Pasca ditetapkannya Omnibus law, buruh masih terus dihadapkan pada persoalan krusial,
baik dalam konteks eksternal relasi buruh dengan pemerintah dan pengusaha. Maupun
problem internal seputar mutu SDM hingga konflik kepentingan antar pengurus serikat
buruh/pekerja. Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBI) menyampaikan,
pencapaian gerakan buruh sekarang ini tidak sebesar kebebasannya. Kaum buruh di
Indonesia memang kini memiliki kebebasan berserikat dengan kondisi yang jauh lebih baik,
tetapi konflik relasi industrial - perburuhan juga didapati meningkat. Masalah upah dan
kesejahteraan buruh tidak lain menjadi pemicu utama konflik.
Seperti masalah yang saat ini sedang dihadapi oleh PT. ABC, terdapat beberapa konflik
antara serikat buruh dengan para manajer perusahaan. Para buruh menjalankan aksi mogok
kerja dan demonstrasi untuk menuntut para manajer perusahaan untuk meningkatkan gaji
karyawan. Dan kabar tentang aksi mogok kerja dan demonstrasi karyawan akhirnya sampai
kepada General Manager PT. ABC. General Manager segera melakukan breafing dengan
para manajer untuk membahas tentang konflik yang sedang terjadi didalam perusahaannya.
Dari hasil breafing tersebut menghasilkan keputusan untuk memanggil perwakilan dari
buruh untuk melakukan negosiasi dengan para manajer untuk menyelesaikan konflik yang
sedang terjadi di PT. ABC tersebut.
Ketika negosiasi dilaksanakan, ada 2 perwakilan dari pihak buruh yang mulai menjelaskan
tentang permasalahan sebenarnya. Aksi mogok kerja dan demonstrasi karyawan ini
dipengaruhi oleh tingkat upah yang sangat minimum setiap bulannya. Karyawan menuntut
kenaikan gaji dari 2 juta rupiah perbulan, meminta kenaikan gaji sebesar 3 juta rupiah
perbulan. Tetapi dari pihak perusahaan belum menyetujui untuk kenaikan gaji tersebut
karena masih mempertimbangkan beberapa aspek yang harus dilihat terutama dalam
laporan keuangan yang ada di dalam perusahaan. Produksi di perusahaan menurun karena
pendapatan yang tidak stabil. Dari pihak HRD menyatakan bahwa kurangnya kinerja buruh
saat ini yang mengakibatkan menurunnya produk yang dihasilkan, itulah yang menjadi bahan
pertimbangan apakah permintaan buruh akan dikabulkan atau tidak.
Dari para manajer perusahaan tetap berusaha untuk menaikkan gaji para buruh tersebut.
Setelah pihak perusahaan telah mempertimbangkan semuanya, maka pihak perusahaanpun
memutuskan untuk mengambil jalan tengahnya yaitu gaji jadi dinaikkan sebesar 2,8 juta.
Meskipun kenaikan gaji tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para buruh,
mereka tetap menerima kenaikan gaji tersebut untuk kelangsungan hidup mereka. Kenaikan
gaji tersebut telah disahkan kepada kedua pihak tersebut yaitu dari perwakilan buruh dan
manajer perusahan. Dengan kenaikan gaji manajer HRD menghimbau kepada karyawan
agar karyawan tetap bekerja dengan baik serta bisa membangun kembali perusahaan yang
sekarang tidak stabil pendapatannya.
2. Jenis negosiasi yang digunakan PT. ABC untuk menyelesaikan kasus tersebut
adalah tipe negosiasi integratif. Pada kasus PT.ABC yang dimana terjadi konflik yaitu
para karyawan mogok kerja dan demonstrasi, yang dikarenakan menuntut agar
manajemen PT ABC menaikkan upah atau gaji karyawan dari 2 juta menjadi 3 juta
rupiah per bulan. Tipe integratif ini negosiator berusaha secara optimal untuk
mencapai kesepakatan. Pada kasus ini, pihak manajemen perusahaan belum
menyetujui untuk menaikkan gaji para karyawan/buruh karena masih
mempertimbangkan beberapa aspek yang harus dilihat terutama dalam laporan
keuangan yang ada di dalam perusahaan. Produksi di perusahaan menurun karena
pendapatan yang tidak stabil. Pihak HRD menyatakan bahwa kurangnya kinerja
buruh/karyawan saat ini mengakibatkan menurunnya produk yang dihasilkan, itulah
yang menjadi bahan pertimbangan apakah permintaan buruh akan dikabulkan atau
tidak. Kasus PT. ABC ini merupakan tipe integratif dimana kedua belah pihak merasa
menang (win-win), hal ini nampak dari hal yang dilakukan para manajer perusahaan
yang mempertimbangkan semuanya, lalu perusahaan memutuskan untuk mengambil
jalan tengahnya yaitu menaikkan gaji buruh menjadi 2,8 juta per bulan. Meskipun
kenaikan gaji tersebut tidak sesuai dengan yang diminta para buruh, namun mereka
tetap menerima keputusan perusahaan tersebut guna untuk melangsungkan hidup.
Kenaikan gaji telah disahkan kepada kedua pihak tersebut yaitu perwakilan buruh dan
manajer perusahaan. Dengan kenaikan gaji buruh, manajer HRD menghimbau kepada
para buruh/karyawan agar tetap bekerja dengan baik serta membangun kembali
perusahaan yang sekarang tidak stabil pendapatannya (win-win).
Sumber :
Buku Materi Pokok EKMA 4158 Perilaku Organisasi