yang layak.
4

Tabel 1.1 Perbandingan Upah Minimum (UM) dengan Tingkat Inflasi di

Indonesia

Tahun Rata-rata Kenaikan UM (%) Inflasi rata-rata per tahun (%)

2006 10,38 13,33

2007 9,82 6,40

2008 11,39 10,31

2009 7,40 4,90

2010 8,10 5,13

2011 9,19 5,38

2012 16,04 4,28

2013 18,14 6,97

2014 11,50 6,42

2015 10,39 6,38


Sumber: Diolah dari BPS dan Bank Indonesia

Nilai nominal upah minimum di Indonesia tetap mengalami kenaikan.

Dalam sepuluh tahun terakhir, upah minimum regional rata-rata di Indonesia

mengalami kenaikan sebesar 9-10% persen per tahun. Berdasarkan teorinya,

rata-rata kenaikan upah minimum, nilainya harus lebih besar dari tingkat inflasi

dalam satuan persen. Sejauh ini, nilai rata-rata kenaikan upah minimum

Indonesia selalu lebih tinggi dari tingkat inflasi yang ada. (BPS,2016).

Indonesia sendiri merupakan negara berpenduduk terbesar ke-5 di dunia,

dengan jumlah angkatan kerja yang sangat besar. Sama seperti negara

berkembang pada umumnya, Indonesia memiliki struktur lapangan pekerjaan

dan perekonomian dualistik, yaitu sektor tradisional (informal) dan sektor modern

yang relatif kecil. Pasar kerja Indonesia umumnya memiliki ciri yaitu tingginya

penawaran tenaga kerja, pengangguran yang cukup besar dan kualitas tenaga
5

kerja yang relatif rendah.

Tabel 1.2 Penduduk angkatan kerja di Indonesia berdasarkan tingkat

pendidikan tertinggi yang ditamatkan

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan 2016 2017

Tidak/Belum pernah sekolah 4.077.705 3.870.358

Tidak/Belum tamat SD 14.518.351 16.351.582

Sekolah Dasar 32.849.916 32.127.941

SLTP 22.652.513 22.991.130

SLTA Umum 22.364.039 23.042.220

SLTA Kejuruan 13.690.816 14.208.949

Diploma I/II/III/Akademi 3.635.855 3.529.488

Universitas 11.654.553 11.941.078

Jumlah 125.443.748 128.062.746

Sumber: Sakernas (data diolah).

Tabel 1.2 memberikan informasi mengenai kondisi angkatan kerja di

Indonesia berdasarkan tingkat pendidikannya. Berdasarkan data pada tabel

tersebut, angkatan kerja di Indonesia didominasi oleh penduduk dengan status

pendidikan tamatan sekolah dasar, yang termasuk ke dalam kategori pendidikan

rendah. Kemudian disusul oleh angkatan kerja tamatan SLTP, yang juga

termasuk dalam kategori pendidikan rendah. Secara umum, angkatan kerja di

Indonesia masih didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan rendah.


6

Gambar 1.1Kondisi Ketenagakerjaan Indonesia

Sumber : Infografik Disnakertrans Indonesia, 2017.

Berdasarkan infografik diatas, diperjelas kembali bahwa mayoritas

angkatan kerja Indonesia masih berpendidikan rendah, dengan presentase

sebesar 59,61%. Sejalan pula dengan teori dan penelitian yang telah dilakukan

oleh para ahli, menurut mayoritas literatur yang ada menyatakan bahwa

kelompok pekerja yang rentan terhadap dampak kenaikan upah minimum adalah

pekerja yang berusia muda/remaja, perempuan pekerja, dan pekerja dengan

tingkat pendidikan atau keterampilan yang lebih rendah (Bird dan Manning,

2003).

Hal ini diperjelas kembali dengan pernyataan Stewart dan Swaffield

(2008); Gindling dan Terrell (2007), yaitu dengan adanya biaya pekerjaan tetap

yang tinggi (seperti biaya perekrutan, biaya pelatihan, dan tunjangan), kenaikan

upah minimum diprediksi akan menyebabkan peningkatan jam kerja dari pekerja

yang tetap bekerja (biasanya pekerja dengan keahlian tinggi) yang menyebabkan

penurunan jumlah pekerja terampil rendah. Jam kerja dari pekerja dengan

keahlian tinggi akan bertambah akibat kenaikan upah minimum, hal ini dilakukan
7

oleh perusahaan dalam rangka mengkompensasi pengurangan jumlah pekerja

akibat kenaikan upah minimum, kondisi ini dikenal sebagai efek substitusi antara

jam bekerja dengan pekerja.

Berdasarkan teori yang mendasari masalah diatas, penelitian ini

bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh kebijakan penetapan upah

minimum terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya menurut beberapa penelitian

terdahulu bahwa tenaga kerja dengan status pendidikan rendah termasuk dalam

kategori kelompok pekerja yang rentan terhadap perubahan upah minimum.

Pulau Jawa masih menjadi pusat pertumbuhan ekonomi nasional.

Dibandingkan dengan wilayah lainnya, pulau Jawa menyumbang 58,29 persen

dari produk domestik bruto (PDB) nasional. Tingginya peran pulau Jawa

terhadap pertumbuhan ekonomi nasional ditopang oleh tiga wilayah, yaitu

Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat tercatat menyumbangkan

porsi terbesar dalam PDB (Suryamin, 2016). Jawa Timur, merupakan salah satu

ibukota Provinsi di Indonesia yang selalu disorot mengenai pertumbuhan

ekonominya secara nasional. Provinsi ini menampung lebih dari 14.000 unit

manufaktur besar dan sedang ditambah dengan 600.000 perusahaan kecil dan

industri kerajinan rumah tangga. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur juga di

prediksi akan mengalami kenaikan yang dapat melampaui pertumbuhan

ekonomi.

Besarnya jumlah industri yang beroperasi di Jawa Timur, menandakan

bahwa banyak pula tenaga kerja yang digunakan dalam menjalankan proses

produksi barang dan jasa. Namun, besarnya jumlah industri yang membutuhkan

tenaga masih belum dapat mengimbangi besarnya pula penawaran tenaga kerja,

yaitu terjadi ketidakseimbangan supply dan demand tenaga kerja akibat


8

pertambahan angkatan kerja dan juga rendahnya daya saing kualitas SDM,

terutama dalam mengisi lowongan kerja di sektor formal.

Ditambah lagi, angka pengangguran ini didominasi oleh penduduk

dengan status pendidikan SMP ke bawah, yang dapat dikategorikan

berpendidikan rendah. Besarnya peminat atas lowongan pekerjaan yang

terbatas, membuat persaingan kerja semakin ketat. Tentunya bagi pencari kerja

berpendidikan rendah, akan semakin sulit untuk mendapatkan perkerjaan,

terutama di sektor formal.

Tabel 1.3 Penduduk angkatan kerja di Jawa Timur berdasarkan tingkat

pendidikan tertinggi yang ditamatkan

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan 2016 2017

Tidak/Belum pernah sekolah 1.049.649 1.138.834

Tidak/Belum tamat SD 2.250.740 2.739.315

Sekolah Dasar 5.595.549 5.791.078

SLTP 3.696.203 3.779.858

SLTA Umum 3.060.797 3.134.338

SLTA Kejuruan 2.345.207 2.295.840

Diploma I/II/III/Akademi 358.426 328.907

Universitas 1.597.275 1.729.546

Jumlah 19.953.846 20.937.716

Sumber : Sakernas Data diolah.

Berdasarkan tabel 1.3 diatas, angkatan kerja di Jawa Timur juga masih

didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Jumlah angkatan

kerja tertinggi masih didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan

sekolah dasar, hal ini sejalan dengan kondisi angkatan kerja secara nasional

dimana penduduk angkatan kerja tertinggi berasal dari tamatan sekolah dasar.
9

Upah minimum yang telah ditetapkan oleh pemerintah, digunakan

sebagai batas minimum penetapan upah yang diberikan oleh perusahaan

kepada pekerja. Upah minimum provinsi Jawa Timur di tahun 2017 adalah

sebesar Rp 1.337.645, dan di tahun 2018 ini telah ditetapkan sebesar Rp

1.508.894. Penetapan UMP ini telah diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 75

Tahun 2017 tertanggal 17 November 2017.

Hingga bulan November 2017 lalu, para pekerja di Jawa Timur masih

melakukan demo dalam rangka menuntut adanya kenaikan upah minimum dan

menolak kenaikan UMK 2018 yang bernilai 8,71 % dari UMK 2017. Secara

prinsip, para pekerja di Jawa Timur merasa kecewa atas keputusan gubernur

yang menetapkan UMK berdasarkan PP 78 tahun 2015, dimana kenaikan UMK

hanya berpedoman pada kenaikan inflasi dan pertumbuhan ekonomi, bukan

berdasarkan survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di masing-masing daerah.Hal

ini secara langsung menggambarkan bahwa upah minimum yang ditetapkan oleh

pemerintah masih dirasa kurang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari para

pekerja

Sesuai dengan definisi upah minimum sendiri, dimana standar yang

digunakan adalah standar kebutuhan pekerja dengan status lajang, namun

faktanya tidak semua pekerja berstatus lajang, sehingga upah minimum yang

telah ditentukan tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan pekerja yang sudah

berkeluarga. Tidak dapat kita pungkiri, harga kebutuhan pokok di pasar seringkali

mengalami fluktuasi, yang mana cukup meresahkan masyarakat, terutama bagi

masyarakat dengan pendapatan rendah. Tentunya pekerja tersebut

menginginkan kenaikan upah atas hasil kerjanya agar dapat menjamin

kesejahteraan hidupnya.

Provinsi Jawa Timur menjadi fokus utama dalam penelitian ini.

Berdasarkan fakta-fakta yang telah dijabarkan sebelumnya, begitu banyak


11

fenomena yang masih hangat diperbincangkan dan beragam pula hal menarik yang dapat

diteliti tentang pengaruh upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja dengan status

pendidikan rendah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari penelitian ini, maka permasalahan yang diambil oleh

peneliti:

1. Bagaimana pengaruh kenaikan upah minimum terhadap penyerapan tenaga

kerja berpendidikan rendah di Jawa Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka penelitian ini memiliki

tujuan yaitu:

1. Mengetahui bagaimana pengaruh kenaikan upah minimum terhadap

penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah di Jawa Timur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori

2.1.1 Teori Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan dalam konteks ekonomi didefinisikan sebagai jumlah

maksimum suatu barang atau jasa yang dikehendaki seorang pembeli untuk

dibelinya pada setiap kemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu

(Sudarsono, 1990). Berkaitan dengan tenaga kerja, permintaan tenaga kerja

dapat diartika sebagai hubungan tingkat upah dengan jumlah pekerja yang

dapat dipekerjakan. Permintaan tenaga kerja kemudian didefinisikan sebagai

jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan seorang pengusaha pada setiap

kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu (Sholeh, 2007).

Permintaan pemilik usaha atas tenaga kerja berbeda halnya dengan

permintaan konsumen terhadap kebutuhan barang dan jasa. Perbedaannya

terletak pada tujuan dari permintaan tersebut, dimana konsumen mengonsumsi

sebuah produk karena produk tersebut memberikan utilitas, sedangkan seorang

pemilik usaha mempekerjakan orang lain untuk membantu proses produksi

suatu barang atau jasa yang nantinya akan dijual kepada konsumen. Menurut

Simanjuntak (1985), pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga

kerja, tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang

yang diproduksikannya, permintaan akan tenaga kerja yang seperti ini disebut

derived demand.

Dalam sistem ekonomi pasar, diasumsikan bahwa seorang pengusaha

tidak dapat mempengaruhi harga. Perusahaan, dalam hal ini disebut price taker

karena perusahaan tidak dapat merubah harga dengan menaikkan atau

11
12

menurunkan produksinya. Kemudian di pihak lain, pengusaha dapat menjual

berapa saja produksinya dengan harga yang berlaku (Simanjuntak, 1985).

Gambar 2.1 Kurva Permintaan Tenaga Kerja

Sumber: McConnell et al., (2003).

MR : Marginal Revenue, penerimaan marjinal;

VMPP L : Value Marginal Product of Labor, nilai

pertambahan hasil marginal dari pekerja;

MPP L : Marginal Physical Product of Labor ;

P : Harga jual barang yang diproduksikan per unit.


13

Menurut Sumarsono (2003), permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh:

1. Perubahan Tingkat Upah

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya

biaya produksi perusahaan. Perubahan tingkat upah mempengaruhi

berapa banyak jumlah pekerja yang akan dipekerjakan oleh perusahaan.

Semakin tinggi tingkat upah, maka semakin sedikit pekerja yang akan

dipekerjakan oleh perusahaan. Perusahaan akan memilih untuk

mempekerjakan sedikit pekerja, namun dengan produktivitas yang tinggi

sehingga produksi output akan lebih banyak.

2. Perubahan permintaan pasar akan hasil produks dari

perusahaan yang bersangkutan

Apabila permintaan akan hasil produksi perusahaan meningkat,

perusahaan cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk

maksud tersebut perusahaan akan menambah penggunaan tenaga

kerjanya.

3. Harga barang modal turun

Apabila harga barang modal turun, maka biaya produksi turun dan

tentunya mengakibatkan harga jual barang per unit ikut turun. Pada

keadaan ini perusahaan akan cenderung meningkatkan produksi karena

permintaan hasil produksi bertambah besar. Disamping itu permintaan

akan tenaga kerja dapat bertambah besar karena peningkatan kegiatan

perusahaan.

2.1.2 Teori Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat

disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam

jangka waktu tertentu (Sholeh, 2007). Dalam teori klasik, sumber daya
14

manusia merupakan individu yang bebas mengambil keputusan untuk bekerja

maupun tidak berkerja. Pekerja pun memiliki hak untuk bebas menetapkan

jumlah jam kerja yang ia inginkan. Teori ini berdasarkan pada teori tentang

konsumen, dimana setiap individu memiliki tujuan untuk memaksimalkan

kepuasan (utilitas) dengan berbagai kendala yang ia hadapi.

Gambar 2.2 Kurva Penawaran Tenaga Kerja

Sumber: Bosworth et al., (1996).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja (Khairani,

2010)

1. Jumlah Penduduk

Makin besar jumlah penduduk, makin banyak tenaga kerja yang

tersedia baik untuk angkatan kerja atau bukan angkatan kerja dengan

demikian jumlah penawaran tenaga kerja juga akan semakin besar.

2. Struktur Umur
15

Penduduk Indonesia termasuk dalam struktur umur muda, ini

dapat dilihat dari bentuk piramida penduduk Indonesia. Meskipun

pertambahan penduduk dapat ditekan tetapi penawaran tenaga kerja

semakin tinggi karena semakin banyaknya penduduk yang memasuki

usia kerja, dengan demikian penawaran tenaga kerja juga akan

bertambah

3. Produktivitas

Produktivitas merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya

kaitan antara output dan jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan

produk dari seseorang tenaga kerja yang tersedia. Secara umum

produktivitas tenaga kerja merupakan fungsi daripada pendidikan,

teknologi, dan keterampilan. Semakin tinggi pendidikan atau keterampilan

tenaga kerja maka semakin meningkat produktivitas tenaga kerja.

4. Tingkat Upah

Secara teoritis, tingkat upah akan mempengaruhi jumlah

penawaran tenaga kerja. Apabila tingkat upah naik, maka jumlah

penawaran tenaga kerja akan meningkat dan sebaliknya. Hal ini dapat

dibuktikan pada kurva penawaran tenaga kerja yang berslope positif

5. Kebijaksanaan Pemerintah

Dalam menelaah penawaran tenaga kerja maka memasukkan

kebijaksanaan pemerintah kedalamnya adalah sangat relevab. Misalnya,

kebijaksanaan pemerintah dalam hal belajar dalam 9 tahun akan

mengurangi jumlah tenag kerja, dan akan ada batas umur kerja menjadi

lebih tinggi. Dengan demikian terjadi pengurangan jumlah tenaga kerja.

6. Perempuan yang mengurus rumah tangga

Perempuan yang mengurus rumah tangga tidak termasuk dalam

angkatan kerja, tetapi mereka adalah tenaga kerja yang potensial yang
16

sewaktu-waktu bisa memasuki pasar kerja. Dengan demikian semakin

besar jumlah perempuan yang mengurus rumah tangga maka penawaran

tenaga kerja akan berkurang atau sebaliknya.

7. Penduduk yang bersekolah

Sama dengan hal di atas penduduk yang bersekolah tidak

termasuk dalam angkatan kerja tetapi mereka sewaktu-waktu dapat

menjadi tenaga kerja yang potensial, dengan demikian semakin besar

jumlah penduduk yang bersekolah berarti supply tenaga kerja akan

berkurang. Oleh karena itu jumlah penduduk yang bersekolah perlu

diperhitungkan untuk masa yang akan datang.

8. Keadaan perekonomian

Keadaan perekonomian dapat mendesak seseorang untuk bekerja

memenuhi kebutuhannya, misalnya dalam satu keluarga harus bekerja

semua apabila pendapatan suami tidak mencukupi kebutuhan keluarga,

atau seorang mahasiswa yang tamat tidak mau bekerja karena

perekonomian orang tua sangat memadai, atau seorang istri tidak perlu

bekerja karena perekonomian suami sudah mencukupi.


17

Gambar 2.3 Kurva Penentuan Tingkat Penyerapan Tenaga kerja dan Tingkat

Upah

Sumber : Todaro (2000).

titik menunjukkan tingkat upah ekuilibrium. Pada tingkat upah yang

lebih tinggi yaitu , penawaran lebih besar dari permintaan, sehingga tenaga

kerja akan memperebutkan pekerjaan yang terbatas, yang menyebabkan

turunnya tingkat upah mendekati titik ekuilibrium. Sebaliknya, jika upah lebih

rendah yaitu , jumlah total tenaga kerja yang diminta produsen akan

melebihi kuantitas penawaran, sehingga terjadi persaingan antar pengusaha

dalam memperebutkan pekerja dan tingkat upah akan meningkat.

2.1.2 Teori Upah Efisiensi

Menurut teori upah efisiensi, perusahaan akan beroperasi lebih efisien

jika upah berada di atas ekuilibrium, maka akan lebih menguntungkan apabila

perusahaan tetap mempertahankan upah yang tinggi meskipun penawaran

tenaga kerja berjumlah besar. Menurut teori upah efisiensi, membayar upah yang

tinggi mungkin akan menguntungkan perusahaan karena bisa menaikkan

efisiensi para pekerja. Teori upah efisiensi yang dikembangkan oleh Cafferty
18

(1990) meramalkan bahwa apabila pekerja mendapatkan upah yang tinggi maka

dia dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum hidupnya, sehingga dengan

demikian apabila kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi maka pekerja akan

berangkat ketempat pekerjaannya dengan tenang, dan bagi pekerja sendiri dia

akan memberikan konsentrasi yang penuh dan akan mencurahkan pemikiran

dan tenaganya secara maksimal selama dia berada di tempat pekerjaannya.

Selanjutnya ada beberapa jenis teori upah efisiensi yang kemudian

dikembangkan oleh Gregory Mankiw (2013:126) untuk menjelaskan mengapa

perusahaan mau membayar upah yang lebih tinggi kepada pekerja, diantaranya :

1. Kesehatan Pekerja

Jenis teori upah efisiensi ini tidak relevan untuk diterapkan di negara maju

karena bagi negara yang sudah maju, keseimbangan upah sebagian besar di

atas tingkat untuk mengkonsumsi nutrisi yang cukup. Dengan begitu, perusahaan

akan merasa tenang dedngan membayar upah pekerja di titik ekuilibrium, karena

kebutuhan kesehatan pekerja telah terpenuhi

. Jenis teori upah ini lebih relevan untuk negara berkembang karena

sebagian besar pekerja di negara berkembang karena permasalahan kesehatan

kerap ditemui di negara berkembang. Permasalahan kesehatan ini akan

mengakibatkan perusahaan merasa khawatir kesehatan pekerja akan

mempengaruhi produktivitas pekerja.

2. Perputaran Pekerja.

Jenis teori upah efisiensi ini menjelaskan hubungan antara upah dengan

perputaran kerja. Seorang pekerja memutuskan untuk berhenti bekerja karena

beberapa alasan, diantaranya pindah ketempat kerja lain, pindah ke kota lain,

meninggalkan status angkatan kerja dan lain sebagainya. Intensitas perputaran

ini bergantung pada hal-hal yang mungkin mereka hadapi yaitu pilihan antara

manfaat untuk terus bekerja dengan manfaat untuk memutuskan berhenti


19

bekerja. Semakin tinggi upah yang dibayar kepada tenaga kerja semakin rendah

kemungkinan pekerja akan berhenti dari pekerjaannya (Nurtiyas, 2016). Sebuah

perusahaan dapat mengusahakan untuk mengurangi perputaran pekerja dengan

membayar upah yang lebih tinggi. Alasannya, perusahaan akan menghadapi

berbagai masalah, contohnya adalah akan lebih mahal bagi perusahaan untuk

merekrut dan melatih pekerja-pekerja baru. Selain itu apabila dibandingkan, para

pekerja baru ini tidak seproduktif pekerja yang berpengalaman. Singkatnya,

perusahaan yang mengalami perputaran pekerja yang tinggi akan memiliki biaya

produksi yang tinggi pula. Bagi perusahaan mungkin akan lebih menguntungkan

apabila membayar upah pekerja di atas tingkat ekuilibrium dalam rangka

mengurangi perputaran pekerja (Nurtiyas, 2016).

3. Kerja Keras Pekerja.

Jenis teori upah efisiensi ini menjelaskan hubungan antara upah dengan

kerja keras pekerja. Dalam berbagai jenis pekerjaan, pekerja bekerja secara

bebas, akibatnya perusahaan harus memantau kinerja pekerja tersebut, dan bagi

para pekerja yang terbukti melalaikan tanggung jawab mereka akan dipecat.

Namun, tidak semua yang lalai bisa tertangkap secara langsung karena

pemantauan pekerja nyatanya berbiaya mahal dan dan tidak efisien. Sebuah

perusahaan dapat mengatasi masalah ini dengan membayar upah di atas tingkat

ekuilibrium. Upah yang lebih tinggi akan membuat pekerja lebih loyal, dan

dengan demikian memberikan motivasi kepada pekerja untuk mencurahkan

usaha dan pikiran mereka semaksimal mungkin (Nurtiyas, 2016).

4. Kualitas Pekerja.

Jenis teori upah efisiensi ini menjelaskan bagaimana keterkaitan antara upah

dengan kualitas pekerja. Saat merekrut tenaga kerja baru, sebuah perusahaan

tidak bisa secara akurat mengukur kualitas dari para pekerja. Dengan membayar

upah yang tinggi, perusahaan dapat menarik kelompok pelamar yang lebih
20

berkualitas. Dalam teori upah efisiensi ini ketika sebuah perusahaan menghadapi

penawaran tenaga kerja yang berlebihan akan terlihat masuk akal dan

menguntungkan untuk menurunkan upah yang ditawarkan. Namun, dengan

menurunkan upah, perusahaan beresiko kehilangan pekerja yang berkualitas

(Nurtiyas, 2016).

. Para pekerja yang memperoleh upah yang lebih tinggi dapat

meningkatkan kualitas kesehatannya, dan dengan demikian akan lebih sehat dan

lebih produktif. Sebuah perusahaan mungkin lebih menguntungkan untuk

membayar upah tinggi dan memiliki tenaga kerja yang sehat dan produktif,

daripada membayar upah yang rendah tetapi produtivitas pekerjanya buruk.

Bagi perusahaan hal ini akan berdampak secara ekonomi yaitu dengan

tingginya tingkat produktivitas tenaga kerja yang dapat memacu tingkat

pertumbuhan ekonomi. Berbekal upah yang tinggi maka pekerja akan selalu

berusaha untuk meningkatkan kemampuan dengan hasil yang lebih memuaskan

sehingga dengan demikian pekerja akan merasa lebih puas dengan hasil

pekerjaannya, sedangkan di sisi perusahaan merasa tidak mengalami kerugian

dengan mempekerjakan tenaga kerja yang terampil dan selalu giat dalam

meningkatkan hasil produktivitas kerjanya.

2.1.4 Teori Upah Diskriminasi

Teori ini menyatakan bahwa upah yang diberikan kepada para pekerja

tidaklah sama, tapi sengaja dibedakan (diskriminasi) bagi setiap pekerja

berdasarkan berbagai macam ketegori. Perbedaan upah dipengaruhi oleh

beberapa faktor, di antaranya adalah:

a. jenis kelamin,

b. ras (warna kulit),

c. tingkat pendidikan,
21

d. tingkat keterampilan,

e. jenis pekerjaan

2.2 Penelitian terdahulu

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil rujukan dari beberapa penelitian

terdahulu yang kurang lebih memiliki bahasan yang sama. Namun dengan

variabel, dan metode penelitian yang bermacam-macam. Berikut adalah

penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu mengenai dampak upah

minimum terhadap tenaga kerja.

Netoiu dan Cârstina (2005) membuat sebuah penelitian dengan judul

Analysis of the correlation between minimum wage levels in the country,

indicators of social protection and poverty threshold, negara yang menjadi objek

penelitian adalah Rumania. Tingkat upah minimum di dalam negeri, indikator

perlindungan sosial dan ambang kemiskinan dinyatakan saling mempengaruhi.

Tingkat gaji yang dikenakan oleh negara di bawah pengaruh indeks harga

konsumen sangat dekat dengan tingkat ambang kemiskinan. Gaji yang diterima

pekerja di Rumania disimpulkan tidak memuaskan berdasarkan hasil analisis

yang dilakukan. Asuransi dan perlindungan sosial tidak memberikan standar

hidup yang layak bagi masyarakat di Negara tersebut.

Krisis keuangan dan ekonomi yang dipicu pada paruh kedua di tahun 2008 juga

semakin menyebabkan situasi yang tidak menguntungkan bagi masyarakat

Rumania.

Kemudian Gianie (2009) dalam tesisnya meneliti tentang pengaruh upah

minimum terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah sektor industri

dan perdagangan. Di sektor industri, upah minimum berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja yang berpendidikan rendah di

perkotaan. Sedangkan di sektor perdagangan, upah minimum berpengaruh


22

positif dan juga signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja yang berpendidikan

rendah. Karena pengaruh upah minimum yang tidak seragam, tingkat

elastisitasnya terhadap penyerapan tenaga kerja yang berpendidikan rendah

cenderung inelastis pada kedua sektor. Hal ini disebabkan upah minimum

bukanlah faktor utama penentu penyerapan tenaga kerja.

Sebuah penelitian dengan judul The effects of Changes in Minimum

Wage on Employment in Indonesia: Regional Panel Data Analysis, dilakukan

oleh Pratomo (2011). Penelitian ini menggunakan data panel provinsi agregat

yang ditetapkan dari tahun 1989 sampai 2003 untuk 26 provinsi, studi ini menguji

dampak perubahan upah minimum terhadap lapangan kerja di Indonesia. Studi

ini membandingkan lima ukuran upah minimum yang berbeda yang biasa

digunakan dalam literatur yaitu log upah minimum riil, ketangguhan, fraksi di

bawah upah minimum, fraksi pada upah minimum, dan fraksi mempengaruhi

upah minimum. Penelitian ini juga menggunakan beberapa metode data panel

yang berbeda, termasuk model efek tetap sederhana, metode variabel

instrumental, dan model data panel Dynamic Arellano-Bond untuk mendapatkan

estimasi paling optimal mengenai dampak upah minimum terhadap pekerjaan di

Indonesia.

Meskipun temuan ini bervariasi sesuai dengan ukuran dan metode upah

minimum yang berbeda, hasilnya menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum

mengurangi lapangan kerja yang dibayar di sektor yang tercakup, seperti yang

diperkirakan oleh model persaingan standar. Hasilnya umumnya menunjukkan

bahwa tidak ada dampak signifikan terhadap total lapangan kerja karena

masalah ketidakpatuhan di Indonesia.

Berikutnya, penelitian mengenai pengaruh upah minimum terhadap

penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat di seluruh provinsi di

Indonesia dilakukan oleh Rini Sulistiawati (2012). Upah berpengaruh signifikan


23

dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Apabila terjadi kenaikan upah, maka berpotensi untuk menurunkan penyerapan

tenaga kerja, terutama bagi tenaga kerja yang produktivitasnya rendah. Secara

nasional, tenaga kerja yang mempunyai mempunyai produktivitas paling rendah

terjadi di sektor primer, sementara sektor sekunder merupakan sektor yang

paling sedikit menyerap tenaga kerja tetapi mempunyai produktivitas pekerja

yang paling tinggi. Tenaga kerja di sektor primer pada umumnya mempunyai

pendidikan yang rendah dengan produktivitas yang rendah pula, oleh karena itu

kenaikan upah minimum akan berdampak pada berkurangnya penggunaan

tenaga kerja di sektor ini.

Selanjutnya, penyerapan tenaga kerja berpengaruh tidak signifikan dan

mempunyai hubungan yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Apabila

penyerapan tenaga kerja meningkat, maka akan kesejahteraan masyarakat pun

akan ikut meningkat. Namun, upah minimum yang diterima tenaga kerja masih

lebih rendah dari kebutuhan hidup yang layak (KHL).

Selanjutnya, Pratomo (2014) melakukan sebuah penelitian dengan judul

Does minimum wage affect hours worked of paid employment in Indonesia?.

Hasil keseluruhan dari efek upah minimum pada jam kerja, menunjukkan bahwa

jam kerja meningkat karena upah minimum meningkat, kecuali pekerja

perempuan di daerah pedesaan yang tidak berpengaruh signifikan. Hasil ini

menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum dikompensasi dengan memerlukan

waktu berjam-jam lebih lama bagi pegawai yang ada, mendukung adanya efek

substitusi antara pekerjaan dan jam kerja. Dibandingkan dengan daerah

perkotaan, koefisien upah minimum untuk pekerjaan bergaji di daerah pedesaan

sedikit lebih tinggi. Hal ini mungkin mengindikasikan proses transformasi

struktural di Indonesia yang ditandai dengan adanya pergeseran lapangan kerja

dari sektor pertanian ke sektor lainnya. Akhirnya, dampak upah minimum pada
24

jam kerja jauh lebih kuat bagi pekerja perempuan daripada pekerja laki-laki,

terutama di daerah perkotaan, karena pekerja perempuan kebanyakan bekerja di

industri yang memiliki pekerja dengan gaji rendah, seperti di bidang manufaktur.

Masih dengan peneliti yang sama, Pratomo (2015) melakukan penelitian

dengan judul How does the minimum wage affect employment statuses of

youths?: evidence of Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa kenaikan

upah minimum menurunkan probabilitas pemuda untuk dipekerjakan di sektor

yang tercakup. Namun, efek spesifiknya berbeda di pasar tenaga kerja perkotaan

dan pedesaan, juga pasar kerja laki-laki dan perempuan. Di daerah perkotaan,

kenaikan upah minimum meningkatkan probabilitas laki-laki yang dipekerjakan di

sektor tertutup untuk berpindah ke pekerjaan dengan gaji tidak terungkap atau

bahkan memasuki status pengangguran; sedangkan pekerja perempuan

cenderung dipindahkan ke status pekerja keluarga wiraswasta dan tidak dibayar.

Kenaikan upah minimum menurunkan probabilitas tenaga kerja untuk

menjadi karyawan tetap dan meningkatkan probabilitas untuk menjadi pekerja

keluarga yang tidak dibayar. Secara umum, studi ini mendukung prediksi model

dua sektor yang menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum akan menggeser

pekerja dari sektor yang tertutup ke sektor terbuka.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Saari, dkk (2016) dengan judul

Estimating the impact of minimum wages on poverty across ethnic groups in

Malaysia. Untuk semua kelompok etnis di Malaysia, hasil menunjukkan bahwa

upah minimum menyebabkan penurunan kemiskinan. Pengurangan kemiskinan

terutama dijelaskan oleh peningkatan pendapatan total daripada pergeseran

distribusi pendapatan. Di antara kelompok etnis, kemiskinan untuk etnis India

berkurang paling banyak karena kenaikan upah minimum dibandingkan dengan

jumlah orang dewasa dan orang Cina. Perbedaan dalam pengentasan

kemiskinan dapat dijelaskan dengan pembatasan upah minimum untuk


25

mempromosikan upah pekerja informal di antara orang-orang Melayu dan Cina.

Oleh karena itu, upah minimum bisa lebih efektif sebagai alat pengurang

kemiskinan jika pekerja informal juga masuk ke dalam cakupan.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti lain,

maka berikut ini adalah ringkasan perbandingan dari beberapa penelitian

terdahulu yang berhasil dirangkum oleh peneliti:


24

Tabel 2.1 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu

Judul Penelitian Nama Peneliti Metode dan Variabel yang digunakan Kesimpulan

Metode: Regresi Panel Data


Pengaruh Upah Pengaruh upah minimum tidak
Minimum terhadap seragam, tingkat elastisitasnya
Variabel : Penyerapan tenaga kerja
Penyerapan Tenaga terhadap penyerapan tenaga kerja
Gianie berpendidikan rendah, Upah Minimum,
Kerja berpendidikan yang berpendidikan rendah
Pertumbuhan ekonomi, Penanaman modal,
rendah sektor industri cenderung inelastis pada kedua
Penyerapan tenaga kerja berpendidikan tinggi,
dan perdagangan sektor.
Populasi angkatan kerja.
Pengaruh Upah Tenaga kerja di sektor primer
Minimum terhadap Metode : model path analysis. pada umumnya mempunyai
Penyerapan Tenaga pendidikan yang rendah dengan
Kerja dan Rini Sulistiawati Variabel :Penyerapan tenaga kerja, produktivitas yang rendah pula,
Kesejahteraan Kesejahteraan masyarakat, dan Upah kenaikan upah minimum akan
Masyarakat di minimum. berdampak pada berkurangnya
Provinsi di Indonesia penggunaan tenaga kerja.
25

Tidak ada dampak signifikan dari


upah minimum terhadap total
The Effects of Metode : regresi data panel
lapangan kerja karena masalah
Changes in Minimum
ketidakpatuhan di Indonesia. Hasil
Wage on Devanto Shasta Variabel : log upah minimum riil;
ini menyiratkan bahwa total
Employment in Pratomo ketangguhan; fraksi di bawah upah minimum;
lapangan kerja berbayar bukanlah
Indonesia: Regional fraksi pada upah minimum; fraksi
ukuran yang valid atas efek
Panel Data Analysis mempengaruhi upah minimum.
ketenagakerjaan dari upah minimum
di Indonesia.
Analysis of the
Tingkat upah minimum di dalam
correlation between Metode : Pearson Correlation Index
negeri, indikator perlindungan sosial
minimum wage levels
Lavinia Netoiu dan dan ambang kemiskinan saling
in the country, Variabel : Upah minimum bruto, Garis
Silviu Cârstina mempengaruhi. Gaji yang diterima
indicators of social kemiskinan, GDP nominal, Tunjangan
pekerja di Rumania disimpulkan
protection and pengangguran
tidak memuaskan.
poverty threshold
26

Metode : Bourguignon-Fournier-Gurgand two


Dampak upah minimum pada jam
step procedure berdasarkan model
kerja jauh lebih kuat bagi pekerja
multinomial logit
Does minimum wage perempuan daripada pekerja laki-
Variabel yang digunakan: Upah minimum
affect hours worked Devanto Shasta laki, terutama di daerah perkotaan,
provinsi, jenis kelamin, usia, status
of paid employment Pratomo karena pekerja perempuan
perkawinan, status pendidikan, variabel
in Indonesia? kebanyakan bekerja di industri yang
dummy provinsi, variabel dummy tahun
memberi gaji rendah (bidang
(referensi tahun 1996), dan latar belakang
manufaktur).
keluarga.
Di daerah perkotaan, kenaikan upah
minimum meningkatkan probabilitas
Metode : Multinomial logit
laki- laki yang dipekerjakan di sektor
How does the
tertutup yang mengungsi dan pindah
minimum wage affect Variabel : Status Pekerja, Log Upah
Devanto Shasta ke pekerjaan dengan gaji tidak
employment statuses Minimum, Status pendidikan, Kelompok Usia,
Pratomo terungkap atau memasuki status
of youths?: evidence Karakteristik status rumah tangga, Status
pengangguran; perempuan
of Indonesia pernikahan, Variabel dummy (2010-2012),
cenderung dipindahkan ke status
dan Variabel dummy 33 provinsi di Indonesia.
pekerja keluarga wiraswasta dan
tidak dibayar.
Sumber: Penulis (2018)
27

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tinjauan pustaka, serta

penelitian terdahulu yang telah dipaparkan, maka berikut adalah kerangka pikir yang

dapat peneliti buat:

Gambar 2.4 Susunan Kerangka Pikir

Kebijakan Upah Minimum

di Indonesia

Sistem pemerintahan

otonomi daerah (UMK)

Kondisi Angkatan Kerja

Jawa Timur (Di dominasi

penduduk dengan tingkat

pendidikan rendah)

Dampak upah minimum

terhadap tenaga kerja

berpendidikan rendah

Sumber : Penulis, 2018.


28

Adanya kebijakan upah minimum, dibuat dalam rangka melindungi tenaga

kerja agar nilai upah yang diterima tidak menurun. Upah minimum setiap

tahunnya harus mengalami kenaikan. Namun, jika dilihat dari sudut pandang

perusahaan, kenaikan upah minimum akan mempengaruhi keputusan

perusahaan untuk mengkalkulasikan beban-beban serta biaya pengeluaran

dalam proses produksi dan distribusi. Biaya pengeluaran seperti biaya pelatihan,

sebisa mungkin diminimalisir untuk menekan beban pengeluaran perusahaan.

Adanya kemungkinan untuk naiknya biaya produksi dan distribusi, perusahaan

memilih untuk mempekerjakan tenaga kerja dengan pendidikan tinggi yang

produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja berpendidikan rendah.

Maka, hal ini sesuai dengan teori serta penelitian terdahulu, dimana pekerja

dengan pendidikan rendah merupakan golongan yang rentan terhadap kenaikan

upah minimum.

2.4. Hipotesis

Berikut adalah hipotesis yang merupakan dugaan sementara atas hasil

penelitian ini nantinya:

H0 : Upah minimum berpengaruh secara positif terhadap penyerapan

tenaga kerja berpendidikan rendah di Jawa Timur.

H1 : Upah minimum berpengaruh secara negatif terhadap penyerapan

tenaga kerja berpendidikan rendah di Jawa Timur.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian

kuantitatif. Menurut Neuman (1997) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

didasarkan kepada paradigma positivisme dan merupakan metode untuk menguji

teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-

variabel ini biasanya diukur dengan instrumen-instrumen penelitian, sehingga

data yang terdiri dari angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur

statistik (Creswell, 2010).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian yang dilakukan berlokasi di Indonesia, lebih spesifiknya yaitu di

Provinsi Jawa Timur.

3.3 Variabel yang digunakan

Berdasarkan teori yang digunakan beserta penelitian terdahulu, penelitian

ini menggunakan beberapa variabel, diantaranya:

Variabel Dependen:

Penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah

Variabel Independen:

Upah minimum kabupaten/kota di Jawa Timur;

Proporsi sektor industri terhadap PDRB;

Jumlah Penduduk Angkatan kerja.

29
30

3.4 Definisi Operasional

3.4.1 Penyerapan Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah

Penyerapan Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah yang digunakan oleh

peneliti adalah jumlah pertambahan buruh atau karyawan atau pegawai yang

menerima upah/gaji yang berpendidikan terakhir hanya sampai dengan SLTP atau

sederajat per tahun (dalam unit ribu orang). Berdasarkan berbagai penelitian

terdahulu, dinyatakan bahwa buruh pada kelompok ini adalah kelompok buruh yang

rentan terhadap dampak negatif kenaikan upah minimum. Data yang digunakan

bersumber dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas Badan Pusat Statistik).

3.4.2 Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

Upah minimum yang akan digunakan dalam penelitian adalah upah minimum

nominal pada kabupaten/kota i tahun t dalam satuan ribu rupiah. Data diperoleh dari

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Upah minimum kabupaten/kota (UMK)

dipilih untuk digunakan pada penelitian ini karena objek penelitian yang dipilih

adalah Provinsi jawa Timur, maka untuk melihat secara detail kondisi upah minimun

seluruh kota dan kabupaten di Jawa Timur digunakan Upah Minimum

Kabupaten/Kota.

3.4.3 Proporsi sektor Industri terhadap PDRB

Sektor industri merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga

kerja, sektor industri juga sektor yang system pengupahannya harus mengikuti

peraturan mengenai kebijakan upah minimum yang sudah ditentukan oleh

pemerintah. Proporsi sektor industri terhadap PDRB ini menunjukkan seberapa


31

besar sumbangsih sektor industri terhadap PDRB di masing-masing kota/kabupaten

di Jawa Timur.

3.4.4 Jumlah Penduduk Angkatan Kerja

Populasi angkatan kerja adalah jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas di

kota/kabupaten i pada tahun t yang termasuk dalam angkatan kerja, yaitu penduduk

yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja atau

pengangguran (dalam satuan juta orang). Data berasal dari BPS.

3.5 Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Peneliti

mengambil data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan publikasi yang

dilakukan melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), dan data yang

berasal dari Departemen Tenaga Kerja.

3.6 Objek Penelitian

Objek penelitian ini mencakup seluruh kota dan kabupaten di Provinsi Jawa

Timur, yaitu sejumlah 9 kota dan 29 kabupaten.

3.7 Analisis data

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah regresi data panel. Regresi

panel data adalah regresi yang menggunakan gabungan data cross section dan time

series. Pengolahan dengan panel data antara lain memiliki keuntungan :

a) Dapat mengontrol pengaruh dari unobserved heterogenity atau unobserved

individual effect.

b) Data bersifat heterogen dan mikro seperti variabel individu, kelompok,


32

perusahaan, kota, atau negara;

c) Lebih informatif atau bervariasi sehingga akan menghasilkan kolinieritas

yang rendah antarvariabel, derajat kebebasan yang lebih besar dan efisien;

d) Studi dengan data panel cocok untuk meneliti perubahan yang dinamis; data

panel dapat mendeteksi dan menghitung dampak lebih baik dibandingkan

dengan cross section murni atau time series murni;

e) Data panel dapat mempelajari model perilaku yang lebih kompleks. (Gianie,

2009).

3.8 Pemodelan

Pemodelan ini dilakukan dalam proses analisis data untuk menjadi bahan

pertimbangan dengan karakteristik dan cara regresi yang berbeda-beda.Berikut

adalah model-model yang menjadi pertimbangan dalam regresi data panel:

a) Pooled Least Square (Common Effect)

Model common effect menggabungkan data cross section dengan time series

dan menggunakan metode OLS untuk mengestimasi model data panel tersebut

(Widarjono, 2009). Model ini merupakan model paling sederhana dibandingkan

dengan kedua model lainnya. Model ini tidak dapat membedakan varians antara

silang tempat dan titik waktu karena memiliki intercept yang tetap, dan bukan

bervariasi secara random (Kuncoro, 2012). Persamaan untuk model Common

Effect menurut GujaratiI (1988) adalah sebagai berikut : dimana i menunjukkan

subjek (cross section) dan t menunjukkan periode waktu. Model ini

mengasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan bank sama dalam

berbagai kurun waktu (Widarjono, 2009)

b) Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)


33

Pengertian model fixed effect adalah model dengan intercept berbeda-beda

untuk setiap subjek (cross section), tetapi slope setiap subjek tidak berubah

seiring waktu (Gujarati, 2012). Model ini mengasumsikan bahwa intercept adalah

berbeda setiap subjek sedangkan slope tetap sama antar subjek. Dalam

membedakan satu subjek dengan subjek lainnya digunakan variabel dummy

(Kuncoro, 2012). Model ini sering disebut dengan model Least Square Dummy

Variables (LSDV). Berdasarkan GujaratiI (1988) persamaan model ini adalah

sebagai berikut : Dimana variabel dummy d1t untuk subjek pertama dan 0 jika

bukan, d2t untuk subjek kedua dan 0 jika bukan, dan seterusnya. Jika dalam

sebuah penelitian menggunakan 10 cross section, maka jumlah variabel dummy

yang digunakan sebanyak 9 variabel untuk menghindari perangkap variabel

dummy, yaitu kondisi dimana terjadi kolinearitas sempurna (Gujarati, 2012).

Intercept b0 adalah nilai intercept subjek kesatu dan koefisien b6 , b7 , b8

menandakan besar perbedaan antara intercept subjek lain terhadapsubjek

kesatu.

c) Pendekatan Efek Random (Random Effect)

Random effect disebabkan variasi dalam nilai dan arah hubungan antar

subjek diasumsikan random yang dispesifikasikan dalam bentuk residual

(Kuncoro, 2012). Model ini mengestimasi data panel yang variabel residual

diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar subjek. Menurut Widarjono

(2009) model random effect digunakan untuk mengatasi kelemahan model fixed

effect yang menggunakan variabel dummy. Metode analisis data panel dengan

model random effect harus memenuhi persyaratan yaitu jumlah cross section

harus lebih besar daripada jumlah variabel penelitian. Persamaan model random

effect menurut GujaratiI (1988) adalah sebagai berikut : Dimana wit terdiri dari
34

dua komponen yaitu ei (residual cross section) dan m (residual gabungan time

series dan cross section). Model ini disebut juga Error Components Model (ECM)

karena residual terdiri atas 2 komponen.

Model regresi data panel yang akan diestimasi dalam penelitian ini ditentukan

sebagai berikut:

i = unit untuk kabupaten/kota (38 kabupaten/kota)

t = unit untuk waktu (2006-2015)

Y = penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah

X1 = upah minimum kabupaten/kota (2006-2015)

X2 = Proporsi sektor industri terhadap PDRB

X3 = populasi atau jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan

kerja

Variabel independen dari model penelitian ini diantaranya adalah upah

minimum, yang menjadi variabel penjelas utama. Upah minimum yang berlaku

adalah untuk setiap pekerja yang dibayar di kabupaten atau kota dan tahun

berdasarkan lokasi tempat tinggal mereka. Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK)

digunakan dalam penelitian agar dapat teridentifikasi dengan jelas kondisi upah

yang beragam di berbagai daerah. UMK yang ditetapkan telah sesuai dengan aturan

yang berlaku.
35

Penelitian yang dilakukan mengambil data mulai tahun 2006 sampai dengan

2015. Rentang waktu selama sepuluh tahun terakhir ini dianggap sebagai jangka

waktu yang tepat untuk meneliti fenomena tentang upah minimum sebagai bahan

evaluasi bagi pemerintah untuk melihat bagaimana dampak kebijakannya secara

berkepanjangan.

Variabel populasi angkatan kerja adalah variabel yang dapat menjadi

pengatur penyerapan tenaga kerja dari sisi penawaran. Populasi angkatan kerja ini

menjadi semacam tempat percampuran antara tenaga kerja yang berpendidikan

rendah dan tinggi (Gianie, 2009). Variabel ini juga digunakan oleh Bird dan Manning

(2003) dalam model persamaannya untuk melihat dampak upah minimum terhadap

penyerapan tenaga kerja. Populasi penduduk usia bekerja ini dimaksudkan untuk

mengontrol dampak pergeseran dalam suplai tenaga kerja.

Sektor industri merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga

kerja, sektor industri juga sektor yang sistem pengupahannya harus mengikuti

peraturan mengenai kebijakan upah minimum yang sudah ditentukan oleh

pemerintah. Proporsi sektor industri terhadap PDRB ini menunjukkan seberapa

besar sumbangsih sektor industri terhadap PDRB di masing-masing kota/kabupaten

di Jawa Timur.

3.9 Penentuan model terbaik

Diantara common effect, fixed effect, dan random effect menggunakan dua teknik

estimasi model. Dua teknik ini digunakan dalam regresi data panel untuk memperoleh

model yang tepat dalam mengestimasi regresi data panel. Dua uji yang digunakan,

pertama Chow test digunakan untuk memilih antara model common effect atau fixed
36

effect. Kedua, Hausman test digunakan untuk memilih antara model fixed effect atau

random effect yang terbaik dalam mengestimasi regresi data panel.

a) Chow Test

Chow test merupakan uji untuk membandingkan model common effect

dengan fixed effect (Widarjono, 2009). Chow test dalam penelitian ini

menggunakan program Eviews. Hipotesis yang dibentuk dalam Chow test adalah

sebagai berikut :

H0 : Model Common Effect

H1 : Model Fixed Effect

H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai a. Sebaliknya, H0 diterima jika P-

value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang digunakan sebesar 5%.

b) Hausman Test

Pengujian ini membandingkan model fixed effect dengan random effect

dalam menentukan model yang terbaik untuk digunakan sebagai model regresi

data panel (Gujarati, 2012). Hausman test menggunakan program yang serupa

dengan Chow test yaitu program Eviews. . Hipotesis yang dibentuk dalam

Hausman test adalah sebagai berikut :

H0 : Model Random Effect

H1 : Model Fixed Effect

H0 ditolak jika P-value lebih kecil dari nilai a. Sebaliknya, H0 diterima jika P-

value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang digunakan sebesar 5%.
37

3.10 Uji Fdan Uji T

Uji F dikenal dengan Uji serentak atau uji Model/Uji Anova, yaitu uji untuk

melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama-sama

terhadap variabel terikatnya. Atau untuk menguji apakah model regresi yang kita

buat baik/signifikan atau tidak baik/non signifikan.Sementara uji T, dikenal juga

sebagai uji parsial, yang digunakan untuk melihat pengaruh dari variabel bebas

terhadap variabel terikat secara parsial (terpisah).

a) Uji F

Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan Tabel F: F

Tabel dalam Excel, jika F hitung > dari F tabel, (Ho di tolak Ha diterima)

maka model signifikan. Model signifikan selama kolom signifikansi (%) <

Alpha (kesiapan berbuat salah tipe 1, yang menentukan peneliti sendiri, ilmu

sosial biasanya paling besar alpha 10%, atau 5% atau 1%). Dan sebaliknya

jika F hitung < F tabel, maka model tidak signifikan, hal ini juga ditandai nilai

kolom signifikansi (%) akan lebih besar dari alpha.

b) Uji T

Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh

masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel

terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan t hitung dengan t tabel

atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Jawa Timur merupakan sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa,

Indonesia. Ibu Kotanya adalah Kota Surabaya yang merupakan kota metropolitan

terbesar di Provinsi Jawa Timur. terletak antara 111,0’ BT hingga 114,4’ BT dan

garis lintang 7,12 LS dan 8,48’ LS Luas wilayahnya sebesar 47.922 km², dan

berdasarkan sensus yang dilakukan tahun 2017 jumlah penduduknya mencapai

42.030.633 jiwa angka ini menunjukkan bahwa Jawa Timur memiliki jumlah

penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur juga

memiliki wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa.

Secara umum Provinsi Jawa Timur dapat dibagi menjadi dua bagian

utama, yaitu Jawa Timur dataran, dengan proporsi lebih luas yang dimana

mencangkup sekitar 90% dari seluruh luas wilayah Provinsi Jawa Timur dan

sisanya yaitu sebesar 10% merupakan wilayah kepulauan Madura. Provinsi Jawa

Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur. Samudera

Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat Panjang bentangan barat-

timur sekitar 400 km, Lebar bentangan utara-selatan di bagian barat sekitar

200 km, namun di bagian timur lebih sempit hingga sekitar 60 km. Provinsi Jawa

Timur mempunyai 229 pulau terdiri dari 162 pulau bernama dan 67 pulau yang

tak bernama, dengan panjang pantai sekitar 2.833,85 km. berikut adalah batas-

batas wilayah Provinsi Jawa Timur:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa dan tepatnya Provinsi

Kalimantan Selatan.

b) Sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.

38
39

c) Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.

d) Sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali / Provinsi Bali

Secara administratif Jawa Timur terbagi menjadi 29 kabupaten dan 9 kota. Ini

menjadikan jawa timur sebagai provinsi yang memiliki jumlah kabupaten/kota

terbanyak di Indonesia. Mayoritas penduduk jawa timur adalah Suku Jawa, namun

sifatnya lebih heterogen, suku jawa hampir menyebar di seluruh jawa timur.

Gambar 4.1 Peta Jawa Timur

Sumber: Website resmi Provinsi Jawa Timur, 2014.

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan bagian Timur Indonesia, dari

segi ekonomi Jawa Timur berkontribusi sebesar 14,85% terhadap Produk Domestik

Bruto nasional. Pulau terbesar yang ada di Jawa Timur adalah Madura, dipisahkan

dengan daratan Jawa oleh Selat Madura. Pulau Bawean berada sekitar 150 km

sebelah utara Jawa. Di sebelah timur Madura terdapat gugusan pulau-pulau, yang

paling timur adalah Kepulauan Kangean, dan yang paling utara adalah Kepulauan
40

Masalembu. Di bagian selatan terdapat dua pulau kecil yakni Nusa Barung, dan

Pulau Sempu.

Jumlah penduduk Jawa Timur pada tahun 2017 adalah 42.030 633 jiwa

(Sensus 2017), dengan kepadatan 884 jiwa/km2. Kabupaten dengan jumlah

penduduk terbanyak di provinsi Jawa Timur adalah Kabupaten Malang dengan

jumlah penduduk 3.046.218 jiwa, sedangkan kota dengan jumlah penduduk

terbanyak adalah Kota Surabaya sebanyak 3.195.487. Laju pertumbuhan penduduk

adalah 0,76% per tahun (2010).

Jawa Timur terkenal pula dengan beberapa industri besar di dalamnya, di

antaranya galangan pembuatan kapal terbesar di Indonesia yaitu PT PAL di

Surabaya, industri perlengkapan tempur PT Pindad di Malang, industri besar kereta

api terbesar di Asia Tenggara PT INKA di Madiun, pabrik kertas (PT Tjiwi Kimia di

Tarik-Sidoarjo, PT Leces di Probolinggo), pabrik rokok ( Wismilak di Surabaya

Gudang Garam di Kediri, Sampoerna di Surabaya, dan Pasuruan, serta Bentoel di

Malang). Adapapula Semen Gresik, dan PT Petrokimia Gresik. Di Tuban terdapat

pabrik Semen terbesar di Indonesia yaitu Semen Indonesia (ex Semen Gresik), dan

Semen Holcim serta Kawasan Kilang Petrokimia.

Pemerintah telah menetapkan 12 kawasan industri estate, di antaranya

Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) di Surabaya, Pasuruan Industrial Estate

Rembang (PIER) di Kabupaten Pasuruan, Madiun Industrial Estate Balerejo (MIEB)

di kabupaten Madiun, Ngoro Industrial Park (NIP) di Kabupaten Mojokerto, Kawasan

Industri Jabon di Kabupaten Sidoarjo, serta Lamongan Integrated Shorebase (LIS) di

Kabupaten Lamongan. Tidak hanya industri besar, tersebar pula industri kecil di

seluruh kabupaten/kota, dan beberapa di antaranya telah menembus pasar ekspor,

contohnya Industri kerajinan kulit berupa tas, dan sepatu di Tanggulangin, Sidoarjo
41

adalah salah satu industri kecil yang sangat terkenal. Blok Cepu, juga merupakan

salah satu penghasil minyak bumi terbesar di Indonesia, yang ada di Bojonegoro.

Pembangkit listrik di Jawa Timur dikelola oleh PT PJB, di mana meliputi PLTA (Ir.

Sutami, Selorejo, Bening), PLTU, dan PLTGU, yang menyediakan energi listrik ke

sistem Jawa-Bali. Telah banyak daerah yang dapat menikmati pembangkit energi

mikrohidro, dan energi surya berkat pembangkit listrik yang telah beroperasi

tersebut.

Jawa Timur menjadi objek dari penelitian ini, dimana Jawa Timur merupakan

salah satu provinsi yang menyumbang PDB terbesar nasional. Jawa Timur,

merupakan salah satu ibukota Provinsi di Indonesia yang selalu disorot mengenai

pertumbuhan ekonominya secara nasional. Provinsi ini menampung lebih dari

14.000 unit manufaktur besar dan sedang ditambah dengan 600.000 perusahaan

kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Besarnya jumlah industri yang beroperasi

di Jawa Timur, menandakan bahwa banyak pula tenaga kerja yang digunakan dalam

menjalankan proses produksi barang dan jasa. Namun, besarnya jumlah industri

yang membutuhkan tenaga masih belum dapat mengimbangi besarnya pula

penawaran tenaga kerja, yaitu terjadi ketidakseimbangan supply dan demand

tenaga kerja akibat pertambahan angkatan kerja dan juga rendahnya daya saing

kualitas SDM, terutama dalam mengisi lowongan kerja di sektor formal.

Angkatan kerja di Jawa Timur juga masih didominasi oleh penduduk dengan

tingkat pendidikan rendah. Jumlah angkatan kerja tertinggi masih didominasi oleh

penduduk dengan tingkat pendidikan sekolah dasar, hal ini sejalan dengan kondisi

angkatan kerja secara nasional dimana penduduk angkatan kerja tertinggi berasal

dari tamatan sekolah dasar. Besarnya peminat atas lowongan pekerjaan yang

terbatas, membuat persaingan kerja semakin ketat. Tentunya bagi pencari kerja
42

berpendidikan rendah, akan semakin sulit untuk mendapatkan perkerjaan, terutama

di sektor formal.

4.2 Deskripsi Variabel Penelitian

4.2.1 Upah Minimum Kabupaten/Kota

Upah minimum kabupaten/kota (UMK) menjadi variabel independen utama

dalam penelitian ini (X1). Variabel UMK yang digunakan dalam penelitian ini

mencakup data UMK dalam sepuluh tahun terakhir, dimulai dari tahun 2006 sampai

dengan 2015. UMK yang digunakan dalam penelitian ini, mencakup 29 kabupaten

dan 9 kota di Jawa Timur, berikut daftarnya:

Secara umum, nilai UMK di Indonesia mengalami kenaikan di setiap

tahunnya, hal ini sejalan pulan dengan Jawa Timur yang UMK nya mengalami

kenaikan di setiap tahunnya. Berikut rata-rata UMK di Jawa Timur

Tabel 4.1 Rata-rata UMK Jawa Timur

Tahun Rata-rata UMK


2006 528.958
2007 594.780
2008 646.283
2009 757.530
2010 817.285
2011 882.202
2012 953.797
2013 1.168.578
2014 1.358.967
2015 1.602.700
Sumber: BPS, diolah.
43

Berdasarkan tabel 4.1 yang menginformasikan tentang rata-rata UMK di

Jawa Timur, dapat kita lihat bahwa dari tahun ke tahun UMK mengalami kenaikan

secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya KHL juga semakin tinggi

sehingga UMK juga harus mengalami kenaikan untuk mencukupi KHL tersebut.

Upah minimum yang akan digunakan dalam penelitian adalah upah minimum

pada kabupaten/kota i tahun t dalam satuan ribu rupiah. Data diperoleh dari Badan

Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. Upah minimum kabupaten/kota (UMK) dipilih

untuk digunakan pada penelitian ini karena objek penelitian yang dipilih adalah

Provinsi Jawa Timur, maka untuk melihat secara detail kondisi upah minimun

seluruh kota dan kabupaten di Jawa Timur digunakan Upah Minimum

Kabupaten/Kota.

4.2.2 Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB

Sektor industri merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga

kerja, Sektor industri juga sektor yang sistem pengupahannya harus mengikuti

peraturan mengenai kebijakan upah minimum yang sudah ditentukan oleh

pemerintah. Proporsi sektor industri terhadap PDRB ini menunjukkan seberapa

besar sumbangsih sektor industri terhadap PDRB di masing-masing kota/kabupaten

di Jawa Timur.
44

Tabel 4.2 Rata-rata Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB di Jawa Timur

Tahun Rata-rata Proporsi


2006 24,15
2007 16,49
2008 17,57
2009 17,33
2010 16,66
2011 20,03
2012 19,81
2013 19,60
2014 21,74
2015 19,17
Sumber: BPS, diolah.

Tabel 4.2 menunjukkan rata-rata proporsi sektor industri terhadap PDRB di

Jawa Timur. Nilai proporsi sektor industri berfluktuasi di setiap tahunnya, di tahun

2007 nilainya menurun dan kemudian dapat dikatakan stagnan di tahun-tahun

berikutnya sampai dengan tahun 2015.

4.2.3 Jumlah penduduk angkatan kerja

Populasi angkatan kerja adalah jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas di

kota/kabupaten i pada tahun t yang termasuk dalam angkatan kerja, yaitu penduduk

yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja atau

pengangguran (dalam satuan juta orang). Jumlah ini mengalami fluktuasi dari tahun

ke tahunnya, berikut data rata-rata jumlah penduduk angkatan kerja di Jawa Timur:
45

Tabel 4.3 Rata-rata Jumlah Penduduk Angkatan Kerja di Jawa Timur

Tahun Rata-rata
Angkatan Kerja
2006 514776,9
2007 730727,7
2008 531458,4
2009 535803,3
2010 513869,8
2011 517172,7
2012 532580,4
2013 537696,1
2014 530263,1
2015 498754,8
Sumber: BPS, diolah.

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, rata-rata jumlah penduduk angkatan kerja di

Jawa Timur mengalami penurunan di tahun 2007, kemudian naik di tahun 2008, dan

turun kembali di tahun 2009 dan 2010. Di tahun-tahun berikutnya rata-rata jumlah

penduduk angkatan kerja di Jawa Timur dapat dikatakan stagnan sampai di tahun

2015.

4.3 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini, proses pengolahan data dilakukan dengan analisis

regresi data panel menggunakan aplikasi Stata. Proses analisis data dimulai dari

pengujian asumsi klasik agar model regresi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).

4.3.1 Pemilihan Model Regresi Panel

Berdasarkan hasil regresi data panel menggunakan pendekatan Pooled

Least Square (PLS), pendekatan Fixed Effect Model (FEM), dan pendekatan

Random Effect Model (REM). Selanjutnya pendekatan-pendekatan tersebut diuji


46

menggunakan LM Test, Chow Test dan Hausman Test, lalu didapat hasil seperti

tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Hasil Pemilihan Model Regresi Panel

Uji Hipotesis Nilai Sig Kesimpulan

H0 : Common Effect Model Random Effect


LM Test 0.0000
H1 : Random Effect Model Model

H0 : Common Effect Model Fixed Effect


Chow Test 0.0000
H1 : Fixed Effect Model Model

H0 : Random Effect Model Fixed Effect


Hausman Test -185,78
H1 : Fixed Effect Model Model

Sumber: Stata (diolah), 2018.

Berdasarkan tabel 4.4, hasil LM Test menunjukkan nilai signifikansi

Prob>chibar2 adalah 0,0000 dengan α = 5% (0.05), karena nilai sig 0.0000<0.05

maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil tersebut, maka pendekatan

yang digunakan adalah menggunakan Random Effect Model dibandingkan Pooled

Least Square. Kemudian, dilakukan pula Uji Chow, didapat nilai sig atau Prob>F

adalah 0.0000 dengan α = 5% (0.05), nilai sig 0.0000<0.05 maka H0 ditolak dan H1

diterima. Sehingga data panel yang digunakan lebih baik menggunakan Fixed

Effect Model dibandingkan dengan menggunakan Pooled Effect Model. Terakhir,

dilakukan Hausman Test, nilai sig atau Cross-section Random adalah -185,78

dengan α = 5% (0.05) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil

Hausman Test yang dilakukan, pendekatan yang dipilih adalah Fixed Effect Model

dibandingkan dengan menggunakan Random Effect Model. Dapat disimpulkan

bahwa Fixed Effect Model adalah model yang tepat dengan data yang digunakan.
47

4.4 Hasil Uji Regresi Data Panel

Dari hasil uji pemilihan model regresi data panel, LM Test, Chow Test dan

Hausman Test, didapatkan kesimpulan bahwa model yang tepat untuk digunakan

adalah Fixed Effect Model. Selanjutnya hasil pengujian regresi data panel dengan

menggunakan Fixed Effect Model, digunakan untuk mengetahui pengaruh dari Upah

Minimum Kabupaten/Kota (UMK), Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB (PDRB),

dan Jumlah Angkatan Kerja (AK) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Berpendidikan

Rendah (PTKB) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil Regresi

Variabel Independen Nilai Koefisien t-statistik


UMK (X1) -0.1032389 -1.97
PDRB (X2) 0.0007687 0.86
AK (X3) 0.3765576 0.02
Sumber: Stata (diolah), 2018.

Hasil penelitian dari persamaan regresi dapat menjelaskan bagaimana

pengaruh dari masing-masing variabel independen yaitu Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK), Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB (PDRB), dan

Jumlah Angkatan Kerja (AK) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Berpendidikan

Rendah (PTKB) di Provinsi Jawa Timur, tahun 2006-2015. Jika dimasukkan dalam

model, maka persamaan regresi yang diperoleh dari hasil di atas adalah sebagai

berikut:

Hasil dari persamaan regresi linier tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Variabel Upah Minimum Kabupaten (UMK)


48

Variabel Upah Minimum Kabupaten (UMK) dalam penelitian ini memiliki

koefisien regresi bernilai negatif sebesar –0,1032389 yang menjelaskan bahwa

apabila terjadi peningkatan pada Upah Minimum Kabupaten/Kota sebesar 1%,

maka akan menurunkan tingkat penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah

sebesar 0,1032389%.

b. Variabel Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB (PDRB)

Variabel Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB (PDRB) dalam penelitian ini

memiliki koefisien regresi bernilai positif sebesar 0,0007687 yang menjelaskan

bahwa apabila terjadi peningkatan pada Proporsi Sektor Industri terhadap

sebesar 1%, maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja berpendidikan

rendah sebesar 0,0007687%.

c. Variabel Jumlah Angkatan Kerja (AK)

Variabel Jumlah Angkatan Kerja (AK) dalam penelitian ini memiliki koefisien

regresi bernilai positif sebesar 0,3765576 yang menjelaskan bahwa apabila

terjadi peningkatan pada jumlah angkatan kerja sebesar 1%, maka akan

meningkatkan penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah sebesar

0,3765576%.

4.5 Hasil Pengujian Signifikansi

4.5.1 Uji Parsial (t)

Berdasarkan hasil regresi data panel yang telah dilakukan, uji signifikansi

secara parsial (uji t) dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 5% menunjukkan

bahwa dari variabel independen Upah Minimum Kabupaten/Kota (U MK),

Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB (PDRB), dan Jumlah Angkatan Kerja

(AK) yaitu yang mempengaruhi variabel dependen Penyerapan Tenaga Kerja


49

Berpendidikan Rendah (PTKB) di Provinsi Jawa Timur, dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK),

Variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), dengan nilai signifikansi -1,97

(lebih kecil dari α 5% atau 0.05) yang berarti bahwa secara parsial variabel upah

minimum berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel penyerapan tenaga

kerja berpendidikan rendah di Provinsi Jawa Timur.

b. Variabel Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB (PDRB)

Variabel Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB (PDRB) dengan nilai

signifikansi 0.86 (lebih besar dari α 5% atau 0.01), sehingga dapat disimpulkan

secara parsial variabel proporsi sektor industri terhadap PDRB berpengaruh

tidak signifikan positif terhadap variabel penyerapan tenaga kerja berpendidikan

rendah di Provinsi Jawa Timur.

c. Variabel Jumlah Angkatan Kerja (AK)

Variabel Jumlah Angkatan Kerja (AK) dengan nilai signifikansi 0.02 (lebih kecil

dari α 5% atau 0.05) yang berarti bahwa secara parsial variabel inflasi

berpengaruh signifikan positif terhadap variabel penyerapan tenaga kerja

berpendidikan rendah di Provinsi Jawa Timur.

4.5.2 Uji Simultan

Uji F adalah pengujian secar simultan atau bersama-sama, yang digunakan

untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yaitu Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK), Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB (PDRB), dan

Jumlah Angkatan Kerja (AK) terhadap variabel dependen yaitu Penyerapan Tenaga

Kerja Berpendidikan Rendah (PTKB) di Provinsi Jawa Timur secara simultan


50

(bersama-sama). Berdasarkan hasil dari regresi data panel yang telah dilakukan,

didapatkan probabilitas F statistik sebesar 0.0000. Probabilitas F statistik ini lebih

kecil dari 5% atau 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel

independen yaitu Upah Minimum Kabupaten/Kota, Proporsi Sektor Industri terhadap

PDRB, dan Jumlah Angkatan Kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

variabel Penyerapan Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah.

4.5.3 Koefisien Determinasi ( )

Menurut Wahyudi (2016) koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menilai

seberapa baik model penelitian, yang kemudian menunjukkan bagaimana

kemampuan dari variabel independen menjelaskan variabel dependen.

Berdasarkan hasil regresi dapat diketahui bahwa nilai R-squared sebesar 0,9263

atau 92,63%. Hal ini berarti bahwa kontribusi terhadap variabel Penyerapan Tenaga

Kerja Berpendidikan Rendah dijelaskan sebesar 92.63% oleh variabel Upah

Minimum Kabupaten/Kota, Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB, dan Jumlah

Angkatan Kerja. Sedangkan kontribusi pengaruh terhadap variabel Penyerapan

Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah lainnya sebesar 7,37% dijelaskan oleh variabel

lain atau error.

4.6 Pembahasan dan Analisis Hasil Regresi

Berdasarkan hasil regresi dan uji signifikansi yang telah dibahas

sebelumnya, berikut merupakan pembahasan dan analisis hasil regresi yang telah

dilakukan. Diharapkan dari pembahasan dan analisis hasil regresi ini dapat

menjelaskan tentang hubungan masing-masing variabel serta fenomena yang terjadi

didalamnya.
51

4.6.1 Pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja Berpendidikan Rendah

Berdasarkan hasil regresi, diperoleh hasil bahwa koefisien dari upah

minimum bertanda negatif dengan nilai sebesar -0,1032389 dan nilai signifikansi

sebesar -1,97 (lebih kecil dari α 5% atau 0.05). Artinya bahwa variabel upah

minimum memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga

kerja berpendidikan rendah di Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa jika upah

minimum meningkat, maka penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah akan

menurun, begitu pula berlaku sebaliknya.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Simanjutak (1992) dimana

kenaikan upah minimum akan berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi

perusahaan, perusahaan akan cenderung untuk mempekerjakan tenaga kerja

dengan pendidikan dan produktivitas yang tinggi dengan tingkat upah yang tinggi

pula. Kaitannya adalah dengan produktivitas tenaga kerja tersebut, perusahaan

akan merasa kurang diuntungkan akibat produktivitas rendah dari tenaga kerja

berpendidikan rendah namun harus diberi upah tinggi akibat kebijakan upah

minimum. Maka pilihannya adalah perusahaan akan mengurangi tenaga kerja

berpendidikan rendah yang kemudian disubstitusikan dengan tenaga kerja

dengan pendidikan tinggi. Hal ini dibuktikan dengan data dibawah ini:
52

Tabel 4.6 Perbandingan Upah Minimum Kabupaten/Kota dengan Penyerapan

Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah di Provinsi Jawa Timur (2006-

2015)

Upah Minimum Penyerapan Tenaga Kerja


Tahun Kabupaten/Kota Berpendidikan Rendah
(Rupiah) (Jiwa)
2006 520.555 15.079.069
2007 581.602 14.955.251
2008 632.954 14.526.437
2009 741.016 14.506.680
2010 797.693 13.976.407
2011 862.860 13.936.170
2012 933.212 13.901.830
2013 1.139.730 13.762.875
2014 1.314.940 13.575.356
2015 1.547.333 13.098.837
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, data diolah (2017).

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, di setiap tahunnya upah minimum selalu

mengalami kenaikan, namun berbanding terbalik dengan besaran penyerapan

tenaga kerja berpendidikan rendah yang selalu mengalami penurunan disetiap

tahunnya. Sesuai dengan hasil regresi yang telah dilakukan, bahwa setiap terjadi

kenaikan upah minimum, maka akan terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja

berpendidikan rendah.

Hal ini didukung oleh Gindling dan Terrell (2007), yang menyatakan pula

bahwa dengan adanya kenaikan upah minimum, diprediksi akan menyebabkan

peningkatan jam kerja dari pekerja yang tetap bekerja (biasanya pekerja dengan

keahlian tinggi) yang menyebabkan penurunan jumlah pekerja terampil rendah. Jam

kerja dari pekerja dengan keahlian tinggi akan bertambah akibat kenaikan upah
53

minimum, hal ini dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengkompensasi

pengurangan jumlah pekerja akibat kenaikan upah minimum, kondisi ini dikenal

sebagai efek substitusi antara jam bekerja dengan pekerja.

Fenomena ini dibuktikan pula dengan adanya pengenaan upah sektoral yang

diberlakukan di Jawa Timur. Pengenaan upah sektoral ini diberlakukan untuk tiga

kabupaten/kota di Jawa Timur, yaitu Surabaya, Sidoarjo, dan Pasuruan. Adanya

pengenaan upah sektoral ini membebani perusahaan sebesar 5%. Hal ini

berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk bergeser dari industri padat

karya menjadi padat modal, dan bahkan pilihan yang lebih ekstrim lagi yaitu

memindahkan perusahaan ke Negara lain. Hal inilah juga yang kemungkinan besar

menjadi salah satu penyebab mengapa pada setiap tahunnya penyerapan tenaga

kerja berpendidikan rendah mengalami penurunan.

4.6.2 Pengaruh Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah

Berdasarkan hasil regresi, diperoleh hasil bahwa koefisien dari Proporsi

sektor industri terhadap PDRB bertanda positif dengan nilai sebesar 0,0007687 dan

nilai signifikansi sebesar 0.86 (lebih besar dari α 5% atau 0.05). Artinya, bahwa

variabel proporsi sektor industri terhadap PDRB memiliki pengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah di Jawa Timur.

Hal ini menunjukkan bahwa jika proporsi sektor industri terhadap PDRB mengalami

penurunan, maka penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah akan menurun

pula, berlaku sebaliknya.

Hal ini diperkuat dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muhtamil

(2017), dimana variabel industri berpengaruh positif terhadap peningkatan proporsi


54

tenaga kerja, yaitu setiap peningkatan 1% jumlah unit usaha pada sektor industri

akan meningkatkan 2% penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jambi. Selaras dengan

penelitian terdahulu, hasil regresi yang telah dilakukan bahwa setiap kenaikan 1%

akan menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah

0,0007687%. Hal ini dibuktikan dengan data dibawah ini:

Tabel 4.7 Perbandingan Proporsi Sektor Industri terhadap PDRB dengan

Penyerapan Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah di Provinsi Jawa

Timur (2006-2015)

Proporsi Sektor Industri Penyerapan Tenaga Kerja


Tahun terhadap PDRB Berpendidikan Rendah
(Persen) (Jiwa)
2006 24,15 15.079.069
2007 17,49 14.955.251
2008 16,57 14.526.437
2009 17,33 14.506.680
2010 17,46 13.976.407
2011 18,03 13.936.170
2012 14,08 13.901.830
2013 14,79 13.762.875
2014 12,74 13.575.356
2015 12,17 13.098.837

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, data diolah (2017).

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, proporsi sektor industri terhadap PDRB

mengalami penurunan. Tren menurun ini selaras dengan penyerapan tenaga kerja

berpendidikan rendah yang besarannya setiap tahun juga menurun. Menurut

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zilfiyah (2014) penyebab

ketidaksignifikanan dari proporsi PDRB sektor industri terhadap penyerapan tenaga


55

kerja di adalah bahwa sektor industri di Jawa Timur lebih banyak yang bersifat padat

modal. Sehingga walaupun PDRB sektor industri di Jawa Timur nilainya relatif tinggi,

namun tidak atau belum mampu diikuti dengan perkembangan atau pertumbuhan

penyerapan tenaga kerjanya.

Di Jawa Timur sendiri, industri yang didirikan hanya berpusat di daerah

tertentu yang mana memang iklim investasinya tinggi, dan kondusif untuk

mendirikan industri. Hal ini juga yang menyebabkan sektor industri menjadi tidak

signifikan pengaruhnya terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah.

Ketimpangan juga ditemukan terjadi di Jawa Timur akibat perbedaan kemampuan

konsumsi masyarakat, keberadaan sektor yang mendukung perkonomian, dan

tingkat pendidikan yang tidak merata di Jawa Timur.

4.6.3 Pengaruh Jumlah Angkatan Kerja terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Berpendidikan Rendah

Berdasarkan hasil regresi, diperoleh hasil bahwa koefisien dari Jumlah

Angkatan Kerja bertanda positif dengan nilai sebesar 0,3765576 dan nilai

signifikansi sebesar 0.02 (lebih kecil dari α 5% atau 0.05). Artinya, bahwa variabel

jumlah angkatan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan

tenaga kerja berpendidikan rendah di Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa jika

jumlah angkatan kerja mengalami penurunan, maka penyerapan tenaga kerja

berpendidikan rendah akan menurun pula, berlaku sebaliknya.

Sesuai dengan hasil regresi yang telah ada bahwa setiap kenaikan 1% akan

menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah

0,0007687%. Hal ini dibuktikan dengan data berikut ini:


56

Tabel 4.8 Perbandingan Jumlah Angkatan Kerja dengan Penyerapan Tenaga

Kerja Berpendidikan Rendah di Provinsi Jawa Timur (2006-2015)

Penyerapan Tenaga Kerja


Jumlah Angkatan Kerja
Tahun Berpendidikan Rendah
(Jiwa)
(Jiwa)
2006 584.777 15.079.069
2007 530.728 14.955.251
2008 531.458 14.526.437
2009 535.803 14.506.680
2010 513.870 13.976.407
2011 510.173 13.936.170
2012 512.580 13.901.830
2013 507.696 13.762.875
2014 500.263 13.575.356
2015 510.755 13.098.837
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, data diolah (2017).

Berdasarkan tabel 4.8 diatas, dapat kita lihat bahwa secara umum tren

angkatan kerja di Jawa Timur mengalami penurunan di setiap tahunnya. Begitu pula

dengan penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah juga mengalami penurunan

dari tahun ketahun. Hal ini diperkuat pula dengan hasil penelitian Bird dan Manning

(2003) yang menyatakan bahwa variabel angkatan kerja merupakan variabel kontrol

dari sisi penawaran. Dimana apabila variabel angkatan kerja mengalami penurunan,

maka berlaku pula pada penyerapan tenaga kerja yang juga mengalami penurunan.

Selanjutnya, teori ekonomi neo-klasik mengenai penawaran tenaga kerja

juga memperkirakan bahwa jumlah tenaga kerja seharusnya mengalami

peningkatan apabila ada peningkatan upah. Teori ini dikembangkan oleh Lucas dan

Rapping di tahun 1969. (Solihin dan Sukartini, 2014).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, berikut

adalah kesimpulan yang dapat diambil:

1) Variabel upah minimum (X1), proporsi sektor industri terhadap PDRB (X2),

dan jumlah angkatan kerja (X3) sebagai variabel independen menunjukan

kemampuan dalam menjelaskan variabel dependen sebesar 92,63%

sedangkan 7,37% dijelaskan oleh faktor lain diluar dari model penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh

kenaikan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan

rendah di Jawa Timur, memberikan hasil bahwa untuk variabel upah

minimum kabupaten/kota memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif

terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah, begitupun

dengan variabel jumlah angkatan kerja juga memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah.

Sedangkan untuk variabel proporsi sektor industri terhadap PDRB memiliki

pengaruh yang tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja

berpendidikan rendah.

2) Fenomena ini dapat dijelaskan dengan kondisi yang terjadi di Jawa Timur

sendiri, dimana upah minimum memang harus mengalami peningkatan dari

waktu ke waktu, mengingat adanya inflasi. Sementara itu, dengan tingginya

upah minimum, perusahaan juga akan lebih memilih untuk mempekerjakan

tenaga kerja dengan pendidikan serta produktivitas yang tinggi, daripada

57
58

mempekerjakan tenaga kerja dengan pendidikan dan produktivitas yang

rendah. Hal ini tentu saja dianggap lebih menguntungkan bagi perusahaan

karena output yang dihasilkan akan sebanding dengn biaya gaji yang

dikeluarkan.

3) Pada dasarnya, perusahaan dengan visi profit oriented akan selalu

berusaha untuk memangkas serta menekan biaya yang dianggap tidak

perlu, dan terus meningkatkan output yang dihasilkan untuk mendapatkan

keuntungan sebesar-besarnya. Di Jawa Timur sendiri, banyak industri-

industri yang beroperasi, dimana seharusnya semakin banyak industri pada

suatu daerah maka semakin banyak pula tenaga kerja yang terserap.

Namun, pada kenyataannya tidak selalu seuai dengan teori. Ada banyak

faktor yang menyebabkan mengapa pada setiap tahunnya penyerapan

tenaga kerja berpendidikan rendah selalu menurun. Penjelasan yang

mungkin masuk akal dan berdasar pada data yang ada, yaitu hal ini

dikarenakan adanya efek substitusi antara tenaga kerja berpendidikan

rendah yang kemudian digantikan oleh tenaga kerja berpendidikan tinggi.

4) Tingginya upah minimum yang ditetapkan oleh pemerintah, menyebabkan

banyak industri yang meilih untuk beralih dari industri padat karya menjadi

industri padat modal. Industri padat karya padahal masih dibutuhkan di

Jawa Timur untuk mengimbangi permintaan tenaga kerja yang tinggi.

Beralihnya industri-industri ini menjadi industri padat modal juga dapat

menjelaskan mengapa variabel proporsi sektor industri terhadap PDRB

bernilai tidak signifikan. Hal ini dikarenakan dengan adanya peralihan ini,

sektor industri tidak dapat digeneralisasi menjadi seluruhnya padat karya,

sehingga nilai koefisiennya tidak signifikan dan menjadi bias.


59

5) Dari sisi penawaran, dapat kita lihat bahwa angkatan kerja di Jawa Timur

ikut mengalami penurunan akibat minimnya sektor industri yang diharapkan

dapat menyerap tenaga kerja. Hal ini juga dapat menjelaskan fenomena

yang terjadi di Jawa Timur, dimana setiap tahunnya baik jumlah angkatan

kerja maupun penyerapaan tenaga kerja berpendidikan rendah mengalami

penurunan. Adanya fenomena ini menunjukkan bahwa mobilitas pekerja di

Jawa Timur secara umum tidak begitu aktif dan perlu adanya pembenahan

di kemudian hari.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka terdapat

beberapa saran yang ditujukan pada beberapa pihak yang terkait, antara lain:

1.) Pemerintah diharapkan dapat mempertimbangkan permasalahan upah,

dimana berdasarkan hasil penelitian ini, kenaikan upah minimum akan

menyebabkan berkurangnya penyerapan tenaga kerja berpendidikan

rendah. Maka yang dapat dilakukan oleh Pemerintah adalah dengan

menurunkan tingkat upah, sehingga penyerapan tenaga kerja

berpendidikan rendah akan mengalami kenaikan di kemudian hari.

Tingginya jumlah angkatan kerja juga berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah, maka

Pemerintah harus memanfaatkan adanya bonus demografi dimana akan terjadi

ledakan penduduk usia produktif di tahun-tahun mendatang. Pemerintah harus

bersiap dengan adanya bonus demografi ini untuk mendukung peningkatan


60

penyerapan tenaga kerja berpendidikan rendah, yaitu dengan mempersiapkan

lapangan pekerjaan yang cukup untuk penduduk angkatan kerja.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2006-2016. Survei Angkatan Kerja Nasional


(Sakernas).

Bird, Kelly and Chris Manning. 2003. Impact of Minimum Wage Policy on
Employment and Earnings in the Informal Sector: The Case of
Indonesia.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2003-2007. Upah Minimum


Provinsi. ‘Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa
Timur, ‘Tingkat Pengangguran Terbuka di Jatim Per Pebruari 2017,
<http://disnakertrans.jatimprov.go.id//> [diakses 6 Februari 2017].

Gianie, 2009, Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga


Kerja berpendidikan rendah sektor industri dan perdagangan,
Jakarta, Universitas Indonesia.

Gujarati, Damodar. 1988. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Mankiw, Gregory, Euston Quah, Peter Wilson. 2013. Pengantar Ekonomi


Makro. Jakarta: Salemba Empat.

Muhtamil. 2017. Pengaruh Perkembangan Industri terhadap Penyerapan


Tenaga Kerja di Provinsi Jambi. Jurnal Perspektif Pembiayaan dan
pembangunan Daerah Vol.4 No.3, Januari-Maret 2017: PP: 199-
201.

M. Yusof Saari, M. Affan Abdul Rahman, Azman Hassan, Muzafar Shah


Habibullah, 2016, Estimating the impact of minimum wages on
poverty across ethnic groups in Malaysia, Malaysia, Elsevier.

Netoiu, Lavinia and Silviu Cârstina, 2005, Analysis of the correlation


between minimum wage levels in the country, indicators of social
protection and poverty threshold, Romania, Elsevier.

Nurtiyas, Febrika. 2016. analisis faktor-faktor yang mempengaruhi upah


minimum propinsi di pulau jawa tahun 2010-2014, Yogyakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Pratomo. Devanto Shasta. 2011, The Effects of Changes in Minimum
Wage on Employment in Indonesia: Regional Panel Data Analysis.
Euro Journals Publishing. ISSN 1450-2887 Issue 62.

Pratomo. Devanto Shasta. 2014, Does minimum wage affect hours


worked of paid employment in Indonesia?. International Journal of
Social Economics.Vol.41 No.5:362-378.

61
62

Pratomo, Devanto Shasta. 2015, How does the minimum wage affect employment
statuses of youths?: evidence of Indonesia. Journal of Economics Studies. Vol 43
No.2:259-274.

Rama, M. (2001), The consequences of doubling the minimum wage: the case of
Indonesia, Industrial and Labor Relations Review, Vol. 54 No. 4, pp. 864-881.

Solihin, Ahmad dan Ni Made Sukartini. 2014. Hubungan Upah dan Penawaran Tenaga
Kerja Supir Taxi di Surabaya. Jurnal ekonomi kuantitatif terapan Vol.7 No.1,
Februari 2014: PP: 60-72.

Sholeh, Maimun. 2007, Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja serta Upah: Teori
serta beberapa potretnya di Indonesia, Yogyakarta, Jurnal Ekonomi dan
Pendidikan, volume 4 nomor 1.

Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta,


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Simanjuntak, Payaman J. 1992. Issues on Industrial Relations in Indonesia. The


Department of Manpower of The Republic of Indonesia, Jakarta.

SMERU. 2001. Dampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan
Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Perkotaan Indonesia.

Sulistiawati, Rini. 2012, Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia, Pontianak, Fakultas
Ekonomi Universitas Tanjungpura.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Zilfiyah, Siti. 2013. Analisis Kontribusi Sektor Industri terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Sektor Industri di Indonesia (periode tahun 2004-2010), Malang, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Data dalam bentuk Log

AngkatanKerja PDRB UMK Y daerah Tahun


5,57849 7,27070 5,60746 5,50489 1 2006
5,57811 6,92180 5,65321 5,49651 1 2007
5,57765 6,78500 5,69897 5,48238 1 2008
5,55299 6,70780 5,77815 5,46311 1 2009
5,54799 6,58380 5,79934 5,45372 1 2010
5,54571 4,12840 5,84819 5,44720 1 2011
5,54449 4,04430 5,87506 5,44460 1 2012
5,54289 3,94390 5,94805 5,43367 1 2013
5,53539 3,85290 6,00000 5,38412 1 2014
5,53510 3,79310 6,07918 5,13036 1 2015
5,74371 10,35530 5,60206 5,64740 2 2006
5,73729 10,25070 5,65321 5,63663 2 2007
5,70943 6,77110 5,69897 5,61097 2 2008
5,69867 6,76280 5,77815 5,58473 2 2009
5,69857 6,72800 5,80277 5,57477 2 2010
5,69587 6,68490 5,84819 5,55630 2 2011
5,69280 6,52280 5,87216 5,54928 2 2012
5,69030 5,24040 5,96567 5,54877 2 2013
5,68596 5,22480 6,00000 5,54178 2 2014
5,68025 5,16310 6,07918 5,32648 2 2015
5,62150 14,40280 5,64058 5,54457 3 2006
5,62070 14,17970 5,66276 5,51915 3 2007
5,61742 14,07570 5,70757 5,51739 3 2008
5,61493 14,01610 5,77815 5,51533 3 2009
5,61301 13,96910 5,80277 5,51499 3 2010
5,61173 8,84980 5,85126 5,51318 3 2011
5,60697 8,82300 5,88081 5,49668 3 2012
5,60552 6,07250 5,95612 5,48197 3 2013
5,60106 6,02160 6,00000 5,46984 3 2014
5,58818 5,65650 6,07918 5,20852 3 2015
5,84416 21,04090 5,66276 5,65856 4 2006
5,78174 21,00180 5,69020 5,63493 4 2007
5,77369 20,67130 5,72099 5,62978 4 2008
5,77155 20,62450 5,77815 5,61038 4 2009
5,75216 20,48710 5,80686 5,60412 4 2010
5,74331 19,96270 5,85733 5,59156 4 2011
5,74144 19,96040 5,91116 5,58063 4 2012
5,73836 19,87500 6,00000 5,57962 4 2013

63
64

AngkatanKerja PDRB UMK Y daerah tahun


5,73800 18,03530 6,04139 5,55013 4 2014
5,73505 17,84150 6,11394 5,34875 4 2015
5,80380 13,58770 5,61194 5,68289 5 2006
5,79675 12,94610 5,65176 5,66841 5 2007
5,78855 12,83010 5,70049 5,66153 5 2008
5,78716 12,81530 5,75587 5,66026 5 2009
5,78253 12,24200 5,81624 5,65861 5 2010
5,77788 2,84360 5,87506 5,64759 5 2011
5,77692 2,74220 5,91381 5,64639 5 2012
5,77644 2,70440 5,97628 5,64528 5 2013
5,77340 2,42090 6,00000 5,60597 5 2014
5,77308 2,35840 6,11394 5,43088 5 2015
5,94669 23,25880 5,76268 5,75611 6 2006
5,90416 23,11200 5,80956 5,75379 6 2007
5,90358 22,43680 5,85552 5,75325 6 2008
5,89823 19,87030 5,91645 5,74643 6 2009
5,89523 19,77220 5,94002 5,74487 6 2010
5,88814 19,42400 5,98900 5,72745 6 2011
5,88793 19,10080 5,99957 5,72684 6 2012
5,88303 19,08390 6,04139 5,72487 6 2013
5,88268 19,05500 6,04139 5,72267 6 2014
5,87292 19,02030 6,11394 5,53544 6 2015
6,14613 30,18770 5,81425 6,00000 7 2006
6,11394 29,98550 5,87113 6,00000 7 2007
6,11394 29,91170 5,90417 5,99320 7 2008
6,11394 29,66600 5,97978 5,98984 7 2009
6,11394 29,31810 6,00000 5,98499 7 2010
6,11394 22,15720 6,04139 5,97370 7 2011
6,11394 22,05980 6,04139 5,95975 7 2012
6,11394 21,80960 6,11394 5,95852 7 2013
6,11394 20,40110 6,20412 5,95353 7 2014
6,11394 19,80510 6,30103 5,74559 7 2015
5,72592 18,85750 5,61066 5,64781 8 2006
5,72149 18,85440 5,69461 5,63652 8 2007
5,72131 18,80250 5,74036 5,63315 8 2008
5,72109 18,56910 5,81624 5,62559 8 2009
5,71480 18,56600 5,83759 5,62507 8 2010
5,71219 14,54350 5,86964 5,61961 8 2011
5,71153 14,20140 5,91666 5,61849 8 2012
65

AngkatanKerja PDRB UMK Y daerah tahun


5,70854 13,99310 6,00000 5,61634 8 2013
5,68798 13,96610 6,04139 5,57312 8 2014
5,68241 13,77770 6,11394 5,41800 8 2015
6,11394 20,81390 5,72016 6,00000 9 2006
6,07918 20,41980 5,75967 6,00000 9 2007
6,07918 19,93900 5,80956 5,99168 9 2008
6,07918 19,81150 5,88649 5,99051 9 2009
6,07918 19,53170 5,91908 5,97706 9 2010
6,07918 11,51200 5,94201 5,97484 9 2011
6,04139 11,51050 5,96379 5,96272 9 2012
6,07918 11,41030 6,04139 5,96091 9 2013
6,07918 7,56140 6,11394 5,93838 9 2014
6,07918 7,56100 6,17609 5,73362 9 2015
5,95125 11,73750 5,71391 5,82528 10 2006
5,94550 11,39490 5,75397 5,81738 10 2007
5,94424 11,15960 5,79169 5,81677 10 2008
5,93481 10,97210 5,87157 5,80534 10 2009
5,92952 10,89270 5,91593 5,80487 10 2010
5,92942 5,89170 5,93702 5,80278 10 2011
5,92489 5,81880 5,96142 5,79857 10 2012
5,92414 5,79130 6,04139 5,79384 10 2013
5,91712 5,67440 6,07918 5,77450 10 2014
5,89282 5,53770 6,14613 5,59325 10 2015
5,36274 8,91050 5,68124 5,34258 11 2006
5,59235 9,40590 5,69461 5,52549 11 2007
5,58037 18,75030 5,74036 5,50634 11 2008
5,60391 18,78930 5,79239 5,52805 11 2009
5,60765 18,81060 5,82478 5,54251 11 2010
5,58999 22,10870 5,86629 5,50196 11 2011
5,61353 21,59280 5,90309 5,35241 11 2012
5,59570 21,08360 5,97589 5,48129 11 2013
5,61924 20,83810 6,04139 5,50744 11 2014
5,62824 20,79960 6,11394 5,54654 11 2015
5,50297 9,59070 5,63949 5,25446 12 2006
5,56364 9,31170 5,69241 5,47855 12 2007
5,56554 10,02430 5,72428 5,47828 12 2008
5,56805 9,97720 5,78533 5,47309 12 2009
5,55702 9,90350 5,81954 5,45088 12 2010
5,54156 15,87290 5,86510 5,45281 12 2011
66

AngkatanKerja PDRB UMK Y daerah tahun


5,55410 15,77200 5,90445 5,45476 12 2012
5,55127 15,68900 6,00000 5,44478 12 2013
5,54226 15,75180 6,04139 5,40773 12 2014
5,56210 16,09120 6,07918 5,44537 12 2015
5,75093 13,59290 5,72263 5,45280 13 2006
5,77745 13,41790 5,75320 5,72476 13 2007
5,76842 21,08740 5,78104 5,70131 13 2008
5,78121 20,91110 5,83410 5,71761 13 2009
5,78048 21,00460 5,88874 5,71470 13 2010
5,78782 21,34700 5,91062 5,68299 13 2011
5,80392 21,11900 5,94866 5,71991 13 2012
5,79144 21,48780 6,07918 5,69234 13 2013
5,77913 21,64020 6,11394 5,69383 13 2014
5,77937 2,20840 6,14613 5,69611 13 2015
5,90226 31,82920 5,81637 5,56153 14 2006
5,90700 32,67370 5,86923 5,79952 14 2007
5,90424 34,08950 5,90417 5,78865 14 2008
5,90117 32,94670 5,98000 5,78297 14 2009
5,89876 32,90270 6,00000 5,78029 14 2010
5,91352 56,00130 6,04139 5,75779 14 2011
5,91329 56,24290 6,11394 5,75922 14 2012
5,92003 56,02520 6,23045 5,74993 14 2013
5,92618 56,12090 6,34242 5,77830 14 2014
5,91117 56,08220 6,43136 5,71416 14 2015
5,70459 54,56150 5,81637 5,45272 15 2006
5,95945 53,30030 5,87128 5,68792 15 2007
5,96598 54,27520 5,90417 5,64852 15 2008
5,96199 53,61570 5,98000 5,63420 15 2009
6,00000 52,89860 6,00000 5,68269 15 2010
6,00000 49,67510 6,04139 5,65734 15 2011
6,00000 48,29350 6,11394 5,59252 15 2012
6,00000 46,95700 6,23045 5,59570 15 2013
6,04139 47,06180 6,34242 5,57561 15 2014
6,04139 46,68580 6,43136 5,56229 15 2015
5,74782 35,61640 5,81637 5,34746 16 2006
5,73408 34,89470 5,86923 5,59456 16 2007
5,73518 39,11020 5,90507 5,58052 16 2008
5,73836 38,44510 5,98750 5,58245 16 2009
5,73660 37,70340 6,00000 5,56713 16 2010
67

AngkatanKerja PDRB UMK Y daerah tahun


5,71968 53,16050 6,04139 5,55592 16 2011
5,74650 52,62710 6,07918 5,55821 16 2012
5,73693 52,05780 6,23045 5,53344 16 2013
5,74304 52,29650 6,32222 5,54493 16 2014
5,75992 52,14870 6,43136 5,49730 16 2015
5,76976 12,81170 5,72428 5,43379 17 2006
5,81252 12,59640 5,80618 5,66687 17 2007
5,83325 12,84810 5,83885 5,67641 17 2008
5,84091 12,74030 5,87651 5,67025 17 2009
5,78602 12,33690 5,89763 5,61664 17 2010
5,77561 21,23330 5,93777 5,64448 17 2011
5,78614 20,45920 5,99043 5,59452 17 2012
5,77371 20,07780 6,07918 5,59681 17 2013
5,78116 19,97410 6,17609 5,59323 17 2014
5,81120 19,82740 6,23045 5,61648 17 2015
5,73345 8,69880 5,60423 5,38326 18 2006
5,74576 8,43590 5,65801 5,63995 18 2007
5,74080 9,12810 5,70757 5,61862 18 2008
5,75074 8,96600 5,79588 5,62617 18 2009
5,70232 8,85930 5,81291 5,57377 18 2010
5,70958 13,11020 5,85126 5,59925 18 2011
5,72475 12,74180 5,89487 5,60639 18 2012
5,73988 12,64040 5,98236 5,59507 18 2013
5,72755 12,74080 6,04139 5,59428 18 2014
5,71347 12,75770 6,11394 5,57134 18 2015
5,49866 4,18320 5,60206 5,21518 19 2006
5,54917 4,22050 5,65321 5,43202 19 2007
5,55829 3,84530 5,69897 5,41498 19 2008
5,54602 3,85250 5,79239 5,39555 19 2009
5,54101 3,78070 5,81954 5,39634 19 2010
5,55361 9,99210 5,85733 5,38914 19 2011
5,56153 9,83500 5,88930 5,38070 19 2012
5,56364 9,76920 5,98261 5,38144 19 2013
5,55965 9,75930 6,00000 5,41448 19 2014
5,54624 9,78470 6,07918 5,34179 19 2015
5,61715 8,40410 5,77525 5,15971 20 2006
5,60809 8,37970 5,77525 5,49332 20 2007
5,57123 9,02510 5,77525 5,45371 20 2008
5,58771 8,99300 5,80956 5,45180 20 2009
68

AngkatanKerja PDRB UMK Y daerah tahun


5,58206 8,86620 5,81291 5,44977 20 2010
5,54750 9,81800 5,84819 5,33587 20 2011
5,55085 9,64450 5,87506 5,32753 20 2012
5,54818 9,57760 5,93764 5,29872 20 2013
5,53599 9,64930 6,00000 5,32656 20 2014
5,54756 9,62320 6,07918 5,35241 20 2015
5,68296 6,47640 5,64345 5,35920 21 2006
5,70062 6,26860 5,66276 5,61702 21 2007
5,66408 6,72890 5,70757 5,56379 21 2008
5,69318 6,71550 5,80277 5,59686 21 2009
5,65066 6,66250 5,82282 5,54308 21 2010
5,62231 8,93990 5,86034 5,52654 21 2011
5,62585 8,75870 5,89209 5,51004 21 2012
5,67402 8,65030 5,95424 5,54898 21 2013
5,64085 89,88180 6,00000 5,50798 21 2014
5,63451 8,59270 6,07918 5,49649 21 2015
5,74672 6,04020 5,67669 5,47599 22 2006
5,83492 5,81550 5,74036 5,74595 22 2007
5,83509 8,84490 5,79934 5,73400 22 2008
5,83300 8,64590 5,86923 5,74064 22 2009
5,79912 8,54270 5,91645 5,71869 22 2010
5,78702 5,34300 5,93952 5,72149 22 2011
5,81716 5,40470 5,96848 5,69979 22 2012
5,84216 5,47380 6,00000 5,72194 22 2013
5,79821 5,84220 6,04139 5,68017 22 2014
5,80636 6,87280 6,11394 5,64405 22 2015
5,79965 21,50810 5,72016 5,42331 23 2006
5,75986 21,31240 5,78283 5,68815 23 2007
5,77140 26,72360 5,81954 5,68649 23 2008
5,77940 26,35290 5,90200 5,68928 23 2009
5,77755 25,22420 5,93952 5,68007 23 2010
5,75858 29,78470 5,97081 5,68610 23 2011
5,76390 29,10500 5,98677 5,66120 23 2012
5,79054 29,13810 6,04139 5,67441 23 2013
5,75525 28,48260 6,14613 5,62532 23 2014
5,78035 28,31950 6,20412 5,64110 23 2015
5,91562 5,41690 5,74663 5,43123 24 2006
5,81283 5,32600 5,77815 5,68595 24 2007
5,81821 5,13480 5,81291 5,68883 24 2008
69

AngkatanKerja PDRB UMK Y daerah tahun


5,81446 5,17030 5,88081 5,68919 24 2009
5,77629 5,17200 5,94201 5,65554 24 2010
5,76362 7,22860 5,95424 5,64601 24 2011
5,79352 7,12300 5,97772 5,60446 24 2012
5,80901 7,02150 6,04139 5,61935 24 2013
5,78648 7,13690 6,07918 5,60784 24 2014
5,80144 7,24350 6,14613 5,62006 24 2015
5,72289 47,52900 5,81637 5,27960 25 2006
5,76407 47,40350 5,87128 5,54699 25 2007
5,77258 55,20650 5,90507 5,53289 25 2008
5,77316 54,59200 5,98750 5,51389 25 2009
5,76858 53,04000 6,00000 5,51244 25 2010
5,75519 48,00840 6,04139 5,50318 25 2011
5,75667 48,15260 6,11394 5,39392 25 2012
5,79217 48,05610 6,23045 5,44130 25 2013
5,77274 48,20990 6,34242 5,39274 25 2014
5,78655 49,10350 6,43136 5,47849 25 2015
5,69736 4,55380 5,74036 5,33385 26 2006
5,63972 4,46010 5,76790 5,56931 26 2007
5,65197 4,49010 5,79379 5,56928 26 2008
5,67561 4,43430 5,85431 5,60838 26 2009
5,63558 4,45120 5,88930 5,55985 26 2010
5,64823 1,79850 5,92942 5,55941 26 2011
5,67060 1,93380 5,94866 5,58773 26 2012
5,67658 1,98530 5,99291 5,59330 26 2013
5,67524 1,99320 6,04139 5,60239 26 2014
5,68246 2,49270 6,11394 5,60621 26 2015
5,64269 0,96100 5,65321 5,31783 27 2006
5,65748 0,91830 5,67669 5,63086 27 2007
5,66602 1,02990 5,78533 5,63186 27 2008
5,67894 1,02850 5,81291 5,64735 27 2009
5,64750 1,00770 5,83885 5,61287 27 2010
5,67226 3,29890 5,86034 5,57358 27 2011
5,69128 3,25500 5,90309 5,64204 27 2012
5,67183 3,04200 6,04139 5,60256 27 2013
5,70553 3,23890 6,04139 5,65312 27 2014
5,66181 3,49730 6,07918 5,60282 27 2015
5,62128 1,13220 5,69897 5,24928 28 2006
5,63726 1,08630 5,74819 5,57641 28 2007
70

AngkatanKerja PDRB UMK Y daerah tahun


5,65981 3,19020 5,79588 5,59474 28 2008
5,67142 3,12090 5,87506 5,60304 28 2009
5,64153 3,11050 5,95424 5,57384 28 2010
5,65616 5,95630 5,96614 5,50675 28 2011
5,67408 5,93280 5,98900 5,57765 28 2012
5,68149 5,92540 6,04139 5,58808 28 2013
5,67125 6,00170 6,04139 5,55847 28 2014
5,64766 6,09010 6,07918 5,51254 28 2015
5,81907 2,56320 5,69020 5,48615 29 2006
5,79791 2,45180 5,73640 5,74687 29 2007
5,78792 2,60400 5,77085 5,72363 29 2008
5,78552 2,55310 5,83885 5,72679 29 2009
5,77792 2,62080 5,86332 5,72087 29 2010
5,81226 4,94530 5,89487 5,67627 29 2011
5,80425 4,69280 5,91645 5,74107 29 2012
5,79895 4,18690 5,98453 5,72591 29 2013
5,79411 4,23980 6,04139 5,72446 29 2014
5,77316 4,95300 6,11394 5,66786 29 2015
5,15802 72,77340 5,76268 4,63016 30 2006
5,12535 71,84890 5,80956 4,84060 30 2007
5,05724 77,30380 5,85552 4,83492 30 2008
5,09571 77,14980 5,93247 4,95050 30 2009
5,12827 76,44860 5,95713 4,80220 30 2010
5,13603 81,59040 5,97058 4,79598 30 2011
5,15054 81,62520 6,00000 4,75413 30 2012
5,13528 81,50880 6,04139 4,67482 30 2013
5,16264 81,70950 6,07918 4,71233 30 2014
5,15420 81,92590 6,11394 4,71709 30 2015
5,17770 12,94190 5,59106 4,29623 31 2006
4,83102 12,43930 5,74036 4,55200 31 2007
5,14630 12,38490 5,70458 4,51579 31 2008
5,12985 12,32730 5,75778 4,51084 31 2009
4,81736 11,77500 5,82151 4,50196 31 2010
4,82086 9,34020 5,86747 4,50451 31 2011
4,82147 9,27860 5,91116 4,45779 31 2012
4,83638 9,22250 5,96605 4,39277 31 2013
4,84114 9,33830 6,00000 4,40922 31 2014
4,87804 9,48310 6,11394 4,46187 31 2015
5,06308 36,22760 5,81425 5,04126 32 2006
71

AngkatanKerja PDRB UMK Y daerah tahun


5,60373 35,71370 5,87222 5,29439 32 2007
4,82717 36,14580 5,90468 5,26420 32 2008
4,84065 35,10400 5,97560 5,25604 32 2009
5,59384 34,44770 6,00000 5,24767 32 2010
5,64966 28,67940 6,04139 5,30977 32 2011
5,62314 28,63830 6,04139 5,26113 32 2012
5,63855 28,23570 6,11394 5,23722 32 2013
5,62699 27,14090 6,20412 5,27559 32 2014
5,60953 26,49980 6,27875 5,14545 32 2015
5,53669 16,47550 5,72346 4,58237 33 2006
5,01643 16,07660 5,75358 4,78551 33 2007
5,60987 15,96610 5,78104 4,75702 33 2008
5,62113 15,02890 5,83410 4,74690 33 2009
4,89996 14,10080 5,86982 4,62695 33 2010
5,02033 16,67630 5,90875 4,65737 33 2011
5,04950 16,21170 5,94694 4,65574 33 2012
5,02657 16,02680 6,04139 4,63020 33 2013
5,05508 15,74940 6,14613 4,68009 33 2014
5,03876 15,72350 6,20412 4,75595 33 2015
4,97847 17,58800 5,76343 4,70247 34 2006
4,92107 17,88700 5,81291 4,65950 34 2007
5,03206 18,46280 5,85126 4,65398 34 2008
5,04185 18,15550 5,90580 4,62871 34 2009
4,91572 17,62640 5,93702 4,62333 34 2010
4,96422 21,30160 5,96661 4,62045 34 2011
4,98065 21,04770 5,98900 4,62006 34 2012
4,99193 20,84750 6,07918 4,60710 34 2013
4,98734 21,06700 6,14613 4,54706 34 2014
4,98897 21,06430 6,20412 4,50644 34 2015
5,01992 16,23360 5,75205 4,52506 35 2006
4,76468 15,66890 5,81723 4,51508 35 2007
4,93326 15,90470 5,83727 4,50311 35 2008
4,95898 15,38620 5,88081 4,46584 35 2009
4,78859 15,59410 5,90580 4,42320 35 2010
4,80525 11,45370 5,92169 4,42174 35 2011
4,82216 11,13570 5,94201 4,40303 35 2012
4,81887 11,02050 6,00000 4,40193 35 2013
4,81043 11,14800 6,11394 4,35320 35 2014
4,82659 11,25980 6,14613 4,25113 35 2015
72

AngkatanKerja PDRB UMK Y daerah tahun


4,84150 24,35670 5,60746 4,54470 36 2006
4,91246 25,40940 5,67001 4,52148 36 2007
4,78569 18,13780 5,71829 4,51739 36 2008
4,79005 17,25460 5,80956 4,50040 36 2009
4,94270 1,70360 5,83569 4,48842 36 2010
4,95130 16,97390 5,87216 4,48678 36 2011
4,92785 16,61890 5,90982 4,44069 36 2012
4,95474 16,32460 5,97909 4,43561 36 2013
4,93761 16,18050 6,04139 4,40997 36 2014
4,95771 16,06030 6,11394 4,38799 36 2015
4,98660 32,20420 5,81657 5,82481 37 2006
6,14613 31,35340 5,87274 5,79538 37 2007
4,93517 25,29450 5,90607 5,76539 37 2008
4,93841 24,40410 5,97704 5,76324 37 2009
6,11394 23,26620 6,00000 5,75727 37 2010
6,11394 19,30860 6,04139 5,75229 37 2011
6,14613 19,49730 6,11394 5,74144 37 2012
6,17609 19,00390 6,23045 5,71954 37 2013
6,17609 19,42410 6,34242 5,70452 37 2014
6,17609 19,22560 6,43136 5,62077 37 2015
6,04139 7,83590 5,81425 4,82443 38 2006
4,98741 7,66040 5,84805 4,82335 38 2007
6,14613 8,10790 5,86747 4,81702 38 2008
6,14613 7,75140 5,94399 4,80704 38 2009
4,98986 7,40450 5,99520 4,80532 38 2010
5,02755 4,57830 6,04139 4,80473 38 2011
5,01708 4,52130 6,04139 4,80115 38 2012
5,02303 4,49630 6,11394 4,79048 38 2013
5,02848 4,55570 6,20412 4,74786 38 2014
5,02324 4,66010 6,25527 4,60445 38 2015
73

Lampiran 2 Hasil Uji Chow dan Uji Hausman

Hasil Uji Chow

Chow test for fixed effects


F test that all u_i=0: F(37, 339) = 62.30 Prob > F = 0.0000

Hasil Uji Hausman

---- Coefficients ----


| (b) (B) (b-B) sqrt(diag(V_b-V_B))
| fe re Difference S.E.
-------------+----------------------------------------------------------------
UMK | -.1037731 -.1032389 -.0005342 .
PDRB | .0020239 .0007687 .0012552 .
AK | .0324001 .3765576 -.3441575 .
------------------------------------------------------------------------------
b = consistent under Ho and Ha; obtained from xtreg
B = inconsistent under Ha, efficient under Ho; obtained from xtreg

Test: Ho: difference in coefficients not systematic

chi2(3) = (b-B)'[(V_b-V_B)^(-1)](b-B)
= -185.78 chi2<0 ==> model fitted on these
data fails to meet the assymptotic
assumptions of the Hausman test;
see suest for a generalized test
74

Lampiran 3 Hasil Regresi

Fixed-effects (within) regression Number of obs = 380


Group variable: daerah Number of groups = 38

R-sq: within = 0.0134 Obs per group: min = 10


between = 0.9433 avg = 10.0
overall = 0.9263 max = 10

F(3,339) = 7,92
corr(u_i, X) = 0 (assumed) Prob > F = 0.0000

----------------------------------------------------------------------------
| Robust
PTKB | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]
-----------+----------------------------------------------------------------
UMK | -.1032389 .0522955 -1.97 0.048 -.2057362 -.0007416
PDRB | .0007687 .001498 0.86 0.608 -.0021673 .0037047
AK | .3765576 .1495374 0.02 0.012 .0834698 .6696454
_cons | 3.893454 .963906 4.04 0.000 2.004233 5.782675
-----------+----------------------------------------------------------------
sigma_u | .08112108
sigma_e | .07606241
rho | .53214993 (fraction of variance due to u_i)

Anda mungkin juga menyukai