Anda di halaman 1dari 3

Filosofi Mendayung Di Atas Sampan (Perahu)

Pernahkah terpikir? Bahwa terkadang kehidupan ini mirip seperti bagaimana kita
mendayung sampan atau perahu agar kita bisa cepat sampai ke tujuan? Memang ada kalanya
sebagaimana kutipan dari biografi Albert Einstein yang pernah penulis baca. “Hidup seperti
mengayuh sepeda, jika ingin terus imbang maka kau harus terus maju.” Hal ini juga diamini
oleh salah satu tokoh besar mendiang eyang B.J. Habibie, yang disebut sebagai mentalitas
sepeda. Berarti, kita harus senantiasa “mengayuh” dan berjalan maju selama kita masih “hidup”.
Yang mana di sini interpretasi penulis adalah kita sepantasnya untuk “hidup” di dalam kehidupan
itu sendiri.
Mengacu dari interpretasi dan pengalaman tersebut, penulis tercetus sebuah pikiran tentang
filosofi mendayung sampan. Di mana sampan atau perahu itu sendiri merupakan salah satu
moda transportasi yang krusial untuk digunakan di perairan. Sebagaimana filosofi sepeda yang
jika kehilangan keseimbangan maka penggowes akan terjatuh, begitu pula dengan sampan.
Ketika sampan kehilangan keseimbangan, maka penumpang dan nahkoda di atasnya sekaligus
terguling dan tercebur ke dalam arus air yang deras, bahkan yang terburuk bisa tenggelam
terbawa arus karena tidak berdaya. Berikut merupakan interpretasi penulis tentang filosofi
kehidupan mendayung di atas sampan.

1.Sesuaikan Beban Muatan yang Dibawa


Untuk selamat di atas perahu, tentunya harus bisa menyesuaikan beban yang tepat yang
akan dibawa di atas perahu selama perjalanan. Beban tersebut termasuk bobot nahkoda,
penumpang, dan barang bawaan yang akan dibawa. Apabila melebihi kapasitas yang seharusnya
dapat ditampung oleh sampan, maka sampan akan oling atau kehilangan keseimbangan. Dan
salah satu hal terburuknya adalah perahu/sampan terguling sehingga penumpang, nahkoda, dan
barang bawaaan di atas perahu ikut hanyut di perairan. Begitu juga dengan kehidupan, pada
poin filosofi pertama ini sesorang yang hidupnya tidak sesuai “kapasitas” atau cenderung
memaksakan niscaya akan merasakan penderitaan baik secara lahir maupun batin, sehingga
orang tersebut akan “hanyut” dan “tenggelam” ke dalam derasnya arus kehidupan dunia yang
hampir tidak berujung ini. Maka dari itu, sepatutnya kita menjalani kehidupan dengan tidak
memaksakan “kapasitas” maksimum yang kita punya.

2.Jangan Bertingkah yang Aneh-Aneh Supaya Perahu Tetap Seimbang


Bertingkah aneh-aneh di sini dimaksudkan sebagai bertindak atau melakukan hal-hal
yang menimbulkan hilangnya keseimbangan dari perahu. Ketika perahu kehilangan
keseimbangan, maka perjalanan sudah tidak “aman” bahkan tidak menyenangkan lagi. Apabila
sebuah perahu dianalogikan sebagai keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, maka
bertingkah aneh-aneh merupakan suatu kegiatan yang dapat “menggulingkan” keseimbangan
dalam keluarga itu sendiri. Sehingga, keluarga bukan lagi menjadi rumah yang nyaman baik itu
untuk seorang ayah, ibu, bahkan anak. Melalui analogi tersebut, bertingkah yang aneh-aneh
merupakan pilihan yang sangat tidak bijak, terlebih kita sudah sangat memahami apa itu
risikonya.

3.Tetap Berusaha Mendayung Agar Perahu Bergerak Ke Depan


Berusaha mendayung supaya perahu bergerak ke depan merupakan kewajiban bagi kita
yang telah memutuskan untuk menaiki perahu tersebut. Hal ini ditujukan agar perahu tidak
bergerak tanpa arah dan kita bisa mencapai tujuan dengan selamat. Begitu juga korelasi di
dalam kehidupan, apabila kita telah memutuskan untuk mengarungi luasnya “samudera”
perjuangan, maka pilihan kita hanya dua. Pertama mendayung terus ke depan, atau kedua yakni
berhenti mendayung dan membiarkan perahu dan kita sebagai penumpang sekaligus nahkoda
terombang-ambing di tengah samudera tanpa arah tujuan. Tentunya untuk pilihan kedua bagi
penulis adalah pilihan yang kurang bijak. Dikarenakan Anda sebagai pelaku dari perjuangan
kehidupan akan terus-menerus memiliki mental korban dari lingkungan yang tidak mendukung.

4.Jangan Melawan Arus, Tetapi Harus Tahu Kapan Waktu Tepat untuk Minggir dan Rehat
Sejenak
Mendayung bukan berarti membiarkan diri kita melawan arus alami yang kuat.
Mendayung merupakan cara kita mengelola bagaimana agar perahu yang kita tumpangi selamat
(tidak terguling) dan kita selamat hingga sampai tujuan. Dalam hal ini adalah, tidak terlalu
menentang arus yang ada sehingga membuat perahu yang kita nahkodai menjadi oling.
Korelasinya di dalam kehidupan adalah, kita tidak dapat serta-merta membuat lingkungan sekitar
kita menyediakan apa yang kita inginkan dan kita butuhkan. Akan tetapi, kitalah yang harus
pandai-pandai untuk beradaptasi dengan lingkungan namun tanpa mengesampingkan tujuan dan
cita-cita kita yang sebenarnya. Sehingga, kita bisa tahu kapan harus menepi dan kapan harus
“menuruti” sang arus kehidupan.

Masih ada banyak lagi interpretasi yang bisa disampaikan dari tema kali ini. Namun,
dalam hal ini penulis hanya menjabarkan inti dari isi sebuah gagasan filosofi dari sebuah
sampan. Semoga tulisan ini bermanfaat, mari saling berbagi wawasan untuk kemajuan kita
bersama. Maju terus dunia literasi Indonesia!!!!

Anda mungkin juga menyukai