Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KE-2

Manajemen Operasi (EKMA4215)

Nama : Dhias Afri Nugroho


NIM : 0310975

1. Jelaskan prinsip persediaan JIT !


2. Jelaskan hambatan dalam pengelolaan karyawan !
3. Jelaskan fungsi penjadwalan jangka pendek untuk industry, produksi, proyek dan
produksi berdasarkan pesanan !

1. Just in Time jika diartikan dalam bahasa Indonesia bermakna sistem produksi
tepat waktu. Maksudnya ialah semua persediaan bahan baku yang akan diproses dalam
kegiatan produksi harus tiba tepat waktu dengan kuantitas yang tepat pula. Tak hanya
bahan baku, semua komponen baik utama atau pendukung harus bisa dijaga pada jumlah
batas minimum.
Berdasarkan pengertian di atas, bisa terlihat bahwa Just in Time menjadi suatu sistem
produksi yang memiliki tujuan utama yaitu mengurangi biaya, mengefisienkan
pekerjaan, dan memperoleh kualitas sesuai standar perusahaan. Selain untuk
mengoptimalkan cash flow, dibuatnya sistem Just in Time ini tentunya tak lain untuk
meminimalisasi pemborosan akibat kelebihan produksi (overproduction), persediaan
barang yang sia-sia (excess inventory), hingga antrian proses produksi yang lama. 
Prinsip-prinsip dasar Just in Time :

a. Sistem Produksi yang Terjadwal


Ketepatan waktu dalam sistem just in time merupakan upaya untuk membuat
penjadwalan produksi dan jumlahnya sesuai dengan permintaan atau pesanan. Artinya,
just in time dalam manajemen persediaan barang tidak memproduksi hanya untuk
restock atau karena stok persediaan akan habis. Produksi baru akan dilakukan apabila
ada order yang diterima dalam jumlah tertentu. Tujuannya tentu saja untuk memproduksi
barang jadi yang tepat waktu dan pada jumlah sesuai yang dikonsumsi. Prinsip ini sendiri
akan menekan holding cost perusahaan.
b. Meminimalisasi Pemborosan
Dalam sistem just in time, semua bahan baku harus dipergunakan seefisien mungkin
untuk memenuhi jumlah produksi yang ditargetkan. Efisiensi itu juga menyangkut
peminimalisasian pemborosan produksi. Pemborosan sendiri bisa disebabkan oleh
kelebihan produksi (overproduction), persediaan barang yang sia-sia (excess inventory),
atau menunggu proses produksi yang lama.
c. Memperbaiki Aliran Produksi dan Kualitas Produk
Sistem just in time dalam manajemen persediaan barang juga mengupayakan agar segala
hal yang menghambat alur produksi bisa dihilangkan, seperti menghindari penimbunan
barang dan memangkas kegiatan yang tidak produktif. Selain itu, kualitas produk yang
baik tanpa cacat juga wajib diupayakan melalui quality control yang rutin.
d. Mengurangi Semua Keadaan Tak Terduga
Ketika proses produksi dilakukan sesuai dengan permintaan, maka secara tak langsung
perusahaan bisa menghindari hal-hal tak terduga seperti pemborosan akibat menurunnya
permintaan. Oleh karena itu, manajemen produksi harus dibuat secara teliti untuk
meminimalisasi ketidakpastian. Namun juga manajer dan tim harus bisa melakukan
formulasi model forecasting agar ekspektasi perusahaan tercapai.
e. Produksi dalam Jumlah Lot Kecil
Menerapkan just in time dalam manajemen persediaan barang juga menekankan pada
pembagian jadwal produksi menjadi bagian-bagian kecil (lot size). Hal ini dilakukan agar
produksi lebih efisien dan fleksibel ketika terjadi perubahan permintaan.
f. Menekankan pada Pemeliharaan Jangka Panjang
Just in time juga menekankan pada pemeliharaan jangka panjang berupa memperbaiki
mutu, fleksibilitas pengadaan barang yang di-order, pesanan jumlah kecil yang
dikerjakan berkali-kali, serta mengadakan perbaikan secara berkesinambungan.

2. Hambatan dalam pengelolaan karyawan :

a.Tujuan yang tidak jelas – (Unclear Aims) Dimana alasan dalam pelaksanaan tugas
tidak dijelaskan dengan baik sehingga pelaksana tidak mengetahui apa sebenarnya
yang ingin dicapai.
b. Nilai-nilai yang tidak jelas – (Unclear Values) Dimana nilai-nilai organisasi tidak
diketahui oleh anggota organisasi.
c.Filosofi manajemen yang tidak layak – (Inappropriate Management Philosophy)
Dimana prinsip-prinsip manajemen yang mendasari pengambilan keputusan dan
membentuk atmosfer kerja tidak berpijak pada kenyataan yang ada dan tidak
berpihak pada kemanusiaan.
d. Kurangnya perencanaan dan pengembangan manajemen – (Lack of Succession
Planning and Management Development) Dimana persiapan akan tujuan organisasi
di masa depan tidak diantisipasi dan tidak direncanakan dengan matang.
e. Struktur organisasi yang membingungkan - (Confused Organizational Structure)
Dimana orang-orang di dalam organisasi kurang terurus secara efektif dan efisien.
f. Kontrol yang tidak memadai – (Inadequate Control) Dimana keputusan yang buruk
akan didapat karena informasi yang kurang tepat dan kurang ditangani oleh orang
yang tepat pula.
g. Rekrutmen dan seleksi yang tidak tepat – (Inadequate Recruitment and Selection)
Dimana orang-orang yang direkrut kurang memiliki pengetahuan, kepribadian, atau
keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
h. Imbalan yang tidak adil – (Unfair Rewards) Dimana orang-orang didalam organisasi
tidak dihargai sepantasnya, atau sistem penggajian tidak berjalan dengan baik.
i. Training yang kurang – (Poor Training) Dimana orang-orang di dalam organisasi
kurang dapat belajar secara efisien dalam mengerjakan tugasnya dan kurang dapat
meningkatkan hasil kinerjanya.
j. Stagnasi personel – (Personnel Stagnation) Dimana orang-orang di dalam organisasi
tidak mencerminkan sikap yang dapat mendorong keefektifan pengerjaan tugas dan
pertumbuhan organisasi.
k. Komunikasi yang tidak berjalan lancar – (Inadequate Communication) Dimana visi
organisasi tidak dimengerti, koordinasi antar anggota organisasi lemah, iklim
organisasi rusak dan para pembuat keputusan kekurangan informasi. 12. Tim kerja
yang tidak berjalan baik – (Poor Teamwork) Dimana orang-orang di dalam
organisasi yang seharusnya dapat bekerja sama tidak dapat menjalankan perannya
dalam kelompok dan menemui banyak hambatan dalam bekerja sama. 13. Motivasi
rendah – (Low Motivation) Dimana orang-orang dalam organisasi kurang memiliki
perhatian terhadap permasalahan organisasi dan kurang mengerahkan upayanya
dalam mencapai tujuan organisasi. 14. Kreativitas rendah – (Low Creativity) Dimana
ide-ide untuk pengembangan tidak dimanfaatkan secara tepat dan terjadi stagnasi
dalam mengembangkan ide-ide baru.

3. Fungsi penjadwalan jangka pendek untuk industry, produksi, proyek dan


produksi berdasarkan pesanan :

a. Dalam industri pemrosesan, seperti perusahaan farmasi atau kimia, penjadwalan


meliputi penentuan campuran kandungan zat yang ada di dalamnya, proses produksi
kimiawi merupakan suatu proses produksi yang menitikberatkan pada adanya proses
analisis atau sintesa senyawa kimia, seperti produksi alkohol, obat-obatan, dan lain-lain;

b. Untuk produksi massal, penjadwalan merupakan penentuan kapan dilakukannya


proses produksi sesuai dengan kemampuan atau kapasitas mesin, proses produksi massa
merupakan proses produksi dimana dalam pelaksanaan proses produksinya danya
perubahan bentuk masukan menjadi keluaran untuk menciptakan nilai tambah.
Misalnya perusahaan meubel, garmen, sepatu, dan lain-lain;

c. Untuk proyek, keputusan penjadwalan merupakan keputusan yang komplek dan


saling berhubungan yang mengunakan PETR atau CPP untuk perencanaan dan
pengendalian proyek;

d. Untuk produksi berdasarkan pesanan, keputusan penjadwalan cukup komplek karena


membutuhkan perencanaan bahan baku, komponen, perakitan, serta perencanaan
teknologi dan sumber daya manusia yang mengerjakan proses produksi tersebut

Anda mungkin juga menyukai