DISERTASI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Doktor
Oleh :
Arthur Reinaldo Tanihatu
157020301111012
Arthur Reinaldo Tanihatu, lahir di Ambon pada tanggal 27 April 1980 merupakan
anak ketiga dari Bapak Ernst Tanihatu dan Ibu Irene Nanlohy. Lulus pendidikan Sekolah
Dasar pada SD Negeri 18 Ambon tahun 1992, lulus Sekolah Menengah Pertama pada SMP
Negeri 1 Ambon tahun 1995, lulus Sekolah Menengah Atas pada SMA Negeri 2 Ambon
tahun 1998, lulus S1 pada Jurusan Akuntansi Universitas Janabadra Jogjakarta tahun 2005,
lulus S2 pada Program Studi Magister Akuntansi Universitas Brawijaya Malang tahun 2011
dan pada tahun 2015 menempuh studi pada Program Doktor Ilmu Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Pada tahun 2006 sampai sekarang menjadi dosen tetap pada Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Ambon.
Peneliti
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Pujian dan syukur kepada Tuhan atas kasih dan anugerahNya sehingga disertasi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Penyelesaian disertasi ini karena bimbingan, bantuan,
dorongan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS, Rektor Universitas Brawijaya, atas kepemimpinan dan
kebijakannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada peneliti selama
Nurkholis, SE, M.Buss, Ak., Ph.D, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya, juga sebagai Ko-Promotor I yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
kepada peneliti selama belajar, serta memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan
Aulia Fuad Rahman, SE., M.Si., DBA., SAS., Ak., CA selaku Ketua Program Studi
Program Doktor Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang
Prof. Dr. Sutrisno T, SE., M.Si., Ak selaku Promotor yang senantiasa memberikan
Dr. Wuryan Andayani, SE., M.Si., Ak, selaku Ko-Promotor II yang senantiasa
memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan disertasi ini.
Prof Eko Ganis Sukoharsono, SE., M.com(Hons)., Ph.D, selaku penguji yang
Dr. Rosidi, SE., MM., Ak selaku penguji yang memberikan saran, perbaikan dan
Dr. Endang Mardiati, SE., M.Si., Ak selaku penguji yang memberikan saran,
vi
Prof.Dr I Made Narsa, CMA.,CA dan Dr. Harnovinsah, Ak., M.Si., CA., CIPSAS.,
Bapak dan Ibu dosen pengajar pada Program Doktor Ilmu Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama
Direktur dan Staf Pimpinan Politeknik Negeri Ambon atas kesempatan, motivasi dan
bantuan yang diberikan kepada peneliti untuk melanjutkan dan menyelesaikan studi pada
Program Doktor Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Direktur Jendral Pendidikan Tinggi atas bantuan dan dukungan yang diberikan
kepada peneliti selama menyelesaikan studi pada Program Doktor Ilmu Akuntansi Fakultas
Pimpinan dan staf Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Provinsi Maluku,
Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Buru Selatan yang telah
memberikan kesempatan dan pelayanan kepada peneliti untuk melakukan penelitian guna
Kedua orang tua tercinta, Ernst Tanihatu SH dan Irene Nanlohy, serta paman peneliti
Isacc Nanlohy SH, yang dengan tulus memberikan kasih sayang, dukungan dan doanya
selama peneliti mengikuti pendidikan. Istri tercinta Olivia Laura Sahertian serta anakku
tersayang, Evan Gwyn Tanihatu, atas cinta, doa, motivasi dan semangat selama menempuh
pendidikan. Orang tua mertua, Agustinus Sahertian dan Anthonia Wonatta atas dukungan
dan doanya selama peneliti mengikuti pendidikan. Kedua kakak yang kusayangi, Herly
Tanihatu, Maudy Tanihatu, SE., M.Si dan kedua adikku Suzan Tanihatu, SE, Gabriella
Tanihatu. Keponakan-keponakanku, Valdo, Jean, Celine, Irel, Michelle, Clay, Fidel dan Gio
yang memberikan senyuman keceriaan bagi peneliti serta keluarga besar Tanihatu, Nanlohy
vii
dan Sahertian yang telah memberikan motivasi dan doa kepada peneliti selama menempuh
pendidikan.
Teman-teman kuliah Program Doktor Ilmu Akuntansi Angkatan 2015, atas kerja
Ade Oli Gretia Nitsae, serumah selama menempuh pendidikan yang sudah banyak
membantu.
Terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu memberikan dukungan
serta bantuan selama mengikuti pendidikan dan penyelesaian disertasi ini, yang tidak dapat
viii
ABSTRAK
Arthur Reinaldo Tanihatu, Program Doktor Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya Malang, 2015, “Peran Tekanan Peraturan, Kompetensi,
Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi dalam Penerapan Akuntansi
Berbasis Akrual”. Promotor : Sutrisno T, Ko-Promotor I : Nurkholis, Ko-Promotor II :
Wuryan Andayani.
ix
ABSTRACT
x
KATA PENGANTAR
Pujian dan syukur kepada Tuhan, karena atas kasih dan anugerahNya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan Disertasi yang berjudul “Peran Tekanan Peraturan,
Kompetensi, Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi dalam Penerapan Akuntansi
Berbasis Akrual”.
Penelitian disertasi ini merupakan pengamatan peneliti pada fenomena yang terjadi
pada objek penelitian dan dilandasi dengan teori selama perkuliahan, kajian literatur dan
empiris. Penelitian ini disajikan dalam beberapa bagian yang terdiri dari Bab I yang berisikan
latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaat penelitian; Bab
II yang berisikan kajian teoritis dan kajian empiris yang mendasari penelitian; Bab III yang
berisikan rerangka konseptual penelitian dan perumusan hipotesis; Bab IV yang berisikan
metode penelitian, sumber dan metode pengumpulan data serta metode analisis; Bab V
berisikan gambaran objek penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya, penelitian; Bab
VI berisikan simpulan, implikasi, keterbatasan dan saran.
Peneliti menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan, yang disebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan guna melengkapi
disertasi ini, sehingga menjadi karya ilmiah yang bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Peneliti
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
ABSTRAK........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2. Kebaruan Penelitian.................................................................................... 15
1.3. Motivasi Penelitian...................................................................................... 17
1.4. Perumusan Masalah................................................................................... 19
1.5. Tujuan Penelitian........................................................................................ 19
1.6. Kontribusi Penelitian.................................................................................. 20
1.6.1. Kontribusi Teori................................................................................. 20
1.6.2. Kontribusi Praktik............................................................................... 21
1.6.3. Kontribusi Kebijakan.......................................................................... 21
xii
4.3.2. Sampel.............................................................................................. 78
4.4.Pengumpulan Data...................................................................................... 81
4.4.1. Jenis Data........................................................................................ 81
4.4.2. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 81
4.5 Pilot Test...................................................................................................... 82
4.6. Identifikasi, Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel...................... 82
4.6.1. Identifikasi Variabel.................................................................. 82
4.6.2. Defenisi Operasional Variabel............................................... 83
4.7. Uji Instrumen Penelitian................................................................... 88
4.7.1. Uji Validitas.......................................................................... 89
4.7.2. Uji Reliabilitas......................................... .............................. 89
4.8. Analisis Data............................................................................................... 90
4.8.1. Analisis Data Deskriptif.................................................................... 90
4.8.2. Analisis Inferensial........................................................................... 90
4.8.3. Analisis Variabel Mediasi.................................................................. 94
4.8.4. Analisis Variabel Moderasi................................................................ 95
xiii
5.11.7. Pengaruh Kompetensi Terhadap .Penerapan Akuntansi Berbasis
Akrual Yang Diperkuat Komitmen Organisasi................. 134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Bab satu memberi gambaran tentang latar belakang dilakukannya penelitian ini
kaku dan hirarkis berubah menjadi manajemen sektor publik yang fleksibel.
Peralihan paradigma sektor publik ini dikenal dengan New Public Management.
bahwa praktik bisnis komersial dan manajemen sektor swasta adalah lebih baik
1
2
basis akuntansi. Perubahan akuntansi dari basis kas ke basis akrual merupakan
salah satu ciri adopsi konsep New Public Management oleh sektor publik
(Mckendrick, 2007). Perubahan basis akuntansi dari basis kas ke basis akrual
oleh banyak pemerintah dipandang sebagai aspek dari desain New Public
Management yang hampir mirip dengan usaha bisnis yang berfokus pada kinerja
akuntansi dan sistem manajemen dalam sektor publik di inggris dan Yunani
sistem akuntansi dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis akrual
diperlukan karena sistem akuntansi berbasis kas dianggap saat ini tidak lagi
ke pengambilan keputusan yang lebih baik (Hyndman dan Conolly, 2006) dan
Chan, 2003; Ron dan Mellet, 2003; Barton, 2005;. Nistor et al, 2009; Monteiro
undang bidang keuangan negara (UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
pemerintah.
sistem akuntansi akrual secara penuh. Selanjutnya, terbit PP No. 71 Tahun 2010
2005. Pada PP No. 71 Tahun 2010 batas waktu penerapan sistem akuntansi
akrual secara penuh (full accrual) diundur sampai dengan tahun 2014.
akrual digunakan untuk menghasilkan suatu laporan keuangan yang andal dan
dapat menjadi acuan, patokan serta standar untuk diterapkan dalam lingkup
publik. Peraturan ini menjadi pedoman yang harus ditaati oleh setiap daerah
terlihat pada opini BPK atas kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
(LKPD). Terlihat dari tahun 2011 sampai 2016, terjadi peningkatan opini LKPD
Gambar 1.1
Selain itu, opini laporan keuangan Provinsi Maluku sejak tahun 2010
Wajar dengan Pengecualian/WDP. Namun, tahun 2015 dan 2016 pada saat
Secara global salah satu kunci pengembangan di dalam tata kelola sektor
publik selama lebih dari 15 tahun adalah adanya dorongan yang kuat oleh
and Development (OECD), the International Monetary Fund (IMF), dan World
melanjutkan di masa yang akan datang. Hasil reviu ini semakin memberikan
keyakinan bahwa informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi akrual akan
akuntansi sektor publik dapat dilayani dengan baik oleh praktik akuntansi akrual,
tren proses pengadopsian praktik akuntansi akrual pada sejumlah entitas publik
dan pemerintah justru terus meningkat (Carlin, 2005). Peningkatan pesat adopsi
akrual di banyak negara tidak lepas dari pengaruh politik organisasi global
berbagai negara, seperti Kanada (Barry, 2005), Inggris (Cortes, 2006; Ellwood
dan Newberry, 2007), Selandia Baru (Scott et al, 2003; Lye et al, 2005), Belgia
(Christiaens, 2003), Rumania (Iuliana, 2010; Stefanescu dan Turlea, 2011), Italy
(Pessina dan Steccolini, 2007), Hongkong (Adam, 2003), Kepulauan Fiji (Tickell,
2010), Portugal (Jorge et al, 2007), Nepal (Adhikari dan Mellemvik, 2011),
Malaysia ( Saleh dan Pendlebury, 2006; Ilias et al, 2012; Mahadi et al, 2014).
seperti Nepal dan Kepulauan Fiji masih mencari bentuk terbaik dari pelaksanaan
dalam pemerintahannya..
6
memiliki masalah yang dihadapi pada tahap awal penerapan standar akuntansi
akuntansinya. Insentif ini meliputi biaya tahunan dan beasiswa bagi akuntan
belum ada kualifikasi pelatihan untuk para akuntan dalam menerapkan akuntansi
berbasis akrual. Selain itu, staf dari kementerian, auditor, pemerintah, dan
Fiji. Setelah diberlakukannya sistem yang baru ini, masalah yang dihadapi
sangat besar terhadap sistem, pelaksana, dan budaya yang telah berjalan sejak
lama.
Selandia Baru merupakan salah satu negara yang paling sukses dalam
Baru dilalui dengan cepat dan sangat inovatif. Pemerintah mereformasi hampir di
keuangan dan akuntan negara), sistem yang digunakan, hingga ke budaya yang
berbasis akrual yakni adanya tekanan akibat reformasi akuntansi sektor publik
seluruh provinsi untuk menerapkannya. Hal ini menjadi suatu tekanan tersendiri
(Safaruddin 2010). Secara umum tekanan meliputi tekanan tekanan mimetic atau
mimetic pressure, tekanan normatif atau normatif pressure, dan tekanan paksaan
dapat dilihat di Nepal (Adhikari dan Mellemvik, 2011). Nepal merupakan salah
satu negara yang kurang mampu secara ekonomi. Keadaan ini menyebabkan
setiap proyek dan program yang dijalankan dari pinjaman yang telah diberikan
kepada negara.
akan meminta kepada pemerintah untuk mengikuti aturan dan sistem yang telah
untuk proyek yang sedang dan telah dijalankan terhadap penggunaan dana
pinjaman yang diberikan. Informasi tersebut tentunya hanya akan berguna bagi
bila aturan dan sistem yang berlaku di negara tersebut sesuai dengan sistem
pemerintah untuk turut menyiapkan sarana dan prasarana yang perlu dalam
kebijakan pemerintah seperti kuantitas dan kualitas SDM yang baik, sistem
akuntansi yang memadai, dan struktur organisasi yang tepat. Selaras dengan itu,
sektor publik Indonesia merupakan bagian dari tekanan mengikuti tren akuntansi
yang dimiliki. Maluku sebagai Provinsi kepulauan memiliki masalah klasik yakni
berbasis akrual diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang
terkait dengan basis akrual. Banyak pegawai bagian keuangan justru bukan
dengan efektif dan sukses sehingga diharapkan mampu untuk meraih kinerja
Banyak penelitian yang dilakukan baik di dalam maupun luar negeri yang
manusia, terutama para birokrat sangat penting dalam mewujudkan tata kelola
akuntansi.
Perubahan ini tidak secara otomatis terjadi, tetapi perlu secara aktif dipromosikan
pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu kelompok sosial, yang
membedakan dengan kelompok sosial yang lain. Di samping itu, Robbins (2008)
11
akrual di Portugal masih lemah. Hal ini terjadi karena kekuatan tradisi, aturan-
aturan, keyakinan, dan praktik yang sudah tertanam dalam budaya organisasi
yang baru.
itu disebabkan lemahnya implementasi sistem akuntansi yang baru ini, dimana
pengenalan basis akrual, serta kurangnya partisipasi aktif dari para personel
akuntansi berbasis akrual juga diteliti oleh Najati dkk, 2016; Sugiarto dan Alfian,
Provinsi Maluku diharapkan memiliki budaya organisasi yang baik, karena jika
tidak maka tujuan yang ingin dicapai terkait dengan keberhasilan penerapan
pimpinan dan komitmen bawahan. Suatu tujuan organisasi tidak akan tercapai
jika pimpinan dan bawahan tidak memiliki komitmen atau kemauan besar untuk
12
ada komitmen maka dapat dipastikan apa yang ingin dicapai tidak akan terwujud.
Waktu yang cukup lama dibutuhkan hingga sampai pada pemakaian akuntansi
pada semua level pemerintahan baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Tuntutan dan kebutuhan untuk pelaksanaan akuntansi akrual tidak akan
efektif bila masing-masing pimpinan tidak serius. Pegawai atau bawahan akan
termotivasi untuk bekerja lebih baik bila melihat pimpinannya bekerja dengan
komitmen yang kuat. Komitmen pimpinan seperti ini sangat dibutuhkan oleh para
akrual.
basis akrual menunjukkan hasil yang bervariasi, baik yang berpengaruh maupun
yang menarik bagi peneliti untuk menggali lebih dalam bagaimana penerapan
13
akuntansi basis akrual di Provinsi Maluku. Berikut ini akan diuraikan beberapa
penelitian yang dilakukan oleh Adhikari dan Mellemvik (2011) di Nepal yang
al. (2011) di Yunani yang mengukur sampai sejauh mana tingkat adopsi
menunjukkan tingkat adopsi akuntansi akrual pada sektor publik di Yunani yang
cukup rendah setelah enam tahun peraturan tentang hal tersebut ditetapkan,
oleh aparat pemerintah Kota Manado, baik reaksi positif maupun negatif. Selaras
Keuangan Daerah).
menyoroti kurangnya kompetensi dari tenaga akuntan yang ada pada sektor
bahwa peran sumber daya manusia, terutama para birokrat sangat penting
dalam mewujudkan tata kelola yang baik dan meningkatnya profesionalisme para
akuntansi akrual secara baik. Hal ini dikarenakan kompetensi yang kurang
memadai.
2010). Namun sebaliknya, penelitian Sari dkk (2016) pada semua entitas
akuntansi yang baru ini, yaitu kuatnya tradisi dalam budaya entitas pemerintah
dari para personel pemerintah dalam proses reformasi menuju akrual. Ouda
perubahan basis akuntansi dan hal ini terkait dengan budaya organisasi.
penelitian ini variabel-variabel yang ada dijelaskan dalam satu kesatuan model
yang baru.
apakah ada pengaruh tidak langsung antara tekanan peraturan dan kompetensi
berbasis akrual akibat kompetensi yang memadai dapat dijelaskan dengan teori
akuntansi berbasis akrual harus juga didukung oleh budaya organisasi. Melalui
mediasi.
mulai tahun 2015 sesuai dengan PP No.71 Tahun 2010. Penelitian ini
tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya manusia yang memadai. Oleh
karena itu, peneliti ingin menggali tentang kompetensi sumber daya manusia
sumber daya manusia yang memadai (Scott et al, 2003; Ouda, 2004; Lye et al,
2005; Cortes, 2006; Oluseyi, 2010)). Sebaliknya, pemerintah Fiji dan Nepal gagal
Mellemvik, 2011).
18
basis akrual, serta kurangnya partisipasi aktif dari para personel pemerintah
terhadap penerapan akuntansi akrual yang dimediasi oleh budaya organisasi dan
berbasis akrual?
akrual?
berbasis akrual?
yang menjadi tujuan penelitian ini adalah memberikan bukti empiris mengenai :
akrual yang dipengaruhi oleh tekanan peraturan dan kompetensi akan meningkat
kompetensi.
21
Selain itu penelitian ini memperkaya kajian akuntansi sektor publik terkait
konsep New Public Management tentang bagaimana merubah iklim kerja pada
dimana adanya kenyamanan dalam bekerja, kerjasama tim yang baik, koordinasi
tercipta dengan baik serta fokus pada tujaun sehingga keberhasilan penerapan
penelitian berisi baik baik implikasi teori, implikasi praktik maupun implikasi
6.1 Simpulan
2010. Tekanan ini seringkali menjadi beban bagi mereka. Selain itu, kompetensi
tinggi kompetensi yang dimiliki pegawai baik pimpinan maupun bawahan maka
berbasis akrual.
mediasi parsial.
bersifat moderasi prediktif atau penjelas. Informasi yang diperoleh dari beberapa
kepala OPD membuktikan bahwa pegawai yang bertugas dalam menerapkan
Hasil penelitian ini memberikan implikasi baik secara teoritis dan implikasi
dan teori human capital yang digunakan atau dengan kata lain, dari perspektif
Tahun 2010. Temuan ini sesuai dengan teori institusional dari Meyer dan Rowan
(1977). Temuan ini juga mendukung Safaruddin (2010), Adhikari dan Mellemvik
capital oleh Becker (1964). Temuan ini juga mendukung penelitian Ouda (2004),
Saleh dan Pendlebury (2006), Oluseyi (2010), Tickell (2010), (Tikk, 2010),
berbasis akrual. Temuan ini mendukung teori kontinjensi oleh Otley (1980) yang
akuntansi berbasis akrual. Temuan ini tidak mendukung teori kontinjensi oleh
moderasi.
hal yang mutlak diperlukan. Kualitas pendidikan dan ketepatan memilih pegawai
Maluku untuk menciptakan iklim budaya organisasi yang kondusif dalam bekerja
Para pegawai mesti dalam kondisi yang nyaman dalam bekerja sehingga tujuan
berikut:
Waktu penelitian yang cukup lama dari waktu yang direncanakan. Hal ini
responden yang bersangkutan sering tidak berada di tempat. Data atau informasi
yang diperoleh belum melibatkan pihak lain yang berkepentingan terutama dari
pengguna laporan keuangan yang lain seperti auditor internal, anggota BPKP
Daerah (OPD) serta hanya dilakukan pada beberapa kabupaten kota di Provinsi
6.4. Saran
pelatihan serta menentukan orang-orang yang kompeten untuk ada dalam posisi
pekerjaan yang berhubungan dengan pendidikan formal yang dimiliki. Hal ini
terkait dengan banyak pegawai yang bekerja dibidang keuangan justru berlatar
berbasis akrual, sehingga ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian
KAJIAN PUSTAKA
digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan dalam bab ini secara berurutan
meliputi teori institusional, teori kontinjensi, teori human capital, new public
dan Rowan 1977). Teori institusional sangat erat kaitannya dengan sebuah
lingkungan suatu organisasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Carruthers
organisasi). Pembentukan struktur organisasi formal tidak lepas dari tujuan untuk
kuat dan populer, baik untuk tindakan-tindakan individu maupun organisasi yang
disebabkan oleh faktor eksogen (Dacin, 1997; Dacin et al., 2002), faktor
eksternal (Frumkin dan Galaskiewicz, 2004) faktor sosial (Scott, 2003), faktor
22
23
organisasi berada (DiMaggio dan Powell 1983; Frumkin dan Galaskiewicz, 2004;
menjadi mirip dengan lingkungannya (Meyer dan Rowan, 1977). Gejala ini timbul
karena adanya saling ketergantungan dalam hal teknis dan hubungan paralel
melainkan dilandasi pemikiran politis seperti patuh pada regulasi tertentu atau
standar tertentu.
lingkungan institusional mereka (Mizruchi dan Fein, 1999). Ada tiga jenis
1983).
24
organisasi yang sukses. Adanya unsur ketidakpastian menjadi faktor kuat yang
mendorong terjadinya peniruan (DiMaggio dan Powell, 1983). Selain itu, adanya
tujuan yang ambigu, pengetahuan yang rendah atas kemajuan teknologi juga
kelompok internal dan eksternal kelompok serta individu. Mereka dibatasi oleh
struktur realitas mereka sendiri, yang dipengaruhi oleh tekanan normatif dan
menerima ide-ide tentang perilaku yang benar (DiMaggio dan Powell, 1983).
sama lain yang disebabkan oleh lamanya mereka secara tidak langsung
lingkungannya.
menerapkan norma tertentu disebabkan oleh adanya tekanan dari organisasi lain
adopsi terhadap organisasi lain karena tekanan dari negara dan organisasi lain
antara lain :
1. Penyesuaian Kategorial
digabungkan dalam sebuah sistem keyakinan kognitif seperti ini karena akan
ketahanan mereka.
2. Penyesuaian Struktural
program-program akreditasi.
3. Penyesuaian Prosedural
normatif.
4. Penyesuaian Personil
26
pendidikan selalu meningkat sesuai bagian dari posisi kerja walaupun tidak
jelas hubungan antara tujuan pendidikan dengan produktifitas. Hal ini terlihat
oleh Tom Burns. G.W. Stalker, John Wooward Lawrence, Lorsch dan yang
kondisi lingkungan yang dihadapi. Pada tahun 1950-an, Burns dan Stalker
(1968) menawarkan dua tipe struktur organisasi yaitu (1) struktur mekanistik dan
(2) organik.
namun jabaran teori kontinjensi yang lengkap baru muncul setelah dua peneliti
dari Universitas Harvard, Paul Lawrence dan Jay Lorsch menulis buku
27
berbeda diperlukan untuk menangani jenis pasar dan kondisi teknologi yang
berbeda. Kedua, organisasi yang beroperasi di lingkungan yang tidak pasti dan
tidak stabil lebih batuh melakukan difernsiasi internal daripada organisasi yang
diterapkan secara efektif untuk semua kondisi organisasi, namun sebuah sistem
merupakan suatu perspektif yang lebih terbuka dan menolak pandangan adanya
(Stern, 1996).
antara lain :
manajemen sangat tergantung pada situasi yang dihadapi. Jika teknik yang
dikatakan efektif.
4. Manajer yang sukses harus menerima bahwa tidak ada satu cara terbaik
(Gerdin dan Greve, 2008). Pendekatan ini lebih menekankan pada metode
kontinjensi.
lebih informatif. Sistem yang lebih informatif akan tertuju pada pasokan informasi
yang komprehensif dan dapat diandalkan serta menyediakan dasar untuk kontrol
upaya untuk menentukan melalui kegiatan riset, praktik dan teknik manajerial
mana yang paling cocok dan tepat dalam situasi-situasi tertentu, maka menurut
Human capital adalah bahwa manusia bukan sekedar sumber daya namun
modal lainnya, seperti tanah, gedung, mesin, dan sebagainya. Human capital
dapat didefinisikan sebagai jumlah total dari pengetahuan, skill, dan kecerdasan
traning dan migrasi. Lebih lanjut, Echrenberg dan Smith (1994), melihat bahwa
pekerja dengan separuh waktu akan memperoleh lebih sedikit human capital.
Kemudian, ditambahkan pula oleh Honig (1998) bahwa faktor yang berpengaruh
masa akan datang bagi suatu organisasi (Malhotra 2003, Bontis 2002 dalam
kombinasi dari tiga faktor, yaitu: 1) karakter atau sifat yang dibawa ke pekerjaan,
bakat 3) motivasi untuk berbagi informasi dan pengetahuan, yaitu semangat tim
Mayo (2000) bahwa komponen human capital terdiri atas kapabilitas individual,
Muafi (2010) mengukur human capital dilihat dari tiga komponen yaitu: tingkat
(2009) sumber daya manusia atau human capital dapat diukur dari tingkat
yang sering disebut New Public Management (Hood, 1991). Paradigma alternatif
ini menekankan pada perubahan perilaku pemerintah menjadi lebih efektif dan
efisien dengan prinsip The Invisible Hand-nya Adam Smith, yaitu mengurangi
peran pemerintah, membuka peran swasta dan pemerintah lebih berfokus pada
NPM berakar dari teori manajemen yang beranggapan bahwa praktik bisnis
komersial dan manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan
praktik dan manajemen pada sektor publik. Oleh karena itu, untuk memperbaiki
kinerja sektor publik, perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik manajemen
keuangan sektor publik untuk menciptakan sektor publik yang lebih efisien, efektif
Menurut Pollitt (2002) adopsi inovasi NPM dapat dikategorikan pada empat
tahap yang berbeda: (1) pengungkapan, (2) Keputusan, (3) praktik, dan (4)
dampak dari perubahan. Penelitian Pollit berfokus pada tahap praktik di mana
inovasi NPM secara teknis digunakan oleh organisasi sektor publik, termasuk
Indonesia dalam konteks NPM mengikuti contoh dari sejumlah negara lain
pemerintahan; (2) standar akuntansi digunakan oleh auditor sebagai kriteria audit
33
relevansi, dan keandalan laporan keuangan; dan (5) standar akuntansi menjadi
2011).
kebijakan akuntansi pemerintah daerah mengatur tiga hal, yaitu: (1) pengakuan;
Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau
dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam periode laporan keuangan
35
pada saat terjadinya transaksi tersebut, bukan pada saat kas atau ekuivalen kas
diterima atau dibayarkan. Akuntansi berbasis akrual banyak dipakai oleh institusi
sektor non publik dan lembaga lain yang bertujuan mencari keuntungan.
pembuatan laporan keuangan. Alasan penerapan basis akrual ini karena saat
pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya. Jadi
basis akrual ini menyediakan estimasi yang tepat atas pengaruh kebijakan
karena seluruh arus sumber daya dicatat, termasuk transaksi internal, in-kind
transaction, dan arus ekonomi lainnya. Akuntansi akrual dapat bermanfaat bagi
akuntabilitas (Guthrie, 1998; Chan, 2003; Ron dan Mellet, 2003; Barton, 2005;.
1. Pengakuan pendapatan
diterima menjadi hal yang kurang penting. Oleh karena itu, basis akrual
2. Pengakuan beban
terjadi. Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah
terjadi, maka titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya
jelas dari total biaya pemerintah, program kegiatan dan layanan yang
peningkatan proses kontrol dan transparansi, (ii) fokus lebih besar pada
output; fokus pada dampak jangka panjang dari keputusan, (iii) penggunaan
yang lebih efisien dan efektif dan manajemen sumber daya dan akuntabilitas
yang lebih besar, (iv) pengurangan dan pengukuran yang lebih baik dari
pengeluaran publik, (v) pelaporan yang lebih baik dari posisi keuangan
peningkatan pengukuran kinerja dan perbandingan yang lebih baik dari kinerja
konsisten; (vii) perhatian lebih besar untuk aset dan informasi lebih lengkap
mengenai kewajiban organisasi publik melalui aset yang lebih baik dan
manajemen hutang; (viii) perencanaan yang lebih baik untuk kebutuhan dana
37
layanan; (Mellett, 2002; Cohen et al, 2007; Pessina and Steccolini, 2007; dan
2002).
3. Neraca.
4. Laporan Operasional.
(SILPA) atau sumber dana yang digunakan untuk menutup sisa kurang
38
3. Neraca
dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
pemerintah.
d. Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa
Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang
UmumNegara/Daerah.
b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara
Umum Negara/Daerah.
sebelumnya.
Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga
lebih rumit.
pemerintahan.
pihak internal yang sudah terbiasa dengan sistem yang lama dan enggan
5. Lingkungan/Masyarakat
menjalankan kebijakannya.
mengatur praktik yang ada agar menjadi lebih baik. Di sisi lain, kekuatan coercive
konsep teoritis untuk studi tekanan peraturan karena motif utama dibalik
kepatuhan terhadap peraturan adalah legitimasi hukum (Liang et al. 2007). Dua
instansi pemerintah yang kuat dalam memberlakukan sanksi negatif yang tidak
2.8. Kompetensi
mereka yang menguasai SAP. Betapapun bagusnya SAP, tanpa didukung SDM
dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab akibat dengan
kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat
kerja atau pada situasi tertentu. Jadi, makna yang terkandung dalam pengertian
perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan tugas pekerjaan. Kedua,
tinggi, maka akan mempunyai kinerja tinggi pula (sebagai akibat). Ketiga, kriteria
konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan atau keahlian yang dibawa seseorang yang
terdiri dari berbagai jenis karakteristik yang berbeda yang mendorong perilaku.
1. Pengetahuan
2. Keterampilan
4. Karakteristik pribadi
5. Motif
Sisi lain dari kompetensi juga dapat dijelaskan oleh Robbins (2001) yang
individu tersusun dari dua faktor yaitu: kemampuan intelektual dan kemampuan
peran yang lebih besar dalam pekerjaan pekerjaan yang rumit yang
6) Verbal adalah kemampuan untuk memahami arti kata kata dan mengerti apa
yang dibaca.
sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk
mencapai kinerja yang superior. Aspek-aspek pribadi ini termasuk : sifat, motif-
dan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Berdasarkan definisi tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak semua aspek-aspek pribadi dari seorang pegawai
untuk mencapai kinerja yang maksimal. Kompetensi adalah suatu uraian atas
serta sikap yang utama diperlukan untuk mencapai kinerja yang efektif dalam
pekerjaan.
memiliki tujuan dan manfaat yang berbeda-beda. Pelatihan adalah suatu proses
pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu. Hal ini berimplikasi bahwa
pekerjaan saat ini atau tugas di masa mendatang, melainkan lebih pada
kapasitas sumber daya manusia yang memadai dari segi jumlah dan keahlian
daerah diisi oleh pegawai yang tidak memiliki latar belakang pendidikan
keuangan.
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan staf
tingkat yang lebih tinggi, staf organisasi diharapkan untuk lebih menghargai
manfaat dan penggunaan teknik akuntansi yang baru dan juga untuk
Windels dan Christiaens (2006) tingkat umum pendidikan eksekutif dan staf,
(1997) yang menunjukkan bahwa transisi dari akuntansi berbasis kas menuju
Sementara itu, menurut Ouda (2008), fakta bahwa karyawan yang tidak
kegagalan reformasi akuntansi sektor publik. Oleh karena itu, pengenalan sistem
akuntansi dan untuk meyakinkan potensi manfaat dari sistem baru. Dengan kata
menerima, dan merasa nyaman dengan ide-ide dan instrumen NPM, dan
(2009) juga menunjukkan bahwa pelatihan yang diberikan kepada staf keuangan
akrual.
2.8.3. Pengalaman
melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat dia
pekerjaan dan telah dilaksanakan dengan baik (Ranupandojo dan Husnan, 2002)
terhadap norma, nilai, sikap, dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh semua
berpakaian, cerita orang-orang mengenai apa yang terjadi, aturan dan prosedur
formal organisasi, kode perilaku formal, ritual, tugas, sistem gaji, bahasa dan
lelucon yang hanya dimengerti oleh orang dalam dan sebagainya. Elemen
mudah diakui ketika semua elemen dalam organisasi terpadu dan konsisten.
keyakinan, dan prinsip-prinsip dasar yang merupakan landasan bagi sistem dan
budaya kuat pada efektifitas organisasi. Sistem keyakinan, nilai dan simbol
yang dihayati serta dipahami secara luas oleh para anggota organisasi
berkembang.
4. Misi (mission). Sifat budaya ini menentukan manfaat dan makna dengan cara
akan misi memberikan arah dan sasaran yang jelas untuk mendefinisikan
organization learning), dan Mission (vision, strategic direction, dan goal and
objective).
individu yang ada di dalamnya tentang tujuan mulia yang akan dicapai organisasi
pemerintah. Oleh karena itu maka budaya harus menjadi perekat sosial yang
memandu dan membentuk sikap serta perilaku anggota yang ada di dalamnya.
suatu organisasi, tetapi memiliki fungsi-fungsi lain. Para ahli banyak yang
(2003) : (1) Budaya memberikan nuansa identitas bagi karyawan, (2) Budaya
perusahaan, (4) Budaya adalah kerangka referensi dan pedoman bagi perilaku
karyawan.
bagian dari sistem organisasi secara keseluruhan. Dalam konteks ini, budaya
dilihat sebagai sesuatu yang hidup di suatu organisasi yang mengikat semua
anggota organisasi dalam upaya mencapai tujuan bersama. Budaya juga dapat
birokrasi yang langsung berhubungan dengan para pengguna jasa sering tidak
publik. Osborne (1997) menjelaskan lima DNA sebagai kode genetika dalam
budaya, sehingga pengelolaan dari kelima sistem kehidupan organisasi publik ini
contoh dapat dilihat apabila seorang pegawai pindah ke tempat kerja yang lain.
Dalam lingkungan yang baru pegawai dituntut untuk perlu belajar menyesuaikan
lingkungan budaya, dalam aktivitasnya juga terlibat secara intensif melalui pola-
pola interaksi yang terbentuk di dalamnya dengan sistem nilai dan budaya lokal.
Budaya birokrasi berkembang disuatu daerah tertentu tidak dapat dilepaskan dari
dilakukan oleh setiap anggota dari sebuah organisasi yang dinamakan birokrasi.
53
lokal yang mewarnai sistem birokrasi di berbagai daerah menjadi hilang. Varian
kebijakan teknis, yakni dalam bentuk petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
(juklak dan juknis). Penyimpangan dari juklak dan juknis tersebut akan berakibat
fatal karena selalu dianggap sebagai penyimpangan dari aturan baku dan akan
Karakter dan model birokrasi yang selama ini berkembang di Indonesia pada
hakekatnya adalah merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjalin dengan
ekonomi.
publik. Dalam konteks ini, budaya paternalisme dalam kinerja aparat birokrasi
bahwa ada beberapa kendala yang berkaitan dengan kultur dan tradisi yang ada
rohani/batin/jiwa), watak, tabiat atau metode berpikir yang dimiliki aparat yang
bekerja. Pola tindak, pola pikir aparat dalam melaksanakan pekerjaan ditempat
organisasi berani memasukkan unsur komitmen sebagai salah satu syarat untuk
karyawan, absensi yang tinggi, tingkat turnover tidak terkendali. Semua ini
karyawan.
yang kuat untuk tetap menjadi anggota dalam suatu organisasi, (2) Keinginan
tertentu, dan penerimaan nilai-nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini
adalah suatu ikatan phsikologis karyawan pada organisasi yang ditandai dengan
adanya: (1) Kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai
tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Steers (1985)
organisasi, yaitu :
1. Ciri pribadi pekerja, termasuk masa jabatannya dalam organisasi, serta variasi
rekan kerja.
organisasi.
jawab.
Faktor yang bukan berasal dari dalam organisasi, misalnya ada tidaknya
alternatif pekerjaan lain. Jika ada yang lebih baik, maka individu akan
lebih baik.
organisasional adalah sebagai suatu perasaan positif yang ada dalam diri
dimana seorang karyawan memihak pada organisasi dan tujuan organisasi serta
Commitment).
Komitmen dalam jenis ini muncul dan berkembang oleh dorongan adanya
organisasi yang lain. Semakin nyaman dan tinggi manfaatnya yang dirasakan
dipilihnya.
organisasi. Dalam kaitan ini sesuatu yang mendorong anggota untuk tetap
materi maupun non materi, adalah adanya kewajiban moral, yang mana
seseorang akan merasa tidak nyaman dan bersalah jika tidak melakukan
sesuatu.
59
tahan atau atau komitmen yang tinggi dalam keanggotaan jika pengorbanan
konsep komitmen organisasi menurut Meyer dan Allen (1991) yaitu komitmen
sektor publik di Yunani cukup rendah setelah enam tahun peraturan tentang
Malaysia menyoroti kurangnya kompetensi dari tenaga akuntan yang ada pada
60
berbasis akrual dengan cepat. Hasil serupa diperoleh dari penelitian yang
terungkap bahwa peran sumber daya manusia, terutama para birokrat sangat
penting perannya dalam mewujudkan tata kelola yang baik dan meningkatnya
implementasi sistem akuntansi yang baru ini, yaitu kuatnya tradisi dalam budaya
kurangnya partisipasi aktif dari para personel pemerintah dalam proses reformasi
menuju akrual. Ouda (2004) menyatakan bahwa selain strategi yang dilakukan
dalam perubahan basis akuntansi dan hal ini terkait dengan budaya organisasi.
Malaysia. Hasil serupa dikemukakan oleh Putra dan Ariyanto (2015) dalam
(2004) yang meneliti negara New Zealand, Inggris dan Australia mengemukakan
menjelaskan tipe hubungan antar variabel, dan menjelaskan teori yang dijadikan
dasar dalam penelitian ini. Pada bab ini juga membahas perumusan hipotesis
teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah diuraikan pada bab 2.
budaya organisasi dan dimoderasi oleh komitmen organisasi pada OPD Provinsi
agar dapat berjalan efektif, efisien, transparan dan bersih diperlukan dukungan
dari sistem informasi akuntansi yang memadai agar informasi yang dihasilkan
62
63
Tahun 2010.
memerlukan dukungan dari berbagai pihak, baik dari pemerintah pusat maupun
dari suatu organisasi tersebut adalah dengan berusaha menjadi mirip dengan
dengan organisasi yang lain dalam kondisi lingkungan yang sama. Akan tetapi,
Ada tiga jenis tekanan, yaitu tekanan mimetic (mimetic pressure), tekanan
(DiMaggio dan Powell, 1983). Selain itu, adanya tujuan yang ambigu,
pengetahuan yang rendah atas kemajuan teknologi juga dapat menjadi faktor-
64
organisasi-organisasi lainnya.
kelompok internal dan eksternal kelompok serta individu. Mereka dibatasi oleh
struktur realitas mereka sendiri, yang dipengaruhi oleh tekanan normatif dan
menerima ide-ide tentang perilaku yang benar (DiMaggio dan Powell, 1991).
menerapkan norma tertentu disebabkan oleh adanya tekanan dari organisasi lain
organisasi lain karena tekanan dari negara dan organisasi lain atau masyarakat
Sebagai suatu organisasi publik, maka OPD yang ada dalam lingkup
dan komitmen dari setiap pegawai baik pimpinan maupun bawahan dalam
organisasi.
kontinjensi adalah tidak adanya jawaban terbaik yang berlaku terhadap semua
Masalah sumber daya manusia masih menjadi sorotan dan tumpuhan bagi
organisasi untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi. Sumber daya manusia
dengan sarana dan prasarana serta sumber dana yang berlebihan, tetapi tanpa
dukungan sumber daya manusia yang andal kegiatan organisasi tidak akan
dari kebutuhan akan adanya budaya organisasi dan komitmen organisasi yang
dalam waktu yang singkat melainkan harus secara kontinyu sehingga budaya
akrual karena kekuatan tradisi, aturan-aturan, keyakinan, dan praktik yang sudah
penghambat dalam pengenalan model akuntansi yang baru. Sejalan dengan itu,
juga diteliti oleh (Najati dkk, 2016; Ichsan, 2013; Pessina dan Steccolini, 2007;
sektor publik.
67
Gambar 3.1
Model Penelitian
Komitmen
Organisasi
H6
Tekanan
Peraturan H7
H1
H4
Penerapan
Budaya Akuntansi
Organisasi H3 Berbasis
Akrual
H5
Kompetensi H2
Ouda (2004), Saleh dan Pendlebury (2006), Oluseyi (2010), Tickell (2010), (Tikk,
2010), Stefanescu dan Turlea (2011), Stamatiadis, et al (2011).
Scott et al (2003), Ouda (2004), Lye et al (2005), Ellwood dan Newberry (2007),
Aidil (2010), Surepno (2015), Ahmad (2016).
68
penerapan akuntansi berbasis akrual yang dimediasi oleh budaya organisasi dan
berikut :
lingkungan institusional mereka (Mizruchi dan Fein, 1999). Ada tiga jenis
1983).
organisasi yang sukses. Adanya unsur ketidakpastian menjadi faktor kuat yang
karena tekanan dari negara dan organisasi lain atau masyarakat yang lebih luas.
69
Adanya peraturan ditujukan untuk mengatur praktik yang ada agar menjadi
lebih baik. Di sisi lain, kekuatan koersif dari suatu peraturan dapat menyebabkan
agar organisasi terlihat baik oleh pihak-pihak di luar organisasi (Scott, 1987).
akuntansi berbasis akrual akan hanya bersifat formalitas yang ditujukan untuk
memperoleh legitimasi.
penelitian (Adhikari dan Mellemvik, 2011) di Nepal. Sebagai negara yang kurang
(2016) yang melaporkan bahwa adanya pengaruh tekanan eksternal dan internal
pemerintah seperti kuantitas dan kualitas SDM yang baik, sistem akuntansi yang
akuntansi berbasis akrual beserta manfaatnya, pada dasarnya mereka saat ini
dimiliki oleh manusia. Sumber daya manusia yang baik adalah yang memiliki
kompetensi yang memadai. Hal ini dikarenakan karena akuntansi berbasis akrual
tersebut mempunyai sumber daya manusia yang kompeten. Hal ini membuktikan
menyatakan bahwa peran kompetensi sumber daya manusia menjadi faktor vital
71
pelaku organisasi. Tujuan suatu organisasi dapat tercapai bila memiliki budaya
dan komitmen dari pimpinan dan bawahan dalam organisasi tersebut. Poin-poin
ini disebabkan oleh salah satu faktor yakni budaya organisasi yang tidak baik.
terbiasa dangan budaya sistem yang lama dan lambat bahkan ada yang tidak
mau mengikuti perubahan yang baru yakni penerapan akuntansi berbasis akrual.
shock) dalam organisasi sektor publik. Hal ini disebabkan karena sistem
akuntansi akrual tersebut masih menjadi sesuatu yang asing bagi pimpinan
maupun staf sehingga cukup sulit untuk merubah budaya yang sudah lama
organisasi lain karena tekanan dari negara dan organisasi lain atau masyarakat
yang lebih luas. Penelitian yang dilakukan oleh Adhikari dan Mellemvik (2011) di
variabel mediasi.
publik dalam penerapan akuntansi berbasis akrual terkait juga dengan budaya
kontinjensi dengan tipe kongruen (congruence type) (Gerdin dan Greve, 2008)
moderator.
kurangnya kompetensi dari tenaga akuntan yang ada pada sektor publik.
sumber daya manusia, terutama para birokrat sangat penting perannya dalam
akuntansi akrual secara baik. Hal ini dikarenakan kompetensi yang kurang
memadai.
akuntansi berbasis akrual dapat ditemukan pada penelitian Jorge et al. (2007) di
yang baru ini, yaitu kuatnya tradisi dalam budaya entitas pemerintah sehingga
74
menghambat pengenalan basis akrual, serta kurangnya partisipasi aktif dari para
akuntansi dan hal ini terkait dengan budaya organisasi. Berdasarkan uraian
organisasi dapat berjalan dengan baik dan lancar apabila pemimpin organisasi
(Gerdin dan Greve, 2008). Pendekatan ini lebih menekankan pada metode
kontinjensi.
75
yang dalam hal ini terkait dengan komitmen karyawan terhadap organisasi
dari pimpinan dan bawahan. Ketika adanya tekanan dalam pekerjaan khususnya
yang hasilnya saling bertentangan. Hal ini dapat ditemukan pada beberapa
Kompetensi seseorang akan menjadi sia-sia jika tidak adanya komitmen dari
memperlihatkan tingginya komitmen pimpinan dan staf (Scot et al, 2003; Lye et
besar dalam penerapan akuntansi akrual. Oleh Karena itu, komitmen dari
pimpinan menjadi hal mutlak yang harus dimiliki. Selanjutnya penelitian Surepno
uraian tersebut maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
elemen konstruk, dan tahapan analisis data. Pada bagian pengumpulan data,
menyajikan jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, populasi
konstruk yang digunakan. Tahapan analisis data menyajikan teknik analisis data,
secara umum data disajikan dalam bentuk angka-angka yang dihitung melalui uji
statistik. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data “cross section”.
77
78
(WTP). Kabupaten Maluku Tengah dan Buru selatan adalah dua dari tiga
kabupaten yang mendapat opini Disclaimer, sedangkan Provinsi Maluku dan kota
4.3.1. Populasi
adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang
yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang
peneliti. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit pengamatan yang ciri-
cirinya dapat dianalisa (Singarimbun, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah
pegawai pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Maluku, Kota
4.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, atau merupakan bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Singarimbun, 2006). Sampel harus
representatif atau mewakili (Sugiyono, 2009). Jika hanya meneliti sebagian dari
berpendapat bahwa jika populasi besar atau subjek peneltian lebih dari 100,
79
maka pengambilan sampel dapat dilakukan antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau
sampling.
Rumus Slovin
n =
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
Maluku Tengah dan Kabupaten Buru. Jumlah populasi sebanyak 1032 orang.
n = 288
Hasil perhitungan dengan rumus Slovin, maka jumlah sampel yang diteliti
pengambilan data. Hal ini disebabkan jumlah OPD tidak semua dijadikan lokasi
80
pengambilan data, maka dilakukan dilot (lotre) yang menjadi lokasi pengambilan
perhitungan slovin test sebesar 27% dari 181 OPD, sehingga hasilnya adalah 48
berikut:
27% x 46 = 12 OPD
27% x 63 = 17 OPD
27% x 38 = 10 OPD
27% x 34 = 9 OPD
Total responden dalam penelitian sebanyak 288 orang dari 48 OPD, dan
1. Kepala OPD
2. Kabag keuangan
3. Bendahara
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan cara
2. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari pihak lain sebagai
pelengkap data primer. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu jumlah OPD
dalamnya.
(response rate) yang rendah. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah
responden.
dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada pemimpin OPD
akrual. Teknik ini digunakan untuk mencari data yang belum terjawab dalam
82
kuesioner atau jawaban yang masih perlu penjelasan lebih detail dan hanya
merupakan pendukung.
instrumen penelitian dalam kuesioner yang didasarkan pada data hasil pilot test.
Pilot test dilakukan terhadap 35 responden, yaitu pimpinan dan staf OPD yang
apakah instrumen dalam kuesioner yang digunakan untuk mengukur layak atau
tidak layak. Berdasarkan pilot test, diperoleh hasil validitas dan reliabilitas adalah
sebagai berikut :
variabel” yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam model (Ferdinand,
dan kompetensi.
diprediksi dengan satu atau lebih variabel. Konstruk endogen adalah faktor-
faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen
berbasis akrual.
Konstruk adalah variabel yang masih belum dapat diukur secara langsung.
Oleh sebab itu, diperlukan penjabaran sedemikian rupa atas konstruk menjadi
Penelitian ini menggunakan tiga konstruk utama, satu konstruk mediasi dan
satu konstruk moderasi. Konstruk utama dalam model penelitian ini adalah:
1. Tekanan peraturan
2. Kompetensi
diukur dengan menggunakan skala interval, yaitu tujuh skala Likert. Tujuh skala
Likert digunakan dalam penelitian ini sebab menurut Budiadji (2013) skala likert
dengan tujuh titik respon lebih disukai responden dan mempunyai kriteria
1. Tekanan Peraturan
Tekanan ini bisa muncul dari adanya peraturan, kebijakan, sistem atau teknik
bentuk khusus dari tekanan paksaan (DiMaggio dan Powell, 1983, Safarudin
empat pernyataan dengan skala skala 1 untuk sangat tidak setuju sampai
2. Kompetensi
kinerja yang tinggi dalam pekerjaannya. Indikator dalam penelitian ini diadopsi
85
a. Pengetahuan
b. Pendidikan
c. Pengalaman
d. Pelatihan
enam pernyataan dengan skala skala 1 untuk sangat tidak setuju sampai
3. Budaya Organisasi
mengukur variabel budaya organisasi pada penelitian ini merujuk pada teori
organisasi Denison (1990) dan dipakai oleh Moni (2012). Budaya organisasi
a. Creating change
b. Empowerment
c. Team orientation
d. Coordination
e. Goal
86
lima pernyataan dengan skala skala 1 untuk sangat tidak setuju sampai
4. Komitmen Organisasi
organisasi yang dikembangkan oleh Meyer dan Allen (1991) terdiri dari
sebagai indikator dalam penelitian ini. Adapun definisi dari setiap indikator
pekerjaannya.
enam pernyataan dengan skala skala 1 untuk sangat tidak setuju sampai
puluh satu pernyataan dengan skala skala 1 untuk sangat tidak setuju sampai
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Konstruk dan Indikator
berbasis akrual dalam penelitian ini akan dibuat skoring dengan menggunakan
skala likert. Sehingga variabel dijabarkan menjadi indikator terukur yang dapat
tingkatan sangat rendah sampai dengan sangat tinggi (bernilai 1 s/d 7) yang
diukur dengan skala likert (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=agak tidak
Dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu validitas dan reliabilitas.
Artinya, suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya
apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data
dari variabel yang diteliti secara tetap. Sebuah instrumen dikatakan valid jika
mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data dari variabel
eksternal menunjukkan bahwa hasil suatu penelitian adalah valid yang dapat
digeneralisasi ke semua objek, situasi, dan waktu yang berbeda. Parameter uji
validitas dalam model pengukuran PLS dapat dilihat pada tabel di berikut ini.
Tabel 4.2
Parameter Uji Validitas dalam Model Pengukuran PLS
Uji
Parameter Rule of Thumbs
Validitas
Konvergen Factor loading Lebih dari 0,7
Average variance extracted (AVE) Lebih dari 0,5
Communality Lebih dari 0,5
Diskriminan Akar AVE dan Korelasi variabel laten Akar AVE > Korelasi
variabel laten
Cross loading Lebih dari 0,7 dalam satu
variabel
Sumber: Diadaptasi dari Chin (1995) dalam Hartono dan Abdillah (2009)
4.7.2.Uji Reliabilitas
90
Selain uji validitas, PLS juga melakukan uji reliabilitas untuk mengukur
ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran (Hartono, 2008). Uji
reliabilitas dalam PLS dapat menggunakan dua metode, yaitu cronbach alpha
konstruk (Hartono dan Abdillah, 2009). Rule of tumbs nilai alpha atau composite
program PLS. Adapun alasan penelitian ini menggunakan metode SEM untuk
91
(variabel laten), yaitu variabel yang tidak bisa diukur secara langsung melainkan
alat analisis telah mengalami perkembangan. Menurut Ghozali (2006) ada dua
model SEM yang banyak digunakan sementara ini, yaitu SEM berbasis
Covariance atau sering disebut Covariance Based SEM yang diwakili oleh
software AMOS dan LISREL dan SEM berbasis Variance atau sering juga
disebut Component Based SEM yang diwakili oleh software SmartPLS dan PLS
Graph.
asumsi yang harus dipenuhi seperti: data harus terdistribusi normal secara
Based SEM distribusi data tidak menjadi masalah, skala pengukuran dapat
berupa nominal, ordinal, interval, dan rasio. Model komplek dengan 100 indikator
dapat dianalisis hanya dengan jumlah data 50. Model pengukuran indikator dapat
hipotesis penelitian.
Hasil perancangan inner model dan outer model tersebut, agar lebih mudah
cara iterasi. Iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen.
rumus :
a. R-square 0.25 − < 0.50 dalam kategori model yang diperoleh adalah buruk
93
b. R-square 0.50 − < 0.75 dalam kategori model yang diperoleh adalah baik
c. R-square > 0.75 dalam kategori model yang diperoleh adalah sangat baik
bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser dan Stone. Statistik uji yang
berikut:
H0 : λi = 0 lawan H1 : λi ≠ 0
minimum 30).
pengaruh yang bermakna variabel laten satu terhadap variabel laten lainnya.
laten bersifat linier. Di samping itu, asumsi pada nonparametrik, yaitu antar
pengamatan bersifat independen juga berlaku. Asumsi yang kedua ini bersifat
bootstrap disarankan sebesar 500, hal ini didasarkan beberapa kajian yang
ada pada berbagai literatur bahwa dengan sampel bootstrap 500 sudah
94
pada setiap sampel bootstrap disarankan lebih kecil sedikit dari sampel
indikator ke variabel laten serta tidak perlu adanya korelasi antar indikator
mengindikasikan bahwa tidak terjadi respons bias atau dengan kata lain
jawaban antar responden tidak ada perbedaan yang signifikan. Data untuk
pemeriksaan dengan cara melihat perbedaan koefisien jalur pada hasil analisis
(p3).
moderation atau moderasi mutlak, pure moderation atau moderasi murni, quasi
Tabel 5.1
Pengiriman dan Tingkat Pengembalian Kuesioner
No Keterangan Σ Kuesioner
1. Kuesioner yang didistribusikan 288
2. Kuesioner yang kembali 278
3. Kuesioner yang tidak kembali 10
4. Kuesioner yang rusak 8
5. Kuesioner yang diolah 270
6. Response Rate 93,7%
Sumber: Data Primer diolah, 2018.
yang telah ditentukan yaitu sebanyak 288 orang, tetapi jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 270 sesuai dengan kuesioner yang
Responden dalam penelitian ini adalah aparatur sipil negara (ASN) pada
Maluku, ASN Pemerintah Kota Ambon, ASN Pemerintah Maluku Tengah dan
meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, masa bekerja pada.. Karakteristik
96
97
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
mendominasi karakteristik responden. Hal ini dapat dilihat bahwa terdapat 157
orang (58,1%) yang berjenis kelamin perempuan dan 113 orang (41,9%) yang
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Usia Responden
Frekuensi Persentase
Usia
(Orang) (%)
21 – 30 tahun 26 9,6
31 – 40 tahun 117 43,3
41 – 50 tahun 84 31,1
> 50 tahun 43 15,9
Jumlah 270 100
Sumber: Data Primer diolah, 2018.
98
usia responden. Dapat dilihat bahwa terdapat 117 orang (43,3 %) yang
orang (15,9%) yang berusia > 50 tahun dan 26 orang (9,6%) yang berusia
21 - 30 tahun.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden
orang (8,1%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan merupakan hal
bekerja selama >12 tahun, 58 orang (21,5%) yang telah bekerja selama 3 –
berpengalaman.
dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari variabel tekanan peraturan, kompetensi,
akrual. Distribusi frekuensi variabel diperoleh dari hasil tabulasi skor jawaban
dengan rentang skala 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (agak tidak
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Variabel Tekanan Peraturan (X1)
akuntansi berbasis akrual. Tekanan peraturan diukur dengan tiga indikator, yaitu
tidak setuju, 2 berarti tidak setuju, 3 berarti agak tidak setuju, 4 berarti tidak tahu,
sangat setuju dan 5,6% yang menjawab agak setuju atas pertanyaan pada
Sebanyak 33,7% responden menjawab sangat setuju dan 0,7% yang menjawab
akrual. Kemudian sebanyak 33% responden menjawab sangat setuju dan 17%
Hal ini terlihat dari nilai rata-rata jawaban responden yang dihasilkan sebesar
6,19%.
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Variabel Kompetensi (X2)
sampai 7. Skor 1 berarti sangat tidak setuju, 2 berarti tidak setuju, 3 berarti agak
tidak setuju, 4 berarti tidak tahu, dan 5 berarti agak setuju, 6 berarti setuju, 7
sangat setuju dan 0,7% menjawab agak tidak setuju atas pertanyaan pada
menjawab sangat setuju dan 1,1% yang menjawab tidak tahu pada indikator
sangat setuju dan 0,7% yang menjawab tidak setuju atas pertanyaan/
pernyataan pada indikator pelatihan yang terdiri dari dua item, sebanyak 30,4%,
30% responden menjawab sangat setuju dan 1,9%,1,5% yang menjawab tidak
tahu. Rata-rata jawaban responden adalah 6,17% dan 6,18% artinya bahwa
terhadap penerapan akuntansi berbasis akrual. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Variabel Budaya Organisasi (Y1)
keyakinan, dan prinsip-prinsip dasar yang merupakan landasan bagi sistem dan
Indikator tersebut akan diukur dengan menggunakan skala Likert dengan interval
1 sampai 7. Skor 1 berarti sangat tidak setuju, 2 berarti tidak setuju, 3 berarti
agak tidak setuju, 4 berarti tidak tahu, dan 5 berarti agak setuju, 6 berarti setuju,
sangat setuju dan 9,6% menjawab agak setuju atas pertanyaan pada indikator
dan 0,7% yang menjawab tidak setuju pada indikator empowerment. Rata-rata
agak setuju atas pertanyaan pada indikator team orientation. Rata-rata jawaban
104
tim yang baik dari pimpinan maupun bawahan dalam menerapkan akuntansi
berbasis akrual. Sebanyak 28,1% responden menjawab sangat setuju dan 0,4%
yang menjawab tidak tahu atas pertanyaan pada indikator coordination. Rata-
rata jawaban responden adalah 6,19% artinya bahwa terjalin koordinasi yang
baik dalam organisasi antar pimpinan dan bawahan guna tercapainya penerapan
sangat setuju dan 0,7% yang menjawab agak tidak setuju atas pertanyaan pada
dengan baik sehingga penerapan akuntansi berbasis akrual dapat berhasil.. Hal
ini terlihat dari nilai rata-rata jawaban responden yang dihasilkan sebesar 6,21%.
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Variabel Komitmen Organisasi (Y2)
skala Likert dengan interval 1 sampai 7. Skor 1 berarti sangat tidak setuju, 2
berarti tidak setuju, 3 berarti agak tidak setuju, 4 berarti tidak tahu, dan 5 berarti
komitmen normatif yang terdiri dari dua item sebanyak 29,3%, 24,4% responden
menjawab sangat setuju dan 0,7%, 1,1% menjawab agak tidak tahu. Rata-rata
jawaban responden adalah 6,09 dan 6,03%, artinya bahwa responden secara
akrual. Atas pertanyaan pada indikator komitmen afektif yang terdiri dari dua item
sebanyak 23%, 25,6% responden menjawab sangat setuju dan 3,3%, 2,2%
menjawab tidak setuju. Rata-rata jawaban responden adalah 5,87% dan 5,90%,
kontinuans yang terdiri dari dua item sebanyak 23,7%, 25,9% responden
menjawab sangat setuju dan 1,9%, 1,5% menjawab tidak setuju. Rata-rata
jawaban responden adalah 5,90 dan 5,93%, artinya bahwa responden merasa
organisasi terkait penerapan akuntansi berbasis akrual. Hal ini terlihat dari nilai
berarti sangat tidak setuju, 2 berarti tidak setuju, 3 berarti agak tidak setuju, 4
berarti tidak tahu, dan 5 berarti agak setuju, 6 berarti setuju, 7 berarti sangat
setuju.
Tabel 5.10
107
sangat setuju dan 0,4% menjawab tidak tahu atas pertanyaan pada indikator
PSAP 02 tentang laporan realisasi anggaran berbasis kas yang terdiri dari empat
setuju dan 1,5% menjawab agak setuju, 2,2%, 4,8%, 1,5% menjawab tidak
setuju. Rata-rata jawaban responden adalah 6,32%, 6,07%, 5,99% dan 6,17%,
PSAP 03 tentang laporan arus kas, sebanyak 24,1% yang menjawab sangat
setuju dan 4,1% menjawab tidak tahu Rata-rata jawaban responden adalah
laporan arus kas. Atas pertanyaan pada indikator pemahaman PSAP 04 tentang
catatan atas laporan keuangan yang terdiri dari dua item, sebanyak 31,1%,
34,1% yang menjawab sangat setuju dan 0,4% menjawab tidak setuju dan 1,1%
menjawab tidak tahu. Rata-rata jawaban responden adalah 6,25% dan 6,23%
persediaan yang terdiri dari dua item, sebanyak 26,7%, 28,9% yang menjawab
sangat setuju dan 1,9% menjawab tidak setuju. Rata-rata jawaban responden
adalah 6,05% dan 5,96% artinya bahwa responden dapat memahami PSAP 05
pemahaman PSAP 06 tentang akuntansi investasi yang terdiri dari tiga item,
sebanyak 26,7%, 23,7%, 21,9% yang menjawab sangat setuju dan 1,1%
menjawab tidak setuju dan 6,7%, 0,7% menjawab agak tidak setuju. Rata-rata
jawaban responden adalah 5,96%, 5,70% dan 5,85% artinya bahwa responden
yang terdiri dari dua item, sebanyak 23,7%, 30% yang menjawab sangat setuju
dan 4,4% menjawab tidak tahu dan 0,4% menjawab agak tidak setuju. Rata-rata
jawaban responden adalah 6,10% dan 6,19% artinya bahwa responden dapat
konstruksi dalam pengerjaan terdiri dari dua item, sebanyak 27,4%, 30% yang
menjawab sangat setuju dan 1,1% menjawab tidak setuju dan 2,6% menjawab
109
tidak tahu. Rata-rata jawaban responden adalah 5.96% dan 6,20% artinya bahwa
tentang akuntansi kewajiban, sebanyak 26,7% yang menjawab sangat setuju dan
2,2% menjawab tidak tahu. Rata-rata jawaban responden adalah 6,18% artinya
akuntansi, dan operasi yang tidak dilanjutkan terdiri dari dua item, sebanyak
26,3%, 25,9% yang menjawab sangat setuju dan 1,5%, 0,4% menjawab tidak
tahu. Rata-rata jawaban responden adalah 6,18% dan 6,18% artinya bahwa
laporan keuangan konsolidasian terdiri dari dua item, sebanyak 29,6%, 29,3%
yang menjawab sangat setuju dan 2,2% menjawab tidak setuju, 2,2% menjawab
tidak tahu. Rata-rata jawaban responden adalah 6,15% dan 6,14% artinya bahwa
dan 0,4% menjawab tidak setuju. Rata-rata jawaban responden adalah 6,07%
operasional.
blok indikator berhubungan dengan variabel latennya (Ghozali, 2008). Ada tiga
110
kriteria untuk menilai outer model, yaitu convergent validity, composite reliability,
dan discriminant validity. Pada outer model dengan indikator refleksif seperti
indikator.
scorre yang dihitung dengan PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika
berkorelasi lebih dari 0,7 dengan konstruk yang ingin diukur. Meskipun demikian,
untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading
0.5 sampai 0.6 dianggap cukup (Ghozali, 2008). Hasil loading factor untuk setiap
Tabel 5.11
Hasil Pengujian Convergent Validity
digunakan pada penelitian ini memiliki loading factor lebih besar dari 0,6 dan
signifikan (t hitung > t tabel) sehingga tidak ada indikator yang dibuang.
konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya,
hal ini menunjukkan konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih
baik daripada ukuran pada blok lainnya (Ghozali, 2008). Cross Loading setiap
dengan indikatornya, yaitu X1.1, X1.2, dan X1.3 lebih tinggi dibandingkan
Tabel 5.12
Nilai Cross Loading Hasil Pengujian Discriminant Validity
Variabel
Tekanan Kompetensi Budaya Komitmen Penerapan
Indikator
Peraturan (X2) (Y1) (Y2) Akrual
(X1) (Y3)
X1.1 0,888
X1.2 0,866
X1.3 0,865
X2.1 0,847
X2.2 0,845
X2.3 0,797
X2.4 0,852
Y1.1 0,781
Y1.2 0,679
112
Variabel
Tekanan Kompetensi Budaya Komitmen Penerapan
Indikator
Peraturan (X2) (Y1) (Y2) Akrual
(X1) (Y3)
Y1.3 0,853
Y1.4 0,789
Y1.5 0,811
Y2.1 0,861
Y2.2 0,817
Y2.3 0,880
Y3.1 0,767
Y3.2 0,764
Y3.3 0,720
Y3.4 0,812
Y3.5 0,722
Y3.6 0,815
Y3.7 0,800
Y3.8 0,775
Y3.9 0,742
Y3.10 0,851
Y3.11 0,801
Y3.12 0,693
Sumber : Data primer diolah, 2018.
X2.1, X2.2, X2.3 dan X2.4 lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator yang lain.
Korelasi variabel budaya organisasi dengan indikator Y1.1, Y1.2, Y1.3, Y1.4 dan
Y1.5 lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator yang lain. Korelasi variabel
komitmen organisasi dengan indikator Y2.1, Y2.2 dan Y2.3 lebih tinggi
Y3.5, Y3.6, Y3.7, Y3.8, Y3.9, Y.10, Y3.11 dan Y3.12 lebih tinggi dibandingkan
korelasi indikator yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa variabel laten
blok lainnya. Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah dengan
melihat nilai AVE (average variance extracted) untuk setiap konstruk. Nilai AVE
Tabel 5.13
Nilai AVE
Variabel AVE
Budaya 0,616414
Komitmen 0,728682
Kompetensi 0,698984
Kompetensi * Komitmen 0,553895
Penerapan 0,598568
Tekanan 0,763022
Tekanan * Komitmen 0,570174
Sumber: Data primer diolah, 2018.
Tabel 5.13 menunjukkan bahwa nilai AVE setiap variabel lebih besar dari
0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel yang kita gunakan pada
dievaluasi dengan dua macam ukuran, yaitu internal consistency dan Cronbach’s
Alpha (Ghozali, 2008). Hasil Composite reliability pada penelitian ini ditampilkan
Tabel 5.14
Composite Reliability
Nilai Cronbach’s Alpha diolah melalui PLS disajikan pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15
Cronbachs Alpha
Tabel 5.14 dan Tabel 5.15 menunjukkan bahwa semua variabel yang
digunakan pada penelitian ini memiliki composite reliability dan Cronbachs Alpha
lebih besar dari 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel pada penelitian
untuk predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter
jalur strukturalnya yang didapat lewat prosedur bootsraping. Hasil nilai R-square
untuk konstruk dependen yang diperoleh dari pengolahan PLS ditampilkan pada
Tabel 5.16
Tabel 5.16
Nilai R-Square
R Square
Budaya 0,560457
Komitmen
Kompetensi
Kompetensi * Komitmen
Penerapan 0,744441
Tekanan
Tekanan * Komitmen
Sumber: Data primer diolah, 2018.
115
56,04%, sedangkan sisanya yaitu 43,96% merupakan kontribusi dari variabel lain
yang tidak diteliti. R-square pada variabel penerapan akuntansi berbasis akrual
memiliki nilai dengan rentang 0 < Q2 < 1, dimana semakin mendekati 1 berarti
Q2 = 1 – (1 – R12) (1 – R22)
adalah:
Q2 = 1 – (1 – 0,560) (1 – 0,744)
= 0,888
penelitian ini sudah baik karena nilai Q-Square yang dihasilkan mendekati satu.
Bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser & Stone. Statistik uji yang digunakan
Gambar 5.1
Diagram Jalur Model Struktural dalam PLS
resampling Bootstrap. Uji Statistik yang digunakan adalah uji-t dengan angka
kritis t-statistik lebih besar dari t-tabel (1,96) dengan tingkat signifikansi 0,05,
maka pengujian hipotesis diterima, sebaliknya t-statistik lebih kecil dari t-tabel
(1,96) pengujian hipotesis tidak diterima. Hasil analisis secara lengkap terdapat
117
dalam hasil analisis PLS. Berikut ini adalah tabel hasil pengujian pengaruh
langsung.
Tabel 5.17
Berdasarkan tabel 5.17 dan gambar 5.1, maka dapat dijelaskan hasil
budaya organisasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai t-statistik sebesar 4,656
(>1,96), p-value 0,001 (<0,05) dan dengan koefisien jalur sebesar 0,337.
organisasi. Hal ini dibuktikan dengan nilai t-statistik sebesar 6,291 (>1,96), p-
penerapan akuntansi berbasis akrual. Hal ini dibuktikan dengan nilai t-statistik
sebesar 2,772 (>1,96), p-value 0,001 (<0,05) dan dengan koefisien jalur
sebesar 0,201.
akuntansi berbasis akrual. Hal ini dibuktikan dengan nilai t-statistik sebesar
4,355 (>1,96), p-value 0,001 (<0,05) dan dengan koefisien jalur sebesar
0,296.
118
penerapan akuntansi berbasis akrual . Hal ini dibuktikan dengan nilai t-statistik
sebesar 3,738 (>1,96), p-value 0,001 (<0,05) dan dengan koefisien jalur
sebesar 0,236.
koefisien jalur pengaruh langsung. Hasil analisis pengaruh variabel tekanan dan
Tabel 5.18
Hasil Sobel Test
Jalur A B SEA SEB p-value Keterangan
Tekanan – Budaya –
0,337 0,236 0,072 0,063 0,003 Didukung
Penerapan
Kompetensi – Budaya
0,457 0,236 0,073 0,063 0,001 Didukung
– Penerapan
Sumber: Data primer diolah, 2018.
Tabel 5.19
Hasil Pengaruh Variabel Mediasi
Pengaruh Variabel Mediasi Koefisien Jalur
Sifat
Eksogen -> Mediasi -> Eksogen -> Keterangan
Eksogen Mediasi Endogen Mediasi
Mediasi Endogen Endogen
0,337 0,236 0,201
Tekanan Budaya Penerapan Partial Didukung
(signifikan) (signifikan) (signifikan)
0,457 0,236 0,296
Kompetensi Budaya Penerapan Partial Didukung
(signifikan) (signifikan) (signifikan)
Sumber: Data primer diolah, 2018.
119
Gambar 5.2
Hasil Mediasi Budaya Organisasi pada Pengaruh Tekanan Peraturan
Terhadap Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual
A: 0.337
B: 0.236
SEA: 0.072
SEB: 0.063
Calculate!
Gambar 5.3
Hasil Mediasi Budaya Organisasi pada Pengaruh Kompetensi Terhadap
Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual
A: 0.457
B: 0.236
SEA: 0.073
SEB: 0.063
Calculate!
Berdasarkan tabel 5.18, gambar 5.2 dan gambar 5.3, berikut ini akan
akuntansi berbasis akrual adalah 0,236. Nilai SEa sebesar 0,072 dan nilai SEb
sebesar 0,063. Nilai Sobel Test statistic sebesar 2,924 (> 1,96) dan nilai p-
berbasis akrual.
akrual adalah 0,236. Nilai SEa sebesar 0,073 dan nilai SEb sebesar 0,063.
Nilai Sobel Test statistic sebesar 3,214 (> 1,96) dan nilai p-value sebesar
Tabel 5.20
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Gambar 5.4
Hasil Mediasi Budaya Organisasi pada Pengaruh Tekanan
PeraturanTerhadap Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual
Tekanan Penerapan
Peraturan (X1) Akrual (Y3)
Budaya
Organisasi
(Y1)
Tekanan Penerapan
Peraturan (X1) Akrual (Y3)
Gambar 5.5
Hasil Mediasi Budaya Organisasi pada Pengaruh Kompetensi Terhadap
Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual
Budaya
Organisasi
(Y1)
terhadap penerapan akuntansi berbasis akrual. Sifat mediasi ini adalah mediasi
akrual.
123
Tabel 5.21
Hasil Pengaruh Variabel Moderasi
Koefisien
Eksogen Moderator Endogen Statistik T Keterangan
Jalur
Tekanan Komitmen Penerapan 0,048 0,808 Tidak didukung
Kompetensi Komitmen Penerapan 0,090 1,312 Tidak didukung
Sumber: Data primer diolah, 2018.
koefisien sebesar 0,201, nilai t-statistik sebesar 2,772 (>1,96) dan p-value 0,001
dapat diterima.
124
0,296, nilai t-statistik sebesar 4,355 (>1,96) dan p-value 0,001 (<0,05). Hal ini
koefisien sebesar 0,236, nilai t-statistik sebesar 3,738 (>1,96) dan p-value 0,001
(<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa dengan terciptanya budaya organisasi yang
dimediasi budaya organisasi dengan nilai koefisien sebesar 0,079, nilai Sobel
Test statistic sebesar 2,924 (>1,96) dan p-value 0,003 (<0,05). Hal ini
dapat diterima.
organisasi dengan nilai koefisien sebesar 0,107, nilai Sobel Test statistic sebesar
3,214 (> 1,96) dan p-value 0,001 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa apabila
berbasis akrual, dengan nilai koefisien sebesar 0,048 dan nilai t-statistik sebesar
dapat diterima.
akrual, dengan nilai koefisien sebesar 0,090 dan nilai t-statistik sebesar 1,312
5.11. Pembahasan
terhadap penerapan akuntansi berbasis akrual. Hal ini berarti bahwa responden
pertama.
berbasis akrual. Sikap ini bukan didorong oleh kemauan dari dalam diri masing-
tersebut.
berbasis akrual yang terjadi akibat adanya tekanan peraturan baik yang bersifat
SDM yang baik, sistem akuntansi yang memadai, dan struktur organisasi yang
tepat.
akuntansi berbasis akrual. Selain itu, pegawai ditingkat bawah juga mengeluhkan
hal yang sama yakni paksaan yang mereka terima untuk melakukan PP N0 71
Tahun 2010. Keterpaksaan yang mereka alami akibat adanya kekuasaan yang
penerapan akuntansi berbasis akrual. Hal ini berarti seseorang yang mempunyai
baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa temuan ini mendukung hipotesis
kedua.
(1964) yang menyatakan bahwa manusia bukan sekedar sumber daya namun
sumber daya manusia yang ada sebagai modal untuk mencapai tujuan
dan Pendlebury (2006), Oluseyi (2010), Tickell (2010), (Tikk, 2010), Stefanescu
khusus tenaga akuntan sektor publik di Malaysia. Hal ini menjadi penyebab
pengelolaan keuangan. Selain itu, karena Kabupaten Buru Selatan masih relatif
OPD pada pemerintah Provinsi Maluku dan kota Ambon yang pegawainya sudah
memiliki pendidikan yang baik serta pengalaman yang cukup. Selain itu,
berbasis akrual menjadi hal mutlak yang harus dilakukan. Organisasi perangkat
akuntansi berbasis akrual dapat berlangsung dengan sukses bila didukung oleh
iklim budaya organisasi yang baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
dengan sistem akuntansi akrual yang masih merupakan sistem yang baru.
bahwa kuatnya tradisi dalam budaya pemerintah serta kurangnya partisipasi aktif
nilai rata-rata jawaban dari responden dan nilai loading factor adalah baik. Hal ini
akuntansi berbasis akrual dengan dipicu iklim budaya organisasi yang semakin
baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa temuan ini mendukung hipotesis
keempat.
131
dengan tipe kongruen (congruence type) (Gerdin dan Greve, 2008) digunakan
variabel mediator.
berpengaruh besar dalam penerapan akuntansi akrual (Jorge, 2007). Selain itu,
cukup sangat tinggi. Hal ini terlihat ketika pimpinan memaksa bawahan untuk
diikuti mengingat kekuasaan yang lebih besar dari pimpinan. Bawahan tidak
punya kekuatan untuk menolak perintah dari pimpinan. Pejabat birokrasi lebih
jasa sering tidak memiliki wewenang yang memadai untuk merespons dinamika
berbasis akrual dengan dipicu iklim budaya organisasi yang semakin baik.
kelima.
dengan tipe kongruen (congruence type) (Gerdin dan Greve, 2008) digunakan
variabel mediasi.
daerah di Provinsi Maluku telah tercipta dengan baik sehingga tujuan penerapan
diperlukan tetapi jika didukung oleh budaya organisasi yang baik maka tujuan
organisasi yang baik karena menurut mereka sebaik apapun kompetensi yang
dimiliki jika tidak dibarengi budaya organisasi yang baik pula, maka tidak akan
133
responden dan nilai loading factor adalah baik. Pimpinan dan bawahan terbukti
akrual.
berbasis akrual. Hal ini berarti peningkatan penerapan akuntansi berbasis akrual
akibat pengaruh tekanan peraturan tidak selalu semakin tinggi jika komitmen
signifikan maka pengaruh moderasi yang terjadi adalah moderasi prediktor atau
moderasi penjelas.
134
Temuan ini tidak sesuai dengan teori kontinjensi yang menyatakan faktor
(2003), Ouda (2004), Lye et al (2005), Ellwood dan Newberry (2007), Ahmad
(2016).
variabel komitmen organisasi memiliki nilai yang lebih kecil bila dibandingkan
Banyak pegawai yang bekerja tidak dengan sepenuh hati. Penerapan akuntansi
berbasis akrual yang terjadi hanya karena adanya tekanan untuk menerapkan
akrual atau dengan kata lain pegawai menerapkan akuntansi berbasis akrual
akrual. Hal ini berarti peningkatan penerapan akuntansi berbasis akrual akibat
pengaruh kompetensi tidak selalu semakin tinggi jika komitmen setiap pegawai
dalam organisasi rendah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa temuan ini
penjelas.
sebelumnya yakni Scott et al (2003), Ouda (2004), Lye et al (2005), Ellwood dan
variabel komitmen organisasi memiliki nilai yang lebih kecil bila dibandingkan
dan bawahan dalam organisasi belum memiliki komitmen yang kuat untuk
dengan kompetensi yang memadai namun kurang ada komitmen dalam diri
informasi kompetensi yang dimiliki sudah cukup memadai dari para pegawai. Ini
sering diikuti, namun karena sikap yang tidak serius dalam menjalankan tugas