Kasus Rawa Tripa
Kasus Rawa Tripa
ANALISIS KASUS
TUGAS 1 : INDOMARET DENGAN KARYAWAN BURUH
1. Miskomunikasi, adanya miskom antar pihak indomaret dengan pihak buruh yang dimana
pihak indomaret tidak memberitahukan bahwa masalah gaji (thr) sudah terpenuhi.
2. Luapan emosi, dari pihak buruh yang menyatakan bahwa pihak indomaret belum
membayarkan gaji (thr) para buruh pada hari raya tahun kemarin.
3. Perilaku negatif, dilihat dari pihak buruh yang berulang kali memberitahukan bahwa gaji para
buruh belum terpenuhi adapun pihak buruh menuntut dengan merusak barang gipsum di kantor.
1. Kekurangan informasi, pihak buruh yang tidak terima bahwa gaji (thr) dibayar setengah oleh
pihak manajemen perusahan padahal dari pihak manajemen tidak menunggak untuk pembayaran gaji
(thr) karyawan.
2. Informasi yang salah, terlihat bahwa karyawan yang merasakan bahwa gaji (thr) nya yang
dibayar setengah oleh pihak manajemen perusahaan ternyata pihak manajemen karyawan tidak
pernah menunggak kan gaji (thr) para buruh dengan lambat.
3. Perbedaan pendapat tentang relevansi data, adapun perbedaan pendapat dari pihak buruh yang
menyatakan bahwa gaji (thr) belum dibayarkan dan pendapat dari pihak manajemen perusahaan
menyatakan bahwa membantah untuk tidak pernah membayarkan gaji (thr). gaji para buruh di bayar
sejak pada masa periode 2020 dengan Menteri Tenaga Kerja No. 6 Tahun 2016 pembayaran
dilakukan 2 minggu sebelumnya hari raya idul fitri dilangsungkan.
1. Otoritas/ kewenangan yang tidak seimbang, adanya kewenangan para buruh yang ingin
mendesak pihak perusahaan untuk membayarkan hak buruh yang diduga melanggar UU
Ketenagakerjaan, seperti upah lembur, jam kerja berlebih, PHK sepihak, hak cuti, dan sebagainya
ujar said iqbal. Sedangkan kewenangan yang dimiliki pihak perusahaan yaitu mendapatkan haknya
©2015, Balitbang Diklat Kumdil MARI
termasuk THR yang dimaksud para buruh pada periode 2020 yang telah diberikan sesuai waktu
pembayaran.
2. Kontrol yang tidak sama terhadap sumber daya, adanya sumber daya yang tidak terkontrol
seperti gaji para buruh yang tertunda.
3. Keterbatasan waktu, adapun pada 8 Mei 2020 pukul 13.00 WIB bertempat dikantor cabang
Indomaret para pihak yang bekerja direncanakan untuk dilakukan sosialisasi pemberian THR 2020
dengan ketentuan karyawan, dengan masa kerja 1 tahun keatas, mendapat THR sebesar 1 bulan upah
dan karyawan dengan masa kerja kurang dari 1 tahun, mendapat THR secara proposional.
1. Kompetisi (baik yang dipersiapkan maupun yang nyata terhadap kepentingan, kepentingan
para buruh yang ingin menuntut pembayaran gaji (thr) terhadap pihak manajemen perusahaan.
2. kepentingan prosedural, pihak buruh mengundang perwakilan buruh dan indomarco agar
perselisihan dapat diselesaikan secara musyawarah demi menjaga kondusifitas hubungan industrial
untuk menghormati proses mediasi tersebut, FSPMI dan KSPI pun menhgentikan sementara
kampanye boikot terhadap indomaret.
Berawal pada 25 Agustus 2011, Gubernur Aceh menerbitkan Keputusan No. 525/BP2T/5322/2011
yang memberikan hak konsesi ijin usaha kepada PT. Alam Damai Indonesia untuk membuka lahan di
Aceh guna dijadikan lahan sawit. Setelahnya, PT. Alam Damai segera membuka lahan sawit dengan
membakar hutan gambut di kawasan Rawa Tripa.
Segera setelah dikeluarkan keputusan dan terjadi kerusakan kawasan Rawa Tripa, Walhi sebagai LSM
yang bergerak di bidang konservasi lingkungan mendorong masyarakat dan pemerintah untuk
membentuk koalisi guna menggugat keputusan Gubernur Aceh pada tanggal 23 November 2011 ke
PTUN Aceh, namun kalah karena gugatan Walhi dianggap tidak berdasar dan pengadilan tidak
berwenang mengadili.
Walhi kemudian mengajukan banding ke hadapan Pengadilan Tinggi TUN (PT TUN) Medan pada 3
April 2012. Pada September 2012 PT TUN Medan kali ini memiliki pandangan berbeda dengan
menyatakan bahwa keputusan izin konsesi bagi PT. Alam Damai Indonesia adalah ilegal dan PT TUN
merekomendasikan untuk mengajukan kasus kerusakan lingkungan yang sudah terjadi ini untuk
dibawa ke proses pidana serta perdata.
Pada awal 2013, Walhi bekerjasama dengan Pemerintah dalam hal ini diwakili Kementrian Lingkungan
Hidup untuk memperkarakan kasus pembakaran hutan ini, baik pidana dan perdata. Kasus ini tidak
hanya menyita perhatian pemerintah dan LSM lokal, tetapi juga mendapatkan pengawasan dari
organisasi pencita lingkungan hidup di tingkat nasional.
Hal ini dikarenakan kawasan Rawa Tripa merupakan kawasan yang penting dalam menjaga kestabilan
ekosistem Lauser sehingga dampak pembakaran hutan sangat berpotensi menyebabkan kerusakan
ekosistem yang dapat menimbulkan bencana bagi masyarakat dan habitat lainnya di kawasan tersebut.
Dalam kasus ini, tidak hanya melibatkan persoalan hukum, namun juga melibatkan persoalan politik.
Kementerian Lingkungan Hidup yang mewakili masyarakat pecinta lingkungan menilai bahwa tindakan
PT Alam Damai Indonesia sebagai tindakan melawan hukum karena pembakaran kawasan konservasi
berdampak jangka panjang bagi kemampuan daya dukung ekosistem yang dapat mengancam
kerusakan lingkungan hingga beberapa generasi ke depan. Dan karenanya, penggugat tidak mau
berdamai dengan tergugat dan menginginkan tergugat dihukum seberat-beratnya dengan meminta
ganti rugi sebesar Rp 500 miliyar dan menghukum tergugat untuk merehabilitasi kawasan konservasi
hingga kembali pulih.
Terkait gugatan yang dihadapinnya, PT. Alam Damai Indonesia telah mengatakan bahwa gugatan yang
diajukan Kementerian LH berlebihan dan apabila dikabulkan akan menyebabkan PHK besar-besaran
bagi karyawan PT. Alam Damai Indonesia. Selain itu, PT Alam Damai Indonesia selama ini mendapat
dukungan dari Pemda dan Pemprov setempat yang mengharapkan pemasukan dari PT. Alam Damai
Indonesia. Selama negosiasi sebelum mediasi, PT. Alam Damai menunjukan sikap arogan dan sulit
bernegosiasi, karena merasa di atas angin. Kadang dalam negosiasi membawa pekerjanya yang
agresif.
Konflik Hubungan
Konflik Data
Konflik Nilai
Konflik Struktural
Konflik Kepentingan.