Anda di halaman 1dari 4

PERMASALAHAN

Dalam suasana euforia reformasi itu, eskalasi konflik antara perusahaan dengan buruh
dilingkungan pabrik dan kawasan industri terus meningkat. Beberapa konflik yang terjadi tidak
hanya sekedar menuntut mengenai masalah kesejahteraan tetapi sudah memunculkan tindakan
kekerasan seperti pengrusakan asset perusahaan bahkan menutup perusahaan agar tidak beroprasi
lagi. Dari berbagai konflik industri yang terjadi, mencerminkan adanya indikasi bahwa hubungan
industrial antara perusahaan dengan buruh dewasa ini kurang harmonis. Dari banyaknya konflik
hubungan industrial yang terjadi. Merupakan tantangan bagi perusahaan untuk bagaimana
membangun konsep kemitraan antara pihak perusahaan dengan buruh supaya lebih baik dan
akomodatif untuk masa yang akan datang.

PT Indofood CBP Divisi Packaging yang berlokasi di kawasan industry Bukit Indah City
Blok A1 Kav.2-5 adalah sebagai cabang perusahaan paling strategis di lingkungan Indofood group,
dimana cabang perusahaan ini mampu menyumbangkan 42% laba/keuntungan untuk group dan
menjadi penyumbang terbesar diantara anak perusahaan lain seperti Bogasari, Plantation dan
Transportasi. Tetapi dibalik hal itu, perusahaan memiliki hubungan industrial yang kurang
harmonis antara pihak manajemen unit dengan buruh lama, konflik yang diawali oleh system
pengupahan yang dinilai kurang baik.

Permasalahan ini disebabkan karena Manajemen menetapkan upah kerja buruh yang 0
tahun hampir sama nominalnya dengan pekerja yang sudah lebih dari 5, 10 dan 16 tahun lama
bekerja. Diperoleh analisa bahwa system pengupahan yang dilakukan oleh pihak perusahaan tidak
sesuai dengan ketetapan dalam isi dari perjanjian kerja bersama PKB pada BAB IX Pasal 28
mengenai system pengajian yang menyatakan bahwa pengusaha menetapkan system penggajian
dengan mempertimbangkan: jenis pekerjaan, tangungjawab pekerjaan, keahlian dan kondite
pekerjaan dan pengalaman kerja.

PEMBAHASAN

Berdasarkan permasalahan itu kemudian Sebanyak tiga kali pihak serikat FSPMI
mengajukan surat permohonan untuk berunding dengan pihak manajemen untuk membicarakan
mengenai sistem pengupahan dalam perusahaan. Dasar hukum mereka mengajukan surat
undangan tersebut adalah dengan mengacu kepada permenkertrans No. 07 Tahun 2013, Pasal 19
yang menetapkan bahwa kenaikan upah diperusahaan yang upah minimumnya telah mencapai
KHL atau lebih, ditetapkan secara bipartite diperusahaan masing-masing. Serta berdasarkan SK
Bupati Purwarkarta No. 251.1.1.05/KEP.730_DISNAKERSOSTRANS/2013 tentang
pembentukan tim advokasi serikat pekerja/serikat buruh dalam perundingan bipartit mengenai
kenaikan upah berkala di perusahaan.

Akan tetapi dalam mediasi melalui lembaga bipartite hanya menghasilkan dua kali
pertemuan sementara ketiga kalinya pihak perusahaan menolak untuk berunding dengan alasan
masih menunggu standar pengupahan dari direktur utama PT. Sampai kemudian pihak serikat
mengajukan surat untuk berunding dengan pihak pemerintah ialah Dinas Tenaga Kerja Sosial dan
Transmigrasi untuk bersedia membuka dialog secara tripartite dengan pihak antara lain
perusahaan, serikat buruh dan pemerintah ialah DISNAKERSOSTRANS. Hanya berdasarkan data
dari informan MH mengatakan bahwasannya tripartite tidak menemukan solusi sampai selanjutnya
serikat pekerja FSPMI mengadukan masalah ini untuk diselesaikan di Pengadilan Hubungan
Industrial dan hasilnya masih sama tidak ada keputusan yang dapat membenarkan masalah sampai
buruh mengaju kepada tingkat kasasi di Mahkamah Agung Jakarta.

Penolakan yang di lakukan oleh pihak manajemen PT dikarena pihak manajemen


mengatakan bahwa sikapnya dalam penetapan upah berkala sudah sesuai dengan SK Gubernur
Jawa Barat No 561/Kep.1636-Bangsos/2013 tentang UMK di Jawa Barat, yang menetapkan UMK
untuk Kabupaten Purwakarta sebesar Tahun 2013 sebesar Rp. 2.100.000. dengan hal itu bahwa
pihak menejemen merasa tidak ada masalah mengenai penetapan upah.

Berdasarkan perselisihan yang terus berlanjut antara buruh dalam serikat pekerja FSPMI
tersebut, pada akhirnya sebanyak 467 pekerja dalam serikat FSPMI di PHK sebagai akibat dari
pemogokan yang dilakukan buruh.

KESIMPULAN

Konflik hubungan industrial yang terjadi pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Divisi Packaging Unit Purwakarta didasari oleh faktor system pengupahan, Indofood sendiri
memiliki tiga serikat pekerja diantaranya SPSI, FSPMI dan FKI hanya dari ketiga serikat pekerja
ini yang kemudian berselisih dengan pihak manajemen perusahaan adalah dari serikat SPMI
(FSPMI). SPMI yang mengetahui bahwa system pengupahan di PT Indofood itu kurang baik
dalam arti bahwa pekerja yang 0 tahun sama kenaikan upah bahkan penerimaan upah pokoknyapun
tidak jauh berbeda selisihnya. Hal tersebut yang kemudian pihak buruh dalam Serikat pekerja
metal Indonesia (SPMI) mengajak perusahaan untuk berunding dengan membahas mengenai
system pengupahan. Dari berdasarkan bipartit sampai pada dua kali diadakanya bipartite tidak
menemukan solusi, sampai ketiga kalinya pihak serikat meminta untuk berunding kembali pihak
manajemen menolak untuk berunding. Karena pihak manajemen mengatakan bahwa sikapnya
dalam penetapan upah berkala sudah sesuai dengan SK Gubernur Jawa Barat No 561/Kep.1636-
Bangsos/2013 tentang UMK di Jawa Barat, yang menetapkan UMK untuk Kabupaten Purwakarta
sebesar Tahun 2013 sebesar Rp. 2.100.000. dengan hal itu bahwa pihak menejemen merasa tidak
ada masalah mengenai penetapan upah.

REKOMENDASI

1. Saran dari penulis terhadap perusahaan adalah perusahaan seharusnya lebih


memperhatikan kesejahteraan karyawannya, dilihat dari upah yang diberikan kepada buruh
harus sebanding dengan apa yang telah ia kerjakan dan berikan kepada pihak perusahaan,
disamping itu perlu diketahui penentuan upah harus ditingkatkan secara berkala apabila
beban dari buruh juga meningkat, mesti berbeda penetapan upah pada buruh yang telah
berkeluarga dan berkerja selama 10 tahun dengan para buruh yang masih bekerja selama 0
tahun.
2. Saran dari penulis terhadap serikat kerja Terkait dengan keterbatasan buruh dalam beracara
di pengadilan, maka penulis menyarankan agar Serikat Pekerja memberikan pelatihan dan
pendidikan di bidang hukum sehingga buruh memiliki kemampuan lebih dalam beracara
di pengadilan. Selain itu, Serikat Pekerja dirasa perlu memiliki Tim Advokasi untuk
memberikan bantuan hukum yaitu mewakili buruh dalam beracara di pengadilan. Apabila
Serikat Pekerja telah memiliki Tim Advokasi, maka disarankan supaya Tim Advokasi
dapat melakukan tugasnya secara lebih efektif dalam membela buruh di pengadilan.
3. Saran dari penulis terhadap buruh adalah tidak perlu takut ketika kita diperlakukan tidak
adil oleh perusahaan, terdapat jalan hukum yang dapat di tempuh agar perusahaan yang
semena mena dalam mempelakukan para buruh dapat di berikan sanksi, tetapi disamping
itu perlu kepandaian dan ketelitian dan dukungan dari berbagai pihak ketika mengajukan
gugatan kepada pengadilan agar bisa berhasil menggugat perusahaan.
Sumber

https://drive.google.com/file/d/1h0w45iyxfvq28xJLUFfFv4oTHQoMZJKx/view?usp=sharin
g

Anda mungkin juga menyukai