Anda di halaman 1dari 2

Strikes & Union Resistant Models

Serikat kerja akan menyesuaikan wage demands dengan mengakomodir demo buruh melalui representasi
serikat kerja. Makin memoderasi penuntutan upah, makin lama demo yang direalisasikan oleh serikat kerja.
Perusahaan—secara teoritis—akan menetapkan upah baru dengan proporsi isoprofit yang optimum. Demo
serikat kerja atau demo buruh terjadi dikarenakan terjadi Asymetical Information atau secara parabel dapat
dikatakan bahwa serikat kerja tak mengetahui kondisi finansial dan/ atau serikat kerja memiliki ekspektasi
bahwa perusahaan memiliki bagian atau shares yang besar untuk para buruh. Relasi demo serikat kerja
dengan perusahaan diwujudkan pada model Union Resistance atau model resistensi serikat kerja
Resistensi serikat pekerja sebagai representasi dari serikat kerja dapat diwujudkan melalui—secara
matematis—fungsi asimtotik sebagai berikut

w=¿

Pangkat negatif pada model resistensi menunjukkan konsekuensi dari demo serikat kerja, makin lama
moderasi demo serikat kerja, makin berkurang besaran upah yang dapat diwujudkan. Sedangkan,
representasi dari perusahaan diwujudkan melalui model isoprofit berikut
2
π=−β 2 t s + β 1 t s −β 0

Figur 01 – Interpretasi dari demo buruh untuk meminta upah kepada firms dipadankan dengan Union Resistance
Curve

Semula, serikat kerja pada awalnya akan menuntut upah—secara tak realistis—pada w 0 bagi perusahaan
tentunya tidak akan menyanggupi hal tersebut dengan alasan optimasi laba. Sehingga, proses bargaining dan
demo serikat kerja akan terus berlangsung t S . Moderasi demo serikat kerja berakhir jika titik temu antara
serikat kerja dengan perusahaan dapat dicapai dengan tingkat upah yang dianggap realistis pada dua belah
pihak. Bagi pihak, serikat kerja menerima upah diatas nilai upah asimtotik pada w min dan bagi perusahaan
memberi upah pada tingkat laba optimumnya lower isoprofit. Kondisi titik temu antara perusahaan dan
serikat kerja secara matematis dapat terwujud
l=¿


l=0
∂ ts

Anda mungkin juga menyukai