Disusun Oleh
Kelompok 1A
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, Klien dan keluarganya diharapkan dapat
mengetahui dan memahami tentang Range of Motion (ROM)
2. Tujuan Khusus
a) Klien dan keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian dari ROM
b) Klien mampu menyebutkan tujuan dari gerakan ROM.
c) Klien mampu menyebutkan prinsip dari gerakan ROM.
d) Klien dan keluarga mampu menyebutkan klasifikasi dari ROM
e) Klien dan keluarga mampu mempraktekkan/mendemonstrasikan cara gerakan
ROM pada ektremitas bawah
f) Klien dan keluarga mempu mengerti mengenai Drop Foot.
B. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab
3. Evaluasi
C. Media
Video dan Leaflet
D. Karakteristik Peserta
Pasien stroke dengan kelemahan anggota gerak.
E. Materi
1. Menjelaskan definisi ROM
2. Menjelaskan tujuan
3. Menjelaskan indikasi ROM
4. Menjelaskan kontraindikasi
5. Menjelaskan prinsip gerakan ROM
6. Menjelaskan klasifikasi ROM
7. Menjelaskan gerakan ROM
8. Menjelaskan mengenai drop foot
F. Proses Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan
Tahap
Perawat Respon keluarga/klien
1 Pembukaan 5 Menit 1. Memberikan 1. Menjawab
salam salam
2. Memperkenalkan diri 2. Menyimak
3. Menyampaikan 3. Menyimak
pokok bahasan 4. Menyimak
4. Menyampaikan tujuan
2 Isi 15 Menit Penyampaian materi 1. Peserta mendengarkan
1. Menjelaskan definisi 2. Peserta memperhatikan
ROM 3. Peserta ikut
2. Menjelaskan tujuan mempraktikan
3. Menjelaskan indikasi Prosedur ROM
ROM
4. Menjelaskan
kontraindikasi
5. Menjelaskan prinsip
gerakan ROM
6. Menjelaskan klasifikasi
ROM
7. Menjelaskan gerakan
ROM
8. Menjelaskan mengenai
drop foot
3 Penutup 5 menit 1. Diskusi 1. Aktif bertanya
2. Menjawab
2. Evaluasi
Pertanyaan
3. Kesimpulan
3. Memperhatikan
4. Memberikan salam 4. Menjawab
penutup salam
G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Banyak keluarga pasien dan pengunjung rumah sakit mengikuti sesi edukasi
dan tanya jawab
b) Semua media dan peralatan pendukung tersedia dengan baik
c) Peran dan tugas mahasiswa sebagai pemberi edukasi sesuai perencanaan
2. Evaluasi Proses
a) Pelaksanaan kegiatan sesuai waktu yang direncanakan
b) Keluarga pasien kooperatif dan mendengarkan dengan seksama
c) Seluruh keluarga pasien berperan aktif dalam mengajukan pertanyaan dan
mengemukakan pendapat selama jalannya diskusi
3. Evaluasi Hasil
Sebagian besar pasien mampu :
a) Menjawab pertanyaan dan mengulang kembali pengertian gerakan ROM
b) Keluarga dan pasien mengetahui tentang tujuan dilakukan ROM
c) Keluarga dan pasien mengetahui prinsip dari gerakan ROM
MATERI
Range Of Motion (ROM)
A. Definisi ROM
ROM adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang
bersangkutan. (Suratun, 2008). Latihan Range Of Motion (ROM) merupakan istilah
baku untuk menyatakn batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk
menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang
abnormal. (Arif, M, 2008)
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan persendian atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggeraka persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot
dan tonus otot. (Potter & Perry, 2005)
B. Tujuan
Latihan ini memberikan manfaat yaitu :
1. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot
2. Memperbaiki tonus otot
3. Meningkatkan pergerakan sendi
4. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
5. Meningkatkan massa otot
6. Mengurangi kelemahan
7. Mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian
F. Klasifikasi ROM
1. Gerakan ROM Pasif
Latihan ROM yang dilakukan dengan bantuan perawat setiap gerakan. Indikasinya
adalah pasien semi koma dan tidak sadar, pasien usia lanjut dengan mobilisasi
terbatas, pasien tirah baring total, atau pasien dengan paralisis.
Gerakan yang dapat dilakukan meliputi
a) Fleksi gerakan menekuk persendian
b) Ekstensi gerakan meluruskan persendian
c) Abduksi gerakan satu anggota tubuh ke arah mendekati aksis tubuh
d) Adduksi gerakan satu anggota tubuh ke arah menjauhi aksis tubuh
e) Rotasi gerakan memuatar melingkari aksis tubuh
f) Pronasi gerakan memutar ke bawah
g) Supinasi gerakan memutar ke atas
h) Inversi gerakan ke dalam
i) Eversi gerakan ke luar
2. Gerakan ROM Aktif
Latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan perawat dari setiap
gerakan yang dilakukannya. Indikasinya adalah pasien yang dirawat dan mampu
untuk ROM sendiri dan Kooperatif.
f. Rotasi bahu
Drop foot adalah kondisi ketika tubuh tidak mampu mengangkat bagian depan
kaki, baik pada salah satu kaki atau keduanya. Gangguan yang disebut juga sebagai
peroneal nerve injury, atau foot drop palsy ini dapat memengaruhi cara berjalan (gait)
seseorang. Di mana penderita terlihat seperti menyeret bagian depan kakinya ke
permukaan tanah/lantai saat sedang berjalan.
Drop foot tidak tergolong sebagai penyakit, melainkan merupakan salah satu gejala
dari gangguan saraf, otot, atau pada bagian tubuh lainnya. Kondisi ini bisa berlangsung
sementara, namun juga berisiko menjadi kondisi permanen. Kondisi drop foot bisa
terjadi karena (NHS, 2022):
a. Cedera olahraga
b. Cakram yang tergelincir di tulang belakang
c. Menyilangkan kaki, berlutut atau jongkok dalam waktu lama
d. Masalah dengan saraf (neuropati perifer) yang disebabkan oleh diabetes
e. Operasi penggantian pinggul atau lutut
f. Tidak bergerak dalam waktu lama (misalnya jika dirawat di rumah sakit)
Pencegahan Drop Foot
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya drop foot (NHS,
2022)¸yaitu:
g. Gunakan alat bantu jalan, misalnya tongkat, jika memerlukannya menjaga lantai di
rumah Anda tetap bersih
h. Singkirkan barang-barang yang dapat membuat Anda tersandung di rumah, seperti
permadani yang longgar dan kabel listrik
i. Jaga rumah Anda tetap terang memasang pegangan tangan di tangga
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani drop foot (Tim Medis Siloam
Hospital, 2023)¸yaitu:
a. Penggunaan penyangga, bertujuan untuk membantu menahan kaki dan pergelangan
kaki agar tetap berada di posisi normal.
b. Terapi fisik (fisioterapi), untuk melatih kekuatan otot kaki serta menjaga rentang
gerak pada lutut dan pergelangan kaki. Terapi ini juga bermanfaat untuk mengatasi
masalah dalam berjalan dan mencegah kekakuan pada tumit.
c. Stimulasi saraf, untuk menstimulasi saraf yang berperan dalam mengangkat kaki,
sehingga bisa memperbaiki cara berjalan.
d. Operasi saraf, dilakukan jika kondisi drop foot baru saja dialami. Namun, jika
kondisi drop foot sudah berlangsung sejak lama, maka dokter akan menyarankan
operasi untuk menyambungkan tulang pergelangan kaki atau tulang kaki.
Daftar Pustaka
Perry, Peterson dan Potter. 2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar ; Alih bahasa,
Didah Rosidah, Monica Ester ; Editor bahasa Indonesia, Monica Ester – Edisi 5. Jakarta,
EGC
Suratun, 2008. Klien Gangguan sitem Muskuloskeletal. Seri Asuhan Keperawatan ; Editor
Monika Ester. Jakarta : EGC
Meltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8 Vol. 3. Jakarta : EGC.
Tim Medis Siloam Hospital. 2023. Drop Foot: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya.
https://www.siloamhospitals.com/