NIM: F0121184 | Ekonomi SDM dan Ketenagakerjaan Kelas A
S-1 Ekonomi Pembangunan Tugas 12 – Review Pertanyaan Bab 12
1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan penurunan serikat pekerja sektor swasta di
Amerika Serikat sejak pertengahan 1960-an? Faktor-faktor apa yang menyebabkan peningkatan pesat dalam serikat pekerja sektor publik selama periode yang sama? Jawab: Penurunan serikat pekerja di sektor swasta Amerika Serikat sejak pertengahan 1960-an dapat dijelaskan oleh sejumlah faktor kompleks. Pertama, perubahan struktural dalam ekonomi, termasuk transisi dari sektor manufaktur ke sektor jasa dan peningkatan signifikansi industri yang lebih terdesentralisasi, telah mengurangi kekuatan tawar serikat pekerja di sektor swasta. Selain itu, globalisasi ekonomi menyebabkan pergeseran produksi ke negara-negara dengan biaya tenaga kerja lebih rendah, yang pada gilirannya mengurangi kekuatan tawar serikat pekerja di Amerika Serikat. Tekanan dari perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya tenaga kerja juga berkontribusi pada penurunan serikat pekerja di sektor swasta. Beberapa perusahaan mungkin mengadopsi taktik anti-serikat atau melakukan outsourcing untuk mengurangi biaya tenaga kerja. Selain itu, perubahan regulasi buruh yang lebih pro-pengusaha dan kebijakan keamanan kerja yang lebih longgar telah mempengaruhi keberhasilan serikat pekerja di sektor swasta. Di sisi lain, peningkatan pesat serikat pekerja di sektor publik selama periode yang sama dapat diatribusikan ke faktor-faktor yang berbeda. Pekerja sektor publik sering kali tidak terpengaruh oleh globalisasi dan kompetisi internasional sebagaimana yang terjadi di sektor swasta. Selain itu, kebutuhan untuk melindungi hak-hak pekerja di sektor publik dan pengaruh politik serikat pekerja dalam proses pengambilan keputusan di tingkat pemerintahan telah mendukung pertumbuhan serikat pekerja di sektor publik. Faktor lain yang mungkin mempengaruhi peningkatan serikat pekerja di sektor publik adalah sifat pekerjaan yang lebih stabil dan keamanan pekerjaan yang lebih tinggi dalam sektor publik. Serikat pekerja dapat berperan dalam melindungi kepentingan pekerja terhadap potensi pemangkasan anggaran dan pengurangan tenaga kerja yang dapat terjadi dalam sektor swasta. Sebagai hasilnya, sementara faktor-faktor ekonomi dan struktural telah menyebabkan penurunan serikat pekerja di sektor swasta, kondisi yang berbeda di sektor publik, termasuk perlindungan pekerja dan stabilitas pekerjaan, telah mendukung peningkatan pesat serikat pekerja di sektor publik selama periode yang sama. 2. Apa artinya mengatakan bahwa serikat pekerja memiliki fungsi utilitas? Bagaimana tepatnya fungsi utilitas ini diturunkan dari preferensi para pekerja? Jawab: Mengatakan bahwa serikat pekerja memiliki fungsi utilitas merujuk pada peran mereka dalam meningkatkan kesejahteraan anggota serikat, yang pada gilirannya memberikan manfaat yang dianggap positif oleh para pekerja. Fungsi utilitas ini berkaitan dengan konsep utilitas, yaitu kepuasan atau kebahagiaan yang diperoleh individu dari suatu keputusan atau tindakan. Fungsi utilitas serikat pekerja diturunkan dari preferensi para pekerja dengan cara memperjuangkan hak-hak dan kondisi kerja yang diinginkan oleh anggota serikat. Serikat pekerja berupaya meningkatkan utilitas atau kepuasan para pekerja dengan menegosiasikan kontrak kerja yang lebih baik, termasuk upah yang lebih tinggi, jaminan keamanan pekerjaan, dan kondisi kerja yang lebih baik. Dengan memperjuangkan kepentingan kolektif, serikat pekerja mencoba meningkatkan kesejahteraan anggota mereka, sejalan dengan preferensi dan harapan pekerja terhadap kondisi kerja yang lebih baik. 3. Jelaskan hasil upah-pekerjaan dalam model serikat pekerja monopoli. Jelaskan mengapa (dan dalam pengertian apa) hasil upah-pekerjaan ini tidak efisien. Jawab: Dalam model serikat pekerja monopoli, hasil upah-pekerjaan cenderung dipengaruhi oleh kekuatan tawar serikat pekerja yang memonopoli pasokan tenaga kerja. Serikat pekerja memiliki kemampuan untuk menegosiasikan upah yang lebih tinggi daripada yang akan muncul dalam kondisi persaingan sempurna. Namun, hasil dari peningkatan upah ini tidak selalu efisien dalam pengertian ekonomi. Peningkatan upah di bawah serikat pekerja monopoli dapat menciptakan ketidakseimbangan antara upah dan produktivitas pekerja. Dalam model persaingan sempurna, upah cenderung mencerminkan tingkat produktivitas seiring dengan kekuatan pasar yang seimbang. Namun, dalam serikat pekerja monopoli, penentuan upah dapat lebih dipengaruhi oleh kekuatan tawar serikat pekerja daripada faktor-faktor produktivitas. Sebagai akibatnya, upah mungkin menjadi lebih tinggi daripada yang seharusnya, mengakibatkan alokasi sumber daya yang tidak efisien. Selain itu, hasil upah-pekerjaan dalam model serikat pekerja monopoli juga dapat menciptakan ketidaksetaraan dan mengakibatkan hilangnya efisiensi secara keseluruhan. Upah yang lebih tinggi dapat mendorong perusahaan untuk mempekerjakan lebih sedikit pekerja daripada yang akan mereka lakukan dalam kondisi persaingan sempurna, karena biaya tenaga kerja yang lebih tinggi merangsang penggunaan sumber daya yang lebih efisien. Akibatnya, kesempatan kerja dapat berkurang, dan pasar tenaga kerja mungkin tidak mencapai tingkat penuh pekerjaan yang efisien. Dalam pengertian ini, hasil upah-pekerjaan dalam model serikat pekerja monopoli dianggap tidak efisien karena tidak mencapai alokasi sumber daya yang optimal. Upah yang ditentukan oleh kekuatan tawar serikat pekerja dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara upah dan produktivitas, serta mengurangi efisiensi penggunaan tenaga kerja dan alokasi sumber daya secara keseluruhan dalam perekonomian. 4. Jelaskan bagaimana kita menghitung persentase penurunan pendapatan nasional yang diakibatkan oleh misalokasi tenaga kerja dalam model serikat pekerja monopoli. Berapa nilai dolar inefisiensi alokatif ini jika serikat pekerja dan perusahaan mencapai kontrak dan kontrak yang efisien kurvanya vertikal? Jawab: Dalam model serikat pekerja monopoli, persentase penurunan pendapatan nasional akibat misalokasi tenaga kerja dapat dihitung dengan mempertimbangkan perbedaan antara pendapatan nasional yang seharusnya terjadi dalam kondisi persaingan sempurna dan pendapatan aktual dalam kondisi serikat pekerja monopoli. Pertama, kita perlu menghitung pendapatan nasional yang seharusnya terjadi dengan mengasumsikan alokasi sumber daya yang efisien, yaitu di bawah kondisi persaingan sempurna. Selanjutnya, kita membandingkannya dengan pendapatan nasional aktual yang dipengaruhi oleh tingkat upah yang lebih tinggi yang ditentukan oleh serikat pekerja monopoli. Dalam kondisi di mana serikat pekerja dan perusahaan mencapai kontrak dan kurva kontraknya vertikal (elastisitas permintaan kerja sama dengan satu), nilai persentase penurunan pendapatan nasional akibat misalokasi tenaga kerja dapat mencapai puncaknya. Hal ini karena serikat pekerja mampu menetapkan upah yang jauh di atas tingkat persaingan sempurna, mengakibatkan penggunaan tenaga kerja yang tidak efisien dan merugikan pendapatan nasional secara keseluruhan. Jika kontrak dan kurva kontraknya vertikal, nilai dolar inefisiensi alokatif dapat dihitung sebagai perbedaan antara pendapatan nasional aktual dan pendapatan nasional yang seharusnya. 5. Diskusikan bagaimana serikat pekerja dan perusahaan dapat menjadi lebih baik jika mereka keluar dari kurva permintaan. Turunkan kurva kontrak. Jawab: Ketika serikat pekerja dan perusahaan berhasil keluar dari kurva permintaan, artinya mereka dapat mencapai tingkat kesepakatan yang lebih baik dan lebih efisien. Dalam konteks serikat pekerja dan perusahaan keluar dari kurva permintaan, serikat pekerja dapat menegosiasikan upah yang lebih tinggi tanpa kehilangan pekerjaan. Pada saat yang sama, perusahaan dapat merespons dengan peningkatan produktivitas atau efisiensi untuk membenarkan upah yang lebih tinggi. 6. Diskusikan perbedaan antara kontrak yang efisien dan kontrak yang sangat efisien. Jawab: Perbedaan antara kontrak yang efisien dan kontrak yang sangat efisien mencerminkan tingkat efisiensi dan optimasi dalam hubungan antara serikat pekerja dan perusahaan dalam kondisi pasar tenaga kerja yang kompleks. Kontrak yang efisien secara umum mengacu pada kesepakatan di antara kedua belah pihak yang mempertimbangkan seimbang antara upah yang dibayar kepada pekerja dan produktivitas yang dihasilkan. Di sini, serikat pekerja dan perusahaan mencapai tingkat upah yang dapat diterima oleh pekerja tanpa mengurangi daya saing perusahaan. Di sisi lain, kontrak yang sangat efisien menggambarkan tingkat efisiensi yang lebih tinggi di mana serikat pekerja dan perusahaan mencapai tingkat upah yang mencerminkan optimalitas alokasi sumber daya. Dalam kontrak yang sangat efisien, setiap upah yang dibayar kepada pekerja sejalan dengan tingkat produktivitas dan kontribusi mereka secara maksimal terhadap kesejahteraan perusahaan. Perusahaan memaksimalkan output sambil membayar upah yang adil kepada pekerja, menciptakan situasi win-win yang optimal. Perbedaan ini dapat lebih jelas dilihat melalui perspektif alokasi sumber daya. Kontrak yang efisien mengejar alokasi sumber daya yang baik, sementara kontrak yang sangat efisien bertujuan untuk mencapai alokasi sumber daya yang optimal. Dalam kondisi kontrak yang sangat efisien, tidak ada potensi pemborosan atau ketidakseimbangan dalam distribusi upah terhadap tingkat produktivitas pekerja. 7. Apa paradoks Hicks? Paradoks Hicks, juga dikenal sebagai "paradoks pengangguran nyata," merujuk pada suatu fenomena paradoksal di dalam model ekonomi ketika terjadi pengangguran di tengah-tengah adanya pekerjaan yang tersedia. Paradoks ini dinamakan berdasarkan nama ekonom John Hicks yang pertama kali mengidentifikasinya pada tahun 1937. Dalam konteks paradoks Hicks, terdapat ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan tenaga kerja di pasar. Meskipun terdapat pekerjaan yang tersedia dan pekerjaan yang mencari pekerja, banyak pekerja yang tetap menganggur. Paradoks ini bisa terjadi karena pekerja yang mencari pekerjaan tidak memiliki keterampilan atau kualifikasi yang sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja, sehingga terdapat ketidakcocokan (mismatch) antara kualifikasi yang dimiliki pekerja dan persyaratan pekerjaan yang tersedia. Beberapa faktor penyebab paradoks Hicks meliputi perubahan struktural dalam ekonomi, perubahan teknologi, atau perubahan dalam jenis pekerjaan yang diminati oleh pasar. Pendidikan dan keterampilan pekerja mungkin tidak selalu sejalan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja yang terus berubah, sehingga menciptakan kesenjangan antara pekerjaan yang tersedia dan kualifikasi pekerja. Pentingnya peningkatan keterampilan dan kualifikasi pekerja, serta kecocokan antara pelatihan pekerja dan kebutuhan pasar tenaga kerja, menjadi solusi potensial untuk mengatasi paradoks Hicks. Oleh karena itu, paradoks ini menyoroti pentingnya pembangunan keterampilan dan penyesuaian pekerja dengan dinamika pasar tenaga kerja yang terus berkembang. 8. Jelaskan bagaimana pengusaha “memilih” mogok panjang yang optimal dalam model di mana terdapat informasi asimetris. Jawab: Dalam model dengan informasi asimetris, pengusaha memilih mogok panjang yang optimal dengan mempertimbangkan sejumlah faktor kunci. Pertama, mereka menilai biaya mogok panjang, termasuk tuntutan pekerja selama mogok panjang yang dapat meningkat seiring waktu. Kedua, pengusaha mempertimbangkan biaya kehilangan produksi sebagai akibat mogok panjang, yang dapat bertambah seiring berjalannya waktu. Ketiga, daya tahan keuangan pengusaha menjadi pertimbangan, di mana mereka perlu mengevaluasi sejauh mana mereka mampu menahan kerugian selama mogok panjang. Selain itu, respons pekerja terhadap durasi mogok panjang menjadi faktor penting; semakin sulit bagi pengusaha untuk menemukan pekerja pengganti atau semakin bersatunya pekerja dapat memengaruhi keputusan pengusaha. Terakhir, tingkat informasi asimetris memainkan peran kunci, dan pengusaha perlu mencoba memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap kekuatan dan tekad pekerja. Langkah-langkah strategis untuk mengurangi ketidakpastian informasi dapat mencakup survei, komunikasi yang lebih baik, atau strategi lainnya. Keputusan pengusaha tentang durasi mogok panjang yang optimal adalah hasil dari permainan strategis yang kompleks dan dapat dipengaruhi oleh dinamika pasar tenaga kerja serta kondisi ekonomi secara keseluruhan. 9. Tentukan keuntungan upah serikat pekerja dan kesenjangan upah serikat pekerja. Mengapa kita harus peduli dengan besarnya keuntungan upah serikat? Mengapa kita harus peduli dengan besarnya kesenjangan upah serikat? Dalam kondisi apa kesenjangan upah serikat pekerja akan memberikan perkiraan keuntungan upah serikat? Jawab: Keuntungan upah serikat pekerja mencakup peningkatan upah dan manfaat kerja yang diperoleh oleh anggota serikat pekerja melalui perundingan kolektif. Sementara itu, kesenjangan upah serikat pekerja merujuk pada perbedaan antara tingkat upah serikat pekerja dan non-serikat pekerja dalam pasar tenaga kerja. Besarnya keuntungan upah serikat dan kesenjangan upah serikat memiliki dampak yang signifikan dalam konteks ketidaksetaraan ekonomi dan distribusi pendapatan. Pentingnya besarnya keuntungan upah serikat terletak pada kemampuannya untuk meningkatkan kesejahteraan anggota serikat pekerja. Melalui perundingan kolektif, serikat pekerja dapat mencapai upah yang lebih tinggi, serta meningkatkan kondisi kerja dan manfaat lainnya. Ini dapat meningkatkan standar hidup anggota serikat pekerja dan meratakan pembagian keuntungan ekonomi. Kesenjangan upah serikat juga merupakan aspek yang signifikan. Kesenjangan ini mencerminkan ketidaksetaraan dalam distribusi upah antara pekerja yang tergabung dalam serikat dan yang tidak. Besar kesenjangan upah serikat dapat memperkuat atau meruncingkan ketidaksetaraan ekonomi di dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu, kita harus peduli dengan besarnya kesenjangan upah serikat karena dapat mempengaruhi tingkat ketidaksetaraan dan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan. Dalam kondisi di mana kesenjangan upah serikat memberikan perkiraan keuntungan upah serikat adalah ketika peningkatan upah yang berhasil dinegosiasikan oleh serikat pekerja melebihi besarnya keuntungan yang mungkin diperoleh oleh non- serikat pekerja dalam kondisi pasar tenaga kerja yang kompetitif. Dalam situasi ini, kesenjangan upah serikat dapat menciptakan dorongan ekonomi bagi pekerja untuk bergabung dengan serikat, mencari keuntungan yang lebih tinggi melalui keanggotaan serikat. 10. Apa yang dimaksud dengan ancaman dan efek limpahan? Bagaimana mereka membiaskan perkiraan kami tentang serikat pekerja? efek upah? Jawab: Ancaman dan efek limpahan merujuk pada dua konsep penting dalam analisis ekonomi serikat pekerja dan efek upah. Ancaman limpahan mengacu pada potensi pekerja yang tidak tergabung dalam serikat untuk memperoleh manfaat yang serupa dengan yang dinikmati oleh anggota serikat pekerja melalui ancaman atau tekanan yang diberikan oleh serikat pekerja. Efek limpahan, di sisi lain, terjadi ketika kebijakan atau peningkatan upah yang diperoleh oleh serikat pekerja mempengaruhi upah pekerja non- serikat dalam industri atau sektor yang sama. Ancaman limpahan menjadi faktor penting karena dapat memberikan insentif bagi pekerja non-serikat untuk memperjuangkan keanggotaan dalam serikat pekerja atau untuk menuntut kondisi kerja yang lebih baik. Ancaman ini dapat mendorong efisiensi pasar tenaga kerja dan meningkatkan keadilan dalam distribusi manfaat ekonomi. Efek limpahan, di sisi lain, membiaskan perkiraan tentang serikat pekerja dan efek upah dengan menciptakan ketidakpastian dalam dampak ekonomi yang sebenarnya. Peningkatan upah yang diperoleh oleh serikat pekerja tidak hanya berdampak pada anggota serikat, tetapi juga dapat mempengaruhi upah pekerja non- serikat dalam sektor yang sama. Efek ini dapat mengubah dinamika pasar tenaga kerja dan meruncingkan atau meratakan perbedaan upah antara pekerja yang tergabung dalam serikat dan yang tidak. Dengan kata lain, ancaman dan efek limpahan dapat memperkaya analisis serikat pekerja dan efek upah dengan mempertimbangkan dampak yang meluas ke luar anggota serikat pekerja. Ini menyiratkan bahwa kebijakan serikat pekerja dapat memainkan peran penting dalam membentuk struktur upah dan distribusi pendapatan secara keseluruhan dalam suatu industri atau sektor. 11. Apa hipotesis suara keluar? Apa implikasi dari hipotesis ini untuk produktivitas pekerja yang diamati di perusahaan yang berserikat? Jawab: Hipotesis suara keluar (exit-voice hypothesis) adalah konsep yang diperkenalkan oleh Albert O. Hirschman dalam konteks analisis ekonomi dan organisasi. Hipotesis ini menyatakan bahwa ketika individu atau anggota organisasi menghadapi ketidakpuasan terhadap kondisi atau kebijakan yang ada, mereka memiliki dua opsi utama: suara (voice) atau keluar (exit). Dalam konteks serikat pekerja, hipotesis suara keluar menunjukkan bahwa anggota serikat pekerja yang tidak puas dengan kondisi kerja atau perjanjian dapat memilih antara menyuarakan ketidakpuasan mereka melalui perundingan atau mogok (suara) atau meninggalkan pekerjaan dan mencari pekerjaan baru di tempat lain (keluar). Implikasi dari hipotesis suara keluar terhadap produktivitas pekerja yang diamati di perusahaan yang berserikat adalah kompleks. Dalam satu sisi, keberadaan serikat pekerja yang aktif dan berfungsi dengan baik dapat memberikan saluran bagi pekerja untuk menyuarakan kebutuhan dan keinginan mereka, yang pada gilirannya dapat meningkatkan keadilan dan kesejahteraan pekerja. Jika perusahaan merespons secara positif terhadap suara pekerja, ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih memuaskan dan mendukung, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas. Di sisi lain, jika serikat pekerja tidak mampu mencapai perjanjian yang memuaskan atau jika kelompok pekerja merasa bahwa suara mereka tidak didengar, pekerja dapat memilih opsi keluar. Kepergian pekerja berpotensi mengakibatkan kehilangan keterampilan dan pengalaman yang berharga, yang dapat merugikan produktivitas perusahaan. Dengan demikian, implikasi dari hipotesis suara keluar untuk produktivitas pekerja di perusahaan yang berserikat bergantung pada kemampuan serikat pekerja untuk menyuarakan kebutuhan anggotanya secara efektif dan kemampuan perusahaan untuk merespons dengan kebijakan dan praktik yang mendukung produktivitas dan kepuasan pekerja. 12. Apa itu arbitrase konvensional? Apa itu arbitrase penawaran akhir? Jawab: Arbitrase konvensional adalah proses penyelesaian sengketa di luar jalur peradilan yang melibatkan pihak ketiga netral, yang disebut arbitrator atau arbiter. Pihak yang terlibat dalam sengketa setuju untuk mempertimbangkan keputusan arbitrase sebagai hasil akhir yang mengikat. Arbitrasi konvensional sering digunakan dalam konteks kontrak bisnis, perburuhan, dan berbagai perjanjian lainnya. Prosesnya melibatkan penyajian argumen oleh pihak yang bersengketa kepada arbitror, dan arbitror kemudian membuat keputusan berdasarkan bukti dan argumen yang disampaikan. Keputusan arbitrase konvensional bersifat final dan dapat diterima sebagai dasar untuk pelaksanaan hukum. Sementara itu, arbitrase penawaran akhir (final-offer arbitration) adalah bentuk khusus dari arbitrase di mana pihak yang bersengketa menyampaikan tawaran penyelesaian terakhir mereka kepada arbiter. Arbiter harus memilih salah satu dari dua tawaran penyelesaian tersebut tanpa kemungkinan memodifikasinya. Konsep ini dirancang untuk mendorong pihak yang bersengketa untuk menyusun tawaran yang realistis dan menyelesaikan sengketa dengan cepat. Arbitrase penawaran akhir digunakan dalam situasi di mana sengketa melibatkan penentuan nilai atau kondisi tertentu yang dapat diukur secara kuantitatif. 13. Bagaimana serikat pekerja dan firma mempertimbangkan perilaku arbiter ketika memutuskan tawaran upah mana yang akan diajukan? Jawab: Serikat pekerja dan firma mempertimbangkan perilaku arbiter dengan cermat ketika memutuskan tawaran upah yang akan diajukan dalam proses arbitrase. Pertimbangan ini mencakup evaluasi perilaku, kebijakan, dan keputusan sebelumnya dari arbiter yang mungkin ditunjuk untuk menyelesaikan sengketa upah. Serikat pekerja dan firma dapat melakukan penelitian atau mengakses informasi yang relevan untuk memahami kecenderungan dan preferensi arbiter potensial. Perilaku arbiter yang diharapkan atau yang sudah terlihat dalam kasus-kasus sebelumnya dapat memengaruhi strategi tawaran upah yang dipilih oleh serikat pekerja dan firma. Jika arbiter cenderung mendukung tawaran yang lebih moderat atau konservatif, serikat pekerja dan firma mungkin akan memilih tawaran yang mencerminkan kompromi atau memperhitungkan preferensi arbiter. Pertimbangan juga melibatkan penilaian terhadap keadilan dan kebijakan yang mungkin diterapkan oleh arbiter terhadap tawaran upah. Faktor-faktor seperti pertimbangan terhadap kondisi ekonomi, kebijakan perusahaan, dan keadilan distributif dapat memainkan peran dalam penentuan tawaran yang disampaikan. Dengan demikian, pemahaman perilaku arbiter merupakan aspek penting dari strategi negosiasi serikat pekerja dan firma dalam proses arbitrase upah. Hal ini memungkinkan mereka untuk menyusun tawaran yang dapat mencerminkan preferensi dan kebijakan yang mungkin diterapkan oleh arbiter tertentu, dengan harapan memperoleh keputusan yang lebih menguntungkan dalam penyelesaian sengketa.