Pernahkah terpikir? Bahwa terkadang kehidupan ini mirip seperti bagaimana kita
mendayung sampan atau perahu agar kita bisa cepat sampai ke tujuan? Memang ada kalanya
sebagaimana kutipan dari biografi Albert Einstein yang pernah penulis baca. “Hidup seperti
mengayuh sepeda, jika ingin terus imbang maka kau harus terus maju.” Hal ini juga diamini
oleh salah satu tokoh besar mendiang eyang B.J. Habibie, yang disebut sebagai mentalitas
sepeda. Berarti, kita harus senantiasa “mengayuh” dan berjalan maju selama kita masih “hidup”.
Yang mana di sini interpretasi penulis adalah kita sepantasnya untuk “hidup” di dalam kehidupan
itu sendiri.
Mengacu dari interpretasi dan pengalaman tersebut, penulis tercetus sebuah pikiran tentang
filosofi mendayung sampan. Di mana sampan atau perahu itu sendiri merupakan salah satu
moda transportasi yang krusial untuk digunakan di perairan. Sebagaimana filosofi sepeda yang
jika kehilangan keseimbangan maka penggowes akan terjatuh, begitu pula dengan sampan.
Ketika sampan kehilangan keseimbangan, maka penumpang dan nahkoda di atasnya sekaligus
terguling dan tercebur ke dalam arus air yang deras, bahkan yang terburuk bisa tenggelam
terbawa arus karena tidak berdaya. Berikut merupakan interpretasi penulis tentang filosofi
kehidupan mendayung di atas sampan.
4.Jangan Melawan Arus, Tetapi Harus Tahu Kapan Waktu Tepat untuk Minggir dan Rehat
Sejenak
Mendayung bukan berarti membiarkan diri kita melawan arus alami yang kuat.
Mendayung merupakan cara kita mengelola bagaimana agar perahu yang kita tumpangi selamat
(tidak terguling) dan kita selamat hingga sampai tujuan. Dalam hal ini adalah, tidak terlalu
menentang arus yang ada sehingga membuat perahu yang kita nahkodai menjadi oling.
Korelasinya di dalam kehidupan adalah, kita tidak dapat serta-merta membuat lingkungan sekitar
kita menyediakan apa yang kita inginkan dan kita butuhkan. Akan tetapi, kitalah yang harus
pandai-pandai untuk beradaptasi dengan lingkungan namun tanpa mengesampingkan tujuan dan
cita-cita kita yang sebenarnya. Sehingga, kita bisa tahu kapan harus menepi dan kapan harus
“menuruti” sang arus kehidupan.
Masih ada banyak lagi interpretasi yang bisa disampaikan dari tema kali ini. Namun,
dalam hal ini penulis hanya menjabarkan inti dari isi sebuah gagasan filosofi dari sebuah
sampan. Semoga tulisan ini bermanfaat, mari saling berbagi wawasan untuk kemajuan kita
bersama. Maju terus dunia literasi Indonesia!!!!