Anda di halaman 1dari 6

Nama Anggota Kelompok: 1.

Adinda Novitadiningrum (2011102432072)


2. Cindhy Gilang Ade Putri (2011102432003)
3. Riska Agustina (2011102432033)
4. Rizky Rahmadani (2011102432016)

ANALISIS KASUS
TUGAS 1 : INDOMARET DENGAN KARYAWAN BURUH

Analisis kasus menggunakan teori konflik moore :

1. Sumber-sumber konflik relasi atau hubungan :

1. Miskomunikasi, adanya miskom antar pihak indomaret dengan pihak buruh yang dimana
pihak indomaret tidak memberitahukan bahwa masalah gaji (thr) sudah terpenuhi.

2. Luapan emosi, dari pihak buruh yang menyatakan bahwa pihak indomaret belum
membayarkan gaji (thr) para buruh pada hari raya tahun kemarin.

3. Perilaku negatif, dilihat dari pihak buruh yang berulang kali memberitahukan bahwa gaji para
buruh belum terpenuhi adapun pihak buruh menuntut dengan merusak barang gipsum di kantor.

2. Sumber-sumber konflik data :

1. Kekurangan informasi, pihak buruh yang tidak terima bahwa gaji (thr) dibayar setengah oleh
pihak manajemen perusahan padahal dari pihak manajemen tidak menunggak untuk pembayaran gaji
(thr) karyawan.

2. Informasi yang salah, terlihat bahwa karyawan yang merasakan bahwa gaji (thr) nya yang
dibayar setengah oleh pihak manajemen perusahaan ternyata pihak manajemen karyawan tidak
pernah menunggak kan gaji (thr) para buruh dengan lambat.
3. Perbedaan pendapat tentang relevansi data, adapun perbedaan pendapat dari pihak buruh yang
menyatakan bahwa gaji (thr) belum dibayarkan dan pendapat dari pihak manajemen perusahaan
menyatakan bahwa membantah untuk tidak pernah membayarkan gaji (thr). gaji para buruh di bayar
sejak pada masa periode 2020 dengan Menteri Tenaga Kerja No. 6 Tahun 2016 pembayaran
dilakukan 2 minggu sebelumnya hari raya idul fitri dilangsungkan.

3. Sumber-sumber konflik nilai : -


4. Sumber-sumber konflik struktural :

1. Otoritas/ kewenangan yang tidak seimbang, adanya kewenangan para buruh yang ingin
mendesak pihak perusahaan untuk membayarkan hak buruh yang diduga melanggar UU
Ketenagakerjaan, seperti upah lembur, jam kerja berlebih, PHK sepihak, hak cuti, dan sebagainya
ujar said iqbal. Sedangkan kewenangan yang dimiliki pihak perusahaan yaitu mendapatkan haknya
©2015, Balitbang Diklat Kumdil MARI
termasuk THR yang dimaksud para buruh pada periode 2020 yang telah diberikan sesuai waktu
pembayaran.

2. Kontrol yang tidak sama terhadap sumber daya, adanya sumber daya yang tidak terkontrol
seperti gaji para buruh yang tertunda.

3. Keterbatasan waktu, adapun pada 8 Mei 2020 pukul 13.00 WIB bertempat dikantor cabang
Indomaret para pihak yang bekerja direncanakan untuk dilakukan sosialisasi pemberian THR 2020
dengan ketentuan karyawan, dengan masa kerja 1 tahun keatas, mendapat THR sebesar 1 bulan upah
dan karyawan dengan masa kerja kurang dari 1 tahun, mendapat THR secara proposional.

5. Sumber-sumber konflik kepentingan :

1. Kompetisi (baik yang dipersiapkan maupun yang nyata terhadap kepentingan, kepentingan
para buruh yang ingin menuntut pembayaran gaji (thr) terhadap pihak manajemen perusahaan.

2. kepentingan prosedural, pihak buruh mengundang perwakilan buruh dan indomarco agar
perselisihan dapat diselesaikan secara musyawarah demi menjaga kondusifitas hubungan industrial
untuk menghormati proses mediasi tersebut, FSPMI dan KSPI pun menhgentikan sementara
kampanye boikot terhadap indomaret.

©2015, Balitbang Diklat Kumdil MARI


Studi Kasus ‘Rawa Tripa’
Para Pihak:

1. Penggugat: Kementerian Lingkungan Hidup


2. Tergugat: PT Alam Damai Indonesia selaku pemegang konsesi lahan di Sumatera Utara
dan Aceh

Berawal pada 25 Agustus 2011, Gubernur Aceh menerbitkan Keputusan No. 525/BP2T/5322/2011
yang memberikan hak konsesi ijin usaha kepada PT. Alam Damai Indonesia untuk membuka lahan di
Aceh guna dijadikan lahan sawit. Setelahnya, PT. Alam Damai segera membuka lahan sawit dengan
membakar hutan gambut di kawasan Rawa Tripa.

Segera setelah dikeluarkan keputusan dan terjadi kerusakan kawasan Rawa Tripa, Walhi sebagai LSM
yang bergerak di bidang konservasi lingkungan mendorong masyarakat dan pemerintah untuk
membentuk koalisi guna menggugat keputusan Gubernur Aceh pada tanggal 23 November 2011 ke
PTUN Aceh, namun kalah karena gugatan Walhi dianggap tidak berdasar dan pengadilan tidak
berwenang mengadili.

Walhi kemudian mengajukan banding ke hadapan Pengadilan Tinggi TUN (PT TUN) Medan pada 3
April 2012. Pada September 2012 PT TUN Medan kali ini memiliki pandangan berbeda dengan
menyatakan bahwa keputusan izin konsesi bagi PT. Alam Damai Indonesia adalah ilegal dan PT TUN
merekomendasikan untuk mengajukan kasus kerusakan lingkungan yang sudah terjadi ini untuk
dibawa ke proses pidana serta perdata.

Pada awal 2013, Walhi bekerjasama dengan Pemerintah dalam hal ini diwakili Kementrian Lingkungan
Hidup untuk memperkarakan kasus pembakaran hutan ini, baik pidana dan perdata. Kasus ini tidak
hanya menyita perhatian pemerintah dan LSM lokal, tetapi juga mendapatkan pengawasan dari
organisasi pencita lingkungan hidup di tingkat nasional.

Hal ini dikarenakan kawasan Rawa Tripa merupakan kawasan yang penting dalam menjaga kestabilan
ekosistem Lauser sehingga dampak pembakaran hutan sangat berpotensi menyebabkan kerusakan
ekosistem yang dapat menimbulkan bencana bagi masyarakat dan habitat lainnya di kawasan tersebut.

Dalam kasus ini, tidak hanya melibatkan persoalan hukum, namun juga melibatkan persoalan politik.

©2015, Balitbang Diklat Kumdil MARI


Diketahui bahwa PT Alam Damai Indonesia adalah salah satu penyumbang dalam masa kampanye
Pilkada yang dimenangkan oleh Gubernur Aceh terpilih, Zaini. Dalam masa persidangan pada
persidangan TUN, seringkali PT Alam Damai Indonesia membawa massa yang juga pendukung dari
Gubernur Zaini untuk mengitimidasi kelompok masyarakat pembela konservasi.

Kementerian Lingkungan Hidup yang mewakili masyarakat pecinta lingkungan menilai bahwa tindakan
PT Alam Damai Indonesia sebagai tindakan melawan hukum karena pembakaran kawasan konservasi
berdampak jangka panjang bagi kemampuan daya dukung ekosistem yang dapat mengancam
kerusakan lingkungan hingga beberapa generasi ke depan. Dan karenanya, penggugat tidak mau
berdamai dengan tergugat dan menginginkan tergugat dihukum seberat-beratnya dengan meminta
ganti rugi sebesar Rp 500 miliyar dan menghukum tergugat untuk merehabilitasi kawasan konservasi
hingga kembali pulih.

Terkait gugatan yang dihadapinnya, PT. Alam Damai Indonesia telah mengatakan bahwa gugatan yang
diajukan Kementerian LH berlebihan dan apabila dikabulkan akan menyebabkan PHK besar-besaran
bagi karyawan PT. Alam Damai Indonesia. Selain itu, PT Alam Damai Indonesia selama ini mendapat
dukungan dari Pemda dan Pemprov setempat yang mengharapkan pemasukan dari PT. Alam Damai
Indonesia. Selama negosiasi sebelum mediasi, PT. Alam Damai menunjukan sikap arogan dan sulit
bernegosiasi, karena merasa di atas angin. Kadang dalam negosiasi membawa pekerjanya yang
agresif.

Instruksi Diskusi Kelompok:


Dalam kelompok, pilah sumber-sumber penyebab sengketa dalam studi kasus di atas berdasarkan
Teori Lingkaran Konflik Moore:

 Konflik Hubungan

 Konflik Data

 Konflik Nilai

 Konflik Struktural

 Konflik Kepentingan.

©2015, Balitbang Diklat Kumdil MARI


ANALISIS TUGAS 2 : Lembar Kerja Analisa Konflik

Permasalahan Hubungan - Berawal pada 25 Agustus 2011 Gubernur Aceh


menerbitkan surat putusan yang memberikan hak konsesi
izin usaha kepada PT. Alam Damai Indonesia untuk
membuka lahan sawit di Aceh guna dijadikan lahan sawit,
dengan cara membakar hutan gambut di kawasan rawa
tripa.
- Walhi sebagai LSM yang bergerak di bidang konservasi
lingkungan mengajukan banding kehadapan Pengadilan
Tinggi TUN. Dan, membentuk koalisi untuk menggugat
surat keputusan Gubernur Aceh tersebut.
Permasalahan Data Walhi sebagai LSM berkerja sama dengan pemerintah
dengan hal ini diwakili Kementrian Lingkungan Hidup
memperkarakan kasus pembakaran hutan karena
kawasan hutan tripa merupakan kawasan yang penting
dalam menjaga kestabilan ekosistem Lauser. Sedangkan
menurut pihak PT Alam Damai Indonesia pembakaran
hutan untuk membuka lahan sawit.
Permasalahan Struktural - Walhi sebagai LSM mendorong masyarakat dan
pemerintah untuk membentuk koalisi guna menggugat
keputusan Gubernur Aceh.
- Diketauhi pula bahwa PT Alam Damai Indonesia adalah
salah satu penyumbang dalam masa kampanye pilkada
yang dimenangkan oleh Gubernur Aceh.
- Dalam persidangan TUN sering kali PT Alam Damai
Indonesia membawa massa yang juga pendukung dari
Gubernur Aceh untuk mengintimidasi kelompok
masyarakat pembela konservasi.
Permasalahan Nilai - Gugatan Walhi dianggap tidak berdasar dan pengadilan
tidak berwenang mengadili atas surat keputusan yang
dikeliuarkan Gubernur Aceh tentang kerusakan kawasan
rawa tripa.
- Keputusan izin konsesi bagi PT Alam Damai Indonesia
adalah ilegal
- PT TUN merekomendasikan untuk mengajukan kasus
kerusakan lingkungan yang terjadi dibawa ke proses
Pidana serta Perdata.
Permasalahan Kepentingan Prosedural Psikologis Substantif

1. Kapan walhi Perkara kasus 1. PT Alam Damai


mengajukan pembakaran ingin membuka lahan
banding hutan tidak sawit dengan
kehadapan hanya menyita membakar kawasan
Pengadilan perhatian hutan Rawan Tripa.
Tinggi TUN pemerintah dan 2. Pihak penggugat
Medan? LSM tetapi juga menginkan tergugat
2. Siapa saja mendapatkan dihukum seberat
yang terlibat pengawasan beratnya dengan
dalam dari organisasi meminta ganti rugi
sengketa surat pecinta sebesar Rp. 500
keputusan lingkungan miliyar dan
©2015, Balitbang Diklat Kumdil MARI
Gubernur hidup ditingkat menghukum
Aceh? nasional. tergugat untuk
3. Bagaimana Adanya merehabilitasi
tindakan PT keputusan izin kawasan konservasi
Alam Damai konsesi PT Alam hingga kembali pulih.
Indonesia Damai Indonesia
dalam adalah ilegal.
melawan
hukum karena
pembakaran
kawasan
konservasi
yang
berdampak
jangka
panjang serta
bagaimana
gugatan yang
dihadapi nya?

©2015, Balitbang Diklat Kumdil MARI

Anda mungkin juga menyukai