Anda di halaman 1dari 32

ANATOMI FISIOLOGI TERAPI INTRAVASCULAR

PEMBULUH DARAH TERDIRI DARI:


 Arteri
Transport darah DARI jantung
 Vena
transport darah KE jantung
 Kapiler
Tempat pertukaran gas dan zat-zat lain

VENA terdiri dari 3 lapisan:


•Tunica Adventitia / LUAR
•Tunica Media / TENGAH
•Tunica Intima / DALAM
VENA memiliki KATUP di dalam rongganya
Untuk membantu sirkulasi agar tetep berjalan
TERAPI DAN INJEKSI INTRAVENA
 Digunakan untuk memasukan terapi cairan kedalam
pembuluh darah vena
 Terapi infus adalah cara yang paling cepat untuk memasukkan
obat-obatan dan penggantian cairan tubuh, koreksi elektrolit
dan transfusI darah

LOKASI TERAPI INTRAVENA


1. METACARPAL
 Terletak diantara sendi dan
tulang metacarpal
 Formasi dari vena-vena digiti
2. VENA DIATAS PERGELANGAN TANGAN
a. CEPHALICA
 Vena mulai dari pergelangan tangan
 Hati-hati dengan arteri dan nerves
b. MEDIAL CEPHALIC (“ON RAMP” TO CEPHALIC
VEIN)
 Tergabung dengan vena cephalic di dekat
siku
 Bisa untuk iv cath yang besar, agak susah
saat mengambil angle penusukan
c. BASILICA
 Vena dari sisi ulnaris, sepanjang
pergelangan tangan. Berada di posisi
punggung tangan, sering diabaikan karena
berada di punggung tangan.
d. MEDIAL BASILIC
 Bisa menggunakan iv cath dengan ukuran
besar. Vena berjajar dengan tendon
 Hati-hatidenganarteri/ nerves brachial
PEMILIHAN LOKASI DAN UKURAN
HAL YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN
1.Durasi
 Jenis Long/short term therapy atau Jenis Continuos/Intermiten
line
2. Tipe cairan yang diberikan
 Kandungan Kimia
 Kompatibilitas
 Viskositas dan Osmolaritas (kekentalan dan Kelarutan)
3. Kebutuhan Cairan (kecepatan dan volume)
KESESUAIAN CATHETER
 Memiliki kemungkinan yang besar untuk dapat bertahan dalam
vena apabila terapi diperpanjang
 Mengakomodasi kebutuhan terapi
 Minimal invasif
 Gunakan jumlah kateter paling sedikit selama terapi
 Memenuhi pertimbangan terhadap resiko dan manfaat
Tujuan penentuan ukuran dan panjang kateter
 Meminimalkan trauma pada pembuluh darah saat insersi
 Penggunaan ukuran kateter terkecil dan terpendek dengan
lumen yang mampu memenuhi kebutuhan terapi yang
diberikan

Panjang dan Ukuran Vena


 Pilihlah vena yang mampu mengakomodasi kebutuhan dan
karakteristik terapi (jumlah dan jenis cairan)
 Perhatikan kebutuhan "hemodilusi" untuk setiap terapi /
cairan yang diresepkan untuk pasien
LOKASI PENUSUKAN
1. Diskusikan dengan pasien lokasi mana yang akan di pasang
infus
2. Hindari lokasi pergelangan tangan
3. Hindari daerah fleksi dan nyeri saat dipalpasi
4. Untuk pasien dengan gagal ginjal kronis, hindari lengan yang
digunakan pemasangan AV shunt
5. Bisa menggunakan bantuan USG pada vena yang sulit
6. Pilih lokasi vena yang memungkinkan bisa bertahan lama untuk
pemasangan infus,
7. Disarankan pilih vena ekstremitas atas dibagian dorsal,
termasuk metacarpal, cephalic, basilica.
8. Tidak disarankan lokasi ekstremitas bawah, kecuali jika
diperlukan
9. Tidak disarankan pada ekstremitas yang parese atau plegi
RESIKO KOMPLIKASI YANG BISA TERJADI PADA TERAPI INFUS
Komplikasi Lokal
a. Occlusion (Sumbatan)
b. Skin Integrity
c. Phlebitis

TIPE OKLUSI (SUMBATAN)


 Bekuan darah
 Pembentukan Presipitat (endapan)
Penyebab
 Membiarkan cairan habis (Blong)
 Pembilasan atau flushing yang tidak benar atau
tidak dilakukan flushing
 Pemberian obat yang tidak kompatibel
PHLEBITIS (PERADANGAN VENA) 3. Bakterial : Inflamasi atau
peradangan pada tunika intima
1. Kimiawi : Iritasi pada lapisan 2. Mekanikal : Kerusakan yang disebabkan oleh bakteri.
tunika intima vena pada tunika intima akibat Phlebitis yang paling jarang
Faktoryang berpengaruh dari kateter dan atau diketahui. Bisa mengarah ke
 Kandungan bahan kimia pada jarum CRBSI (catheter-related blood
larutan diatas ambang Faktoryang berpengaruh stream infection)
normal  Pergerakan kateter : Faktor yang mempengaruhi
 Hemodilusi yang tidak manipulasi selama  Cuci tangan yang tidak tepat
adekuat : menginjeksikan insersi, fleksi tanpa  Tidak adekuat membersihkan
lebih dari satu jenis obat imobilisasi yang baik konektor
secara bersamaan kedalam  Stabilisasi kateter yang  Pelanggaran terhadap teknik
vena, penggunaan kateter tidak baik aseptik
 Penggunaan antiseptic yang
berukuran besar pada vena  Traksi kulit yang tidak
tidak tepat
kecil tepat
 Dressing yang tidak baik
 Melakukan penusukan saat  Kateter berukuran besar  Perpindahan bakteri dari area
cairan desinfektan belum pada vena kecil yang lain
kering
EKSTRAVASASI & INFILTRASI
Extravasasi Infiltrasi
Pemberian secara tidak sengaja Pemberian cairan non
cairan atau obat vesicant vesicant secara tidak
kedalam jaringan sekitar yang sengaja kedalam
dapat mengakibatkan nekrotik jaringan
jaringan
TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI
 Cuci tangan (5 moments) TEKHNIK INSERSI IV CATH
 Menggunakan sarung tangan  Tourniquet
 Membersihkan area insersi • Hanya dipakai untuk 1
dengan cara dan bahan yang pasien
tepat • Dipasang 10-15 cm di atas
 Membersihkan setiap konektor lokasi insersi
sebelum menggunakan untuk  Diektremitas dimulai dari
injeksi bagian terbawah
 Observasi area insersi secara
rutin
 Evaluasi kebutuhan
pemasangan IV kateter secara
teratur
 Penggunaan alat sekali pakai
PERSIAPAN LOKASI DESINFEKSI
Desinfeksi bisa menggunakan
 Chlorhexidine gluconate(CHG)
 70% alcohol
 Iodophor
 1-2% tincture of iodine
Dengan cara sirkuler dari dalam keluar seluas area
dressing selama minimal 15 detik. Dibiarkan
mengering kemudian baru dilakukan insersi

TEKNIK STABILISASI VENA


 Cegah vena agar jangan“hilang”
 Memfasilitasi lokasi masuknya kateter dengan
cara:
• Meluruskan vena yang melengkung (traksi
perlahan permukaan yang akan di insersi)
• Cegah kulit yang menggumpal/keriput
FASE INSERSI
 Lakukan penusukkan dengan cepat, mantap, dan
tanpa ragu-ragu diats permukaan kulit.
TEKHNIK “KEBAWAH-KEDALAM”
 Lakukan insersi dengan sudut awal 30-45°, lalu
rendahkan sudut insersi untuk meneruskan tusukkan
kebagian kulit yang lebih bawah hingga
menembuslapisan atas vena.
 Pastikan kembali kateter tersebut telah berada
dalam rongga vena.
 Tarik sedikit ujung jarum lalu dorong kanula
mengikuti arah vena. Pastikan kateter tip (ujung
kanula) tidak terpisah terlalu jauh dari jarum untuk
mencegah kanula tertekuk (kinking)

ALIRAN BALIK DARAH


Masukkan kateter dengan perlahan sambil
memperhatikan aliran darah balik yang keluar
sepanjang kanula
PERSIAPAN PENGGUNAAN VENA
 Cek kembali lokasi
 Tambahkan sambungan lain/konektor
 Lakukan fiksasi kateter dan dressing
(balutan)
 Flushing (teknik pembilasan)

STABILISASI AKSES VASKULER DAN ALAT


TERPASANG
Stabilisasi alat yang terpasang pada vena
bertujuan untuk:
 Mempertahankan integritas kulit dan akses
kateter pada vena
 Meminimalkan gerakan
 Mencegah terlepasnya kateter dari akses
vena
PERAWATAN LOKASI & PENGGANTIAN DRESSING
 Lakukan observasi berkala pada lokasi insersi
 Perawatan area insersi
 Setelah IV Catheter dilepas, Observasi dan pantau tanda-tanda potential
komplikasi(2x24jam)
 Tidak perlu melakukan pembersihan/penggantian rutin pada lokasi insersi dan
dressing (balutan). Hanya jika dressing basah atau tidak lagi dapat menempel
sempurna pada kulit.
 Infusion Nursing Society (INS) Standards
 Perawat harus mengganti lokasi akses periveral IV ketika muncul indikasi
klinis
 Situasi Emergency/Dadurat dimana teknik aseptic tidak dapat
dipertahankan saat melakukan prosedur insersi
 Kaji ulang saat transfer pasien
 Segera ganti lokasi penusukan tidak lebih dari 48 jam jika masih sesuai
dengan indikasi terapi
 CDCGuidelines
 Ganti lokasi insersi peripheral catheters TIDAK LEBIH dari 72-96 jam (3-4
hari) untuk mencegah terjadinya infeksi dan phlebitis
FLUSHING KATETER IV
Pembilasan/flushing kateter adalah pemberian secara periodik dengan
bolus saline garam (NACl) dan/atau heparinized melalui perangkat akses
vaskular. Merupakan metode yang paling penting untuk menilai &
mempertahankan fungsi kateter
Flushing = spoeling/ bolus/ pembilasan

TUJUAN
 untuk menilai & mempertahankan fungsi kateter
 mencegah komplikasi (oklusi, phlebitis, thromboplebitis, infiltrasi,
extravasasi, dan interaksi antar obat/cairan)

PENYEBAB OKLUSI
 Endapan dari obat
 PerubahanpH obat :Kombinasi obat yang banyak, dapat mengubah Ph
 Kinking
 Vasokonstriksi/spasme vena, yang diakibatkan oleh:
 Cairan infus dingin
 Botol/flabot infus kosong
FLUSHING :
MANUAL FLUSHING
 Melakukan persiapan cairan PRE-FILL FLUSHING
flushing manual dengan beberapa  Melakukan prosedur flushing
langkah persiapan dan alat kerja. dengan Pre fill syring berisi NaCl
 Diberikan melalui syringe steril.
conventional sistem yang  Diberikan dengan syringe khusus
memungkinkan akses keluar (modifikasi teknologi double
sistem stopper)
 Resiko kontaminasi cairan  Mencegah resiko kontaminasi
 Masih menggunakan jarum untuk  Needle less
persiapan flushing  Menurunkan risiko CRBSI
 Meningkatkan risiko CRBSI
FLUSHING A-C-L of Flushing

ASSESS (Akses)
Mengecek patensi vena dan fungsi
kateter
(Aspirasi-keluar darah-dorong)

CLEAR (Bersih)
Perhatikan jenis obat/cairan yang akan
didapat, bekuan darah/ kristalisasi obat
akibat incompatibilitas
dilakukan sebelum memasukkan obat,
diantara obat satu dan obat yang lain.
(Push-Pause)

LOCK (Kunci)
Pastikan akses terkunci selamaa ksesIV
tidak terpakai untuk mencegah
kontaminasi
Setelah pemberian obat (Push)
KAPAN FLUSHING DILAKUKAN?
1. Segera setelah insersi kateter IV
2. Sebelum dan setelah pemberian setiap obat
3. Setiap 4-6 jam pada intermiten line
4. Setiap 8-12 jam pada continuous line
5. Ketika mengkonversi dari continuous ke infus intermiten
6. Saat akan melakukan terminasi infus intermiten

Jangan Lakukan Flusing Ketika sudah terjadi Intraluminal Occlusion total!!

KETENTUAN FLUSHING
 PIV(Periferal IV) 1-3mL normal saline
 Volume dan Jenis Larutan
 Berikan bilasan IV Kateter sejumlah 2x priming volume (volume
cairanyang dapat terisi) pada kateter yang terpasang beserta
aksesoris/ konektor tambahan lainnya.
 Untuk prosedur locking : Volume cairan yang diberikan, digunakan
untuk membilas sisa obat/larutan yang diberiakan pada pasien
(Locking)
SYRINGE USED FOR FLUSHING
 Syringe yang digunakan saat ini desainnya menimbulkan refluks darah
dalam lumen kateter
 Refluk darah kedalam kateter dapat menyebabkan oklusi
 Stopper karet saat mencapai ujung/ akhir tabung (barel) syringe, akan
memampatkan dan “memantul” ketika tekanan dilepaskan,
menciptakan kondisi vakum, menarik darah kembali ke dalam kateter
IV

DIAMETER & TEKANANSYRINGE


 Diameter syringe berdampak pada tekanan
 Semakin besar diameter, semakin rendah tekanan pada injeksi
 Tekanan melebihi 40 PSI dapat menyebabkan ruptur atau terputusnya
kateter
TUJUAN PEMASANGAN DRESSING
 Aplikasi aseptik tekhnik untuk memperkecil potensi mikro-organisme dapat
berkembang biak
 Untuk melindungi area insersi
 Untuk mengamankan IV kateter
 Untuk mencegah pergerakan IV kateter yang dapat merusak dinding vena

KRITERIA DRESSINGS IV CATHETER


 Mampu mencegah akumulasi uap air
 Memungkinkan untuk inspeksi setiap
 Mudah digunakan dan meningkatkan keamanan area insersi
 Mudah untuk diperbaiki dan dilepas
Segera ganti dressing bila ada tanda infeksi, dressing basah/lembab, kotor, atau
tidak lagi rekat/menempel

LABELLING AREA INSERSI


4 ASPEKPERAWATANSETELAHPEMASANGANIV CATHETER
1. Dokumentasi (Setelah insersi, observasi , saat pelepasan
IVcatheter/penghentian IV terapi)
2. Observasi lokasi pemasangan IV catheter
3. Perawatan kanulaIV catheter dan area insersi
4. Jadwal penggantian IV catheter atau program penghentian terapi

DOKUMENTASI
 Tanggal, jam dimulai terapi/ pemasangan IV catheter
 Jenis Cairan, Osmolaritas dan Jumlah cairan yang diberikan
 Jika ada penambahan/ pemberian obat dalam cairan infus,
didokumentasikan : Nama obat, dosis, lama pemberian
 Flow Rate/ kecepatan tetesan
 Ukuran IV catheter *termasukjenis/materialIV Catheter yang
digunakan
 Lokasi Insersi : Metacarpal, digitalis, basilika dll
 Nama petugas dan gelar profesional yang Insersi
 Kesulitan dan permasalahan pada saat melakukan Insersi
 Berapa kali insersi (1x, 2x atau 3x baru berhasil)
 Respon pasien pada saat dilakukan prosedur
OBSERVASI LOKASI PEMASANGAN IV CATHETER
Kelembaban dressing dan penyerapannya
Frekuensi Inspeksi :
Pasien Dewasa :
• Inspeksi setiap 2 -4 jam
Pasien Anak-anak :
• Inspeksi setiap 1 -2 jam

Inspeksi lokasi Insersi terhadap tanda–tanda:


Infiltration
Extravasation
Phlebitis
Hematoma
Broken cannula
Oklusi
AFTER CARE : POST IV REMOVAL

Setelah pelepasan infus cegah post infusion phlebitis (±48 jam):


 Kondisi daerah insersi
 Kondisi iv cath
 Alasan infus dilepas
 Respon pasien
 Tanggal dan jam pelepasan
 Intervensi perawat setelah pelepasan infus
 Edukasi pasien
 Tindakan yang dilakukan jika ada komplikasi
LEMBAR FORM OBSERVASI
TELUSUR KE RUANGAN
PRE CANNULATION
OBSERVASI HASIL
Jenis iv catheter  Straight  Ported + wing
Ukuran iv catheter  18 -  20 -  22 -  24 -  26
IV dressing  Gauze -  Transparent film -  TSM
Penggunaan three way  Ya -  Tidak
Jenis iv line  Intermittent -  Continuous line
Jenis cairan  Hipotonis -  Isotonis -  Hipertonis
Penggunaan antibiotic  Ya -  Tidak (Injeksi Viccillin SX 3x1,5 gr)
Penambahan obat  Ya -  Tidak
Informed consent  Ya -  Tidak (pada RM 19B)
Closed system iv therapy  Ya -  Tidak
Dokumentasi  Ya -  Tidak
Note :
Dokumentasi tidak dilakukan di lembar tindakan keperawatan
INTRA CANNULATION
NO. OBSERVASI HASIL
1 Identifikasi pasien  Ya -  Tidak
2 Hand Washing  Ya –  Tidak
3 Penggunaan sarung tangan  Ya -  Tidak
4 Lokasi pembuluh darah vena  Metacarpal -  Cephalica -  Basilica
5 Jenis desinfektan  Iodine -  Iodopore -  Alcohol 70% -
 Alcohol 70% + CHG 2%
6 Penggunaan extention set  Ya -  Tidak
7 Penggunaan needle free connector  Ya -  Tidak
8 Lama swabing  < 30 detik,  > 30 detik
9 Desinfektan dibiarkan mengering  Ya -  Tidak
10 Teknik ANTT (Aseptic Non Touch Technique)  Ya -  Tidak
11 Teknik desinfektan, sirkuler  Ya -  Tidak
12 Jumlah perawat  Satu orang -  Dua Orang -  > 2 orang
13 Jumlah insersi  1 kali -  2 kali -  > 2 kali
14 Penggunaan vein viewer  Ya -  Tidak
15 Flushing setelah insersi  Ya -  Tidak
16 Dokumentasi  Ya -  Tidak
Note :
 Infus sudah menggunakan close system sehingga tidak menggunakan extention set lagi
 Desinfeksi hanya menggunakan alkohol 70%
 Tidak dilakukan flushing setelah insersi, seharusnya dilakukan flushing untuk memastikan
kepatenanan IV line
 Dokumentasi tidak dilakukan pada lembar tindakan keperawatan
MAINTENANCE
NO. OBSERVASI HASIL
1 Hand washing 5 moments  Ya -  Tidak
2 Kejadian tertusuk jarum  Ya -  Tidak
3 Label di iv dressing  Ya -  Tidak
4 Flushing setelah insersi  Ya -  Tidak
5 Flushing sebelum dan sesudah  Ya -  Tidak
pemberian obat
6 Bundle care  Ada -  Tidak ada
7 Terdapat darah di iv dressing  Ada -  Tidak ada
8 Terdapat gumpalan darah di three  Ada -  Tidak ada
way
9 Swabing saat pemberian obat  Ya -  Tidak
10 Lama teknik swabbing  < 15 detik,  15 detik,  > 15 detik
11 Flushing  Pre filled -  Manual
12 Syringe  3 ml -  5 ml – 10 ml
13 Dokumentasi  Ada -  Tidak ada
Note :
Flushing setelah insersi maupun sebelum dan sesudah pemberian obat tidak
dilakukan sehingga terdapat darah di sambungan IV cathether dan infus set
POST CANNULATION
OBSERVASI HASIL
Plebitis score  1,  2,  3,  4,  5
Lama pemasangan Hari 1
Observasi post 48 jam  Ya -  Tidak
Dokumentasi  Ya -  Tidak
Note :
Pasien terpasang infus tanggal 11/10/2019, tidak ditemukan
phlebitis

Anda mungkin juga menyukai