Anda di halaman 1dari 176

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PENYERAPAN ANGGARAN PADA


DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA PALU

AN ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING BUDGET ABSORPTION


AT THE PUBLIC WORKS SERVICES OF PALU

TRI UVANI

TESIS

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ujian


Guna memperoleh gelar Magister Manajemen
Program Studi Magister Manajemen

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENYERAPAN ANGGARAN PADA
DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA PALU

AN ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING BUDGET ABSORPTION


AT THE PUBLIC WORKS SERVICES OF PALU

TRI UVANI
Stambuk : C 202 16 053

TESIS

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ujian


Guna memperoleh gelar Magister Manajemen
Program Studi Magister Manajemen

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PENYERAPAN ANGGARAN PADA
DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA PALU

Tri Uvani, Sulaeman Miru, Vitayanti Fattah

E-mail : Vannykasim90@gmail.com
Jurusan Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tadulako

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Perencanaan,


Pengadaan Barang dan Jasa, Sumber Daya Manusia dan Administrasi terhadap
Penyerapan Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu dan pengaruh
Faktor Perencanaan berpengaruh parsial terhadap Penyerapan Anggaran pada
Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu. Populasi pada penelitian ini adalah pegawai
yang menduduki jabatan dalam pengelolaan dan penyerapan anggaran sebanyak
40 pegawai yang tersebar pada masing-masing unit kerja dalam lingkungan Dinas
Pekerjaan Umum Kota Palu. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif dengan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perencanaan, pengadaan
barang dan jasa, pengembangan sumber daya manusia,dan admistrasi secara
simultan berpengaruh positif terhadap penyerapan anggaran, dengan nilai
Adjusted R-Square 0,582 pada sig. 0,000. Variabel perencanaan berpengaruh
signifikan dan positif terhadap penyerapan anggaran dengan nilai koefisien regresi
0,200 pada sig 0,024; pengadaan barang dan jasa berpengaruh positif terhadap
penyerapan anggaran dengan nilai koefisien regresi 0,309 pada sig 0,003;
pengembangan sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyerapan anggaran dengan nilai koefisien regresi 0,167 pada sig 0,031;
administrasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan anggaran
dengan nilai koefisien regresi 0,151 pada sig 0,037.

Kata Kunci : Perencanaan, Pengadaan Barang dan Jasa, Pengembangan


Sumber Daya Manusia, Administrasi, Penyerapan Anggaran
ABSTRACT

AN ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING BUDGET ABSORPTION


AT THE PUBLIC WORKS SERVICES OF PALU

Tri Uvani, Sulaeman Miru, Vitayanti Fattah

E-mail : Vannykasim90@gmail.com
Master of Management Study Program Economics and Business Faculty
Postgraduate Tadulako University

This research intends to to analyze the effect of the variables of Planning,


Procurement of Goods and Services, Human Resources, and Administration on
Budget Absorption at the Public Works Services of Palu. The population in this
research was employees who held positions in the management and absorption of
the budget as many as 40 employees spread over each work unit within the Public
Works Services of Palu. The research method applied quantitative research with
hypothesis testing using multiple regression analysis. The results show that the
variables of planning, procurement of goods and services, human resource
development, and administration simultaneously have a positive effect on budget
absorption, with an Adjusted R-Square value of 0.582 at sig. 0.000. The planning
variable has a significant and positive effect on budget absorption with a
regression coefficient value of 0.200 at sig 0.024; procurement of goods and
services has a positive and significant effect on budget absorption with a
regression coefficient value of 0.309 at sig 0.003; human resource development
has a positive at sig 0.031; administration has a positive and significant effect on
budget absorption with a regression coefficient value of 0.151 at sig 0.037.

Keywords: Planning, Procurement of Goods and Services, Human Resource


Development, Administration, Budget Absorption
UCAPAN TERIMA KASIH

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan

rahmat dan hidayah-Nya yang selalu mengiringi nafas dan langkah setiap hamba-

hambaNya. Sholawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad

SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang istiqomah hingga

akhir zaman.

Syukur Alhamdulillah atas RidhoNya penulis diberi kesempatan,

kemudahan, karunia berkah dan limpahan rahmat-Nya atas kesehatan dan

kemampuan yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penyerapan

Anggaran Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu ”. Tesis ini merupakan

bagian dari prasyarat dalam menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Magister

Manajemen pada program Pascasarjana Universitas Tadulako Palu. Semoga dapat

bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat, khusunya bagi pihak yang

membutuhkan dan pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.

Penyelesaian penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan

berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang tulus dan ikhlas kepada orang tua tercinta Ayahanda Kasim B.

Latadundu, S.Sos, Ibunda Sam’ida, yang senantiasa mendoakan, membesarkan,

mendidik, dan memberi nasehat dengan penuh ketabahan dan kesabaran, serta

senantiasa memberikan doa, dukungan dan semangat di setiap waktu demi


kesuksesan dan keberhasilan putrinya, dan untuk suamiku tercinta Hasaruddin,

A.Md dan ibunda Siti Aisyah terimakasih atas segala doa, dukungan, dan

semangat serta pengorbanan dan pengertiannya dalam penyelesaian Tesis ini.

Dengan terususunnya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada bapak Dr. Sulaeman Miru, S.E., M.Si dan ibu Dr.

Vitayanti Fattah, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan

ikhlas meluangkan waktunya memberikan petunjuk, bimbingan, masukan, dan

nasehat yang sangat berharga dalam penyusunan tesis ini.

Selanjutnya penulis menyampaikan pula ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mahfudz, MP, Rektor Universitas Tadulako Palu.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Alam Anshary, M.Si, Direktur Program Pascasarjana

Universitas Tadulako.

3. Bapak Dr. M. Ikbal A, SE., M.Si., Ak.,CA, Dekan fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Tadulako.

4. Bapak Dr. Darman, SE., MM, Koordinator Program Studi Magister

Manajemen Universitas Tadulako dan sebagai Tim Penguji, terimakasih atas

segala kritik saran dan dukungan dalam penyelesaian penelitian ini.

5. Bapak Dr. Yunus Kasim, SE., M.Si atas kesediaannya menjadi Tim Penguji

bagi penulis yang banyak memberikan arahan dan masukan mulai dari

Seminar Proposal, Seminar Hasil hingga Ujian Tesis.


6. Bapak dan Ibu staf pengajar pada Program Studi Magister Manajemen

yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan selama

penulis mengikuti kegiatan perkuliahan.

7. Kepada Bapak/Ibu Staf administrasi Program Pascasarjan Universitas

Tadulako Palu, dan khususnya staf prodi Magister Manajemen yang telah

membantu kelancaran pengurusan administrasi.

8. Untuk Kakak tersayang Evana, S.Sos, Herson Bayu Samudra, A.Md, Teddy

Irawan, SE dan Adik Ramadhan, SH., M.AP atas doa dan dukungan baik

moril maupun materiil.

9. Untuk Sahabat-sahabatku “HSF Family” dr. Rahmanur Ponulele, dr. Siti

Marwa, dr. Manal Al’amri, dr. Asriyanti, dr. Uswatun Hasanah, dr. Nirma,

dr. Fenny, dr. Kartika Marola, dr. Fhiya, dr. Sumayyah Amarie, dr. Aslamia

Irpa Terimakasih atas segala doa, dukungan dan semangat untuk penulis

dalam menyelesaikan studi.

10. Untuk rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Manajemen

Universitas Tadulako Palu Kelas C Tahun 2016 yang selalu memberikan

dorongan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

11. Kepada seluruh pihak responden yang telah bersedia membantu penelitian

ini.

12. Seluruh rekan-rekan pegawai pada Dinas Pegawai Dinas Pekerjaan Umum

Kota Palu, Khusunya Bidang Bina Marga.

13. Kepada semua pihak yang telah membantu dan tidak sempat disebutkan

namanya pada kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih.


Tesis ini tentunya tidak luput dari kekurangan baik dalam hal

penyampaian informasi maupun penulisan ilmiah. Untuk itu, penulis dengan

besar hati menerima saran dan kritikan yang konstruktif untuk perbaikan mutu dan

kualitas keilmuan demi pengembangan sumber daya manusia dimasa yang akan

datang.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palu, Agustus 2021


Peneliti

TRI UVANI
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERNYATAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR GRAFIK xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 8
1.3. Tujuan Penelitian 9
1.4. Manfaat Penelitian 10
1.5. Ruang Lingkup Penelitian 11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Pustaka 12
2.2. Penelitian Terdahulu 48
2.3. Kerngka Pemikiran 52
2.4. Hipotesis 53
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian 55
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 55
3.3. Populasi dan Sampel 56
3.4 Jenis dan Sumber Data 57
3.5. Metode Pengumpulan Data 58
3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 59
3.7. Instrumen Penelitian 64
3.8. Teknik Analisis Data 72
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu 79
4.2 Hasil Penelitian 82
4.3 Hasil Uji Regresi Berganda 105
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 111
4.4.1 Pengaruh Perencanaan, Pengadaan Barang dan Jasa,
Sumber Daya Manusia, Administrasi terhadap Penyerapan
Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu 111
4.4.2 Pengaruh Perencanaan terhadap Penyerapan
Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu 112
4.4.3 Pengaruh Pengadaan Barang dan Jasa terhadap Penyerapan
Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu 113
4.4.4 Pengaruh Sumber Daya Manusia terhadap Penyerapan
Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu 114
4.4.4 Pengaruh Administrasi terhadap Penyerapan
Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu 115
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan 117
5.2 Saran 118

DAFTAR PUSTAKA 119


LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Realisasi Penyerapan Anggaran Pada Dinas Pekerjaan 6


Umum Kota Palu (2017-2020)
2.1 Penelitian Terdahulu 48
3.1 Matriks Populasi 57
3.2 Matriks Operasional Variabel Penelitian 62
3.3 Uji Validitas Variabel Perencanaan (X1) 66
3.4 Uji Validitas Pengadaan Barang dan Jasa(X2) 67
3.5 Uji validitas Sumber Daya Manusia (X3) 68
3.6 Uji validitas Administrasi (X4) 69
3.7 Uji validitas Penyerapan Anggaran (Y) 70
3.8 Hasil Uji Reliabilitas 71
3.9 Alternatif jawaban dan Nilai Skor 73
4.1 Distribusi Kuisioner 83
4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Perencanaan (X1) 89
4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Pengadaan Barang dan 92
Jasa(X2)
4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Sumber Daya Manusia (X3) 95
4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Administrasi (X4) 97
4.6 Distribusi Frekuensi Variabel Penyerapan Anggaran (Y) 99
4.7 Indikator Yang Dominan per Variabel 101
4.8 Hasil Uji Multikolineritas 104
4.9 Hasil Perhitungan Regresi Berganda 106
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir 53


4.1 Struktur Organisasi Dinas PU Kota Palu 81
4.2 Uji Normalitas 103
4.3 Regresi Standardized Prected Value 105
DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Data Kuisioner berdasarkan Unit Kerja 84


4.2 Data Kuisioner berdasarkan Jenis Kelamin 85

4.3 Data Kuisioner berdasarkan Golongan 85

4.4 Data Kuisioner berdasarkan Masa Kerja 86

4.5 Data Kuisioner berdasarkan Kelompok Umur 87

4.6 Data Kuisioner berdasarkan Jenjang Pendidikan 87


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner
2. Data Responden
3. Uji Validitas
4. Distribusi Frekwensi
5. Uji Asumsi Klasik
6. Hasil Regresi
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

menjelaskan bahwa Pemerintahan Daerah berwenang mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dengan prinsip otonomi

yang seluas-luasnya. Asas tersebut menjelaskan tentang penyerahan wewenang

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat

kepada Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah tersebut juga menjelaskan bahwa untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dengan prinsip

otonomi yang seluas-luasnya, pemerintah daerah diberikan sumber keuangan

daerah. Untuk Penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pusat di

danai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN), sedangkan

Penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dibiayai dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Anggaran merupakan alat perencanaan untuk mengetahui target yang harus

dicapai; dan alat pengendalian untuk mengetahui alokasi sumber dana yang

dialokasikan. Penyerapan anggaran yang optimal selalu ditekankan beberapa

tahun belakangan ini. Isu tersebut merupakan dampak dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

yang kurang terserap di awal tahun, tapi diupayakan untuk habis di akhir tahun

Anggaran agar tidak dinilai penyerapan anggarannya tidak rendah. Bank Dunia
2

menyebutkan negara-negara berkembang seperti indonesia punya permasalahan

dalam penyerapan anggaran yang disebut slow back-loaded. Biasanya penyerapan

rendah pada awal sampai tengah tahun dan melonjak memasuki akhir tahun

anggaran.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) akan memiliki peran

nyata dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik sertas stimulus untuk

ekonomi daerah jika direalisasikan dengan baik ( Miliasih, 2012).

Faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan penyerapan anggaran yaitu

perencanaan anggaran, pengadaan barang/jasa, dan sumber daya manusia. Faktor

yang paling dominan adalah faktor perencanaan anggaran. (Adi Setyawan ,2016)

Penelitian lain juga menyebutkan terdapat 4 faktor yang memiliki pengaruh

terhadap penyerapan anggaran diantaranya adalah faktor perencanaan anggaran,

faktor pelaksanaan anggaran, faktor pengadaan barang dan jasa, dan faktor

internal satker. (Alimuddin, 2018). Selain itu, 4 faktor yang terdiri dari faktor

pengadaan barang dan jasa, Faktor Administrasi, Faktor Sumber Daya Manusia

(SDM), dan Faktor Uang Persediaan (UP) sangat berpengaruh terhadap peyerapan

anggaran (Siti Raoda, 2018).

Dari beberapa penelitian terdahulu terdapat beberapa faktor yang dominan yang

mempengaruhi penyerapan anggaran sehingga dari hasil analisis maka peneliti

mengambil 4 Faktor yang terdiri dari Faktor Perencanaan, Faktor Pengadaan

Barang dan Jasa, Faktor Sumber Daya Manusia dan Faktor Administrasi yang

akan di teliti pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.


3

Visi dan Misi serta program Kepala Daerah menjadi bahan utama

penyusunan agenda kerja selama 5 (lima) tahun yang dituangkan dalam dokumen

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD yang disusun dengan

berpedoman pada Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJP-D) dan memperhatikan

Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJM-Nas).

Rencana strategis (Renstra) SKPD Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu

merupakan suatu dokumen perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin

dicapai selama kurun waktu 1-5 tahun sehubungan tugas dan fungsi dinas

pekerjaan umum dalam pembangunan infrastruktur di kota Palu. Renstra akan di

jabarkan kembali ke dokumen Rencana kerja (Renja) yang memuat program dan

kegiatan selama 1 tahun anggaran. Setelah itu di tuangkan dalam RKA yang di

sesuaikan berdasarkan pagu setelah RKA di setujui maka di tuangkan dalam DPA

Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu. Faktor perencanaan merupakan faktor yang

sangat penting sebagai tolak ukur keberhasilan Pemerintah kota Palu dalam

melaksanakan pembangunan infrastruktur daerah. Salah satu prinsip

penganggaran adalah berbasis kinerja, yaitu penyusunan anggaran yang

didasarkan pada target kinerja yang ditetapkan terlebih dahulu. Idealnya

kegiatan yang direncanakan merupakan kegiatan yang benar-benar dibutuhkan

baik jenis maupun jumlahnya dalam rangka memenuhi tugas pokok dan fungsi

organisasi. Proses perencanaan yang baik diharapkan dapat meminimalisir deviasi

antara kebutuhan dengan jenis dan jumlah kegiatan yang dicamtumkan dalam

DPA.
4

Sering terjadi pada saat penyusunan anggaran, yang seharusnya didasarkan

pada survei pasar serta mempertimbangkan kemungkinan kenaikan harga pada

tahun pelaksanaan. Apabila hal ini tidak dipenuhi bisa mengakibatkan pagu

anggaran yang diperoleh terlalu rendah untuk bisa dilaksanakan oleh penyedia

barang/jasa yang bisa menggagalkan pelaksanaan kegiatan (anggaran tidak

terealisasi). Dalam situasi ekonomi tidak pasti, anggaran yang disusun saat ini

belum tentu memenuhi harga yang wajar pada saat pelaksanaan nanti.

demikian juga kondisi relevan yang menjadi acuan pada saat penyusunan

anggaran belum tentu sama dengan pada saat pelaksanaan. Dan seringkali terjadi

pengusulan penyusunan anggaran mendahului terjadi perubahan diawal tahun

dikarenakan adanya kebijakan pemerintah pusat dan daerah.

Keterlambatan penginputan Rencana Umum Pengadaan (RUP) oleh

Pengguna Anggaran juga berakibat pada keterlambatan pembuatan paket

pekerjaan oleh PPK sehingga penyusunan jadwal pelaksanaan lelang oleh pokja

pengadaan lambat dan sering terjadi kegagalan lelang akibat tidak adanya

penyedia yang memenuhi persyaratan serta penolakan penetapan pemenang oleh

PPK yang mengakibatkan kaji ulang peserta lelang untuk mendapatkan pemenang

lainnya.

Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab tentunya membutuhkan

sumber daya manusia yang berkualitas berdasarkan tingkat pengalaman kerja

yang dimilikinya. Pegawai yang berpengalaman yang dimaksud adalah pegawai

yang telah memiliki masa kerja, kesenioran, pengembangan jabatan kerja dan

kepemimpinan dalam menangani unit kerja masing-masing. Kenyataan terlihat


5

bahwa kualitas pekerjaan pegawai yang lama lebih berkualitas dibanding pegawai

yang baru, selain itu pegawai yang senior mampu menguasai beberapa bidang

kerja sedangkan yang baru ditandai dengan masih terbatasnya pengetahuan

tentang unit kerja yang dikuasainya. Selain itu untuk meningkatkan kompetensi

pegawai Dinas Pekerjaan Umum memfasilitasi untuk mengikuti pelatihan/

sertifikasi, sehingga di harapkan mampu meningkatkan kinerja dan keahlian

masing-masing.

Administrasi dapat dikatakan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mencapai tujuan penyerapan anggaran yang baik. Pada Dinas

pekerjaan umum masing-masing kegiatan melaporkan realisasi anggaran dalam

bentuk laporan fisik setiap bulannya, terkadang pelaporan mengalami

keterlambatan yang dapat mempengaruhi kinerja Tim Evaluasi dan Pengawasan

Realisasi Anggaran (TEPRA) yang mengumpulkan data realisasi anggaran.

Laporan Realisasi bulanan ini akan di kumpulkan dan di tuangkan dalam

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yaitu laporan yang

membandingkan perencanaan dengan hasil untuk mengevaluasi kinerja instansi

selama 1 tahun anggaran. Administrasi juga dapat dikatakan sebagai

penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dari tahap

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pada Dinas Pekerjaan Umum

Kota Palu diharapkan bisa menyiapkan sarana yang lebih baik sehingga

memudahkan aksesibilitas untuk mendapatkan informasi untuk evaluasi dan

monitoring kegiatan.
6

Jika dilihat dari data Realisasi Anggaran Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu

tahun 2017- 2020 (sumber Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu) .

Tabel 1.1
Realisasi Penyerapan Anggaran Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu (2017-2020)

TW. I TW. II TW. III TW. IV


N
Tahun
o Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)

1. 2017 9 1,6 59 3,15 98 32,73 100 96,52

2. 2018 11,66 1,93 13,02 2,78 78,47 18,07 100 96,82

3. 2019 2,5 9,35 50,15 15,54 82,29 33,27 100 71,38

4. 2020 20,79 15,39 78,37 41,73 97,85 51,94 100 88,88

Dari Tabel di atas dapat dilihat penyerapan anggaran tidak sesuai dengan

yang diharapkan khususnya pada TW. III. Selain rendahnya penyerapan anggaran

sebagaimana yang terlihat dalam tabel diatas, presentase penyerapan anggaran

dalam empat tahun terakhir membentuk suatu pola yaitu penyerapan anggaran

yang lambat dan menumpuk dibelakang atau akhir tahun anggaran

menyebabkan belanja pemerintah sebagai stimulus penggerak roda perekonomian

menjadi tertunda. Permasalahan ini tentunya banyak menarik minat peneliti untuk

menganalisis penyerapan anggaran di Dinas Pekerjaan umum Kota Palu.

Berdasarkan Fenomena-fenomena yang terjadi maka penelitian ini

mengelaborasi hasil penelitian terdahulu dan menganalisis kembali faktor-faktor

terkait penyerapan anggaran dengan menggunakan variabel perencanaan, proses

pengadaan barang dan jasa, kompetensi SDM, serta administrasi terhadap


7

penyerapan anggaran di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu Pada tahun

2017 sampai dengan tahun 2020. Teknik analisis yang digunakan adalah

analisis regresi berganda untuk menguji hipotesis yang diajukan. Oleh karena itu

peneliti mengangkat judul “Analisis fakto-faktor yang mempengaruhi

Keberhasilan Penyerapan Anggaran Pada dinas Pekerjaan Umum Kota Palu

“.
8

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disusun maka dapat dirumuskan masalah

yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah Faktor yang terdiri dari Perencanaan, Pengadaan barang dan jasa,

Sumber daya manusia dan Administrasi secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap Penyerapan Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota

Palu?

2. Apakah Faktor Perencanaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

Penyerapan Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu?

3. Apakah Faktor Pengadaan barang dan jasa secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap Penyerapan Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota

Palu?

4. Apakah Faktor Sumber daya manusia secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap Penyerapan Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu?

5. Apakah Faktor Administrasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

Penyerapan Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu?


9

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah faktor yang terdiri dari

Perencanaan, Pengadaan Barang dan Jasa, Sumber Daya Manusia dan

Administrasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan

Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah faktor Perencanaan secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Anggaran pada Dinas

Pekerjaan Umum Kota Palu.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah faktor Pengadaan Barang dan

Jasa secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Anggaran

pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah faktor Sumber Daya Manusia

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Anggaran pada

Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah faktor Administrasi secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Anggaran pada Dinas

Pekerjaan Umum Kota Palu.


10

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dalam hal

pengembangan wawasan tentang penyerapan anggaran dan permasalahannya di

pemerintah daerah; studi literatur penyerapan anggaran belanja daerah bagi

peneliti-peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini; serta sumbangan

pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif

kepada Pemerintah Kota Palu khususnya Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu

terkait kebijakan penyerapan anggaran belanja khususnya keberhasilan

penyerapan anggaran; dan sebagai kajian literatur bagi peneliti selanjutnya.


11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan yang

akan diteliti, maka perlu adanya batasan masalah dalam melakukan penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah faktor perencanaan,

pengadaan barang dan jasa, sumber daya manusia mempengaruhi keberhasilan

penyerapan anggaran pada di Kantor Dinas pekerjaan Umum Kota Palu melalui

pengisian kuisioner pada beberapa bagian yang terkait dengan pengelolaan

anggaran.

Peneliti memfokuskan analisis faktor yang mempengaruhi penyerapan

anggaran dengan menggunakan faktor perencanaan, faktor pengadaan

barang/Jasa, faktor sumber daya manusia dan faktor administrasi. Faktor-faktor

ini di ambil berdasarkan pada hasil penelitian terdahulu. Penelitian ini

memfokuskan penyerapan anggaran selama 4 (empat) tahun terakhir yakni

tahun 2017-2020 di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.


12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Teori Stakeholder

Pengertian stakeholder menurut Freeman dan Reed (Ulum, 2009) adalah

“sekelompok orang atau individu yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi dan

dapat dipengaruhi oleh suatu tujuan pencapaian tertentu”. Para pemegang saham,

para supplier, bank, para customer, pemerintah dan komunitas memegang peranan

penting dalam organisasi (berperan sebagai stakeholder).

Pemerintahan merupakan bagian dari beberapa elemen yang membentuk

masyarakat dalam sistem sosial yang berlaku. Keadaan tersebut kemudian

menciptakan sebuah hubungan timbal balik antara pemerintah dan para

stakeholder yang berarti pemerintah harus melaksanakan peranannya secara dua

arah untuk memenuhi kebutuhan pemerintahan sendiri maupun stakeholder

lainnya dalam sebuah sistem sosial. Oleh karena itu, segala sesuatu yang

dihasilkan dan dilakukan oleh masing-masing bagian dari stakeholder akan saling

mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan tujuan peningkatan

kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan pemerintah sebagai stakeholder yang

memiliki peran penting dalam proses memajukan suatu daerah, pemerintah

diharapkan mampu untuk melakukan upaya pembangunan secara maksimal.

Kemajuan suatu daerah dilihat dari bagaimana pemerintah sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi suatu daerah harus mampu mengelola anggaran

yang ada untuk kepentingan rakyat didaerahnya. Kepentingan rakyat yang


13

dimaksudkan disini adalah bagaimana anggaran yang telah disahkan tersebut

memang merupakan representasi dari apa yang diinginkan oleh rakyat sehingga

hasilnya akan kembali kepada rakyat itu juga nantinya. Pelayanan, Strategi, dan

Operasi dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang terjadi di daerah

tersebut menjadi tanggung jawab bersama antar Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) sebagai stakeholder pemerintah daerah. Hal tersebut dapat tercermin

dalam proses penggunaan anggaran yang efektif dan efisien sehingga tidak

menyebabkan penyerapan realisasi yang rendah.

2.1.2. Anggaran (Budget) dan Penganggaran (Budgeting)

Anggaran merupakan salah satu alat vital suatu organisasi dalam mencapai

tujuannya. Dalam pasal 14 ayat (6) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 telah

disusun peraturan perundang-undangan yang mengatur penyusunan rencana kerja

dan anggaran kementrian Negara/lembaga.

Penganggaran (Budgeting) menunjukan suatu proses sejak tahap persiapan

yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai

data dan informasi yang diperlukan, pembagian tugas perencanaan, penyusunan

rencananya sendiri, implementasi dari rencana tersebut sampai pada akhirnya

tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil rencana tersebut. Hasil dari kegiatan

penganggaran (Budgeting) adalah anggaran (budget).

Banyak sekali pengertian mengenai anggaran yang dikemukakan oleh para

ahli yang pada dasarnya mempunyai kesamaan, yaitu merupakan suatu rencana

yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang dan unit mengenai kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh suatu perusahaan maupun institusi pemerintahan untuk periode


14

waktu tertentu di masa yang akan datang, umumnya periode yang digunakan

dalam penyusunan anggaran adalah satu tahun.

“Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang

hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran

finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk

mempersiapkan suatu anggaran” (Mardiasmo, 2009).

“Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodic

anggaran yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Anggaran

merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan

secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam

satuan uang, tetapi dapat juga dinyatakan dalam satuan barang/jasa. Anggaran

merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan. Jadi, anggaran bukan tujuan

dan tidak dapat menggantikan manajemen” (M. Nafarin, 2007).

“Anggaran adalah rencana operasi keuangan daerah, yang mencakup

estimasi yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk

membiayai dalam periode tertentu”. (Government Accounting Standard Board

(GASB)).

“Anggaran merupakan rencana yang disusun secara sistematis, yang

meliputi seluruh kegiatan yang dinyatakan dalam kesatuan (moneter) dan berlaku

untuk jangka waktu di masa akan datang”. (M.Munandar,2007:1)

Dari pendapat para ahli ekonomi di atas jelas bahwa anggaran merupakan

alat bantu bagi manajemen dalam melaksanakan fungsinya dan merupakan

pedoman dalam usaha bagi pencapaian tujuan di masa akan datang, sebagai
15

rencana dan sasaran tertentu, anggaran membandingkan hasil yang dicapai dengan

rencana yang merupakan dasar pengendalian dan pengkoordinasian kegiatan dari

seluruh bagian-bagian yang ada dalam suatu pemerintahan. Dengan adanya suatu

rencana maka seluruh kegiatan yang ada saling menunjang dan secara bersama

menuju sasaran yang telah ditetapkan. Terdapat hubungan yang erat antara

anggaran, perencanaan dan pengendalian, dimana perencanaan digunakan untuk

melihat kedepan terkait dengan tindakan apa yang seharusnya diambil untuk

mencapai tujuan tertentu, sedangkan pengendalian lebih melihat kebelakang,

menentukan apa yang sebenarnya telah terjadi dan membandingkannya dengan

perencanaan.

Dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah suatu rencana yang terinci dan

sistematis yang meliputi seluruh kegiatan dalam instansi pemerintahan yang

dinyatakan dalam satuan moneter dan rencana masa depan untuk jangka waktu

tertentu dan disusun secara formal, artinya bahwa anggaran tersebut disusun

dengan sengaja dan bersungguh-sungguh dalam bentuk tertulis.

2.1.3. Anggaran Sektor Publik

2.1.3.1. Pengertian Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik merupakan acuan dari penyusunan anggaran

pemerintah yang merupakan alat utama untuk melaksanakan semua kewajiban,

janji, dan kebijakannya dalam rencana-rencana nyata dan terintegrasi dalam hal

tindakan yang harus diambil, hasil yang akan dicapai, belanja yang dibutuhkan

dan sumber-sumber belanja tersebut.

Pengertian anggaran sektor publik terus menerus mengalami


16

perkembangan. Hingga kini terdapat bermacam-macam definisi yang digunakan

untuk menerangkan istilah anggaran sektor publik, namun pada dasarnya memiliki

pengertian yang hampir sama.

Anggaran sektor publik berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan

dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam suatu moneter.

Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran sektor publik merupakan suatu

dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang

meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas. Anggaran berisi

estimasi mengenai apa yang akan dilakukan organisasi di masa yang akan datang.

Setiap anggaran memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan

dalam beberapa periode yang akan datang. (Mardiasmo,2005)

Anggaran sektor publik dapat didefinisikan sebagai berikut: “Anggaran

Sektor Publik adalah rencana terinci tentang pemerolehan dan sumber daya

keuangan dan sumber daya lainnya selama suatu periode waktu tertentu, anggaran

sektor publik menunjukkan rencana masa depan yang dinyatakan dalam

kuantitatif yang formal. (Armin Widjaya,2009)

Selain referensi diatas masih banyak referensi lain yang dapat digunakan

sebagai sumber bahasan mengenai definisi anggaran sektor publik. Sekalipun

definisi-definisi tersebut berbeda dalam penyajian, semuanya memberikan

penekanan yang sama atas unsur-unsur utama dalam anggaran yaitu merupakan

suatu rencana yang tertuang dalam bentuk kuantitatif dan mencakup periode

waktu tertentu.
17

2.1.3.2. Konsep Anggaran Sektor Publik

Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi,

aspek perencanaan, aspek pengendalian, dan aspek akuntabilitas publik. Oleh

karena itu penganggaran sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan,

pelaksanaan dan pelaporan.

Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam

bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam

bentuk yang paling sederhana, anggaran publik merupakan suatu dokumen yang

menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi

mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas. Anggaran berisi mengenai estimasi

apa yang akan dilakukan organisasi di masa yang akan datang.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa anggaran sektor publik merupakan

suatu rencana finansial yang menyatakan beberapa biaya atas rencana-rencana

yang dibuat (pengeluaran/belanja) dan berapa banyak dan bagaimana cara

memperoleh uang untuk mendanai rencana tersebut (pendapatan).(Mardiasmo,

2005)

Anggaran sektor publik harus harus bisa memenuhi kriteria yaitu

merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat, dan

menentukan penerimaan dan pengeluaran departemen-departemen pemerintah,

pemerintah provinsi atau daerah.

Anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan, yaitu :

1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan

sosial, ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup


18

masyarakat.

2. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat

yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada

terbatas.

3. Anggaran diperlukan untuk menyatakan bahwa pemerintah telah bertanggung

jawab terhadap rakyat. (Mardiasmo, 2005)

2.1.3.3. Fungsi Anggaran Sektor Publik

Anggaran hanya suatu alat. Sebaik apapun alat (dalam hal ini sebaik

apapun anggaran) tidak akan berfungsi dengan baik bila manusia yang

menggunakan alat (anggaran) tersebut tidak dapat menggunakannya dengan baik.

Fungsi anggaran sektor publik dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Anggaran sebagai Alat Perencana (Planning Tool)

Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan

organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang

akan dilakukan oleh pemerintah, beberapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa

hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat

perencanaan digunakan untuk :

a. Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi

yang diterapkan.

b. Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan

organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya.

c. Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun.

d. Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.


19

2. Anggaran sebagai Alat Pengendali (Control Tool)

Sebagai alat pengendali, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan

dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat

mengendalikan pemborosan-pemborosan pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan

jika dikatakan bahwa presiden, menteri, gubernur, bupati, dan manajer publik

lainnya dapat dikendalikan melalui anggaran. Anggaran sektor publik dapat

digunakan untuk mengendalikan (membatasi kekuasaan) eksekutif. Pengendalian

anggaran publik dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu :

a. Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan

b. Menghitung selisih anggaran

c. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tidak dapat

dikendalikan (incontrollable)

d. Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya

3. Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk

menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran

publik tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat

dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan

untuk mendorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi

masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.


20

4. Anggaran sebagai Alat Politik (Political Tool)

Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan

keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan

dokumen politik sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif

atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Anggaran bukan sekedar

masalah teknis akan tetapi lebih merupakan alat politik (political tool). Oleh

karena itu, pembuatan anggaran publik membutuhkan political skill, coalition

building, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang prinsip manajemen

keuangan publik oleh para manajer publik.

Manajer publik harus sadar sepenuhnya bahwa kegagalan dalam melaksanakan

anggaran yang telah disetujui dapat menjatuhkan kepemimpinannya, atau paling

tidak menurunkan kredibilitas pemerintahan.

5. Anggaran sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and

Communication Tool)

Setiap unit kerja pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan anggaran.

Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan.

Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya

inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi.

Di samping itu, anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit

kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh

bagian organisasi untuk dilaksanakan.

6. Anggaran sebagai Alat Penilai Kinerja (Performance Measurement Tool)

Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada


21

pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan

pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer

publik dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan

anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk

pengendalian dan penilaian kinerja.

7. Anggaran sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya

agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai,

anggaran hendaknya bersifat challenging but attainable atau demanding but

achieveable. Maksudnya adalah target anggaran hendaknya jarang terlalu tinggi

sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu

mudah untuk dicapai.

8. Anggaran sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Sphere)

Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan DPR/DPRD,

Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan

harus terlibat dalam proses penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang

terorganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah untuk

kepentingan mereka. Kelompok lain dari masyarakat yang kurang terorganisasi

akan mempercayakan aspirasinya melalui proses politik yang ada. (Mardiasmo,

2005)

1. Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik

Mengelompokkan anggaran sangatlah penting dalam menyusun anggaran.


22

Dengan mengelompokkan anggaran maka akan lebih mudah dalam menyusun

jenis anggaran yang diinginkan sesuai dengan keperluan.

Jenis-jenis anggaran sektor publik adalah sebagai berikut :

1. Dilihat dari segi penyusunan, anggaran terdiri atas :

a. Anggaran Variabel (Variabel Budget)

Anggaran variabel adalah anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisaran)

kapasitas (aktivitas) tertentu pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang

dapat disesuaikan pada tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda.

b. Anggaran Tetap (Fixed Budget)

Anggaran tetap adalah anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat

kapasitas tertentu, anggaran tetap disebut juga dengan anggaran statis.

2. Dilihat dari segi cara penyusunan, anggaran terdiri atas :

a. Anggaran Periodik (Periodic Budget)

Anggaran periodik adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu.

Pada umumnya periodenya satu tahun yang disusun setiap akhir periode

anggaran.

b. Anggaran Kontinyu (Continuous Budget)

Anggaran kontinyu adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan

perbaikan atas anggaran yang pernah dibuat. Misalnya tiap bulan diadakan

perbaikan sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami

perubahan.

3. Dilihat dari segi jangka waktu, anggaran terdiri atas :

a. Anggaran Jangka Pendek (Short-range Budget)


23

Anggaran jangka pendek adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu

paling lama sampai satu tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja

merupakan anggaran jangka pendek.

b. Anggaran Jangka Panjang (Long-range Budget)

Anggaran jangka panjang adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu

lebih dari satu tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal

merupakan anggaran jangka panjang yang disebut dengan anggaran modal

(capital budget).

4. Dilihat dari segi bidangnya, anggaran terdiri atas :

a. Anggaran Operasional (Operational Budget)

Anggaran operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran laba rugi

yang terdiri dari :

1) Anggaran penjualan

2) Anggaran biaya pabrik

a) Anggaran biaya bahan baku

b) Anggaran biaya overhead pabrik

3) Anggaran beban usaha

4) Anggaran laporan laba rugi

b. Anggaran Keuangan (Financial Budget)

Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca yang

terdiri dari :

1) Anggaran kas

2) Anggaran piutang
24

3) Anggaran sediaan

4) Anggaran utang

5) Anggaran neraca.

5. Dilihat dari segi kemampuan menyusun, anggaran terdiri atas :

a. Anggaran Komprehensif (Comprehensive Budget)

Anggaran komprehensif adalah rangkaian dari berbagai jenis anggaran yang

disusun secara lengkap. Anggaran komprehensif merupakan perpaduan dari

anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun secara periodik.

b. Anggaran Parsial (Partially Budget)

Anggaran parsial adalah anggaran yang disusun secara tidak lengkap atau

anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja.

6. Dilihat dari segi fungsi, anggaran terdiri atas :

a. Anggaran Tertentu (Appropriation Budget)

Anggaran tertentu adalah yang diperuntukkan bagi tujuan tertentu dan tidak

boleh digunakan untuk manfaat lain.

b. Anggaran Kinerja (Performance Budget)

Anggaran kinerja adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan

yang dilakukan dalam organisasi (perusahaan), misalnya untuk menilai apakah

biaya (beban) yang dilakukan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui

batas.

Jenis-jenis anggaran sektor publik, yaitu :

1. Anggaran Operasional (Operational Budget)

Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari


25

dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintahan yang dapat

dikategorikan dalam anggaran operasional adalah belanja rutin. Belanja rutin

adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan

tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah. Disebut "rutin"

karena sifat pengeluaran tersebut berulang-ulang ada setiap tahun. Secara

umum, pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain

belanja Administrasi Umum dan Belanja Operasi dan pemeliharaan.

2. Anggaran Modal/Investasi (Capital/Investment Budget)

Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas

aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan sebagainya.

Pengeluaran modal yang besar biasanya dilakukan dengan menggunakan

pinjaman. Belanja Investasi/Modal adalah pengeluaran yang manfaatnya

cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah anggaran rutin

untuk biaya operasional dan pemeliharaannya. (M. Nafarin, 2007)

2.1.3.4. Tujuan dan Manfaat Anggaran Sektor Publik

Anggaran diperlukan karena ada tujuan dan manfaatnya. Anggaran merupakan

alat manajemen yang sangat bermanfaat bagi manajemen dalam melaksanakan

dan mengendalikan organisasi agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan

efisien. Tujuan dan manfaat anggaran, yaitu :

1. Tujuan Penyusunan Anggaran Sektor Publik

Tujuan penyusunan anggaran sektor publik yaitu:

a. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi

antar bagian dalam lingkungan pemerintah.


26

b. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang

dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.

c. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

d. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada

DPR atau MPR dan masyarakat. (Mardiasmo,2005)

2. Manfaat Penyusunan Anggaran Sektor Publik

Manfaat anggaran Sektor Publik, yaitu :

a. Semua kegiatan dapat mengarah pada pencapaian tujuan bersama

b. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan karyawan

c. Dapat memotivasi karyawan

d. Menimbulkan tanggungjawab tertentu pada karyawan

e. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu

f. Sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat dimanfaatkan

seefisien mungkin

g. Alat pendidikan bagi para manajer. (M. Nafarin,2007)

2.1.3.5. Isi Anggaran Sektor Publik

Suatu anggaran kas pemerintah yang baik haruslah mencakup seluruh

kegiatan instansi pemerintahan, sehingga fungsi-fungsi anggaran (pedoman kerja,

alat pengkoordinasian kerja, dan alat pengawasan kerja) benar-benar dapat

berjalan dengan baik yaitu anggaran yang menyeluruh semacam itu.


27

2.1.3.6. Kelebihan dan Kelemahan Anggaran Sektor Publik

A. Kelebihan Anggaran Sektor Publik

Anggaran dihasilkan dari suatu proses penyusunan rencana-rencana yang telah

ditetapkan. Dari penggunaan anggaran memberikan beberapa kelebihan anggaran.

kelebihan anggaran sektor publik, yaitu :

1. Hasil yang diharapkan dari suatu rencana tertentu diproyeksikan sebelum

rencana tersebut dilaksanakan. Bagi manajemen hasil proyeksi ini menciptakan

peluang untuk memilih rencana yang paling menguntungkan untuk

dilaksanakan.

2. Dalam menyusun anggaran, diperlukan analisis yang sangat teliti terhadap

setiap tindakan yang akan dilakukan. Analisis ini sangat bermanfaat bagi

manajemen sekalipun ada pilihan untuk melanjutkan keputusan tersebut.

3. Anggaran merupakan penelitian untuk kerja sehingga dapat dijadikan

patokan untuk menilai baik buruknya suatu hasil yang diperoleh.

4. Anggaran memerlukan adanya dukungan organisasi yang baik sehingga

setiap manajer mengetahui kekuasaan, kewenangan, dan kewajibannya.

Anggaran sekaligus berfungsi sebagai alat pengendalian pola kerja karyawan

dalam melakukan suatu kegiatan.

5. Mengingat setiap manajer dan penyelia dilibatkan dalam penyusunan

anggaran, maka memungkinkan terciptanya perasaan ikut berperan serta.

(Tendi Haruman dan Sri Rahayu,2007)


28

B. Kelemahan Anggaran Sektor Publik

Kelemahan anggaran sektor publik yaitu :

1. Karena anggaran disusun berdasarkan estimasi, maka terlaksananya dengan

baik.

2. Anggaran hanya merupakan rencana, dan rencana tersebut baru berhasil

apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.

3. Anggaran hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk membantu

manajer dalam melaksanakan tugas-tugasnya, bukan menggantikannya.

4. Kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama dengan yang

diramalkan sebelumnya, sebab itu anggaran perlu memiliki sifat yang luwes.

(Tendi Haruman dan Sri Rahayu, 2007)

2.1.3.7. Karakteristik Anggaran Sektor Publik

Karakteristik anggaran sektor publik yaitu :

1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.

2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun.

3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajeman untuk mencapai

sasaran yang ditetapkan.

4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi

dari penyusunan anggaran.

5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.(Indra

Bastian,2005)
29

2.1.3.8. Prinsip-prinsip Anggaran Sektor Publik

Prinsip-prinsip di dalam anggaran sektor publik meliputi :

1. Otorisasi oleh legislatif; Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari

legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran

tersebut.

2. Komprehensif; Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan

pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non budgetair pada

dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.

3. Keutuhan anggaran; Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus

terhimpun dalam dana umum.

4. Nondiscretionary Appropriation; Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif

harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien dan efektif.

5. Periodik; Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat

tahunan maupun multi tahunan.

6. Akurat; Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang

tersembunyi, yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan in

efisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya understimate pendapatan

dan over estimate pengeluaran.

7. Jelas; Anggaran hendaknya sederhana, dapat difahami masyarakat dan tidak

membingungkan.

8. Diketahui publik; Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

(Mardiasmo, 2005)
30

2.1.3.9. Tahap-tahap Penyusunan Anggaran Sektor Publik

Tahap-tahap penyusunan anggaran sektor publik yaitu:

1. Tahap persiapan anggaran

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran

pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu

diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih

dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Selain itu, harus

disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan

diestimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran

pengeluaran.

2. Tahap ratifikasi

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan

cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill

namun juga harus mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition building

yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat

penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan

eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan

argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-

bantahan dari pihak legislatif.

3. Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran

Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan oleh manajer

keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem

pengendalian manajemen.
31

4. Tahap pelaporan dan evaluasi

Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap

implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian

manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting and evaluation

tidak akan menemukan banyak masalah. (Mardiasmo, 2005)

2.1.3.10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Sektor

Publik

Faktor-faktor yang terdapat dalam penyusunan anggaran sektor publik adalah :

1. Tujuan dan target yang hendak dicapai

2. Ketersediaan sumber daya (faktor produksi yang dimiliki pemerintah)

3. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target

4. Faktor-faktor lain yang memperngaruhi anggaran, seperti munculnya peraturan

pemerintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial dan politik, bencana alam.

Pengelolaan keuangan publik melibatkan beberapa aspek yaitu aspek

penganggaran, aspek pengendalian, dan aspek auditing. Aspek penganggaran

mengantisipasi pengeluaran dan belanja (revenue and expenditure), sedangkan

aspek akuntansi terkait dengan proses mencatat, mengolah dan melaporkan segala

aktivitas enerimaan dan pengeluaran (receipt and distribution) atas dana pada saat

anggaran dilaksanakan. (Mardiasmo, 2005)

2.1.4 Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun

anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan

semua Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun


32

anggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan Daerah bertujuan untuk

memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD. Demikian pula semua

pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD.

Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD

menjadi dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan

keuangan daerah.

Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1

Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sehingga

pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah dapat dilaksanakan

berdasarkan kerangka waktu tersebut.

APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran

yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan

alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan

dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat

tercapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan dapat direalisasikan

melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan belanja,

jumlah belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis

belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang

telah ditetapkan. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya

kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat

dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD


33

apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai

pengeluaran tersebut.

2.1.4.1 Fungsi-Fungsi Anggaran Daerah

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 3 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, Fungsi APBD adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Otorisasi : Anggaran daerah merupakan dasar untuk melaksanakan

pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

2. Fungsi Perencanaan : Anggaran daerah merupakan pedoman bagi manajemen

dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi Pengawasan : Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah

kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan.

4. Fungsi Alokasi : Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi pengangguran

dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas

perekonomian.

5. Fungsi Distribusi : Anggaran daerah harus mengandung arti/ memperhatikan

rasa keadilan dan kepatutan.

6. Fungsi Stabilisasi : Anggaran daerah harus mengandung arti/ harus menjadi

alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental

perekonomian.

2.1.4.2 Prinsip-Prinsip Anggaran Daerah

Prinsip-prinsip dasar (azas) yang berlaku di bidang pengelolaan Anggaran

Daerah yang berlaku juga dalam pengelolaan Anggaran Negara / Daerah


34

sebagaimana bunyi penjelasan dalam Undang Undang No. 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, yaitu :

1. Kesatuan : Azas ini menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja

Negara/Daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran.

2. Universalitas : Azas ini mengharuskan agar setiap transaksi keuangan

ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran.

3. Tahunan : Azas ini membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun

tertentu

4. Spesialitas : Azas ini mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci

secara jelas peruntukannya.

5. Akrual : Azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani untuk

pengeluaran yang seharusnya dibayar, atau menguntungkan anggaran untuk

penerimaan yang seharusnya diterima, walaupun sebenarnya belum dibayar

atau belum diterima pada kas.

6. Kas : Azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani pada saat

terjadi pengeluaran/ penerimaan uang dari/ ke Kas Daerah

Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja

berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13, 14, 15 dan 16

dalam UU Nomor 17 Tahun 2003, dilaksanakan selambat-¬lambatnya dalam 5

(lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis

akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.


35

2.1.4.3 Struktur APBD

Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :

1. Pendapatan Daerah

2. Belanja Daerah

3. Pembiayaan

Selisih lebih pendapatan daerah terhadap belanja daerah disebut surplus anggaran,

tapi apabila terjadi selisih kurang maka hal itu disebut defisit anggaran. Jumlah

pembiayaan sama dengan jumlah surplus atau jumlah defisit anggaran.

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas

Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah

dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah.

Pendapatan daerah terdiri atas:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari :

1) pajak daerah;

2) retribusi daerah;

3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

4) lain-lain PAD yang sah, terdiri dari :

(1) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;

(2) hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak

dipisahkan;

(3) jasa giro;

(4) pendapatan bunga;


36

(5) tuntutan ganti rugi;

(6) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan

(7) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

c. Dana Perimbangan; terdiri dari :

1) Dana Bagi Hasil

2) Dana Alokasi Umum (DAU), dan

3) Dana Alokasi Khusus (DAK)

4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah, meliputi hibah, dana darurat, dan lain-

lain pendapatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hibah yang merupakan bagian

dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah merupakan bantuan berupa uang,

barang, dan/atau jasa yang berasal dari pemerintah, masyarakat, dan badan usaha

dalam negeri atau luar negeri yang tidak mengikat.

2. Belanja Daerah

Komponen berikutnya dari APBD adalah Belanja Daerah. Belanja daerah

meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi

ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran

yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.

Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan

wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.

Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan
37

pelayanan dasar kepada masyarakat yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah

daerah.

Sedangkan urusan pilihan adalah urusan pemerintah yang secara nyata ada dan

berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi,

kekhasan, dan potensi keunggulan daerah. Belanja penyelenggaraan urusan wajib

tersebut diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam

bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan

fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui prestasi kerja

dalam pencapaian standar pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib

pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan

kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan

dengan susunan organisasi pemerintahan daerah. Klasifikasi belanja menurut

fungsi terdiri dari:

a. klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan; dan

b. klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara.

Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan diklasifikasikan menurut

kewenangan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota.

Sedangkan klasifikasi belanja menurut fungsi pengelolaan negara digunakan

untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri

dari:
38

a. pelayanan umum;

b. ketertiban dan keamanan;

c. ekonomi;

d. lingkungan hidup;

e. perumahan dan fasilitas umum;

f. kesehatan;

g. pariwisata dan budaya;

h. agama;

i. pendidikan; serta

j. perlindungan sosial.

Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Sedangkan klasifikasi belanja

menurut jenis belanja terdiri dari:

a. belanja pegawai;

b. belanja barang dan jasa;

c. belanja modal;

d. bunga;

e. subsidi;

f. hibah;

g. bantuan sosial;

h. belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan

i. belanja tidak terduga.


39

Penganggaran dalam APBD untuk setiap jenis belanja berdasarkan ketentuan

perundang-undangan.

3. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah

tersebut terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Penerimaan pembiayaan mencakup:

a. SiLPA tahun anggaran sebelumnya;

b. pencairan dana cadangan;

c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;

d. penerimaan pinjaman; dan

e. penerimaan kembali pemberian pinjaman.

Pengeluaran pembiayaan mencakup:

a. pembentukan dana cadangan;

b. penyertaan modal pemerintah daerah;

c. pembayaran pokok utang; dan

d. pemberian pinjaman.

Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap

pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit

anggaran.
40

2.1.5 Penyerapan Anggaran

Anggaran adalah sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi

sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya pada

kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas. Selain itu anggaran berfungsi sebagai

alat kontrol atau pengawasan, baik terhadap pendapatan maupun pengeluaran

pada masa yang akan datang. (Mardiasmo, 2009)

Penyerapan anggaran merupakan salah satu indikator yang dapat

menunjukkan berhasilnya program atau kebijakan yang dilakukan pemerintah.

Rasio realisasi terhadap anggaran mencerminkan terserapnya anggaran dalam

melakukan berbagai program yang telah ditetapkan. Dengan pertimbangan ini

maka kemampuan menyerap anggaran oleh pemerintah daerah dapat menjadi

indikator kinerja pemerintah kota/kabupaten.

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran

Beberapa permasalahan sering terjadi yang menyebabkan rendahnya

penyerapan anggaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan proses

pencairan.

2.1.6.1 Dokumen Perencanaan

1. Perencanaan kegiatan tidak sesuai dengan kebutuhan

2. Salah penentuan akun sehingga perlu revisi dokumen.

3. Penyusunan pagu anggaran terlalu rendah (tidak sesuai dengan harga

pasar).

4. Adanya penyesuaian harga karena adanya kebijakan pemerintah (eskalasi)

5. Tidak menganggarkan biaya pendukung dan administrasi pengadaan.


41

6. Term of Reference (TOR) salah/tidak lengkap

7. Rencana Anggaran Biaya (RAB) tidak sesuai dengan satuan biaya.

8. Formalisasi rencana penarikan anggaran selama tahun anggaran berkenaan

Dasar hukum penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah

mengacu pada beberapa produk perundang-undangan (Miliasih, 2012) sebagai

berikut :

1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2) Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Jo UU

12 tahun 2008;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Negara;

6) Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 Jo Permendagri

Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

2.1.6.2 Pencatatan Administrasi

1. Surat keputusan penunjukan panitia pengadaan (PPK, Pejabat Pengadaan,

Panitia Lelang) terlambat ditetapkan

2. Kurangnya sosialisasi tata cara pengadaan barang/jasa.

3. Kurangnya pemahaman terhadap peraturan mengenai mekanisme

pembayaran.
42

4. Ketidak harmonisan peraturan terkait antara perencanaan, pelaksanaan,

dan pencairan anggaran.

5. Kuitansi, bukti-bukti tagihan belum ditandatangani.

6. Proses revisi anggaran mengalami keterlambatan

7. Tim pendukung kegiatan terlambat dibentuk.

8. Berita Acara Serah Terimah Pekerjaan (BAST) dan Berita Acara

Pemeriksaan (BAP) belum disahkan.

9. Perubahan petunjuk Operasional Kegiatan (POK) terlambat ditetapkan

Administrasi secara sempit berasal dari kata Administratie (bahasa Belanda)

yaitu meliputi kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik-

mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan”. Dari

definisi tersebut dapat disimpulkan administrasi dalam arti sempit merupakan

kegiatan ketatausahaan yang mliputi kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat,

pembukuan dan pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang dimaksudkan untuk

menyediakan informasi serta mempermudah memperoleh informasi kembali jika

dibutuhkan. (Handayaningrat, 1988)

Administrasi secara luas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

sekelompok orang dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

(Gie,1980)

Administrasi secara luas dapat disimpulkan pada dasarnya semua mengandung

unsur pokok yang sama yaitu adanya kegiatan tertentu, adanya manusia yang

melakukan kerjasama serta mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.


43

Administrasi pada intinya melingkupi seluruh kegiatan dari pengaturan hingga

pengurusan sekelompok orang yang memiliki diferensiasi pekerjaan untuk

mencapai suatu tujuan bersama. Administrasi dapat berjalan dengan suatu atau

banyak orang terlibat di dalamnya.

2.1.6.3 Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)

a. SDM Pelaksana pengadaan kurang kompeten

b. Keterbatasan pelaksana pengadaan yang bersertifikat.

c. Rangkap tugas dalam jabatan pengadaan

d. Kurangnya perlindungan hukum terhadap pelaku pengadaan.

e. Pelaku pengadaan tidak disiplin.

Pengertian Sumber Daya Manusia yaitu:

a. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu

organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).

b. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi

dalam mewujudkan eksistensinya.

c. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi

sebagai modal (non material/non finansial) di dalam organisasi bisnis, yang

dapat mewujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non-fisik

dalam mewujudkan eksistensi organisasi.

Pengaruh yang ditimbulkan oleh pengelolaan anggaran dan SDM yang salah

sangat banyak seperti contohnya pada aspek ekonomi, dimana karena adanya

kesalahan pengelolaan anggaran dan penetapan SDM yang salah maka kualitas

dari pelayanan akan menurun. Dalam hal ini proses perekonomian Indonesia akan
44

lambat karena ketidakmampuan SDM dalam mengelola dengan baik. Di era

globalisasi ini tentunya Pemerintah Indonesia sangat membutuhkan SDM yang

mampu mengelola anggaran dengan baik. (Nawawi, 2001)

2.1.6.4 Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa / Dokumen Pengadaan

a. Terlambatnya penyusunan jadwal pelaksanaan lelang.

b. Terlambatnya penetapan pemenang.

c. Adanya pengulangan lelang.

d. Keterlambatan penandatangan kontrak.

e. Adanya addendum kontrak.

Pengadaan barang/jasa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

beserta seluruh perubahannya adalah “kegiatan untuk memperoleh barang/jasa

oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang

prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh

kegiatan untuk memperoleh barang/jasa”.

Sistem pengadaan adalah suatu cara untuk mendapatkan barang dan jasa yang

dibutuhkan dengan menggunakan metode dan proses tertentu. Ada dua macam

sistem pengadaan yang umum digunakan, yaitu sistem konvensional dan sistem

e-procurement. Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 beserta

seluruh perubahannya, menerangkan bahwa ada beberapa pihak yang terlibat

dalam pengadaan barang/jasa yaitu:

1. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA)

2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

3. Unit Layanan Pengadaan/Pejabat Pengadaan (ULP/PP).


45

4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP).

2.1.6.5 Penyedia Barang/Jasa

a. Penyedia tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk menyediakan

barang/jasa sesuai dengan perjanjian kerja yang disyaratkan.

b. Rekanan tidak mengambil uang muka atau belum mengajukan tagihan.

Berdasarkan Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, jenis dokumen pengadaan terdiri dari

dokumen pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dan dokumen

pengadaan jasa konsultansi. Dokumen pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa

lainnya terdiri dari dokumen pemilihan penyedia dan dokumen

pasca/prakualifikasi. Sedangkan dokumen pengadaan jasa konsultansi terdiri dari

dokumen pemilihan penyedia dan dokumen prakualifikasi. (Civiliana, 2013)

Informasi yang diperlukan dalam penyusunan dokumen diantaranya:

1) Peraturan perundang-undangan yang diterapkan

2) Jenis kontrak

3) Sumber dana

4) Metoda pengadaan

5) Nilai kontrak

6) Standar-standar Nasional Indonesia (Herriyanto, 2012)

Ketentuan pokok dalam penyusunan dokumen pengadaan antara lain:

1) Dokumen pengadaan disiapkan panitia/pejabat pengadaan dan disahkan

pengguna barang/jasa.
46

2) Isi harus lengkap dan jelas, serta tidak menimbulkan penafsiran jamak (multi

tafsir).

3) Perubahan (adendum) dokumen diperkenankan sepanjang tidak bertentangan

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (Rahayu, 2011)

2.1.6.6 Uang Persediaan (UP)

Uang Persediaan (UP) adalah uang muka kerja dengan jumlah tertentu yang

bersifat daur ulang (revolving) yang diberikan kepada bendahara pengeluaran

hanya untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari yang tidak dapat

dilakukan dengan pembayaran langsung. UP hanya digunakan untuk membiayai

kegiatan operasional perkantoran yang tidak mungkin dilaksanakan dengan

pembayaran secara langsung atau dapat diartikan kegiatan yang sifatnya

insindentil/mendesak. Hal ini wajib dipahami oleh pengelola keuangan baik

KPA, PPK, PPTK, PP SPM dan Bendahara Pengeluaran. (Amir, 2013)

Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP) adalah dokumen

yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja

yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat GUP adalah permintaan

pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran

langsung. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah

dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pengganti

uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

Penggunaan atas UP ini nantinya akan dibayar ke kas daerah melalui Ganti

Uang Persediaan (GUP). Undang-Undang yang mendasari mengenai GUP ini


47

diantaranya adalah Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara dan Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara. Sedangkan Tambahan Uang Persediaan (TUP) adalah uang yang

diberikan kepada satker untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam satu bulan

melebihi pagu UP yang ditetapkan. Syarat dalam pengajuan TUP yaitu untuk

memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda, digunakan

paling lama satu bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan dan apabila tidak habis

digunakan dalam satu bulan sisa dana yang ada pada bendahara, harus disetor ke

Rekening Kas Negara kecuali mendapatkan dispensasi perpanjangan waktu

pertanggungjawaban TUP lebih dari satu bulan dari Kepala Kanwil Ditjen

Perbendaharaan.
48

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu terkait faktor-faktor yang mempengaruhi

penyerapan anggaran antara lain :

NO NAMA JUDUL METODE/ HASIL


PENELITI ALAT PENELITIAN
ANALISIS
1. Iwan Dwi faktor-faktor Analisis 4 faktor yang
Kuswoyo penyebab regresi memiliki pengaruh
(2011) terjadinya linear terhadap penyerapan
penumpukan berganda - anggaran diantaranya
penyerapan kuantitatif adalah faktor
anggaran belanja perencanaan
di akhir tahun anggaran, faktor
anggaran pada pelaksanaan
satuan kerja di anggaran, faktor
wilayah KPPN pengadaan barang
Kediri dan jasa, dan faktor
internal satker

2. Miliasih Analisis Analisis Dua faktor utama


(2012) Keterlambatan faktor yang
Penyerapan menyebabkan
(Explarotar
Anggaran Belanja keterlambatan
y factor
Satuan Kerja penyerapan
analysis)
Kementerian anggaran belanja
Negara/Lembaga yaitu kebijakan
TA 2010 di teknis dan kultur
wilayah pengelolaan
pembayaran anggaran di satuan
KPPN Pekanbaru kerja
49

3. Prasetyo Analisis Eksplortif Faktor


Adi Priatno Faktor-Faktor - kuantiatif perencanaan dan
(2013) yang faktor pengadaan
mempengaruhi barang dan jasa
Penyerapan berpengaruh
Anggaran pada terhadap
Satuan Kerja penyerapan
Lingkup anggaran.
Pembayaran
KPPN Blitar

4. Zasnia Faktor-faktor yang Deskriptif faktor lemahnya


Nugrahwati, mempengaruhi kualitatif – perencanaan anggaran
M.Farid Keterlambatan Analisis dan lambannya proses
Ma’ruf penyerapan data Miles tender mempengaruhi
(2016) Anggaran dan keterlambatan
Pendapatan dan Huberman penyerapan anggaran.
Belanja Daerah
(APBD) Tahun
2015 di SKPD
Kabupaten Tuban (
Studi Pada SKPD
Badan Lingkungan
Hidup )

5. Anfujatin Analisis Faktor- deskriptif- penyebab dominan


(2016) Faktor yang kualitatif rendahnya penyerapan
Menyebabkan teknik anggaran pada SKPD
Rendahnya purposive Kabupaten Tuban
50

Penyerapan sampling adalah Faktor Sumber


Anggaran Belanja Daya Manusia
pada SKPD
Kabupaten Tuban
6. Adi Analisis Kualitatif Faktor-faktor yang
Setyawan Keterlambatan Deskriptif menyebabkan
(2016) Penyerapan keterlambatan
Anggaran Belanja penyerapan anggaran
Satuan Kerja belanja pemerintah
Kementrian/ pusat yaitu
Lembaga di perencanaan
Wilayah anggaran, pengadaan
Pembayaran KPPN barang/jasa, dan
Bojonegoro Tahun sumber daya manusia.
Anggaran 2015 Faktor yang paling
dominan adalah faktor
perencanaan
anggaran.
7. Alimuddin Analisis analisis 4 faktor yang
(2018) penyerapan regresi memiliki pengaruh
anggaran di linear terhadap penyerapan
Perguruan Tinggi berganda - anggaran diantaranya
Negeri (PTN) dan Kuantitatif adalah faktor
kopertis Makassar perencanaan
anggaran, faktor
pelaksanaan anggaran,
faktor pengadaan
barang dan jasa, dan
faktor internal satker
51

8. SITI Analisis Faktor Deskriptif 4 faktor yang terdiri


RAODA yang Berpengaruh Kualitatif dari faktor pengadaan
(2018) dalam barang dan jasa,
keterlambatan Faktor Administrasi,
penyerapan Faktor Sumber Daya
anggaran belanja Manusia (SDM), dan
pada Kementrian Faktor Uang
Agama Persediaan (UP)
Kabupaten/Kota sangat berpengaruh
Provinsi terhadap peyerapan
Kalimantan Utara anggaran
52

1.3. Kerangka Pemikiran

Penyerapan anggaran merepresentasikan tingkat pencapaian pelaksaanaan

suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang

tertuang dalam strategi perencanaan suatu organisasi. Pengukuran kinerja adalah

suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang

telah ditentukan sebelumnya (Adamy, 2010).

Penyerapan anggaran di Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu umumnya

masih rendah dapat kita lihat pada (Tabel 1.1). Penyebab dari rendahnya

penyerapan anggaran ini adalah tidak efektifnya program-program yang telah

direncanakan dengan realisasi kegiatan di lapangan. Fenomena tersebut

mengakibatkan rendahnya penyerapan anggaran dan tidak maksimalnya

sasaran kegiatan yang ingin dicapai. Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya

penilaian terhadap kinerja dan penyerapan anggaran Pada Dinas Pekerjaan

Umum Kota Palu.

Kegagalan target penyerapan anggaran ini mengakibatkan hilangnya

manfaat belanja, karena dana yang dialokasikan ternyata tidak semuanya dapat

dimanfaatkan. Ketika penyerapan anggaran gagal memenuhi target, berarti telah

terjadi inefisiensi dan inefektivitas pengalokasian anggaran.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian

sebelumnya (Adi Setyawan, 2016), (Alimudin, 2018), (Siti Raodah ,2018)

dengan menggabungkan beberapa variabel terkait. Adanya fenomena yang terjadi

terkait penyerapan anggaran menjadi alasan bagi peneliti untuk meneliti

hubungan perencanaan anggaran, pengadaan barang dan jasa, sumber daya


53

manusia, dan administrasi, terhadap penyerapan anggaran. maka dapat

digambarkan kerangka pemikiran dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

FAKTOR KEBERHASILAN
PENYERAPAN ANGGARAN

Perencanaan

Pengadaan Barang
dan Jasa

Penyerapan Anggaran

Sumber Daya
Manusia

Administrasi

Keterangan : : Simultan

: Parsial

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


54

1.4. Hipotesis

1) Faktor keberhasilan penyerapan anggaran yang terdiri dari Perencanaan,

Pengadaan Barang dan Jasa, Sumber Daya Manusia dan Administrasi

berpengaruh Positif dan signifikan terhadap Penyerapan Anggaran pada

Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

2) Faktor Perencanaan berpengaruh Positif dan signifikan terhadap Penyerapan

Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

3) Faktor Pengadaan Barang dan Jasa berpengaruh Positif dan signifikan

terhadap Penyerapan Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

4) Faktor Sumber Daya Manusia berpengaruh Positif dan signifikan terhadap

Penyerapan Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

5) Faktor Administrasi berpengaruh Positif dan signifikan terhadap Penyerapan

Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.


55

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan tujuan penelitian

adalah pengujian hipotesis (hypothesis testing) untuk memastikan hubungan

sebab akibat antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Penelitian ini menggunakan investigation type yang bersifat kausalitas, yaitu

dengan menunjukan arah hubungan antar variabel berdasarkan konstruksi

model penelitian.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yaitu pegawai yang

menduduki jabatan dan berhubungan dalam pengelolaan dan penyerapan

anggaran yaitu Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pejabat

Penatausahaan Keuangan, Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan,

Bendahara gaji, Pembantu Bendahara Kegiatan, Pejabat Pengadaan barang dan

Jasa, dan Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang bekerja pada Dinas Pekerjaan

Umum Kota Palu.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Palu yaitu pada Kantor Dinas Pekerjaan

Umum Kota Palu pertimbangan antara lain, yaitu :

1) Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Dinas Pekerjaan

Umum Kota Palu merupakan OPD yang memiliki Anggaran cukup besar

untuk pembangunan infrastruktur di Kota Palu.


56

2) Hasil penelitian nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pihak Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu dalam upaya

efektifitas dan efisiensi Penyerapan Anggaran.

3) Penelitian direncanakan akan dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan

April sampai Mei Tahun 2021.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah pegawai yang menduduki jabatan dan berhubungan dalam

pengelolaan dan penyerapan anggaran yaitu Pengguna Anggaran, Kuasa

Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana

Teknis Kegiatan (PPTK), Pejabat Penatausahaan Keuangan, Bendahara

Pengeluaran, Bendahara Penerimaan, Bendahara gaji, Pembantu Bendahara

Kegiatan, Pejabat Pengadaan barang dan Jasa, dan Panitia Pemeriksa Hasil

Pekerjaan yang bekerja pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu, sebanyak 40

Orang, yang terdiri dari :


57

Tabel 3.1
Matriks Populasi pegawai yang menduduki jabatan dan berhubungan dalam
pengelolaan dan penyerapan anggaran
NO RESPONDEN JUMLAH
1 Pengguna Anggaran 1
2 Kuasa Pengguna Anggaran 4
3 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 6
4 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 12
5 Pejabat Penatausahaan Keuangan 1
6 Bendahara Pengeluaran 1
7 Bendahara Penerimaan 1
8 Bendahara Gaji 1
9 Pembantu Bendahara Kegiatan 5
10 Pejabat Pengadaan barang dan Jasa 1
11 Panitia Pemeriksa hasil Pekerjaan 7
TOTAL 40
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu

Mengingat jumlah populasi terbatas maka seluruh populasi di ambil sebagai

responden. Alasan pemilihan responden ini adalah karena responden tersebut

dianggap mampu menggambarkan penyerapan anggaran dari masing-masing

kegiatan dan sub kegiatan yang terdapat pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Yang terdiri dari:

a. Data primer, data yang diperoleh langsung dari responden melalui penyebaran

kuesioner yang dibagikan kepada responden, yang terdiri dari Pengguna

Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),


58

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pejabat Penatausahaan Keuangan,

Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan, Pembantu Bendahara

Kegiatan, Pejabat Pengadaan barang dan Jasa, dan Tim Pemeriksa hasil

pekerjaan yang bekerja pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

b. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari analisis dokumen. Data

Sekunder di peroleh dari Laporan Realisasi Anggaran Dinas Pekerjaan Umum,

DPA, Dokumen Pelaksanaan Perubahan anggaran (DPPA), Dokumen

peraturan yang menjadi landasan hukum pelaksanaan anggaran pemerintah

daerah, buku-buku, Catatan-catatan, serta publikasi online yang berkaitan

dengan permaslahan yang di teliti.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara

penyebaran kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (data primer).

pengumpulan data dengan cara mengedarkan sejumlah daftar pertanyaan /

pernyataan yang terstruktur kepada responden untuk diisi. Isi kuisioner tersebut

meliputi perencanaan, pengaadan barang dan jasa, sumber daya manusia,

administrasi dan penyerapan anggaran. Adapun sifat kuisioner yang digunakan

adalah kuisioner tertutup dengan cara memberikan pertanyaan atau pernyataan

yang telah tersedia pilihan jawabannya. Penggunaan teknik ini dengan

pertimbangan untuk memudahkan responden memberikan pilihan jawaban dan

persepsi masing-masing responden. dengan menggunakan skala Likert.


59

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.6.1 Variabel Bebas (Independen)

Variabel independen merupakan variabel penelitian yang memengaruhi,

yaitu faktor-faktor yang diukur/dimanipulasi/dipilih oleh seorang peneliti untuk

menetapkan/menentukan hubungan antara fenomena yang sedang diamati.

Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai dengan

kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak setuju/STS (1),

tidak setuju/TS (2), Netral/N (3), setuju/S (4), dan sangat setuju/SS (5).

3.6.1.1 Perencanaan Anggaran (X1)

Perencanaan Anggaran merupakan proses untuk menyusun rencana

pendapatan, belanja, dan pembiayaan untuk suatu jangka waktu tertentu,

(Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, 2013:127). Menurut Mulyadi

(1993) perencanaan anggaran adalah proses yang dimulai dari penetapan tujuan

dan strategi hingga penyusunan anggaran. Variabel perencanaan (X1) diukur

dengan menggunakan 5 indikator yang dirujuk perencanaan yang terdiri dari

penetapan visi dan misi, penetapan tujuan dan strategi, penyusunan program dan

penyusunan anggaran, sinkronisasi program. Responden diarahkan untuk

menilai pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi responden. Penilaian

dimulai dari pendapat sangat tidak setuju/STS (1), tidak setuju/TS (2),

Netral/N (3), setuju/S (4), dan sangat setuju/SS (5).

3.6.1.2 Pengadaan Barang dan Jasa (X2)

Pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh

barang/jasa yang prosesnya dimulai dari identifikasi kebutuhan hingga


60

diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa pemerintah,

(Perpres No.70 tahun 2012). Disisi lain, Pengadaan barang dan jasa pemerintah

adalah semua fungsi yang berhubungan untuk memperoleh barang/jasa atau

konstruksi/layanan yang prosesnya melalui deskripsi persyaratan, seleksi,

pemberian kontrak dan hingga semua tahapan dalam administrasi kontrak. (Thai,

2001). Variabel Pengadaan barang dan jasa (X2) diukur dengan

menggunakan 3 indikator yang dirujuk dari penelitian Juliani dan Sholihin

(2016). Pada penelitan ini Pengadaan barang dan jasa dijabarkan dalam 8

indikator yang terdiri dari Ketidaksesuaian Resiko pekerjaan dan pendapatan,

Pemberitaan Negatif, Target realisasi, Kesesuaian peraturan, SDM bersertifikat

kurang, Pembentukan Struktur, Penentuan HPS, dan Pemilihan Penyedia.

Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai dengan

kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak setuju/STS

(1), tidak setuju/TS (2), Netral/N (3), setuju/S (4), dan sangat setuju/SS (5).

3.6.1.3 Sumber Daya Manusia (X3)

Manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi merupakan potensi

manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya,

(Nawawi, 2001).

Variabel sumber daya manusia (X3) diukur dengan menggunakan 4

indikator yang dijelaskan pada penelitian Ridani (2014) dan Juliani dan Sholihin

(2016). Indikator sumber daya manusia dijabarkan dalam poin kuesioner sumber

daya manusia yang terdiri dari 4 indikator yaitu kompetensi SDM, kuantitas

SDM, adanya penugasan rangkap dan sertifikasi dan pendidikan SDM yang
61

memadai. Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai

dengan kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak

setuju/STS (1), tidak setuju/TS (2), Netral/N (3), setuju/S (4), dan sangat

setuju/SS (5).

3.6.1.4 Administrasi (X4)

Administrasi merupakan kegiatan ketatausahaan yang meliputi kegiatan

catat-mencatat, surat-menyurat pembukuan dan pengarsipan surat serta hal-hal

lain termasuk administrasi pengadaan barang dan jasa serta hal-hal lain yang

dimaksudkan untuk menyediakan informasi serta mempermudah memperoleh

informasi kembali jika dibutuhkan (Handayaningrat, 2008:2). Variabel

administrasi (X4) diukur dengan menggunakan 4 indikator yang dijelaskan pada

penelitian Priatno dan Khusaini, (2012). Indikator administrasi dijabarkan dalam

poin kuesioner administrasi yang terdiri dari Pengarsipan, K e l e n g k a p a n

d o k u m e n , Sarana administrasi, Aksesibilitas informasi dan administrasi.

Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai dengan

kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak setuju/STS (1),

tidak setuju/TS (2), Netral/N (3), setuju/S (4), dan sangat setuju/SS (5).

3.6.2 Variabel Terikat (Dependen)

Variabel dependen merupakan tipe variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel independen. Nama lain dari variabel ini adalah variabel

yang diduga sebagai akibat atau variabel konsekuensi (Indriantoro dan

Supomo,2002). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penyerapan

anggaran. Penyerapan anggaran (Y1) merupakan kemampuan


62

suatu Kementerian/Lembaga dalam memaksimalkan penggunaan sumber

daya keuangan yang ada (Manasan dan Mercado, 2001).

Variabel penyerapan anggaran (Y1) diukur dengan menggunakan 3

indikator yang dijelaskan pada penelitian Manasan dan Mercado, (2001).

Indikator penyerapan anggaran dijabarkan dalam poin kuesioner penyerapan

anggaran penelitian ini terdiri dari Proporsional penyerapan anggaran,

Penumpukan kegiatan, Realisasi Anggaran, Persentase serapan anggaran, sisa

anggaran. Responden diarahkan untuk menilai pernyataan yang paling sesuai

dengan kondisi responden. Penilaian dimulai dari pendapat sangat tidak

setuju/STS (1), tidak setuju/TS (2), Netral/N (3), setuju/S (4), dan sangat

setuju/SS (5).

Dalam penelitian ini, digunakan empat macam variable penelitian dan

operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Matriks Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Indikator Skala


Dependen
Penyerapan Penyerapan anggaran 1) Proporsional Interval
Anggaran merupakan kemampuan suatu penyerapan anggaran
Kementerian/Lembaga dalam 2) Penyelsaian proses

memaksimalkan penggunaan pencairan


3) Realisasi
sumber daya keuangan yang
Anggaran
ada (Manasan dan Mercado,
4) Persentase serapan
2001)
anggaran
5) sisa anggaran
63

Variabel Definisi Indikator Skala


Independen
Perencanaan Perencanaan anggaran adalah 1) Visi misi Interval
Anggaran proses yang dimulai dari 2) Strategi

penetapan filosofi dan misi perencanaan


3 ) Penyusunan
hingga penyusunan anggaran.
program
(Mulyadi, 1993).
4 ) Penyusunan
Anggaran
5 ) Sinkronisasi

Pengadaan Pengadaan barang dan jasa 1) program


Jumlah Pejabat Interval
Barang dan pemerintah adalah semua atau panitia

Jasa fungsi yang berhubungan untuk 2) Tugas dan


memperoleh barang/jasa atau Tanggung Jawab

konstruksi/layanan yang 3) Target realisasi

prosesnya melalui deskripsi 4) Kesesuaian


peraturan
persyaratan, seleksi, pemberian
5) SDM bersertifikat
kontrak dan hingga semua
kurang
tahapan dalam administrasi
6) Pembentukan
kontrak. (Thai, 2001)
Struktur
7) Penentuan HPS
8) Pemilihan
Penyedia

Sumber Manusia yang bekerjadi 1) Kompetensi SDM Interval


Daya lingkungan suatu organisasi
2) Kuantitas SDM
Manusia atau potensi manusiawi sebagai
(SDM) penggerak organisasi dalam 3) Penugasan
mewujudkan eksistensinya, rangkap
(Nawawi,2001)
4) Sertifikasi dan
Pendidikan
64

Variabel Definisi Indikator Skala


Administrasi Merupakan kegiatan 1) Pengarsipan Interval
ketatausahaan yang meliputi
2) K e l e n g k a p a n
kegiatan catat-mencatat, surat-
dokumen
menyurat pembukuan dan
pengarsipan surat serta hal-hal 3 ) Sarana
lain termasuk kegiatan administrasi
pengadaan barang dan jasa
3) Aksesibilitas
(Handayaningrat, 1988:2)
informasi dan
administrasi

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yakni dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawab (Sugiyono, 2009). Pertanyaan dalam kuesioner ini diambil dari beberapa

penelitian sebelumnya. Kuesioner perencanaan diambil dari Mulyadi

(1993). Kuesioner administrasi diambil dari penelitian Priatno dan Khusaini

(2012). Kuesioner Sumber daya manusia diambil dari penelitian Ridani (2014)

dan Juliani dan Sholihin (2016) kuesioner pengadaan barang dan jasa diambil

dari penelitian Juliani dan Sholihin (2016). Kuesioner penyerapan anggaran

diambil dari penelitian Manasan dan Mercado (2001).

Untuk mengukur pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing

variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Skala Likert yaitu skala

yang di desain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju

dengan pernyataan pada skala 5 titik (Sugiyono, 2009).


65

3.7.1 Uji Validitas

Uji validitas pada kuisioner berfungsi untuk menguji apakah item

pertanyaan yang ada dalam kuisioner dapat dijadikan alat ukur atau tidak. Suatu

skala pengukuran disebut valid bila melakukan apa yang seharusnya dilakukan

dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak valid

maka tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau melakukan apa

yang seharusnya dilakukan. Secara konseptual, dibedakan 3 macam validitas

yaitu : validitas isi (content validity), validitas yang berkaitan dengan kriteria

(criterion-related validity) dan validitas konstruk (construct validity) dalam

kuncoro (2009).

Uji validitas pada kuisioner berfungsi untuk menguji apakah item

pertanyaan yang ada dalam kuisioner dapat dijadikan alat ukur atau tidak. Uji

validitas dilakukan dengan cara menguji korelasi skor item dengan skor total

masing-masing variabel. Untuk mengetahui apakah instrument yang digunakan

valid atau tidak, maka dapat dilihat pada nilai corrected item total correclation

dengan cara membandingkan jumlah dari pertanyaan atau pernyataan yang di

ajukan dengan nilai r-kritis sesuai dengan kriteria. Menurut solimun (2005)

mengatakan bilamana koefisien korelasi antar skor suatu indicator dengan skor

total seluruh indicator adalah positif sama dengan lebih besar 0,3 (r ≥ 0,3) maka

instrumen tersebut di anggap valid.

Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka terlebih dahulu dilakukan uji

coba kuisioner pada 25 pegawai pada kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi

Sulawesi Tengah Pengujian validitas dilakukan sebelum data diproses dengan alat
66

analisis regresi linear berganda untuk menguji hipotesis.. Kuisioner yang

digunakan dalam penelitian ini sebelum di uji coba, telah dikonsultasikan pada

dosen pembimbing dalam upaya untuk mencapai contruct validity, yaitu untuk

mendapatkan penilaian (expert judgement) apakah kuisioner yang disusun

tersebut telah sesuai dengan teori yang digunakan.

a. Uji Validitas Variabel Perencanaan (X1)

Adapun hasil uji validitas variabel Perencanaan (X1) dapat dilihat pada

tabel 3.3 dibawah ini :

Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Variabel Perencanaan (X1)
Item Pernyataan Pearson correlation Sig (2-tailed) Status
Visi misi 0,565 0,003 Valid
Strategi perencanaan 0,506 0,010 Valid
Penyusunan program 0,650 0,000 Valid
Penyusunan Anggaran 0,711 0,000 Valid
Sinkronisasi program 0,791 0,000 Valid
Sumber : Lampiran 3

Hasil analisis uji validitas terhadap instrumen penelitian (kuisioner) sesuai

tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa lima indikator pernyataan semuanya

memiliki nilai valid. Tabel diatas memberikan suatu makna bahwa instrumen

penelitian (kuisioner) pada variabel perencanaan yang digunakan dalam penelitian

ini, dapat ditindak lanjuti ke dalam proses pengolahan data berikutnya karena

dinilai memiliki ketepataan didalam mengukur seluruh variabel-variabelnya

melalui indikator-indikator penelitian yang ada.


67

b. Uji Validitas Variabel Pengadaan barang dan Jasa (X2)

Adapun hasil uji validitas variabel Pengadaan barang dan jasa (X2) dapat

dilihat pada tabel 3.4 dibawah ini :

Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Variabel Pengadaan barang dan jasa (X2)

Item Pernyataan Pearson correlation Sig (2-tailed) Status


Jumlah Pejabat atau panitia 0,715 0,000 Valid
Tugas dan Tanggung Jawab 0,614 0,001 Valid
Target realisasi 0,791 0,000 Valid
Pemahaman peraturan 0,750 0,000 Valid
SDM bersertifikat kurang 0,758 0,000 Valid
Pembentukan Struktur 0,663 0,000 Valid
Penentuan HPS 0,667 0,000 Valid
Pemilihan Penyedia 0,506 0,010 Valid
Sumber : Lampiran 3

Hasil analisis uji validitas terhadap instrumen penelitian (kuisioner) sesuai

tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa delapan indikator pernyataan semuanya

memiliki nilai valid. Tabel diatas memberikan suatu makna bahwa instrumen

penelitian (kuisioner) pada variabel Variabel Pengadaan barang dan jasa yang

digunakan dalam penelitian ini, dapat ditindak lanjuti ke dalam proses pengolahan

data berikutnya karena dinilai memiliki ketepataan didalam mengukur seluruh

variabel-variabelnya melalui indikator-indikator penelitian yang ada.


68

c. Uji Validitas Variabel Sumber Daya Manusia (X3)

Adapun hasil uji validitas variabel Sumber Daya Manusia (X3) dapat

dilihat pada tabel 3.5 dibawah ini :

Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Variabel Sumber Daya Manusia (X3)

Item Pernyataan Pearson correlation Sig (2-tailed) Status


Kompetensi SDM 0,475 0,017 Valid
Kuantitas SDM 0,620 0,001 Valid
Penugasan rangkap 0,549 0,004 Valid
Sertifikasi dan Pendidikan 0,473 0,017 Valid
Sumber : Lampiran 3

Hasil analisis uji validitas terhadap instrumen penelitian (kuisioner) sesuai

tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa Empat indikator pernyataan memiliki

nilai valid. Tabel diatas memberikan suatu makna bahwa instrumen penelitian

(kuisioner) pada variabel sumber daya manusia yang digunakan dalam penelitian

ini, dapat ditindak lanjuti ke dalam proses pengolahan data berikutnya karena

dinilai memiliki ketepatan didalam mengukur seluruh variabel melalui indikator-

indikator penelitian yang ada.


69

d. Uji Validitas Variabel Administrasi (X4)

Adapun hasil uji validitas variabel Administrasi (X4) dapat dilihat pada

tabel 3.6 dibawah ini :

Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Variabel Administrasi (X4)
Pearson
Item Pernyataan Sig (2-tailed) Status
correlation
Pengarsipan 0,453 0,023 Valid
Kelengkapan dokumen 0,530 0,006 Valid
Sarana administrasi 0,632 0,001 Valid
Aksesibilitas informasi dan
0,642 0,001 Valid
administrasi
Sumber : Lampiran 3

Hasil analisis uji validitas terhadap instrumen penelitian (kuisioner) sesuai

tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa Empat indikator pernyataan memiliki

nilai valid. Tabel diatas memberikan suatu makna bahwa instrumen penelitian

(kuisioner) pada variabel Administrasi yang digunakan dalam penelitian ini, dapat

ditindak lanjuti ke dalam proses pengolahan data berikutnya karena dinilai

memiliki ketepatan didalam mengukur seluruh variabel melalui indikator-

indikator penelitian yang ada.


70

d. Uji Validitas Variabel Penyerapan Anggaran (Y)

Adapun hasil uji validitas variabel Penyerapan anffaran (Y) dapat dilihat

pada tabel 3.7 dibawah ini :

Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Variabel Penyerapan Anggaran (Y)

Item Pernyataan Pearson correlation Sig (2-tailed) Status


Proporsional penyerapan
0,603 0,001 Valid
anggaran
Penumpukan kegiatan 0,632 0,001 Valid
Realisasi Anggaran 0,565 0,003 Valid
Persentase serapan anggaran 0,506 0,010 Valid
Sisa anggaran 0,650 0,000 Valid
Sumber : Lampiran 3

Hasil analisis uji validitas terhadap instrumen penelitian (kuisioner) sesuai

tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa lima indikator pernyataan memiliki

nilai valid. Tabel di atas memberikan suatu makna bahwa instrumen penelitian

(kuisioner) pada variabel Penyerapan Anggaran yang digunakan dalam penelitian

ini, dapat ditindak lanjuti kedalam proses pengolahan data berikutnya karena

dinilai memiliki ketepatan didalam mengukur seluruh variabel melalui indikator-

indikator penelitian yang ada.


71

3.7.2 Uji Reliabilitas

Muhidin dan Abdurrahman (2007:37) menyatakan bahwa suatu instrumen

pengukuran dikatan reliable jika pengukurannnya konsisten dan cermat akurat.

Jadi uji reliabilitas instrument dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

konsistensi dari instrument sebagai alat ukur sehingga hasil suatu pengukuran

dapat di percaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran

terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama

aspek yang diukur dalam diri subjek (responden) memang belum berubah. Batas

minimal yang dapat digunakan untuk menilai tingkat reliabilitas yang dapat

diterima adalah 0,60, adapun hasil uji reliabilitas tersebut adalah.

Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbach Keterangan
Alpha
1 PERENCANAAN 0,856 Reliabel
2 PENGADAAN BARANG DAN JASA 0,907 Reliabel
3 SUMBER DAYA MANUSIA 0,683 Reliabel
4 ADMINISTRASI 0,858 Reliabel
5 PENYERAPAN ANGGARAN 0,676 Reliabel
Sumber : Lampiran 4

Tabel diatas menunjukkan bahwa sesungguhnya kuisioner penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini semuanya reliabel atau andal. Hal ini dibuktikan

dengan besarnya nilai koefisien Alpha Cronbach di atas 0.60 yang berarti

memenuhi syarat minimum untuk dilakukan penelitian terhadap beberapa variabel

tersebut diatas sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2006:126).


72

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mempersiapkan,

menyusun, menyajikan dan menganalisis data yang berwujud angka-angka. Hadi

(1998:257). Pengolahan data merupakan langkah yang kritis dalam penelitian,

dimana analisis akan menentukan kesimpulan dari suatu penelitian. Analisis data

merupakan proses memaknai atau memberi arti data mentah yang telah

dikumpulkan. Data mentah yang terkumpul dipecahkan dalam kelompok-

kelompok, diadakan kategorisasi sehingga memiliki makna untuk menjawab

masalah dan berguna untuk menguji hipotesis.Untuk dapat mengukur pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen maka perlu dilakukan

pengukuran dengan memakai alat analisis statistik. Pemakaian alat analisis

statistik diharapkan dapat mengungkap atau mengukur pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara kuantitatif sehingga memudahkan

peneliti untuk dapat mengambil kesimpulan secara otentik.

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah penyerapan anggaran dan faktor-

faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyerapan anggaran yang terdiri dari

faktor perencanaan, pengadaan barang dan jasa, sumber daya manusia dan

administrasipada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu. Untuk menganalisis data

tersebut diukur dengan menggunakan Skala Likert, Sugiyono (2004:107). Skala

Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang dan

sekelompok orang tentang fenomena sosial yang merupakan variabel penelitian.

Sugiyono (2004:107) menyatakan bahwa Skala Likert, variabel diukur


73

berdasarkan indikator variabel. Selanjutnya indikator variabel dijadikan tolak ukur

untuk menyusun item-item instrumen berupa pernyataan.

Adapun alternatif jawaban yang disediakan dengan nilai masing-masing

alternatif jawaban tersebut dapat dilihat pada tabel 3.9 dibawah ini.

Tabel 3.9
Alternatif jawaban dan Nilai Skor
No. Alternatif Jawaban Pertanyaan Nilai (Skor)
1. Sangat Tidak Setuju 1
2. Tidak Setuju 2
3. Netral 3
4. Setuju 4
5. Sangat Setuju 5
Sumber : Sugiono (2004:107)

3.8.1 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendasari penggunaan analisisis

regresi. Model regresi yang dilakukan dalam pengujian data harus terhindar dari

kemungkinan terjadinya penyimpangan. Uji asumsi klasik terdiri dari uji

normalitas data, yaitu:

3.8.1.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen,

independen, atatu keduanya berdistribusi normal, mendekati normal, atau tidak

(Umar, 2008). Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau

mendekati normal. Deteksi normalitas dilakukan dengan melihat penyebaran data


74

(titik) pada sumbu diagonal dari grafik (Santoso,2009). Dasar pengambilan

keputusan :

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diaginal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.8.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heterokesdasitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan lain (Umar,2008). Varians yang berbeda disebut heterokedastisitas.

Model regresi yang baik adalah apabila terjadi heterokedastisitas.

Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada

tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang diprediksi dan

sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-

studenttized (Santoso,2009). Dasar pengambilan keputusan:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu

pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka telah terjadi heterokedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka

nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.


75

3.8.1.3 Uji Multikolonieritas

Uji multikolinearitas berguna untuk mengetahui apakah pada model

regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi yang kuat antar variabel

indepenen. Jika terjadi korelasi yang kuat, terdapat masalah multikolinearitas

yang harus diatasi (Umar,2008). Model regresi yang baik seharusnya tidat terjadi

korelasi diantara variabel independen. Adapun deteksi adanya multikol dapat

dilakukan dengan analisis VIF, apabila nilai VIF dibawah 10 maka tidak

ditemukan indikasi multikolinearitas, namun apabila di atas 10 maka indikasi

multikolinearitas ada.

3.8.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengetahui apakah

variable independen (X) secara simultan berpengaruh terhadap variable dependen

(Y) (Sunarcaya,2008:71).

Analisis regresi linear berganda adalah alat untuk meramalkan nilai

pengaruh dua variabel bebas (X) atau lebih (X1,X2,. . . , Xn) terhadap satu variabel

terikat (Y), untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan

kausal antara dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat.

Analisis regresi berganda dihitung dengan menggunakan rumus :

Y = a + b1X1 + b2X2 + . . . + bnXn + e

Dimana :

Y = Variable Dependen

a = Konstanta

X1-Xn = Variabel Independen


76

b1-bn = Koefisien Regresi

e = error

Untuk mengoperasionalkan rumus tersebut dibuat menjadi :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Dimana :

Y = Penyerapan Anggaran

a = Konstanta

X1 = Perencanaan

X2 = Pengadaan Barang dan Jasa

X3 = Sumber Daya Manusia

X4 = Administrasi

b1-b4 = Koefisien Regresi

e = error

3.8.3 Uji Hipotesis

3.8.3.1 Uji F (Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel-

variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Uji F digunakan

dengan membandingkan sig F dengan α = 5 % (Sunarcaya,2008 :73)

Formula uji F adalah sebagai berikut (Sugiyono,2008:257) :

F= R2 / (k-1)
(1-R2)/(N-k)

Dimana : R2 = Koefisien Korelasi ganda

k = Jumlah variabel Independen

N = Jumlah Sampel
77

Untuk mengetahui pengaruh faktor keterlambatan terhadap penyerapan

anggaran , secara simultan digunakan Uji F dimana kaidah-kaidahnya adalah

sebagai berikut :

1. Jika sig F < α (0,05)

Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel

faktor keterlambatan terhadap penyerapan anggaran.

2. Jika sig F > α (0,05)

Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel

faktor keterlambatan terhadap penyerapan anggaran.

3.8.3.2 Uji t (Parsial)

Uji t (parsial) digunakan untuk mengetahui variabel independen yang

paling dominan mempengaruhi variabel dependen. Uji t diformulasikan sebagai

berikut (Rangkuti,2007) :

t= βί
Se(βί)

Dimana :

t = Dari daftar tabel distribusi t

βί = Parameter estimasi dari variabel independen

Se(βί) = Standar error dari variabel independen

Untuk menentukan faktor keterlambatan terhadap penyerapan anggaran.

Secara parsial maka digunakan uji t, dimana kaidah-kaidahnya sebagai berikut :

1. Jika sig t < α (0,05)

Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel faktor

keterlambatan terhadap penyerapan anggaran.


78

2. Jika sig F > α (0,05)

Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel

faktor keterlambatan terhadap penyerapan anggaran.

3.8.3.3 Uji Determinasi

Langkah berikutnya yang dilakukan adalah mencari koefisien determinasi

ganda (R2 ). Koefisien determinasi parsial ini digunakan untuk mengetahui

sumbangan variabel dependen secara simultan terhadap variabel independen. Kuat

atau lemahnya pengaruh simultan dapat dilihat dari uji Determinasi, dimana nilai

adjusted R2 yang semakin mendekati angka satu maka semakin kuat pengaruh

simultan variabel-variabel independen terhadap variabel dependennya.

1) Koefisien determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2009) koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen.

Dalam pengujian hipotesis koefisien determinasi dilihat dari besarnya nilai R

Square (R2) untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas yaitu fatkor yang

mempengaruhi penyerapan anggaran. Nilai R2 mempunyai interval antara 0

sampai 1 ( 0 ≤ R2 ≤ 1 ). Jika nilai R2 bernilai besar (mendekati 1) berarti variabel

bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika R2 bernilai kecil berarti

kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.


79

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu

Berdasarkan Peraturan Wali Kota Nomor 15 Tahun 2016 tentang Tugas,

Fungsi dan Tata Kerja Perangkat Daerah, Dinas pekerjaan umum memliki tugas

pokok dan fungsi sebagai berikut :

1. Tugas Pokok

Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan

perumusan kegiatan teknis, Penyiapan bahan penyusunan rencana kegiatan

pembangunan fisik dan membantu Walikota dalam melaksanakan fungsi

penunjang urusan perencanaan pembangunan yang menjadi kewenangan daerah

kota.

2. Fungsi

Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu dalam melaksanakan tugas

menyelenggarakan fungsi, meliputi :

a. Perumusan kebijakan teknis pembangunan fisik Kota Palu

b. Melaksanakan kegiatan Fisik pembangunan

c. pemantauan, tindak lanjut hasil kegiatan fisik

d. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Wali Kota sesuai dengan tugas

dan fungsinya.
80

Sesuai dengan Peraturan Wali Kota Palu Nomor 15 Tahun 2016 tentang

Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Daerah, Struktur organisasi Dinas Pekerjaan

Umum Kota Palu dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang membawahi :

1. Sekretariat yang terdiri dari :

- Sub Bagian Kepegawaian dan Umum

- Sub Bagian Perencanaan Program dan Keuangan

2. Bidang Bina Marga Terdiri dari :

- Seksi Pembangunan Jalan

- Seksi Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan

- Seksi Pengelolaan Bangunan Pelengkap Jalan

3. Bidang Sumber Daya Air dan cipta Karya yang terdiri dari :

- Seksi Perkotaan dan Drainase

- Seksi Pengelolaan sungai, Pantai dan Irigasi ; dan

- Seksi Pengelolaan Air Bersih

4. Bidang Bina Konstruksi yang terdiri dari :

- Seksi Pembinaan Jasa Konstruksi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia ;

- Seksi Informasi Jasa Konstruksi ; dan

- Seksi Pengelolaan Gedung Negara

5. Unit Pelaksana Teknis Dinas

6. Kelompok Jabatan Fungsional


81

GAMBAR 4.1 STRUKTUR ORGANISASI DINAS PU KOTA PALU


KEPALA DINAS PEKERJAAN
UMUM
.

SEKRETARIS SUB BIDANG KEPEGAWAIAN DAN UMUM

SUB BIDANG PERENCANAAN PROGRAM DAN


KEUANGAN

BIDANG BINA SEKSI PEMBANGUNAN


MARGA JALAN

SEKSI PEMELIHARAAN JALAN

SEKSI PENGELOLAAN BANGUNAN PELENGKAP


JALAN

BIDANG SUMBER SEKSI PERKOTAAN DAN


DAYA AIR DAN CIPTA DRAINASE
KARYA

SEKSI PENGELOLAAN AIR


BERSIH

SEKSI SUNGAI, PANTAI DAN


IRIGASI

BIDANG BINA SEKSI PENGELOLAAN GEDUNG


NEGARA
KONSTRUKSI

SEKSI INFORMASI JASA


KONSTRUKSI

SEKSI PEMBINAAN JASA


KONSTRUKSI DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA

UPTD PENGUJIAN
BAHAN

UPTD PEMELIHARAAN
PERALATAN

UPTD PENGELOLAAN
LIMBAH DOMESTIK
82

4.2 Hasil Penelitan

Penelitian ini melibatkan empat variabel independen dan satu

variabel dependen. Variabel independen tersebut terdiri atas perencanaan,

pengadaan barang dan jasa, sumber daya manusia dan administrasi

sedangkan variabel dependen yaitu penyerapan anggaran. Untuk mengetahui

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen maka peneliti

mengumpulkan data menggunakan kuesioner.

Pemilihan responden menggunakan teknik purposive sampling dengan

kriteria yaitu pegawai yang menduduki jabatan dan berhubungan dalam

pengelolaan dan penyerapan anggaran yaitu Pengguna Anggaran, Kuasa

Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana

Teknis Kegiatan (PPTK), Pejabat Penatausahaan Keuangan, Bendahara

Pengeluaran, Bendahara Penerimaan, Bendahara gaji, Pembantu Bendahara

Kegiatan, Pejabat Pengadaan barang dan Jasa, dan Panitia Pemeriksa Hasil

Pekerjaan yang bekerja pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu. Distribusi

kuesioner dapat diperhatikan lebih rinci pada tabel berikut.


83

Tabel 4.1
Distribusi Kuisioner
Jumlah
Jumlah Persentase
No. Distribusi kuisioner kuesioner
Sampel (%)
tidak kembali
1. Pengguna Anggaran 1 - 2,5
2. Kuasa Pengguna Anggaran 4 - 10
3. Pejabat Pembuat Komitmen 6 - 15
(PPK)
4. Pejabat Pelaksana Teknis 12 - 30
Kegiatan (PPTK)
5. Pejabat Penatausahaan Keuangan 1 - 2,5
6. Bendahara Pengeluaran 1 - 2,5
7. Bendahara Penerimaan 1 - 2,5
8. Bendahara Gaji 1 - 2,5
9. Pembantu Bendahara Kegiatan 5 - 12,5
10. Pejabat Pengadaan barang dan 1 - 2,5
Jasa
11. Panitia Pemeriksa hasil 7 - 17,5
Pekerjaan
Jumlah 40 - 100

Sumber: Data Primer, diolah

4.2.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan dikantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

Jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 40 kuisioner dan setelah dilakukan

penarikan, kuisioner yang dikembalikan dan dapat diolah sebanyak 40 kuisioner

atau keseluruhan kuisioner yang disebar.Berikut deskripsi singkat mengenai

karakteristik responden meliputi: Unit Kerja, jenis kelamin, umur, golongan

kepangkatan dan masa kerja responden.


84

1. Unit Kerja

Data responden berdasarkan unit kerja berdasarkan hasil pengumpulan

data dapat dilihat sebagai berikut:

Grafik 4.1
Data Kuisioner Berdasarkan Unit Kerja

Unit Kerja
Bagian Sekretariat
20%
Bidang Bina Marga

47,5%
15% Bidang Bina Konstruksi

17,5% Bidang Sumber Daya


Air dan Cipta Karya

Sumber: Data Primer, diolah

Grafik 4.1 menunjukkan karakteristik berdasarkan unit kerja masing-

masing responden serta jumlah persentase masing-masing populasi yang

dilakukan secara proporsional. Dari kuisioner yang telah terkumpul, populasi

terbesar yaitu bagian sekretariat sebesar 47,5% dengan jumlah 19 responden hal

ini disebabkan karena bagian sekretariat merupakan bagian yang paling banyak

berhubungan dalam pengelolaan dan penyerapan anggaran pada Dinas Pekerjaan

Umum Kota Palu. Sedangkan yang paling sedikit adalah bidang Bina konstruksi

sebesar 15 % dengan jumlah 15 responden.

2. Jenis Kelamin

Data responden berdasarkan jenis kelamin berdasarkan hasil pengumpulan

data dapat dilihat sebagai berikut:


85

Grafik 4.2
Data Kuisioner Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin

42,5%
Laki-laki
57,5% Perempuan

Sumber: Data Primer, diolah

Berdasarkan jenis kelamin, Mayoritas responden yang menduduki jabatan

dan berhubungan dalam pengelolaan dan penyerapan anggaran adalah berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 57,5% dengan jumlah 23 responden.

3. Golongan

Dari hasil pengumpulan data responden yang didasarkan pada golongan,


dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4.3
Data Kuisioner Berdasarkan Golongan

Golongan
0%
Gol. IV
15%
12,5%
Gol. III

Gol. II
72,5% Gol. I

Sumber: Data Primer, diolah

Berdasarkan golongan, Mayoritas responden yang menduduki jabatan dan

berhubungan dalam pengelolaan dan penyerapan anggaran adalah yaitu dari

golongan III sebesar 72,5% dengan jumlah 29 responden.


86

4. Masa Kerja

Data responden berdasarkan masa kerja hasil pengumpulan data dapat

dilihat pada Grafik 4.4 berikut:

Grafik 4.4
Data Kuisioner Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja
5% 0%
0 - 5 tahun
15% 17,5% 6 - 10 tahun
2,5%
11 - 15 tahun
16 - 20 tahun
21 - 25 tahun
60%
> 25 tahun

Sumber: Data Primer, diolah


Berdasarkan masa kerja, responden yang menduduki jabatan dan

berhubungan dalam pengelolaan dan penyerapan anggaran mayoritas memiliki

masa kerja antara 11 sampai dengan 15 tahun yaitu 60% dengan jumlah 24

responden.

5. Umur

Data responden berdasarkan umur berdasarkan hasil pengumpulan data

dapat dilihat pada Grafik 4.5 berikut:


87

Grafik 4.5
Data Kuisioner Berdasarkan Umur

Kelompok Umur
5%

20% 10% 31 – 35
36 – 40
41 – 45
27,5%
46 – 50
37,5% 50 keatas

Sumber: Data Primer, diolah


Berdasarkan Grafik 4.5 diatas responden berdasarkan kelompok umur

sangat bervariasi antara umur 31 tahun sampai dengan 50 tahun keatas.

Responden yang menduduki jabatan dan berhubungan dalam pengelolaan dan

penyerapan anggaran dengan responden terbesar yaitu kelompok umur 46 sampai

dengan 50 tahun yaitu 37,5% dengan jumlah 15 responden.

6. Jenjang Pendidikan

Klasifikasi respoden berdasarkan jenjang pendidikan pada penelitian dapat


dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6
Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Jenjang Pendidikan
0%
0% 0% 0% SD
20%
SLTP
25%
SLTA /Sederajat
55% Diploma
Strata 1

Sumber: Data Primer, diolah


88

Gambaran kondisi responden yang menduduki jabatan dan berhubungan

dalam pengelolaan dan penyerapan anggaran berdasarkan jenjang pendidikan pada

grafik 4.6 diatas, menunjukkan bahwa responden dengan jenjang pendidikan

Strata 1 (S1) merupakan responden terbanyak yaitu sebesar 55% dengan jumlah

22 responden.

4.2.2 Analisis Distribusi Frekuensi


Penyusunan distribusi frekuensi bertujuan untuk memudahkan dalam

penyajian data, memudahkan pemahaman dan memudahkan data untuk dibaca

yang merupakan sumber informasi dalam penelitian.

Analisis deskriptif dalam penulisan ini disajikan dalam bentuk tabel dan

dalam penelitian ini akan digunakan model distribusi frekuensi kategori yaitu

distribusi frekuensi yang pengelompokkan datanya disusun dalam bentuk kata-

kata atau distribusi yang penyatuan kelas-kelasnya didasarkan pada data kategori

(kualitatif).

Kategori yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kategori dalam skala

likert yang diurutkan berdasarkan bobot sangat tidak setuju sampai dengan sangat

setuju (dari skor 1 sampai dengan skor 5).

Umar (2002) menyatakan bahwa untuk menginterpretasi nilai mean dalam

frekuensi variabel maka dapat ditunjukkan pada skala interval sebagai berikut:

Skor tertinggi – Skor terendah


Interval =
Skor tertinggi

5-1
Interval = = 0,8
5
89

Jadi didapat skala interval :

4,21 – 5,00 = sangat baik

3,41 – 4,20 = baik

2,61 – 3,40 = sedang

1,81 – 2,60 = tidak baik

1,00 – 1,80 = sangat tidak baik

Berikut akan diuraikan analisis distribusi frekuensi masing-masing

variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Analisis Tanggapan Responden Terhadap Variabel Perencanaan (X1)

Pada tabel analisis variabel Perencanaan berdasarkan deskripsi variabel

diperlukan untuk mengetahui pendapat responden terhadap variabel yang

merupakan karakteristik dari obyek penelitian di Dinas Pekerjaan Umum Kota

Palu.

Analisis tanggapan responden terhadap variabel Perencanaan dapat dilihat

pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Variabel Perencanaan (X1)
Pilihan Jawaban Responden
Total Mean
Pernyataan 1 2 3 4 5
No F % F % F % F % F % N Skor
1 Instansi/organisasi
memiliki dokumen
perencanaan jangka 0 0,00 0 0,00 0 0,00 18 45,00 22 55,00 40 182 4,55
panjang yang
menjabarkan visi dan
misi instansi/organisasi
2 Dokumen perencanaan
memuat kinerja yang 0 0 5 12,50 22 55,00 13 32,50 40 168 4,20
0,00 0,00
terukur dan
pendanaannya
3 Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA)
disusun 0 0 0 0,00 30 75,00 10 25,00 40 170 4,25
0,00 0,00
berdasarkan
dokumen perencanaan
dan pagu anggaran
90

Pilihan Jawaban Responden Total Mean


Pernyataan 1 2 3 4 5
No F % F % F % F % F % F % F
4 Penyusunan rencana
kerja dan anggaran
memperhatikan prinsip 0 0 0 0,00 31 77,50 9 22,50 40 169 4,23
0,00 0,00
efisiensi, efektivitas,
transparansi, dan
akuntabilitas
5 Pelaksanaan program
sinkron dengan 0 0,00 0 0,00 5 12,50 31 77,50 4 10,00 40 159 3,98
kinerja eksekutif
Rata-rata Variabel Perencanaan 182 4,24

Sumber : Data Primer, Diolah

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui Proporsi jawaban responden untuk

variabel Perencanaan (X1), yang memberikan tanggapan Sangat Tidak Setuju

(STS) sebesar 0 %, Tidak Setuju (TS) sebesar 0%, Netral (N) sebesar 5,00%,

Setuju (S) sebesar 66% dan Sangat Setuju (SS) sebesar 29% dengan skor 182 dan

nilai mean sebesar 4,24 yang artinya nilai intervalnya berada pada kategori baik.

Hasil ini menunjukkan Perencanan yang ada di Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu

sudah berjalan dengan baik, tetapi diharapkan dapat terus ditingkatkan lagi

menjadi sangat baik.

Dari kelima indikator yang dijadikan alat ukur terhadap faktor

perencanaan, nilai mean tertinggi terdapat pada indikator visi dan misi yaitu

sebesar 4,55 dengan skor 182 yang berada pada kategori sangat baik. Hasil ini

menunjukkan bahwa Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu harus memiliki dokumen

perencanaan jangka panjang yang menjabarkan visi misi dalam menjalankan tugas

pokok dan fungsinya dalam suatu organisasi kerja pemerintah daerah. Indikator

penyusunan program dengan skor 170 berada posisi kedua dengan nilai mean

sebesar 4,51 nilai intervalnya masuk dalam kategori baik. Indikator anggaran

dengan skor 169 berada di posisi ketiga dengan nilai mean sebesar 4,23 nilai
91

intervalnya masuk dalam kategori baik. Indikator Strategi perencanaan dengan

skor 168 berada posisi keempat dengan nilai mean sebesar 4,20 nilai intervalnya

masuk dalam kategori baik. Indikator Sinkronisasi program dengan skor 159

berada posisi kelima dengan nilai mean sebesar 3,98 nilai intervalnya masuk

dalam kategori baik. Pengukuran capaian indikator sinkronisasi program yang

ada pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu tahun 2020 tidak mencapai target

yang di inginkan, hal ini dikarenakan alokasi dana tahun 2020 bersumber dari

dana DAK yang tidak terealisasi karena dialihkan ke penanganan covid 19

sehingga penanganan beberapa program tidak dapat terealisasi dan dana APBD

sangat terbatas. Faktor Perencanaan yang terdiri dari Visi dan misi, Strategi

perencanaan, Penyusunan program, Penyusunan anggaran, Sinkronisasi program

yang di laksanakan dengan baik dan efektif dapat mendorong percepatan

penyerapan Anggaran yang lebih baik.

2. Analisis Tanggapan Responden Terhadap Variabel Pengadaan barang

dan Jasa (X2)

Pada tabel analisis variabel Pengadaan Barang dan jasa variabel

diperlukan untuk mengetahui pendapat responden terhadap variabel yang

merupakan karakteristik dari obyek penelitian di Dinas Pekerjaan Umum Kota

Palu.Analisis tanggapan responden terhadap variabel Pengadaan Barang dan jasa

dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:


92

Table 4.3
Distribusi Frekuensi Variabel Pengadaan Barang dan jasa
Pilihan Jawaban Responden
Total Mea
Pernyataan 1 2 3 4 5
n
No F % F % F % F % F % N Skor
1 Kemampuan
pegawai sebagai
panitia/pejabat
pengadaan barang
dan jasa sesuai 0 0,00 0 0,00 2 5,00 32 80,00 6 15,00 40 164 4,10
dengan tunjangan
jabatan yang
diperoleh.

2 Pejabat
melaksanakan
pengadaan barang
dan jasa sudah sesuai 0 0,00 0 0,00 1 2,50 29 72,50 10 25,00 40 169 4,23
dengan aturan yang
berlaku

3 Realisasi anggaran
pengadaan barang
dan jasa 0 0,00 0 0,00 3 7,50 28 70,00 9 22,50 40 166 4,15
dilaksanakan sesuai
dengan target yang
ingin dicapai
4 Pengadaan Barang
dan jasa
dilaksanakan sesuai 0 0,00 0 0,00 3 7,50 21 52,50 16 40,00 40 173 4,33
dengan Perpres No.
16 Tahun 2018
5 SDM Pelaksana
Pengadaan barang
dan jasa yang 3 7,50 8 20,00 16 40,00 9 22,5 4 10,00 40 123 3,08
bersertifikat sudah
sesuai kebutuhan
6 SK Panitia
ditetapkan di awal 0 0,00 4 10,00 7 17,50 22 55,00 7 17,50 40 152 3,80
tahun
7 Penyusunan Pagu
Anggaran sesuai 0 0,00 1 2,5 0 0,00 18 45,00 21 52,50 40 179 4,48
dengan harga pasar
8 Pemeriksaan dan
penandatangan
dokumen lelang oleh
panitia/pejabat 0 0,00 1 2,50 7 17,50 22 55,00 10 25,00 64 161 4,03
pengadaan sesuai
dengan jadwal yang
di tetapkan
Rata-rata Variabel Pengadaan Barang dan jasa 160,88 4,03

Sumber : Data Primer, Diolah

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui persentase rata-rata tanggapan

responden terhadap 8 butir pernyataan yang diajukan berkaitan dengan variabel

Pengadaan barang dan jasa (X2), deskripsi hasil tanggapan responden yang
93

memberikan tanggapan Sangat Tidak Setuju (STS) sebesar 0,94%, Tidak Setuju

(TS) sebesar 4,38%, Kurang Setuju (KS) sebesar 12,19%, Setuju (S) sebesar

56,56% dan Sangat Setuju (SS) sebesar 25,94% dengan skor 160,88 dan nilai

mean sebesar 4,03 yang artinya nilai intervalnya berada pada kategori baik. Hasil

ini menunjukkan pengadaan barang dan jasa yang ada di Pekerjaan Umum Kota

Palu sudah berjalan dengan baik, tetapi diharapkan dapat terus ditingkatkan lagi

menjadi sangat baik.

Dari delapan indikator yang dijadikan alat ukur terhadap pengadaan

barang dan jasa, nilai mean tertinggi terdapat pada indikator Penentuan HPS yaitu

sebesar 4,48 dengan skor 179 yang berada pada kategori sangat baik. Hasil ini

menunjukkan bahwa Penyerapan anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota

Palu sangat di pengaruhi oleh proses penentuan HPS yaitu penyusunan Pagu

Anggaran sesuai dengan harga pasar yang telah di tentukan sehingga saat

pelelangan tidak ada perubahan HPS yang akan memakan waktu yang lebih lama

dalam proses pelelangan sehingga sangat mempengaruhi dengan penyerapan

anggaran. Indikator kesesuaian peraturan dengan skor 173 berada posisi kedua

dengan nilai mean sebesar 4,33 nilai intervalnya masuk dalam kategori sangat

baik. Pengadaan barang dan jasa dilaksanakan sesuai dengan Perpres 16 Tahun

2018, pemahaman tentang peraturan ini sangat berpengaruh terhadap penyerapan

anggaran. Indikator Tugas dan tanggung jawab dengan skor 169 dengan nilai

mean sebesar 4,23 berada pada posisi ketiga dengan nilai intervalnya masuk

dalam kategori sangat sangat baik. Indikator Target realisasi dengan skor 166

berada posisi keempat dengan nilai mean sebesar 4,15 nilai intervalnya masuk
94

dalam kategori baik. Indikator jumlah pejabat atau panitia dengan skor 164 berada

posisi kelima dengan nilai mean sebesar 4,10 nilai intervalnya masuk dalam

kategori baik. Indikator Pemilihan Penyedia pada posisi keenam dengan skor 161

nilai mean sebesar 4,03 nilai intervalnya juga masuk dalam kategori baik dan

indikator pembentukan struktur dengan skor 152 nilai mean sebesar 3,80 nilai

intervalnya juga masuk dalam kategori baik. indikator SDM Bersertifikat pada

posisi terakhir dengan skor 123 nilai mean sebesar 3,08 nilai intervalnya juga

masuk dalam kategori sedang. Hal ini di sebabkan Sumber daya manusia dalam

pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang bersertifikat masih kurang pada

Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

Berdasarkan jawaban responden tentang variabel pengadaan barang dan

jasa, menunjukkan responden sepakat bahwa pengadaan barang dan jasa

mempunyai pengaruh terhadap penyerapan anggaran. Pengadaan barang dan jasa

yang terdiri dari indikator Penentuan HPS, tugas dan tanggung jawab, jumlah

pejabat atau panitia, Target realisasi, Indikator pemilihan penyedia dan indikator

pembentukan struktur dapat ditingkatkan sebagai langkah dalam percepatan

penyerapan anggaran.

3. Analisis Tanggapan Responden Terhadap Variabel Sumber Daya

Manusia (X3)

Pada tabel analisis variabel Sumber Daya Manusia berdasarkan deskripsi

variabel diperlukan untuk mengetahui pendapat responden terhadap variabel yang

merupakan karakteristik dari obyek penelitian di Dinas Pekerjaan Umum Kota

Palu.
95

Analisis tanggapan responden terhadap variabel Sumber Daya Manusia

dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Variabel Sumber Daya Manusia
Pilihan Jawaban Responden Mea
Total
Pernyataan 1 2 3 4 5 n
No Sko
F % F % F % F % F % N
r
1 Sumber daya
manusia di
instansi/organisasi 0 0,00 0 0,00 1 2,50 24 60,00 15 37,50 40 174 4,35
bekerja sesuai
bidang keahlian
masing-masing
2 Jumlah sumber
daya manusia
sesuai dengan 5 12,50 7 17,50 13 32,50 13 32,50 2 5,00 40 120 3,00
kebutuhan
instansi/organisasi
3 Setiap individu
memiliki job
descriptionse hingga 0 0,00 1 2,50 11 27,50 18 45,00 10 25,00 40 157 3,93
terhindar dari
penugasan rangkap
4 Instansi/organisasi
menyediakan
fasilitas untuk 0 0,00 2 5,00 10 25,00 14 35,00 14 35,00 40 160 4,00
pegawai yang
akan mengikuti
pelatihan/sertifikasi
Rata-rata Variabel Sumber Daya Manusia 152,
3,82
75

Sumber: Data Primer, Diolah

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui persentase rata-rata tanggapan

responden terhadap 4 butir pernyataan yang diajukan berkaitan dengan variabel

sumber daya manusia (X3), yang memberikan tanggapan Sangat Tidak Setuju

(STS) sebesar 3,13%, Tidak Setuju (TS) sebesar 6,25%, Kurang setuju (KS)

sebesar 21,88%, Setuju (S) sebesar 43,13% dan Sangat Setuju (SS) sebesar

25,63% dengan skor 152,75 dan nilai mean sebesar 3,82 yang artinya nilai

intervalnya berada pada kategori baik. Hasil ini menunjukkan Faktor sumber daya

manusia yang ada di Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu sudah baik, sehingga

diharapkan dapat terus ditingkatkan lagi menjadi sangat baik.


96

Dari keempat indikator yang dijadikan alat ukur terhadap Sumber Daya

Manusia, nilai mean tertinggi terdapat pada indikator kompetensi yaitu sebesar

4,35 dengan skor 174 berada pada kategori sangat baik. Hasil ini menunjukkan

bahwa Sumber daya manusia di Dinas pekerjaan umum kota palu bisa bekerja

sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing sehingga bisa fokus dalam

upaya percepatan penyerapan anggaran. Indikator sertifikasi dan pendidikan

dengan skor 160 berada pada posisi kedua dengan nilai mean sebesar 4,00 dimana

nilai intervalnya termasuk dalam kategori baik dan indikator penugasan rangkap

dengan skor 157 berada posisi terakhir dengan nilai mean sebesar 3,93 nilai

intervalnya masuk dalam kategori baik. Dalam hal penugasan rangkap ini

berhubungan dengan jumlah sumber daya manusia di Dinas Pekerjaan Umum

Kota Palu dalam pengelolaan pelaksanaan kegiatan khususnya tenaga pengawas

lapangan dan Pembantu Pengawas lapangan yang kurang dan tidak seimbang

dengan jumlah paket pekerjaan yang ada.

Berdasarkan jawaban responden tentang variabel sumber daya manusia,

menunjukkan responden sepakat bahwa sumber daya manusia mempunyai

pengaruh terhadap penyerapan anggaran. Indikator sumber daya manusia yang

terdiri dari kompetensi, sertifikasi dan pendidikan dan penugasan rangkap yang

harus selalu diperhatikan sehingga kinerja pegawai yang sesuai dengan bidang

atau keahlianya masing-masing bisa membantu mempercepat penyerapan

anggaran.
97

4. Analisis Tanggapan Responden Terhadap Variabel Administrasi (X4)

Pada tabel analisis variabel Administrasi berdasarkan deskripsi variabel

diperlukan untuk mengetahui pendapat responden terhadap variabel yang

merupakan karakteristik dari obyek penelitian di Dinas Pekerjaan Umum Kota

Palu. Analisis tanggapan responden terhadap variabel Administrasi dapat dilihat

pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Variabel Administrasi
Pilihan Jawaban Responden Mea
Total
Pernyataan 1 2 3 4 5 n
No Sko
F % F % F % F % F % N
r
1 Instansi/organisasi
memiliki bidang
khusus untuk 0 0,00 0 0,00 2 5,00 22 55,00 16 40,00 40 174 4,35
pengarsipan
mengerjakan
administrasi
2 Dokumen kegiatan
instansi/organsasi
(perencanaan,
pelaksanaan, dan 2 5,00 1 2,50 8 20,00 26 65,00 3 7,50 40 147 3,68
evaluasi) lengkap

dicatat dan diarsipkan


3 Proses administrasi
memanfaatkan system 2 5,00 4 10,00 19 47,50 14 35,00 1 2,50 40 128 3,20
Informasi
4 Memiliki Aksesibilitas
Informasi
administrasi setiap 10,00 12 30,00 22 55,00 1 2,50 40 138 3,45
1 2,50 4
kegiatan pada
instansi/organisasi
dapat diakses
Rata-rata Variabel Administrasi 146
3,67
,75

Sumber: Data Primer, Diolah

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui persentase rata-rata tanggapan

responden terhadap 4 butir pernyataan yang diajukan berkaitan dengan variabel

Administrasi (X4), yang memberikan tanggapan Sangat Tidak Setuju (STS)

sebesar 3,13%, Tidak Setuju (TS) sebesar 5,63%, Kurang setuju (KS) sebesar

25,63%, Setuju (S) sebesar 52,50% dan Sangat Setuju (SS) sebesar 13,13%
98

dengan skor 146,75 dan nilai mean sebesar 3,67 yang artinya nilai intervalnya

berada pada kategori baik.Hasil ini menunjukkan Administras di Dinas Pekerjaan

Umum Kota Palu sudah berjalan dengan baik, sehingga diharapkan dapat terus

ditingkatkan lagi menjadi sangat baik.

Dari keempat indikator yang dijadikan alat ukur terhadap variabel

administrasi, nilai mean tertinggi terdapat pada indikator pengarsipan yaitu

sebesar 4,35 dengan skor 174 berada pada kategori sangat baik. Hasil ini

menunjukkan bahwa dengan pengarsipan yang baik pada Dinas Pekerjaan Umum

Kota Palu diharapkan mempercepat penyerapan anggaran. Indikator kelengkapan

dokumen dengan skor 147 berada pada posisi kedua dengan nilai mean sebesar

3,67 dimana nilai intervalnya termasuk dalam kategori baik. Dan pada posisi

terakhir indikator aksesbilitas informasi administrasi dengan skor 138 dengan

nilai mean sebesar 3,45 nilai intervalnya masuk dalam kategori baik. Untuk

aksesibilitas informasi administrasi pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu belum

maksimal karena tidak ada operator khusus dalam menangani hal ini pada masing-

masing kegiatan, hal ini merupakan bagian penting yang harus diperbaiki agar

bisa mempermudah dalam proses administrasi setiap kegiatan.

Berdasarkan jawaban responden tentang variabel administrasi,

menunjukkan responden sepakat bahwa administrasi mempunyai pengaruh

terhadap penyerapan anggaran. Administrasi yang terdiri dari ruang pengarsipan

khusus untuk dokumen- dokumen perencanaan, kelengkapan dokumen dari

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta aksesibilitas informasi dan

administrasi yang baik dapat mempercepat penyerapan anggaran.


99

5. Analisis Tanggapan Responden Terhadap Variabel Penyerapan

Anggaran (Y)

Pada tabel analisis variabel penyerapan anggaran berdasarkan deskripsi

variabel diperlukan untuk mengetahui pendapat responden terhadap variabel yang

merupakan karakteristik dari obyek penelitian di Dinas Pekerjaan Umum Kota

Palu. Analisis tanggapan responden terhadap variabel penyerapan anggaran dapat

dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja (Y)
Mea
Pilihan Jawaban Responden
No Pernyataan Total n
1 2 3 4 5
F % F % F % F % F % N Skor
1 Penarikan anggaran
sangat proporsional 1 2,50 2 5,00 11 27,50 23 57,50 3 7,50 40 145 3,63
setiap triwulannya
2 Pada akhir tahun
penyelesaian
proses pencairansudah 0 0,00 1 2,50 4 10,00 27 67,50 8 20,00 40 162 4,05
selesaitanpa adanya
penumpukan pekerjaan
proses pencairan
3 Realisasi untuk
penyerapan anggaran
pekerjaan terkait 0 0,00 1 2,50 12 30,00 23 57,50 4 10,00 40 150 3,75
(program dan
Kegiatan) mencapai
95%
4 Mampu mencapai
total penyerapan 0 0,00 0 0,00 0 0,00 26 65,00 14 35,00 40 174 4,35
anggaran lebih dari
95%
5 Pada akhir tahun tidak 0 0,00 0 0,00 3 7,50 25 62,5 12 30,00 40 169 4,23
ada sisa anggaran
Rata-rata Variabel penyerapan anggaran 160 4,00

Sumber: Data Primer, Diolah

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui persentase rata-rata tanggapan

responden terhadap 5 butir pernyataan yang diajukan berkaitan dengan variabel

Penyerapan Anggaran (Y), yang memberikan tanggapan Sangat Tidak Setuju

(STS) sebesar 0,5%, Tidak Setuju (TS) sebesar 2,00%, Kurang Setuju (KS)
100

sebesar 15,00%, Setuju (S) sebesar 62,00% dan Sangat Setuju (SS) sebesar 27,5-

% dengan skor 160 dan nilai mean sebesar 4,00 yang artinya nilai intervalnya

berada pada kategori baik.Hasil ini menunjukkan penyerapan anggaran di Dinas

Pekerjaan Umum Kota Palu sudah berjalan dengan baik, tetapi diharapkan dapat

terus ditingkatkan lagi menjadi sangat baik.

Dari kelima indikator yang dijadikan alat ukur terhadap penyerapan

anggaran, nilai mean tertinggi terdapat pada indikator presentase serapan

anggaran yaitu sebesar 4,35 berada pada kategori sangat baik dengan skor 174,00.

Hasil ini menunjukkan bahwa selain percepatan penyerapan anggaran diharapkan

penyerapan anggaran bisa mencapai lebih dari 95%. Sehingga diperlukan korelasi

antara faktor-faktor yang dapat mempercepat penyerapan anggaran pada Dinas

Pekerjaan Umum Kota Palu. Indikator sisa anggaran dengan skor 169,00 berada

posisi kedua dengan nilai mean sebesar 4,23 nilai intervalnya masuk dalam

kategori sangat baik sehingga diharapkan pada akhir tahun tidak terdapat sisa

anggaran. Indikator penumpukan kegiatan dengan skor 162 berada pada posisi

ketiga dengan nilai mean sebesar 4,05 yang nilai intervalnya masuk dalam

kategori baik. Indikator Realisasi anggaran dengan skor 150 berada pada posisi

keempat dengan nilai mean sebesar 3,75 yang nilai intervalnya masuk dalam

kategori baik. Indikator proporsional penyerapan anggaran dengan skor 145

berada pada posisi terakhir dengan nilai mean sebesar 3,63 yang nilai intervalnya

juga masuk dalam kategori baik. Berdasarkan data Penyerapan Anggaran pada

Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu Penarikan anggaran setiap triwulannya tidak
101

proporsional dan penarikan anggaran yang paling tinggi terjadi pada triwulan IV

pada akhir Tahun.

Berdasarkan jawaban responden untuk penyerapan anggaran menunjukan

responden sepakat bahwa penyerapan anggaran merupakan variabel penting yang

berpengaruh terhadap kemajuan Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu untuk

mencapai tujuan, visi dan misi yang telah ditetapkan. Adanya perbaikan terhadap

perencanaan, pengadaan barang dan jasa, sumber daya manusia dan administrasi

merupakan faktor yang mempengaruhi penyerapan anggaran.

Secara keseluruhan indikator yang dominan dari masing-masing variabel

yang diteliti, dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7
Indikator Yang Dominan per Variabel
Rata-
Indikator
rata Nilai
No Variabel Kategori Yang Kategori
Nilai Mean
Dominan
Mean
Perencanaan Sangat Visi dan Sangat
1. 4,24 4,55
(X1) Baik Misi Baik
Pengadaan
Penentuan Sangat
2. Barang dan 4,11 Baik 4,48
HPS Baik
Jasa (X2)
Sumber Daya Sangat
3. 3,82 Baik Kompetensi 4,35
Manusia (X3) Baik
Administrasi Sangat
4. 3,67 Baik Pengarsipan 4,35
(X4) Baik
Presentase
Penyerapan Sangat
5. 4,00 Baik serapan 4,35
Anggaran(Y) Baik
anggaran
Sumber: Data Primer, Diolah

Indikator yang paling dominan berdasarkan tanggapan responden adalah

indikator visi dan misi, penentuan HPS, Kompetensi, Pengarsipan dan presentase
102

serapan anggaran. Hasil ini menunjukkan bahwa Responden di Dinas Pekerjaan

Umum Kota Palu menyadari betul bahwa dalam rangka untuk percepatan

penyerapa anggaran harus diperbaiki dari proses awal penentuan dokumen

perencanaan jangka panjang yang terstruktur memudahkan dalam proses

penentuan HPS sehingga pada proses pelelangan tidak mengalami banyak

perubahan yang membutuhkan waktu yang lama, serta dengan kompetensi

Sumber Daya Manusia yang bekerja sesuai keahlian dan bidangnya masing-

masing dan dengan dukungan pengarsipan sarana administrasi yang memadai

sehingga tujuan untuk mencapai total penyerapan anggaran lebih dari 95% bisa

tercapai.

4.2.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik ini digunakan untuk mengetahui apakah model linear

berganda yang digunakan pada penelitian ini memenuhi persyaratan seperti: Uji

Normalitas, Uji Multikolinearitas dan Uji Heterokedastisitas. Adapun uji asumsi

klasik adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Normalitas bertujuan mengkaji apakah dalam sebuah model regresi

variabel dependen (terikat), variabel independen (bebas) atau keduanya

mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah

distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dilakukan

dengan melihat penyeberan data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar

pengambilan keputusan adalah:


103

1. Jika data tersebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika menyebar jauh dari diagonal maka model regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas.

Dengan bantuan program statistik SPSS 16 hasil Uji Normalitas data dapat

dilihat pada titik sebaran data yang dihasilkan dalam penelitian ini sehingga dapat

disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini adalah data normal, seperti

diperlihatkan pada gambar berikut ini.

Gambar : 4.2. Uji normalitas


104

b. Uji Multikolinearitas

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah diantara variable bebas

(indevenden) tidak saling berkorelasi atau tidak terdapat hubungan yang

signigikan antara variable. Menurut Gunawan (2001 : 235) untuk mendeteksi

adanya multikolinearitas dapat dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation

Factor) kurang dari 10 dan Tolerance lebih besar dari angka 0,10 serta koefisien

antara variable independen di bawah 0,5 maka dapat disimpulkan tidak terjadi

multikolineratis.

Hasil Uji multikolinearitas dengan menggunakan variance Inflation

Factor (VIF) seperti pada table berikut:

Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolineritas
No. Varibel Independen Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 PERENCANAAAN (X1) 0,920 1,087
2 PENGADAAN BARANG JASA (X2) 0,848 1,180
3 SUMBERDAYA MANUSIA (X3) 0,697 1,435
4 ADMINISTRASI 0,834 1,198
Sumber : Lampiran 5

Dari tabel diatas bahwa nilai VIF dari variabel-variabel independen

dalam model regresi yang digunakan kurang dari angka 10 sedangkan nilai

Tolerance lebih besar dari 0,10, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-

varaibel tersebut tidak terdapat gejala multikolinearitas.

c. Uji Heterokedastisitas

Hasil uji asumsi heterokedastisitas dari model regresi yang terbentu tersaji

pada gambar berikut:

Gambar : 4.3. Regresi Standardized Prected Value


105

Berdasarkan Gambar 4.3. terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak

membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun

dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini memberi makna bahwa persamaan

regresi memenuhi asumsi heteroskedastisitas.

4.3 Hasil Uji Regresi Berganda

Regresi Linear Berganda merupakan salah satu alat statistik Parametrik

dengan fungsi menganalisis dan menerangkan keterkaitan antara dua atau lebih

faktor penelitian yang berbeda nama, melalui pengamatan pada beberapa hasil

observasi (pengamatan) di berbagai bidang kegiatan. Berkaitan dengan penelitian

ini alat analisis Statistik Parametrik Regresi Linear Berganda yang digunakan

untuk mengetahui pengaruh variable indevenden (X1, X2, X3 dan X4) terhadap

variable dependen (Y). Dalam konteks penelitian ini Regresi Linear Berganda

digunakan untuk mengukur pengaruh perencanaan (X1), pengadaan barang dan

jasa (X2), sumber daya manusia (X3) dan administrasi (X4) terhadap penyerapan

anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.


106

Sesuai hasil analisis Regresi Linear Berganda dengan menggunakan

bantuan komputer SPSS For Wind Release 16,0 diperoleh hasil penelitian dari 40

orang responden dengan dugaan pengaruh keempat variabel independen

(perencanaan, pengadaan barang dan jasa, sumber daya manusia dan administrasi)

terhadap penyerapan anggaran pada Dinas Pekerajaaan Umum Kota Palu dapat

diketahui hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.9
Hasil Perhitungan Regresi Berganda

Dependen Variabel Y = Penyerapan Anggaran


Variabel Koefisien Standar t-hitung Sig
Regresi Error
C = Constanta 0,735 0,535 1,373 0,179
X1 = Perencanaan 0,200 0,085 2,360 0,024
X2 = Pengadaan Barang 0,309 0,097 3,175 0,003
Jasa
X3 = Sumber Daya 0,167 0,074 2,241 0,031
Manusia
X4 = Administrasi 0,151 0,070 2,169 0,037
R = 0,759 F-Statistik = 11,906
R-Square = 0,576 Sig. F = 0,000
Adjust R-Square = 0,528
Sumber: Lampiran 5

Model regresi yang diperoleh dari tabel diatas adalah:

Y = 0,735 + 0,200X1 + 0,309X2 + 0,167X3 + 0,151X4

Persamaan diatas menunjukkan, variabel independen yang dianalisa

berupa variabel (X1, X2, X3 dan X4) memberi pengaruh terhadap variabel
107

independen ( Y ) model analisis regresi penyerapan anggaran pada Dinas

Pekerjaan Umum Kota Palu dapat dilihat sebagai berikut:

Dari persamaan diatas dapat dijelaskan:

1. Untuk nilai constanta sebesar 0,735 berarti penyerapan anggaran pada

Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu sebelum adanya variabel independen

(perencanaan, pengadaan barang jasa, sumberdaya manusia dan

asministrasi) adalah sebesar 0,735.

2. Perencanaan (X1) dengan koefisien regresi 0,200 ini berarti terjadi

pengaruh yang positif antara perencanaan dengan penyerapan anggaran.

Artinya semakin baik perencanaan yang dilakukan pada Dinas Pekerjaam

Umum Kota Palu maka penyerapan anggaran juga semakin baik.

3. Pengadaan barang dan jasa (X2) dengan koefisien regresi 0,309 ini berarti

terjadi pengaruh yang positif antara pengadaan barang dan jasa dan

penyerapan anggaran. Artinya semakin baik pengadaan barang dan jasa

pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu maka akan baik penyerapan

anggaran .

4. Sumber daya manusia (X3) dengan koefisien regresi 0,167 ini berarti

terjadi pengaruh yang positif antara sumber daya manusia dengan

penyerapan anggaran. Artinya semakin baik sumber daya manusia yang

pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu maka penyerapan anggaran juga

semakin baik.

5. Administrasi (X4) dengan koefisien regresi 0,151 ini berarti terjadi

pengaruh yang positif antara administrasi dengan penyerapan anggaran.


108

Artinya semakin baik administrasi yang dilakukan pada Dinas Pekerjaan

Umum Kota Palu maka penyerapan anggaran juga semakin baik.

a. Pengujian Hipotesis Pertama

Uji simultan adalah sebuah pengujian untuk mengetahui apakah variabel

independen ( X ) yang diteliti memiliki pengaruh terhadap variabel dependen ( Y )

berarti semua variabel bebasnya, yakni perencanaan (X1), pengadaan barang dan

jasa (X2) sumber daya manusia (X3) dan administrasi (X4) dengan variabel tidak

bebasnya penyerapan anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu yakni:

Selanjutnya berdasarkan tabel 4.13 dari hasil perhitungan diperoleh

Fhitung = 11,906 pada taraf nyata ά = 0,05 atau sig < 0,05. Dari tabel tersebut

menunjukkan bahwa nilai signifgikansi = 0,000. Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel bebas mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebasnya.

Dengan demikian maka hipotesis pertama yang menyatakan bahwa:

“Perencanaan, pengadaan barang dan jasa, sumber daya manusia dan

administrasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penyerapan anggaran Pada Dinas Pekerjaam Umum Kota Palu”

berdasarkan hasil Uji-F ternyata terbukti.

b. Pengujian Hipotesis Kedua, Ketiga, Keempat dan Kelima

Pengujian secara parsial dimaksudkan untuk melihat pengaruh masing-

masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya, sebagai berikut:


109

1. Perencanaan (X1)

Untuk variabel perencanaan, hasil perhitungannya menunjukkan bahwa

nilai koefisien korelasi sebesar 0,200, sementara tingkat signifikasi sebesar 0,024.

Dengan demikian nilai sig < 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Sehingga dapat

dinyatakan bahwa varaibel perencanaan mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap penyerapan anggaran Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

Dengan demimkian maka hipotesis kedua yang menyatakan” Perencanaan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan anggaran pada

Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu” berdasarkan hasil Uji-t ternyata terbukti.

2. Pengadaan barang dan jasa (X2)

Untuk variabel pengadaan barang dan jasa, hasil perhitungannya

menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,309, sementara tingkat

signifikasi sebesar 0,003. Dengan demikian nilai sig < 0,05 pada taraf

kepercayaan 95%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa varaibel pengadaan barang

dan jasa mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pengadaan barang

dan jasa. Dengan hipotesis ketiga yang menyatakan” Pengadaan barang dan

jasa berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan anggaran pada

Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu” berdasarkan hasil Uji-t ternyata terbukti.

3. Sumber daya manusia (X3)

Untuk variabel sumber daya manusia, hasil perhitungannya

menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,167, sementara tingkat

signifikasi sebesar 0,031. Dengan demikian nilai sig < 0,05 pada taraf

kepercayaan 95%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa varaibel sumber daya


110

manusia mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan

anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu. Dengan hipotesis keempat

yang menyatakan” Sumber daya Manusia berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penyerapan anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu”

berdasarkan hasil Uji-t ternyata terbukti.

4. Administrasi (X4)

Untuk variabel administrasi, hasil perhitungannya menunjukkan bahwa

nilai koefisien korelasi sebesar 0,151, sementara tingkat signifikasi sebesar 0,037.

Dengan demikian nilai sig < 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Sehingga dapat

dinyatakan bahwa varaibel administrasi mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap penyerapan anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

Dengan hipotesis kelima yang menyatakan” Administrasi berpengaruh positif

dan signifikan terhadap penyerapan anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum

Kota Palu” berdasarkan hasil Uji-t ternyata terbukti.

c. Koefisien Determinasi

Sedangkan dari uji determinasi (kehandalan model) memperlihatkan nilai

Adjusted R-Square = 0,528 atau = 52,80%. Hal ini berarti bahwa sebesar 52,80%

variabel tidak bebas dipengaruhi oleh keempat variabel bebas, selebihnya variabel

tidak bebas dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.


111

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, selanjutnya

akan dilakukan pembahasan hasil dari analisis atas Faktor Perencanaan,

Pengadaan Barang dan Jasa, Sumber daya manusia dan administrasi Terhadap

Penyerapan anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu, hasil pengujian

terlihat dengan jelas bahwa secara parsial (individu) semua variabel bebas

berpengaruh terhadap variabel terikat. Pengaruh yang diberikan keempat variabel

bebas tersebut bersifat positif artinya semakin baik dan terpenuhi Faktor

Perencanaan, Pengadaan Barang dan Jasa, Sumber daya manusia dan administrasi

semakin baik pula penyerapan anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Penjelasan pengaruh

variabel X terhadap variabel Y baik secara simultan maupun parsial adalah

sebagai berikut:

4.4.1 Pengaruh Perencanaan, Pengadaan Barang dan Jasa, Sumber Daya

Manusia dan Administrasi Terhadap Penyerapan Anggaran pada

Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu

Berdasarkan analisis hasil uji regresi diketahui bahwa variabel

Perencanaan, Pengadaan Barang dan Jasa, Sumber Daya Manusia dan

Administrasi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Penyerapan

Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu. Hal ini menunjukkan bahwa

secara umum penyerapan anggaran pada Dinas Pekerjaan umum semakin baik

apabila perencanaan dan pemahaman individu terkait tujuan kegiatan serta

penyusunan anggaran dengan tepat. Selain itu pengembangan sumber daya


112

manusia sangat penting untuk meningkatkan kompetensi pegawai agar dapat

memonitoring seluruh proses mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

untuk meningkatkan penyerapan anggaran.

4.4.2 Pengaruh Perencanaan Terhadap Penyerapan Anggaran pada Dinas

Pekerjaan Umum Kota Palu

Berdasarkan hasil analisis uji regresi maka perencanaan berpengaruh

signifikan terhadap penyerapan anggaran. Hasil ini memberikan makna bahwa

semakin baik perencanaan kegiatan maka penyerapan anggaran semakin

meningkat.

Dari semua indikator yang di teliti mulai visi misi, strategi perencanaan,

pemahaman program dan anggaran, efisiensi penyusunan RKA, sinkronisasi

program mempengaruhi penyerapan anggaran dan indikator yang paling dominan

yaitu penetapan visi misi.

Sesuai dengan salah satu Misi Kota Palu dalam RPJMD Kota Palu 2016-

2021 yaitu Pembangunan dan pengembangan infrastruktur dasar kota yang

berkelanjutan maka Dinas Pekerjaan umum Kota Palu sebagai salah satu OPD

yang mendukung pembangunan infrastruktur Kota Palu bertujuan untuk

Menyiapkan infrastruktur dasar kota yang berkelanjutan sebagai salah satu contoh

indikator Kinerja jaringan jalan berdasarkan kemantapan, maka Dinas Pekerjaan

Umum Kota Palu membuat perencanaan program dan anggaran untuk mendukung

visi misi tersebut. Dengan proses Perencanaan yang baik, efisien dan tepat waktu
113

maka hal tersebut akan mendukung keberhasilan penyerapan anggaran pada Dinas

Pekerjaan Umum Kota Palu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Goal-setting theory yang dikemukakan

oleh Locke (1978) menjabarkan bahwa pencapaian tujuan (penyerapan anggaran)

pada awalnya bergantung pada pemahaman individu terkait tujuan kegiatan

sehingga pemahaman tersebut akan membantu meningkatkan kinerja individu.

Penetapan tujuan kegiatan dan pembentukan kesepahaman merupakan bagian dari

kegiatan perencanaan. Hasil penelitian sejalan penelitian sebelumnya dari Priatno

(2013), Setyawan (2016) dan Alimudin (2018) yang meneliti faktor penyerapan

anggaran dan menyimpulkan bahwa perencanaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap penyerapan anggaran.

4.4.3 Pengaruh Pengadaan Barang dan Jasa Terhadap Penyerapan

Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu

Berdasarkan hasil analisis uji regresi maka pengadaan barang dan jasa

berpengaruh signifikan terhadap penyerapan anggaran. Hasil ini memberikan

makna bahwa semakin baik pengadaan barang dan jasa maka penyerapan

anggaran akan semakin meningkat.

Berdasarkan indikator pengadaan barang dan jasa yang di teliti dari

delapan indikator 7 indikator yang sangat mempengaruhi pengadaan barang dan

jasa, yang terdiri dari Penentuan HPS, Pemahaman peraturan, Tugas dan tanggung

jawab, Target realisasi, jumlah pejabat atau panitia, pemilihan penyedia dan

pembentukan struktur mempengaruhi penyerapan anggaran. Dan indikator yang

paling dominan yaitu penentuan HPS.


114

Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu sebelum penyusunan Pagu Anggaran

sudah melakukan survey harga satuan yang di gunakan sebagai dasar dalam

penyusunan HPS, Penyusunan HPS ini sangat berpengaruh dalam penentuan

anggaran yang akan di masukkan dalam RKA, jika penyusunan HPS dapat di

selesaikan tepat waktu, maka proses pengadaan barang dan jasa dapat berjalan

sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan mulai dari proses pelelangan sampai

dengan penetapan pemenang. Hal ini merupakan salah satu faktor yang

mendukung keberhasilan penyerapan anggaran pada Dinas Pekerjaan umum Kota

Palu.

Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan beberapa peneliti

sebelumnya Priatno (2013), Setyawan (2016), Alimudin (2018) bahwa pengadaan

barang dan jasa berpengaruh terhadap penyerapan anggaran

4.4.4 Pengaruh Sumber Daya Manusia Terhadap Penyerapan Anggaran

pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu

Berdasarkan hasil analisis uji regresi maka Sumber Daya Manusia

berpengaruh signifikan terhadap penyerapan anggaran. Hasil ini memberikan

makna bahwa semakin baik sumber daya manusia maka penyerapan anggaran

juga akan semakin meningkat.

Dari variabel sumber daya manusia, dari 4 indikator yang di teliti terdapat

3 indikator yang terdiri dari kompetensi, sertifikasi dan pendidikan dan penugasan

rangkap yang mempengaruhi penyerapan anggaran. Dan indikator yang paling

dominan yaitu kompetensi SDM.


115

Sumber Daya Manusia pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu sudah

baik, pegawai yang ada bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing, adapun

kekurangan pegawai ini bisa di atasi dengan adanya Pegawai Kontrak Non ASN

yang sangat membantu dalam proses pelaksanaan kegiatan. Selain itu, untuk

mendukung kompetensi sumber daya manusia Dinas Pekerjaan Umum juga

mengadakan kegiatan pelatihan / sertifikasi tenaga ahli dan juga pelatihan

pengadaan barang dan jasa. Hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan penyerapan anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

Hasil penelitian sejalan dengan temuan Anfujiatin (2016), Setyawan

(2016) dan Raoda (2018) bahwa sumber daya manusia berpengaruh

signifikan terhadap penyerapan anggaran.

4.4.5 Pengaruh Administrasi Terhadap Penyerapan Anggaran pada Dinas

Pekerjaan Umum Kota Palu

Berdasarkan hasil analisis uji regresi maka Administrasi berpengaruh

signifikan terhadap penyerapan anggaran .Hasil ini memberikan makna bahwa

semakin baik administrasi maka penyerapan anggaran juga akan semakin

meningkat.

Dari variabel administrasi, dari 4 indikator yang di teliti terdapat 3

indikator yang terdiri dari ruang pengarsipan khusus untuk dokumen- dokumen

perencanaan, kelengkapan dokumen dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

serta aksesibilitas informasi yang mempengaruhi penyerapan anggaran. Dan

indikator yang paling dominan yaitu pengarsipan.


116

Administrasi dapat dikatakan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh sekelompok orang dalam bentuk kerjasama untuk mencapai

tujuan. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa administrasi menjadi salah

satu bagian dari proses pembangunan, karena kegiatan yang dilakukan tersebut

memiliki pengaruh yang besar terhadap pembangunan daerah yang disusun dalam

sistem pemerintahan. Jika bagian administrasi dapat menjalankan tugasnya

dengan baik, maka hasil dari proses dalam pencapaian tujuan pun dapat tercapai.

Administrasi juga dapat dikatakan sebagai penyusunan dan pencatatan data dan

informasi secara sistematis baik internal maupun eksternal dengan maksud

menyediakan keterangan.

Pada Dinas pekerjaan umum masing-masing kegiatan melaporkan realisasi

anggaran dalam bentuk laporan fisik setiap bulannya melalui Tim Evaluasi dan

Pengawasan Realisasi Anggaran (TEPRA) yang mengumpulkan data realisasi

anggaran. Laporan Realisasi fisik dan anggaran ini dapat di jadikan sebagai tolak

ukur penyerapan anggaran tiap bulannya, sehingga apabila terjadi keterlambatan

maka dapat dilakukan upaya-upaya dalam percepatan penyerapan anggaran pada

Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

Hasil penelitian sejalan dengan temuan Anfujiatin (2016), Priatno (2013),

Putri (2014), dan Raoda (2018) bahwa administrasi merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi penyerapan anggaran.


117

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

Kesimpulan merupakan penyajian singkat apa yang telah diperoleh dari hasil

penelitian dan pembahasan. Saran merupakan anjuran yang disampaikan kepada

pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor Perencanaan, Pengadaan Barang dan Jasa, Sumber Daya Manusia dan

Administrasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyerapan

Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

2. Perencanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyerapan

Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

3. Pengadaan Barang dan Jasa berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Penyerapan Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

4. Sumber Daya Manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Penyerapan Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.

5. Administrasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyerapan

Anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu.


118

5.2 Saran

Dalam Rangka meningkatkat penyerapan anggaran pada Dinas Pekerjaan

Umum, maka disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Faktor perencanaan dan penyusunan program anggaran bisa lebih efektif,

dan efisien sehingga capaian indikator sinkronisasi program yang ada pada

Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu tahun mencapai target yang di inginkan.

2. Penetapan panitia pengadaan barang jasa sebaiknya dilakukan lebih

awal sesaat setelah anggaran ditetapkan oleh DPRD sehingga PPK dan PPTK

bisa melaksanakan kegiatan diawal tahun.

3. Melakukan sosialisasi tentang peraturan pengadaan barang jasa terbaru

dan mengadakan pelatihan pengadaan barang dan jasa sehingga pejabat yang

bersertifikat semakin banyak dan sesuai yang dibutuhkan.

4. Peningkatan Sumber Daya Manusia tetap menjadi prioritas utama

sehinggastandar mutu pekerjaan dan sistem pelaporan dapat tercapai.

5. Peningkatan sarana dan prasarana kerja guna menunjang kelancaran

pelaksanaan kegiatan. Khususnya pengarsipan dokumen setiap kegiatan

sehingga memudahkan dalam memperoleh data dan informasi yang di

butuhkan pada saat evaluasi dan capaian kinerja.

6. Diperlukan teknik evaluasi yang memadai untuk menilai capaian kinerja

setiap program dari perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan untuk

mencapai penyerapan anggaran yang proporsional sesuai dengan yang di

inginkan.
119

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman dan Muhidin. 2007. Analis Korelasi,Regresi dan Jalur Penelitian.


Bandung : CV. Pustaka Setia.
Alimuddin, 2018. Analisis penyerapan anggaran di Perguruan Tinggi Negeri
(PTN) dan kopertis Makassar. Tesis. Program Megister Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Adi Priatno, Prasetyo. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penyerapan Anggaran pada Satuan Kerja Lingkup Pembayaran KPPN
Blitar. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Malang: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Brawijaya.
Anfujatin. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Menyebabkan Rendahnya
Penyerapan Anggaran Belanja pada SKPD Kabupaten Tuban. Jurnal
Administrasi Publik, Vol.14(No. 1), 1–16.
Arif, E. 2013. Identifikasi Faktor-faktor Penyebab Minimnya
Penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2011. Program Pasca Sarjana
UGM, Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Erlangga.
Jakarta.
Herriyanto, H. 2012. Analisis atas faktor-faktor yang mempengaruhi
keterlabatan Penyerapan Anggaran Belanja pada Satuan Kerja
Kementerian/Lembaga di ilayah Jakarta. Tesis. Tidak Dipublikasikan.
Jakarta:FEUI.
Indriantoro., Nurdan. dan Bambang., Supomo. 2002. Metodologi Penelitian
Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen, EdisiPertama. Yogyakarta: BPFE
UGM.
Kuncoro, Mudrajad.2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi.
Penerbit.Erlangga, Jakarta.
120

Kuswoyo,. I. D. 2011. Analisis atas Faktor-Faktor Yang Menyebabkan


Terkonsentrasinya Penyerapan Anggaran Belanja di Akhir Tahun
Anggaran Pada Satuan Kerja di Wilayah KPPN Kediri. Tesis. Yogyakarta
: Universitas Gajah Mada.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi
Mardiasmo. 2008. Otonomi Dan Manajemen Keuangan Daerah.Yogyakarta:
Penerbit Andi
Nawawi. 2001. Perencanaan SDM Untuk Organisasi Profit Yang
Kompetitif.Yogyakarta: GM University Press.
Nugrahwati, Z. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi Keterlambatan
penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun
2015 di SKPD Kabupaten Tuban ( Studi Pada SKPD Badan Lingkungan
Hidup ). S1 Ilmu Administrasi Negara, FISH, UNESA.
Laporan Realisasi Penyerapan Anggaran tahun 2017-2020, Dinas Pekerjaan
Umum Kota Palu.
Locke, E. A. 1968. Toward a theory of taks motivation and incentives.
organizationan Behavior and humanPerformance, 3. 157-189
Pascasarjana UNTAD. 2016. Pedoman Akademik dan Panduan Penyusunan dan
Penulisan Tesis dan Disertasi 2016/2017. Universitas Tadulako. Palu.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Negara.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia. Nomor 54 tahun 2010. Tentang


Pengadaan barang/jasa pemerintah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia. Nomor 16 tahun 2018. Tentang


Pengadaan barang/jasa pemerintah.

Peraturan Pemeritah. Nomor 8 Tahun 2006. Tentang Pelaporan Keuangan dan


Kinerja Instansi Pemerintah
121

Putri., C. T. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan


Anggaran Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah Provinsi
Bengkulu. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Bengkulu.
Retno Milasih. (2012). Analisis Keterlambatan Penyerapan Anggaran Belanja
Satker Kementrian Negara/Lembaga TA 2010 di Wilayan Pembayaran
KPPN Pekanbaru. (Tesis) Universitas Indonesia.
Riduwan. 2014. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung
Ridani., M. Arsyad. 2014. Analisis penyerapan anggaran bekanja daerah di
Kabupaten Bulungan tahun 2009-2013. Program Pasca Sarjana UGM,
Yogyakarta.
Robbins., Stephen. Dan Coutler., Mary. 2002. Manajemen, Jakarta: Gramedia
Rancangan Akhir RPJMD Kota Palu 2016-2021 BAB V VISI, MISI, TUJUAN
DAN SASARAN
Saridewi,N.A , Piers Andreas Noak, Ni Wayan Supriliyani, 2013. Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Daerah (Studi Kasus : Anggaran Dinas Pekerjaan Umum Kota
Denpasar Tahun 2013) Articl , volume I No 2 tahun 2015
Setyawan, A. 2016. Analisis Keterlambatan Penyerapan Anggaran Belanja
Satuan Kerja Kementrian/ Lembaga di Wilayah Pembayaran KPPN
Bojonegoro Tahun Anggaran 2015. Program studi Megister Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
Solikhin. 2014. Kecenderungan penumpukan belanja pemerintah pusat di akhir
tahun anggaran dan mengeksploitasi faktor-faktor penyebab pada satker di
Wilayah KPPN Purwokerto.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D). CV. Alfabet. Bandung
Sukardi, 2012. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penumpukan Penyerapan
Anggaran Belanja Pada Akhir Tahun Anggaran. Program Pasca Sarjana
UGM, Yogyakarta
122

Sulaiman, A.S., Hamzah. A.P., dan Priyanto, R. 2012. Penyerapan anggrana di


kementerian keuangan RI dan faktor yang memengaruhi. Jurnal BPPK,
volume 4 tahun 2012
Susanto, Heru. 2006. Mekanisme Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Negara dalam mewujudkan Good Governance. Jurnal Sosial
dan Humaniora 2(1): 1-15.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Pemerintah Pusat dan Daerah
Wahyuni, Rizka, Rasuli dan Doyanto. 2014. Pengaruh Kejelasan Sasaran
Anggaran, Desentralisasi dan Akuntabilitas Publik Terhadap Manajerial
Satuan Kerja Perangkat Daerah. JOM FEKOM Vol. 1 No
204

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

a. Nama Lengkap : TRI UVANI

b. Tempat /Tanggal Lahir : Lasoani, 10 Maret 1990

c. Agama : Islam

d. Alamat Rumah : Jalan Tekukur No. 03 Kel. Lasoani

II. Keluarga

a. Nama Ayah : Kasim B. Latadundu, S. Sos

b. Nama Ibu : Sam’ida

c. Nama Suami : Hasaruddin, A.Md

III. Riwayat Pendidikan

a. SD : SDN Inpres Lasoani, Tamat Tahun 2001

b. SMP : Mtsn Negeri Model Palu , Tamat Tahun 2004

c. SMA : SMA Negeri 1 Palu, Tamat Tahun 2007

d. S1 : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Wira Bhakti Makassar,

Tamat Tahun 2016


KUISIONER

A. Identitas Responden

Mohon Bapak/Ibu/Sdr bersedia mengisi daftar isian berikut dengan cara

menjawab atau menyilang salah satu yang tersedia sesuai dengan keadaan

sebenarnya.

1. Nama : .....................................

2. Umur : .....................................

3. Unit Kerja : .......................................

4. Golongan : ......................................

5. JenisKelamin : Laki-laki / Perempuan

6. Jabatan : Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana Teknis

Kegiatan (PPTK), Pejabat Penatausahaan Keuangan,

Bendahara Gaji, Bendahara Pengeluaran, Bendahara

Penerimaan, Pembantu Bendahara Kegiatan, Pejabat

Pengadaan barang dan Jasa, dan Tim Pemeriksa hasil

pekerjaan

7. LamaBekerja : ........... Tahun

8. Pendidikan : (S3, S2, S1, Diploma,SLTA,Lainnya)* ............................


B.Petunjuk Menjawab

1. Mohon dengan hormat untuk menjawab semua pertanyaan sesuai dengan

pendapat Bapak/Ibu/Sdr, dengan cara memberi tanda (X) atau (√) pada kotak

jawaban yang anggap sesuai.

2. Berikut ini disajikan pernyataan dengan lima kategori pilihan :

STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

KS : Kurang Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju
A. PERENCANAAN – X1

Tunjukkan sejauhmana Bapak/Ibu setuju dengan pernyataan di bawah terkait

faktor-faktor yang memengaruhi perencanaan.

No. Pernyataan STS TS KS S SS


1 Instansi/organisasi memiliki dokumen
perencanaan jangka panjang yang
menjabarkan visi dan misi
instansi/organisasi

2 Dokumen perencanaan memuat


kinerja yang terukur dan pendanaannya

3 Rencana Kerja dan Anggaran


(RKA) disusun berdasarkan
dokumen perencanaan dan pagu
anggaran

4 Penyusunan rencana kerja dan


anggaran memperhatikan prinsip
efisiensi, efektivitas, transparansi, dan
akuntabilitas

5 Pelaksanaan program sinkron


dengan kinerja eksekutif
B. PENGADAAN BARANG DAN JASA – X2 (Ledy S.G, Jullie JS. 2016)

Tunjukkan sejauhmana Bapak/Ibu setuju dengan pernyataan di bawah terkait

faktor-faktor yang memengaruhi proses lelang/pengadaan barang dan jasa.

No. Pernyataan STS TS KS S SS


1 Kemampuan pegawai sebagai
panitia/pejabat pengadaan barang
dan jasa sesuai dengan tunjangan
jabatan yang diperoleh.

2 Pejabat melaksanakan pengadaan


barang dan jasa sudah sesuai dengan
aturan yang berlaku
3 Realisasi anggaran pengadaan
barang dan jasa dilaksanakan sesuai
dengan target yang ingin dicapai

4 Pengadaan Barang dan jasa


dilaksanakan sesuai dengan Perpres
No. 16 Tahun 2018
5 SDM Pelaksana Pengadaan barang
dan jasa yang bersertifikat
6 SK Panitia ditetapkan di awal tahun

7 Penyusunan Pagu Anggaran


sesuai dengan harga pasar

8 Pemeriksaan dan
penandatangan dokumen lelang oleh
panitia/pejabat pengadaan sesuai
dengan jadwal yang di tetapkan
C. SUMBERDAYA MANUSIA – X3

Tunjukkan sejauhmana Bapak/Ibu setuju dengan pernyataan di bawah terkait

faktor-faktor yang memengaruhi sumberdaya manusia.

No. Pernyataan STS TS KS S SS


1 Sumber daya manusia
di instansi/organisasi bekerja sesuai
bidang keahlian masing-masing

2 Jumlah sumber daya manusia


sesuai dengan kebutuhan
instansi/organisasi

3 Setiap individu memiliki job


descriptionse hingga terhindar dari
penugasan rangkap

4 Instansi/organisasi menyediakan
fasilitas untuk pegawai yang akan
mengikuti pelatihan/sertifikasi
D. ADMINISTRASI – X4

Tunjukkan sejauhmana Bapak/Ibu setuju dengan pernyataan di bawah terkait

faktor-faktor yang memengaruhi administrasi

No. Pernyataan STS TS KS S SS


1 Instansi/organisasi memiliki bidang
khusus untuk pengarsipan
2 Dokumen kegiatan
mengerjakan administrasi
instansi/organsasi (perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi) lengkap

3 Proses administrasi memanfaatkan


dicatat dan diarsipkan
system Informasi

4 Memiliki Aksesibilitas Informasi


administrasi setiap kegiatan pada
instansi/organisasi

dapat diakses
E. PENYERAPAN ANGGARAN – Y (Ledy S.G, Jullie JS. 2016)

Tunjukkan sejauhmana Bapak/Ibu setuju dengan pernyataan di bawah terkait

faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan anggaran.

No. Pernyataan STS TS KS S SS


1 Penarikan anggaran sangat
proporsional setiap triwulannya

2 Pada akhir tahun penyelesaian


proses pencairansudah selesaitanpa
adanya penumpukan pekerjaan
proses pencairan
3 Realisasi untuk penyerapan
anggaran pekerjaan terkait
(program dan
Kegiatan) mencapai 95%
4 Mampu mencapai total
penyerapan anggaran lebih dari 95%

5 Pada akhir tahun tida k ada sisa


anggaran
DATA RESPONDEN
JENIS KELAMIN
NO RESPONDEN UMUR GOLONGAN JABATAN LAMA BEKERJA PENDIDIKAN UNIT KERJA
(L/P)
1 1 59 L IV b Pengguna Anggaran 24 S2 SEKRETARIAT
2 2 56 L IV b Kuasa Pengguna Anggaran Sekretariat 21 S2 SEKRETARIAT
3 3 40 P IV a Kuasa Pengguna Anggaran Bina Konstruksi 16 S2 BINA KONSTRUKSI
4 4 46 L IV a Kuasa Pengguna Anggaran Bina Marga 13 S1 BINA MARGA
5 5 48 L IV a Kuasa Pengguna Anggaran SDACK 14 S1 SDA CK
6 6 44 L III d Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 21 S2 SDA CK
7 7 34 L III c Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 11 S1 SDA CK
8 8 43 L III b Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 13 D3 SDA CK
9 9 48 L III c Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 26 D3 SEKRETARIAT
10 10 48 P III c Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 25 S2 SDA CK
11 11 41 L III b Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 7 S1 BINA MARGA
12 12 47 L IV a Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 21 S2 SEKRETARIAT
13 13 45 L III d Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 15 S2 BINA KONSTRUKSI
14 14 42 P III d Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 13 S1 BINA KONSTRUKSI
15 15 53 P III d Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 15 S1 BINA MARGA
16 16 53 P III d Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 14 S1 SEKRETARIAT
17 17 46 L III d Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 14 S1 BINA MARGA
18 18 53 L III d Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 31 S1 SDA CK
19 19 39 P III c Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 13 S1 BINA KONSTRUKSI
20 20 56 L III b Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 24 S1 SEKRETARIAT
21 21 55 L III b Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 15 D3 SEKRETARIAT
22 22 46 L III b Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 13 D3 SEKRETARIAT
23 23 45 L II d Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 7 D3 SEKRETARIAT
24 24 44 P III c Pejabat Penatausahaan Keuangan 14 S2 SEKRETARIAT
25 25 52 P III a Bendahara Pengeluaran 15 S1 SEKRETARIAT
26 26 42 P III c Bendahara Penerimaan 9 S1 SEKRETARIAT
27 27 48 P III d Bendahara Gaji 15 S1 SEKRETARIAT
28 28 47 P III a Pembantu Bendahara Kegiatan 15 S1 SEKRETARIAT
29 29 47 P II d Pembantu Bendahara Kegiatan 14 S1 SEKRETARIAT
30 30 43 P III d Pembantu Bendahara Kegiatan 13 S1 SEKRETARIAT
31 31 49 L II d Pembantu Bendahara Kegiatan 14 D3 SEKRETARIAT
32 32 42 P III a Pembantu Bendahara Kegiatan 14 S1 SEKRETARIAT
33 33 49 P III b Pejabat Pengadaan barang dan Jasa 14 S1 SDA CK
34 34 44 L III a Panitia Pemeriksa hasil Pekerjaan 7 S1 BINA KONSTRUKSI
35 35 46 P II d Panitia Pemeriksa hasil Pekerjaan 7 D3 SEKRETARIAT
36 36 33 P III b Panitia Pemeriksa hasil Pekerjaan 6 S1 BINA KONSTRUKSI
37 37 46 L III c Panitia Pemeriksa hasil Pekerjaan 9 S1 BINA MARGA
38 38 39 L III a Panitia Pemeriksa hasil Pekerjaan 12 D3 SDA CK
39 39 50 L II d Panitia Pemeriksa hasil Pekerjaan 15 D3 BINA MARGA
40 40 39 L III a Panitia Pemeriksa hasil Pekerjaan 11 D3 BINA MARGA
UJI VALIDITAS
VARIABEL PERENCANAAN

Correlations

total x11 x12 x13 x14 x15


** ** ** ** **
total Pearson Correlation 1 .565 .506 .650 .711 .791

Sig. (2-tailed) .003 .010 .000 .000 .000

N 25 25 25 25 25 25
** * * ** *
x11 Pearson Correlation .565 1 .460 .405 .700 .450

Sig. (2-tailed) .003 .021 .045 .000 .024

N 25 25 25 25 25 25
** * ** **
x12 Pearson Correlation .506 .460 1 .831 .582 .393

Sig. (2-tailed) .010 .021 .000 .002 .052

N 25 25 25 25 25 25
** * ** ** *
x13 Pearson Correlation .650 .405 .831 1 .700 .450

Sig. (2-tailed) .000 .045 .000 .000 .024

N 25 25 25 25 25 25
** ** ** ** **
x14 Pearson Correlation .711 .700 .582 .700 1 .605

Sig. (2-tailed) .000 .000 .002 .000 .001

N 25 25 25 25 25 25
** * * **
x15 Pearson Correlation .791 .450 .393 .450 .605 1

Sig. (2-tailed) .000 .024 .052 .024 .001

N 25 25 25 25 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


VARIABEL PENGADAAN BARANG DAN JASA
Correlations

total x21 x22 x23 x24 x25 x26 x27 x28


** ** ** ** ** ** ** **
total Pearson Correlation 1 .715 .614 .791 .750 .758 .663 .677 .506

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .010

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** * ** ** ** *
x21 Pearson Correlation .715 1 .648 .604 .483 .685 .878 .795 .472

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .014 .000 .000 .000 .017

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** * ** ** **
x22 Pearson Correlation .614 .648 1 .730 .500 .678 .525 .561 .299

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .011 .000 .007 .004 .146

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** ** ** ** **
x23 Pearson Correlation .791 .604 .730 1 .760 .636 .527 .611 .393

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .001 .007 .001 .052

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** * * ** ** *
x24 Pearson Correlation .750 .483 .500 .760 1 .690 .235 .330 .423

Sig. (2-tailed) .000 .014 .011 .000 .000 .258 .108 .035

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** ** ** ** ** *
x25 Pearson Correlation .758 .685 .678 .636 .690 1 .533 .535 .413

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .006 .006 .040

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** ** ** **
x26 Pearson Correlation .663 .878 .525 .527 .235 .533 1 .894 .324

Sig. (2-tailed) .000 .000 .007 .007 .258 .006 .000 .114

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** ** ** ** *
x27 Pearson Correlation .677 .795 .561 .611 .330 .535 .894 1 .482

Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .001 .108 .006 .000 .015

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** * * * *
x28 Pearson Correlation .506 .472 .299 .393 .423 .413 .324 .482 1

Sig. (2-tailed) .010 .017 .146 .052 .035 .040 .114 .015

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


VARIABEL SUMBER DAYA MANUSIA

Correlations

total x31 x32 x33 x34


* ** ** *
total Pearson Correlation 1 .475 .620 .549 .473

Sig. (2-tailed) .017 .001 .004 .017

N 25 25 25 25 25
* *
x31 Pearson Correlation .475 1 .402 .180 .000

Sig. (2-tailed) .017 .046 .390 1.000

N 25 25 25 25 25
** * **
x32 Pearson Correlation .620 .402 1 .674 .387

Sig. (2-tailed) .001 .046 .000 .056

N 25 25 25 25 25
** ** **
x33 Pearson Correlation .549 .180 .674 1 .518

Sig. (2-tailed) .004 .390 .000 .008

N 25 25 25 25 25
* **
x34 Pearson Correlation .473 .000 .387 .518 1

Sig. (2-tailed) .017 1.000 .056 .008

N 25 25 25 25 25

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


VARIABEL ADMINISTRASI

Correlations

total x41 x42 x43 x44


* ** ** **
total Pearson Correlation 1 .453 .530 .632 .642

Sig. (2-tailed) .023 .006 .001 .001

N 25 25 25 25 25
* **
x41 Pearson Correlation .453 1 .175 .647 .340

Sig. (2-tailed) .023 .402 .000 .097

N 25 25 25 25 25
**
x42 Pearson Correlation .530 .175 1 .269 .278

Sig. (2-tailed) .006 .402 .194 .179

N 25 25 25 25 25
** ** **
x43 Pearson Correlation .632 .647 .269 1 .633

Sig. (2-tailed) .001 .000 .194 .001

N 25 25 25 25 25
** **
x44 Pearson Correlation .642 .340 .278 .633 1

Sig. (2-tailed) .001 .097 .179 .001

N 25 25 25 25 25

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


VARIABEL PENYERAPAN ANGGARAN

Correlations

total y1 y2 y3 y4 y5
** ** ** ** **
total Pearson Correlation 1 .603 .632 .565 .506 .650

Sig. (2-tailed) .001 .001 .003 .010 .000

N 25 25 25 25 25 25
** **
y1 Pearson Correlation .603 1 .696 .094 .029 .252

Sig. (2-tailed) .001 .000 .653 .889 .224

N 25 25 25 25 25 25
** **
y2 Pearson Correlation .632 .696 1 .107 .064 .229

Sig. (2-tailed) .001 .000 .610 .762 .271

N 25 25 25 25 25 25
** * *
y3 Pearson Correlation .565 .094 .107 1 .460 .405

Sig. (2-tailed) .003 .653 .610 .021 .045

N 25 25 25 25 25 25
** * **
y4 Pearson Correlation .506 .029 .064 .460 1 .831

Sig. (2-tailed) .010 .889 .762 .021 .000

N 25 25 25 25 25 25
** * **
y5 Pearson Correlation .650 .252 .229 .405 .831 1

Sig. (2-tailed) .000 .224 .271 .045 .000

N 25 25 25 25 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


UJI RELIABILITAS

VARIABEL PERENCANAN

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.856 5

VARIABEL PENGADAAN BARANG DAN JASA

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.907 8
VARIABEL SUMBER DAYA MANUSIA

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.683 4

VARIABEL ADMINISTRASI

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.858 4
VARIABEL PENGANGGARAN

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.676 5
Variabel X1
NO.RESP. X11 X12 X13 X14 X15 TOTAL
1 4 4 4 4 4 20
2 4 4 4 4 4 20
3 4 5 5 4 4 22
4 4 4 4 4 4 20
5 4 4 4 4 4 20
6 5 5 5 5 4 24
7 4 5 5 4 4 22
8 4 4 4 4 3 19
9 4 4 4 4 4 20
10 5 5 5 5 5 25
11 4 4 4 4 5 21
12 4 4 4 4 3 19
13 4 4 4 4 5 21
14 4 4 4 4 4 20
15 4 4 4 4 4 20
16 4 5 5 4 4 22
17 4 4 4 4 3 19
18 4 4 4 4 4 20
19 5 5 5 5 5 25
20 5 5 5 5 4 24
21 4 5 4 4 4 21
22 4 4 4 4 4 20
23 5 5 4 4 4 22
24 5 4 4 4 3 20
25 5 4 4 4 3 20
Variabel X2
NO.RESP. X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 TOTAL
1 4 4 4 4 4 4 2 4 30
2 4 4 4 4 4 4 4 4 32
3 4 4 5 4 5 4 5 5 36
4 4 4 4 4 4 4 3 4 31
5 4 4 4 4 4 4 4 4 32
6 5 5 4 4 5 5 3 4 35
7 5 4 4 4 5 5 2 4 33
8 3 3 4 4 4 3 4 4 29
9 4 4 5 4 4 4 4 5 34
10 4 5 5 5 5 4 2 5 35
11 5 5 4 4 5 5 2 4 34
12 3 4 3 2 3 3 2 3 23
13 4 5 4 5 5 4 3 4 34
14 4 4 4 4 5 4 3 4 32
15 4 5 4 4 5 4 3 4 33
16 4 4 4 4 4 4 3 4 31
17 4 4 5 4 4 4 4 5 34
18 4 4 3 3 4 4 1 3 26
19 5 5 5 5 5 5 5 5 40
20 5 5 5 5 5 5 5 5 40
21 4 4 4 4 4 4 2 4 30
22 4 4 4 4 4 4 3 4 31
23 4 4 4 4 4 4 2 4 30
24 4 4 4 3 4 5 3 4 31
25 4 4 4 3 4 5 3 4 31
Variabel X3
NO.RESP. X31 X32 X33 X34 TOTAL
1 4 4 4 4 16
2 4 5 5 5 19
3 5 5 5 5 20
4 5 3 4 4 16
5 4 4 4 4 16
6 5 4 4 4 17
7 5 5 4 4 18
8 4 4 4 4 16
9 5 5 5 5 20
10 4 4 5 5 18
11 5 5 5 5 20
12 4 3 4 4 15
13 5 4 4 4 17
14 4 4 4 4 16
15 5 4 3 3 15
16 5 3 4 4 16
17 5 4 4 4 17
18 4 4 4 4 16
19 5 5 5 5 20
20 5 5 5 5 20
21 4 3 4 4 15
22 4 3 4 2 13
23 5 4 4 2 15
24 5 5 5 3 18
25 5 5 5 3 18
Variabel X4
NO.RESP. X41 X42 X43 X44 TOTAL
1 4 5 5 5 19
2 3 4 4 4 15
3 3 5 4 4 16
4 4 2 4 5 15
5 5 3 5 4 17
6 4 4 5 4 17
7 3 3 4 4 14
8 4 5 4 3 16
9 4 3 4 4 15
10 4 4 4 5 17
11 4 5 4 4 17
12 3 2 3 2 10
13 5 3 5 5 18
14 4 3 5 5 17
15 3 5 4 5 17
16 5 3 4 4 16
17 3 3 4 4 14
18 4 3 4 4 15
19 5 5 5 5 20
20 5 5 5 5 20
21 2 4 3 4 13
22 3 3 4 4 14
23 5 4 4 4 17
24 5 5 4 4 18
25 5 5 5 5 20
Variabel Y
NO.RESP. Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 TOTAL
1 5 5 4 4 4 22
2 4 4 4 4 4 20
3 4 4 4 5 5 22
4 4 5 4 4 4 21
5 5 4 4 4 4 21
6 5 4 5 5 5 24
7 4 4 4 5 5 22
8 4 3 4 4 4 19
9 4 4 4 4 4 20
10 4 5 5 5 5 24
11 4 4 4 4 4 20
12 3 2 4 4 4 17
13 5 5 4 4 4 22
14 5 5 4 4 4 22
15 4 5 4 4 4 21
16 4 4 4 5 5 22
17 4 4 4 4 4 20
18 4 4 4 4 4 20
19 5 5 5 5 5 25
20 5 5 5 5 5 25
21 4 4 4 5 4 21
22 4 4 4 4 4 20
23 3 3 5 5 4 20
24 4 4 5 4 4 21
25 4 4 5 4 4 21
UJI VALIDITAS
VARIABEL PERENCANAAN

Correlations

total x11 x12 x13 x14 x15


** ** ** ** **
total Pearson Correlation 1 .565 .506 .650 .711 .791

Sig. (2-tailed) .003 .010 .000 .000 .000

N 25 25 25 25 25 25
** * * ** *
x11 Pearson Correlation .565 1 .460 .405 .700 .450

Sig. (2-tailed) .003 .021 .045 .000 .024

N 25 25 25 25 25 25
** * ** **
x12 Pearson Correlation .506 .460 1 .831 .582 .393

Sig. (2-tailed) .010 .021 .000 .002 .052

N 25 25 25 25 25 25
** * ** ** *
x13 Pearson Correlation .650 .405 .831 1 .700 .450

Sig. (2-tailed) .000 .045 .000 .000 .024

N 25 25 25 25 25 25
** ** ** ** **
x14 Pearson Correlation .711 .700 .582 .700 1 .605

Sig. (2-tailed) .000 .000 .002 .000 .001

N 25 25 25 25 25 25
** * * **
x15 Pearson Correlation .791 .450 .393 .450 .605 1

Sig. (2-tailed) .000 .024 .052 .024 .001

N 25 25 25 25 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


VARIABEL PENGADAAN BARANG DAN JASA
Correlations

total x21 x22 x23 x24 x25 x26 x27 x28


** ** ** ** ** ** ** **
total Pearson Correlation 1 .715 .614 .791 .750 .758 .663 .677 .506

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .010

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** * ** ** ** *
x21 Pearson Correlation .715 1 .648 .604 .483 .685 .878 .795 .472

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .014 .000 .000 .000 .017

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** * ** ** **
x22 Pearson Correlation .614 .648 1 .730 .500 .678 .525 .561 .299

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .011 .000 .007 .004 .146

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** ** ** ** **
x23 Pearson Correlation .791 .604 .730 1 .760 .636 .527 .611 .393

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .001 .007 .001 .052

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** * * ** ** *
x24 Pearson Correlation .750 .483 .500 .760 1 .690 .235 .330 .423

Sig. (2-tailed) .000 .014 .011 .000 .000 .258 .108 .035

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** ** ** ** ** *
x25 Pearson Correlation .758 .685 .678 .636 .690 1 .533 .535 .413

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .006 .006 .040

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** ** ** **
x26 Pearson Correlation .663 .878 .525 .527 .235 .533 1 .894 .324

Sig. (2-tailed) .000 .000 .007 .007 .258 .006 .000 .114

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** ** ** ** ** ** *
x27 Pearson Correlation .677 .795 .561 .611 .330 .535 .894 1 .482

Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .001 .108 .006 .000 .015

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
** * * * *
x28 Pearson Correlation .506 .472 .299 .393 .423 .413 .324 .482 1

Sig. (2-tailed) .010 .017 .146 .052 .035 .040 .114 .015

N 25 25 25 25 25 25 25 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


VARIABEL SUMBER DAYA MANUSIA

Correlations

total x31 x32 x33 x34


* ** ** *
total Pearson Correlation 1 .475 .620 .549 .473

Sig. (2-tailed) .017 .001 .004 .017

N 25 25 25 25 25
* *
x31 Pearson Correlation .475 1 .402 .180 .000

Sig. (2-tailed) .017 .046 .390 1.000

N 25 25 25 25 25
** * **
x32 Pearson Correlation .620 .402 1 .674 .387

Sig. (2-tailed) .001 .046 .000 .056

N 25 25 25 25 25
** ** **
x33 Pearson Correlation .549 .180 .674 1 .518

Sig. (2-tailed) .004 .390 .000 .008

N 25 25 25 25 25
* **
x34 Pearson Correlation .473 .000 .387 .518 1

Sig. (2-tailed) .017 1.000 .056 .008

N 25 25 25 25 25

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


VARIABEL ADMINISTRASI

Correlations

total x41 x42 x43 x44


* ** ** **
total Pearson Correlation 1 .453 .530 .632 .642

Sig. (2-tailed) .023 .006 .001 .001

N 25 25 25 25 25
* **
x41 Pearson Correlation .453 1 .175 .647 .340

Sig. (2-tailed) .023 .402 .000 .097

N 25 25 25 25 25
**
x42 Pearson Correlation .530 .175 1 .269 .278

Sig. (2-tailed) .006 .402 .194 .179

N 25 25 25 25 25
** ** **
x43 Pearson Correlation .632 .647 .269 1 .633

Sig. (2-tailed) .001 .000 .194 .001

N 25 25 25 25 25
** **
x44 Pearson Correlation .642 .340 .278 .633 1

Sig. (2-tailed) .001 .097 .179 .001

N 25 25 25 25 25

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


VARIABEL PENYERAPAN ANGGARAN

Correlations

total y1 y2 y3 y4 y5
** ** ** ** **
total Pearson Correlation 1 .603 .632 .565 .506 .650

Sig. (2-tailed) .001 .001 .003 .010 .000

N 25 25 25 25 25 25
** **
y1 Pearson Correlation .603 1 .696 .094 .029 .252

Sig. (2-tailed) .001 .000 .653 .889 .224

N 25 25 25 25 25 25
** **
y2 Pearson Correlation .632 .696 1 .107 .064 .229

Sig. (2-tailed) .001 .000 .610 .762 .271

N 25 25 25 25 25 25
** * *
y3 Pearson Correlation .565 .094 .107 1 .460 .405

Sig. (2-tailed) .003 .653 .610 .021 .045

N 25 25 25 25 25 25
** * **
y4 Pearson Correlation .506 .029 .064 .460 1 .831

Sig. (2-tailed) .010 .889 .762 .021 .000

N 25 25 25 25 25 25
** * **
y5 Pearson Correlation .650 .252 .229 .405 .831 1

Sig. (2-tailed) .000 .224 .271 .045 .000

N 25 25 25 25 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


UJI RELIABILITAS

VARIABEL PERENCANAN

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.856 5

VARIABEL PENGADAAN BARANG DAN JASA

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.907 8
VARIABEL SUMBER DAYA MANUSIA

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.683 4

VARIABEL ADMINISTRASI

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.858 4
VARIABEL PENGANGGARAN

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.676 5
Variabel X1
NO.RESP. X11 X12 X13 X14 X15 TOTAL
1 5 5 4 4 4 22
2 5 5 4 5 4 23
3 5 5 4 4 4 22
4 4 4 4 4 4 20
5 4 4 4 4 4 20
6 4 4 4 4 4 20
7 4 4 4 4 4 20
8 5 5 4 4 4 22
9 5 4 4 5 4 22
10 5 4 5 5 4 23
11 5 4 4 4 4 21
12 4 4 4 4 4 20
13 4 3 5 4 4 20
14 4 4 4 4 4 20
15 5 4 4 4 4 21
16 5 4 5 5 4 23
17 5 4 5 4 4 22
18 4 3 4 4 3 18
19 4 4 4 4 4 20
20 5 5 5 5 5 25
21 4 4 4 4 5 21
22 4 5 4 4 3 20
23 5 4 4 4 5 22
24 4 4 4 4 4 20
25 5 3 4 4 4 20
26 5 3 5 4 4 21
27 4 3 4 4 3 18
28 5 4 4 4 4 21
29 5 5 5 5 5 25
30 5 5 5 5 4 24
31 4 5 4 4 4 21
32 4 4 4 4 4 20
33 5 5 4 4 4 22
34 5 4 4 4 3 20
35 5 4 4 4 3 20
36 4 4 4 5 4 21
37 4 5 4 4 4 21
38 5 5 5 4 4 23
39 4 4 4 4 4 20
40 5 5 5 5 4 24
Variabel X2
NO.RESP. X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 TOTAL
1 4 4 4 4 4 4 4 4 32
2 4 4 3 4 3 4 5 4 31
3 4 5 4 4 3 4 4 4 32
4 4 4 4 4 3 4 4 4 31
5 4 4 4 4 4 4 4 4 32
6 4 4 4 4 3 5 5 4 33
7 4 4 4 4 4 4 4 4 32
8 4 4 4 4 4 3 5 4 32
9 4 5 4 4 3 4 4 4 32
10 4 4 5 5 3 5 5 3 34
11 4 4 4 5 2 2 4 4 29
12 4 4 4 5 4 3 4 5 33
13 4 4 5 4 5 5 5 5 37
14 4 4 4 4 3 4 5 3 31
15 4 4 4 4 4 4 4 4 32
16 5 5 4 4 3 4 5 4 34
17 5 4 4 5 2 4 5 5 34
18 3 3 4 5 4 4 4 4 31
19 4 4 5 5 4 4 5 5 36
20 4 5 5 4 2 2 4 4 30
21 5 5 4 5 2 3 5 5 34
22 3 4 3 3 2 4 4 3 26
23 4 5 4 5 3 3 5 4 33
24 4 4 4 5 3 4 4 4 32
25 4 5 4 3 3 4 5 4 32
26 4 4 4 4 3 5 5 3 32
27 4 4 5 5 4 4 5 4 35
28 4 4 3 4 1 3 4 4 27
29 5 5 5 5 5 5 5 5 40
30 5 5 5 5 5 3 5 5 38
31 4 4 4 4 2 2 4 3 27
32 4 4 4 4 3 4 4 3 30
33 4 4 4 5 2 4 5 4 32
34 4 4 4 5 3 5 5 5 35
35 4 4 4 5 3 5 5 5 35
36 4 4 5 5 1 4 5 4 32
37 5 4 4 3 3 3 4 4 30
38 4 4 4 4 2 2 2 2 24
39 4 4 4 4 1 4 4 3 28
40 4 5 5 4 5 4 5 5 37
Variabel X3
NO.RESP. X31 X32 X33 X34 TOTAL
1 5 5 5 5 20
2 5 3 4 4 16
3 4 3 3 4 14
4 4 3 3 4 14
5 4 4 4 4 16
6 4 4 4 3 15
7 4 4 4 4 16
8 5 3 3 4 15
9 4 4 4 4 16
10 5 4 4 5 18
11 4 4 4 5 17
12 5 1 3 4 13
13 5 2 3 5 15
14 4 1 4 2 11
15 4 1 5 3 13
16 4 1 4 4 13
17 4 2 3 3 12
18 4 3 4 5 16
19 5 4 4 3 16
20 5 3 4 4 16
21 5 1 4 5 15
22 4 4 3 2 13
23 4 4 5 3 16
24 4 4 4 3 15
25 3 2 3 5 13
26 4 4 5 3 16
27 4 2 3 3 12
28 4 3 4 3 14
29 5 5 5 5 20
30 5 3 5 5 18
31 4 4 2 4 14
32 4 2 3 3 12
33 4 2 5 4 15
34 5 3 5 5 18
35 5 3 5 5 18
36 5 2 4 5 16
37 4 3 3 4 14
38 4 3 4 4 15
39 4 3 4 5 16
40 5 4 5 5 19
Variabel X4
NO.RESP. X41 X42 X43 X44 TOTAL
1 4 4 4 4 16
2 4 4 3 4 15
3 4 4 4 4 16
4 4 4 4 4 16
5 4 4 4 4 16
6 4 4 4 4 16
7 4 3 3 4 14
8 5 4 4 4 17
9 5 3 3 3 14
10 4 4 4 4 16
11 5 4 3 4 16
12 4 4 4 4 16
13 5 4 1 4 14
14 5 4 2 2 13
15 5 2 1 1 9
16 4 3 3 3 13
17 4 3 2 2 11
18 4 4 4 4 16
19 4 4 3 3 14
20 5 4 3 3 15
21 5 3 3 3 14
22 4 4 3 3 14
23 4 4 4 4 16
24 5 5 4 4 18
25 5 1 2 2 10
26 5 4 3 4 16
27 5 3 3 3 14
28 3 4 3 4 14
29 5 5 5 5 20
30 3 3 3 3 12
31 4 4 3 4 15
32 4 4 3 3 14
33 4 3 3 3 13
34 4 4 3 4 15
35 5 4 4 4 17
36 5 4 3 4 16
37 4 4 3 3 14
38 4 4 4 4 16
39 4 1 2 2 9
40 5 5 4 3 17
UJI ASUMSI KLASIK
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolineritas
Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Tolerance VIF

1 (Constant) .735 .535

Perencanaan .200 .085 .920 1.087

pengadaan barang jasa .309 .097 .848 1.180

sumber daya manusia .167 .074 .697 1.435

Administrasi .151 .070 .834 1.198

a. Dependent Variable: penganggaran

c. Uji Hetrokedastisitas
HASIL REGRESI
b
Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 administrasi, perencanaan, pengadaan


a
. Enter
barang jasa, sumber daya manusia

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: penganggaran

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .759 .576 .528 .22439

a. Predictors: (Constant), administrasi, perencanaan, pengadaan


barang jasa, sumber daya manusia

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 2.398 4 .599 11.906 .000

Residual 1.762 35 .050

Total 4.160 39

a. Predictors: (Constant), administrasi, perencanaan, pengadaan barang jasa, sumber daya manusia

b. Dependent Variable: penganggaran


a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) .735 .535 1.373 .179

perencanaan .200 .085 .271 2.360 .024

pengadaan barang jasa .309 .097 .379 3.175 .003

sumber daya manusia .167 .074 .295 2.241 .031

administrasi .151 .070 .261 2.169 .037

a. Dependent Variable: penganggaran

Anda mungkin juga menyukai