MAKALAH
DISUSUN OLEH
: SEVITA
NIM 2340306110031
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan penulis
kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Resolusi Konflik Sumber Daya Manusia dengan dosen pengampu Dr. Heria
Mariaty,S.H.,M.Hum.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar- besarnya. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
2
Solusi Konflik Masyarakat Kalimantan Tengah…
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................II
DAFTAR ISI.........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Hegemoni Antonio Gramsci......................................................................7
1. Istilah hegemoni..............................................................................................7
2. Pengertian hegemoni......................................................................................7
B. Resolusi Konflik Lahan Antara Perusahaan Perkebunan Dengan Masyarakat
Dalam Teori Hegemoni
............................................................................................................................
8
1. Dominasi Kekuasaan....................................................................................9
2. Kepemimpinan Intelektual dan Moral................................................................................10
3. Persetujuan..................................................................................................11
C. Tingkat Hegemoni..............................................................................................12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................13
B. Saran..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I Solusi Konflik Masyarakat Kalimantan Tengah…
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
5
Solusi Konflik Masyarakat Kalimantan Tengah…
B. RUMUSAN MASALAH
Konflik pengelolaan lahan menyebabkan beberapa kerugian, yakni kerugian dalam
bentuk berkurangnya lahan, konflik social dan konflik ekologi. Pengurangan lahan dan
hutan adat menyebabkan masyarakat kehilangan sumber penghasilan. Konflik social yang
terjadi antara lain konflik horizontal antara masyarakat dengan perusahaan dalam bentuk
demonstrasi, penutupan pintu masuk perusahaan hingga pertentangan terbuka.
Sedangkan konflik Ekologi berupa kerusakan sumber daya alam di lingkungan perusahaan
(Suryanta, Jaka & Niendyawati, 2016).
Penelitian tentang konflik antara perkebunan kelapa sawit dengan masyarakat di
Kalimantan Tengah telah banyak dilakukan, di antaranya adalah penelitian konflik antara
perusahaan perkebunan dengan masyarakat di daerah daerah aliran sungai Seruyan.
Penelitian ini menemukan bahwa selain konflik social, konflik antara perusahan dengan
masyarakat adat juga menimbulkan konflik berkaitan dengan sumberdaya alam, yakni
berkurangnya debit air danau yang menjadi sumber pencaharian masyarakat (Suryanta,
Jaka & Niendyawati, 2016).
Imam Syafi’i (2016) dalam tulisannya tentang refleksi konflik agrarian di Kab.
Kotawaringin Timur menemukan bahwa sebagian konflik lahan disebabkan oleh adanya
tumpeng tindih kewenangan dan kebijakan yang terajadi pada level pusat sampai level
daerah yang memunculnya bermacam-macam pelanggaran hukum, diantaranya
pemalsuan dokumen, kriminalisasi, pengrusakan fasilitas. Pada penelitian ini, Syafi’I juga
menemukan bahwa negara (pemerintah) cenderung mempermudah proses perluasan
lahan bagi perusahaan perkebunan. (Syafi’i, 2016)
6
Ice Wulansari (2017), dalam penelitiannya tentang perkembangan perkebunan
kelapa sawit di Kab. Pulang Pisau, Kalimantan Tengah memperlihatkan bahwa terjadi
resistensi masyarakat desa Tanjung Pusaka. Penolakan masyarakat terhadap perkebunan
sawit ini disebabkan karena masyarakat menganggap industry kelapa sawit hanya
berfokus pada motif ekonomi semata, tanpa mempertimbangkan aspek social dan
lingkungan (Wulansari, 2017).
Sementara dalam hal konflik plasma, menurut Andanni (2015), salah satu sebab
konflik adalah adanya perbedaan tafsir antara masyatakat dengan perusahaan mengenai
Permentan Nomor 26 Tahun 2007 khususnya pasal 11 ayat 1 yang mengakibatkan
perbedaan pandangan dalam menentukan luas lahan (Andanni et al., 2015). Penelitian
Pocaji menunjukkan hanya 19% dari konflik yang dapat diselesaikan dan dimenangkan
oleh Masyarakat. Pada beberapa kasus yang dinyatakan selesai, keluhan masyarakat dapat
diselesaikan dalam waktu yang sangat lama, yakni 8 tahun (Yuliana et al., 2020).
Berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan banyaknya konflik antara
perusahaan perkebunan dengan masyarakat dimana perusahaan secara dominan
memenangkan konflik tersebut.
C. TUJUAN
Kajian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research), yakni
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data Pustaka.
Penelitian ini memanfaatakan data dari sumber kepustakaan untuk memperoleh data-data
penelitian yang selanjutnya digunakan untuk memperoleh gambaran utuh tentang
permasalahan- permasalahan yang diteliti (Zed, Mestika, 2008). Adapun pengambilan data
menggunakan library research di mana data primernya adalah buku Antonio Gramsci yang
membahas dominasi dan hegemoni yang terjadi antar kelas social dalam suatu
masyarakat, jurnal dan penulisan ilmiah lain yang relevan, serta data laporan kasus konflik
antara perusahaan dengan masyarakat di Kalimanan Tengah dari aliansi penelitian
lapangan yang dilakukan secara bersama-sama oleh Universitas Andalas, KITLV Leiden,
Universitas Wageningen serta enam LSM Indonesia (Epistema Institute, HuMa, Lembaga
Gemawan, Scale Up, Walhi Sumatra Barat dan Walhi Kalimantan Tengah).
Penelitian ini bertujuan untuk mencari bentuk hegemoni yang dilakukan oleh
perusahaan perkebunan dalam menyelesaikan konflik dan menempatkan mereka sebagai
status quo terhadap masyarakat sekitar.
7
Resolusi Konflik Masyarakat Kalimantan Tengah…
BAB II
PEMBAHASAN
8
social Italia dan mulai menerjemahkan buku-buku Karl Marx, Lenin filosof-filosof Marxis
lain. Bacaan Gramsci terhadap filsafat Karl Marx inilah yang membentuk pemikiran
filsafat, politik dan ekonomi (Patria,Reza et al., 1999). Salah satu hasil perenungan Gramsci
atas pemikiran Lenin adalah kritikan Gramsci terhadap pandangan Lenin tentang
hegemoni.
Gramsci mengkritik pandangan Lenin tentang hegemoni. Lenin berpendapat
bahwa hegemoni adalah upaya, strrategi dan perlawanan yang harus dilakukan oleh
anggota kelas pekerja untuk mendapatkan dukungan dari mayoritas, sementara Gramsci
berpendapat bahwa hegemoni tidak hanya upaya yang dilakukan oleh kelas pekerja saja,
akan tetapi juga upaya yang dilakukan oleh kelas kapitalis dalam memperolah dominasi
terhadap kelas pekerja, negara serta upaya yang dilakukan untuk mempertahankan
kekuasaan tersebut (Gramsci, 1999).
Gramsci juga menolak konsep Lenin yang membatasi hegemoni sebagai aliansi
antar kelas atau kelompok kelas. Gramsci memperluas cakupan hegemoni dengan
memasukkan dimensi nasional kerakyatan. Artinya, hegemoni tidak hanya terjadi antar
kelas, tetapi bisa juga terjadi pada dimensi kepemimpinan nasional kerakyatan (Siswati,
2018).
Gramsci berpendapat bahwa hegemoni terjadi karena adanya kelompok yang
berkuasa dan kelompok yang dikuasai dengan adanya kesepakatan dari kelompok yang
didominasi. (Ali, 2017). Unsur kedua dalam hegemoni adalah adanya kesepakatan
(konsensus). Dalam konsep hegemoni Gramsci, hegemoni terbentuk melalui mekanisme
kesepakatan antar kelompok dan bukan disebabkan oleh penindasan suatu kelas
penguasa terhadap kelas yang dikuasai. Gramsci lebih menekankan praktik hegemoni
pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan oleh kelompok penguasa untuk
mengarahkan kelompok yang dikuasai agar memiliki penilaian dan cara pandang terhadap
persoalan social yang muncul dalam kerangka yang telah ditentukan oleh kelas penguasa
(Patria,Reza et al., 1999).
24
9
Resolusi Konflik Masyarakat Kalimantan Tengah…
10
Resolusi Konflik Masyarakat Kalimantan Tengah
11
Resolusi Konflik Masyarakat Kalimantan Tengah…
bisa mempengaruhi masyakarat untuk secara sadar tidak menentang perusahaan dalam
kasus sengketa lahan.
Tokoh masyarakat atau kepala desa, adalah kelompok social yang suaranya
menjadi panutan bagi masyarakat desa. Keputusan dan sikap kepala desa atau tokoh
masyarakat biasanya dijadikan ukuran kebenaran dalam masyarakat. Kepercayaan
terhadap pemimpin ini, terutama dalam masyarakat tradisional masih sangat kuat.
3. Persetujuan.
Dalam menjalankan aktifitasnya, perusahaan senantiasa melibatkan masyarakat
sekitar dalam 3 hal; yakni : Corporate Social Responsibility (CSR), pemberian kebun plasma
untuk masyarakat dan juga pengangkatan warga local untuk menjadi karyawan pada
perusahaan.
Program CSR perusahaan biasanya diberikan untuk membantu kegiatan social dan
pembangunan di daerah sekitar. Sebagai contoh adalah kegiatan CSR yang dilakukan oleh
perusahaan perkebunan di Kab. Kotawaringin Barat yang meliputi kegiatan social budaya,
pemberdayaan Pendidikan, pemberdayaan Kesehatan, pelestarian lingkungan, perbaikan
infrastuktur dan pemberdayaan masyarakat (Sawit Sumbermas Sarana, 2020). Dana yang
disalurkan oleh perusahaan dalam program CSR juga beragam. Dalam laporannya, ada
beberapa perusahaan yang menyediakan dana CSR sampai angka 100 jutaan (Astiti &
Rahman, 2021). Selain sebagai kewajiban perusahaan terhadap Undang-undang, salah
satu fungsi CSR merupakan pendekatan yang efektif untuk meredam potensi konflik (Astiti
& Rahman, 2021). Begitu juga hasil penelitian terhadap CSR pada salah satu perusahaan di
12
Resolusi Konflik Masyarakat Kalimantan Tengah
Kab. Lamandau di mana masyarakat menganggap CSR perusahaan berjalan dengan baik
dan berpandangan bahwa persoalan konflik yang terjadi adalah perusahaan dengan
masyarakat adalah persoalan personal (Yusuf et al., 2018).
Dalam program plasma, sesuai dengan peraturan pemerintah, perusahaan
mengalokasikan 20% dari luasan lahan dengan peruntukan bagi masyarakat sekitar
perusahaan. Data pada dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah menyebutkan
bahwa sampai dengan tahun 2019, jumlah luasan kebun plasma dan kemitraan di
Kalimantan
Tengah (Kalteng) telah mencapai total 190.685 hektare (Borneonews, 2018).
Hal-hal yang dilakukan oleh perusahaan terhadap masyarakat sekitar telah
menciptakan hubungan ketergantungan antara masyarakat dengan perusahaan.
Masyarakat bergantung kepada perusahaan dalam hal penyediaan akses ekonomi, dimana
keberadaan perkebunan telah mampu mengurangi angka kemiskinan masyarakat di
sekitar (Bintariningtyas & Hapsari Juwita, 2021). Ketergantungan suatu kelas terhadap
kelas yang lain akan menyebabkan adanya hegemoni dari kelas yang dijadikan gantungan.
Dengan fakta bahwa perusahaan telah memberikan sumber daya ekonomi, dalam
alam pikiran masyarakat tertanam bahwa perusahaan adalah pemimpin. Perusahaan
adalah segalanya bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa hegemoni kelas pemilik
modal (perusahaan) tidak muncul karena berdasarkan kekuatan ekonomi dan kekuatan
politik dari pemilik modal, akan tetapi muncul karena adanya system nilai dan keyakinan
pada masyarakat bahwa apa yang dilkukan oleh perusahaan adalah sesuatu yang wajar
dan dianggap benar.
C. TINGKAT HEGEMONI
28
13
Resolusi Konflik Masyarakat Kalimantan Tengah
hubungan antara kelompok penguasa dan yang dikuasai sudah sesuai dengan tujuan dan
sasarannya, akan tetapi dalam taraf pemikiran dan kesadaran masyarakat, tidak sepenuhnya
sama dengan pemikiran dan system nilai yang dimiliki oleh kelompok penguasa. Hal ini
mengakibatkan selalu ada potensi konflik antar kelompok.
Sedangkan hegemoni minimum adalah hegemoni yang didasarkan pada kesamaan
ideologi antara pemimpin politik, pemimpin ekonomi atau pemimpin intelektual dengan
kelompok social di bawahnya. Kelompok Hegemoni pada tingkat ini hanya berpusat pada
kelompok social yang ada dibawahnya tanpa melibatkan kelompok lain yang berada diluar
kelompoknya. Kelompok dominan pada tingkat hegemoni ini mengabaikan kepentingan dan
aspirasi dari kelompok lain di luar kelompoknya (Patria,Reza et al., 1999).
Tingkatan hegemoni yang dilakukan perusahaan dalam kasus sengketa lahan berada
pada tingkatan hegemoni yang merosot (decadent hegemony). Tingkatan hegemoni ini
dapat dilihat dari terjalinnya hubungan antara perusahaan dengan masyarakat meskipun
kelihatannya terjalin dengan baik, tetapi hanya beberapa kelompok saja yang memiliki
hubungan yang baik dengan perusahaan. Interaksi antara masyarakat dengan perusahaan
berpotensi untuk terjadi konflik sewaktu-waktu. Bentuk hubungan ini menunjukkan tidak
adanya hubungan yang kuat antara kelas yang dikuasai dengan kelas yang menguasai.
Beberapa kelompok Masyarakat secara aktif dalam mendukung kegiatan perusahaan
disebabkan adanya dominasi perusahaan dengan mengerahkan aparatur negara dalam
menyelesaikan konflik, adanya pengaruh tokoh masyarakat yang menjadi perwakilan
perusahaan dan terutama karena ketergantungan mereka terhadap sumber daya ekonomi.
Hegemoni yang dilakukan perusahaan ini, terdapat potensi konflik dan disintegrasi
yang sewaktu-waktu dapat terjadi antar perusahaan dengan masyarakat. Secara umum,
hubungan antara perusahaan dan masyarakat telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang
ditetapkan oleh perusahaan, akan tetapi dalam taraf pemikiran dan kesadaran masyarakat,
tidak sepenuhnya sama dengan pemikiran dan system nilai yang dimiliki oleh perusahaan.
Hal ini mengakibatkan selalu ada potensi konflik antar kelompok masyarakat dengan
perusahaan. Analisa terhadap dominasi perusahaan dalam konflik lahan tidak menemukan
tingkatan hegemoni total maupun hegemoni minimum.
14
Resolusi Konflik Masyarakat Kalimantan Tengah
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Perkembangan perkebunan kelapa sawit yang sangat pesat memiliki dampak positif
dan dampak negatif. Salah satu dampak negativenya adalah alih fungsi hutan dan lahan
masyarakat menjadi lahan perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam
proses alih fungsi tersebut, muncul berbagai konflik penguasaan lahan.
Tokoh masyarakat atau kepala desa yang menjadi jurubicara perusahaan dalam
menangani konflik akan sangat efektif untuk merubah pola pikir masyarakat. Ketika tokoh
yang selama ini mereka percaya mengeluarkan pernyataan tentang konflik perusahaan,
maka akan muncul kesadaran dalam pikiran masyarakat bahwa apa yang dilakukan
perusahaan adalah benar.
Kepemimpinan moral tokoh masyarakat atau pemimpin local adalah langkah dan
syarat utama untuk memenangkan dominasi perusahaan terhadap masyarakat. Munculnya
kepemimpinan moral dari tokoh intelektual akan mendorong posisi kelompok dominan
menuju pucak piramida kekuasaan. Dominasi yang didapatkan oleh perusahaan dalam kasus
ini adalah dominasi yang didapatkan karena adanya kesepakatan secara tidak langsung dari
masyarakat dengan berdasarkan apek ketokohan dan kepemimpinan moral.
15
Resolusi Konflik Masyarakat Kalimantan Tengah…
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Resolusi Konflik Masyarakat Kalimantan Tengah…
18
https://doi.org/10.33019/society.v7i2.112
Tempo. (2020, August 27). AMAN: Setelah Effendi Buhing Ditangkap, Masyarakat Adat
Kinipan Diintimidasi—Nasional
Tempo.co.
https://nasional.tempo.co/read/1379997/aman-setelah-effendi-buhing-
ditangkap-masyarakat-adat-kinipan-diintimidasi
WALHI. (2020, August 27). Hentikan Perampasan Wilayah Adat dan Kriminalisasi
Masyarakat Adat Laman Kinipan! WALHI. https://www.walhi.or.id/hentikan-
perampasan-wilayah-adat-dan-kriminalisasi-masyarakat-adat-laman-kinipan
Wulansari, I. (2017). Industrialisasi Minyak Sawit Di Indonesia: Resistensi Warga
Dusun Tanjung Pusaka, Kalimantan Tengah Terhadap Industri Sawit. Sodality:
Jurnal Sosiologi Pedesaan, 5(1), Article 1.
https://doi.org/10.22500/sodality.v5i1.16267 Yuliana, Waldianto, Wendi, Adriana,
Rebekha, & Dhiahulhaq, Ahmad. (2020). Menyelesaikan Konflik Kelapa Sawit Di
Kalimantan Tengah: Evaluasi Terhadap Efektivitas Berbagai Mekanisme Resolusi
Konflik (4 Tahun 2020; p. 26). Pocaji.
https://www.kitlv.nl/wp-content/uploads/2021/01/
Kalteng_Indonesia_Policy- report-POCAJI-final.pdf
Yusuf, M., Bernandianto, R. B., Yopiannor, F. Z., & Jailani, M. (2018). Kajian
Optimalisasi Pemanfaatan Csr Untuk Kegiatan Produktif Dalam Upaya
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Provinsi Kalimantan Tengah.
Restorica: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara Dan Ilmu Komunikasi, 4(1),
30–36. https://doi.org/10.33084/restorica.v4i1.978
Zakie, M. (2016). Konflik Agraria Yang Tak Pernah Reda. Legality : Jurnal Ilmiah
Hukum, 24(1), 40–55.
Zed, Mestika. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan (Januari 2008).
19