Anda di halaman 1dari 10

Nama: Orbit Varasta Prakosa

NIM: F0121184 | Ekonomi SDM dan Ketenagakerjaan Kelas A


S-1 Ekonomi Pembangunan
Tugas 12 – Review Pertanyaan Bab 12

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan penurunan serikat pekerja sektor swasta di


Amerika Serikat sejak pertengahan 1960-an? Faktor-faktor apa yang menyebabkan
peningkatan pesat dalam serikat pekerja sektor publik selama periode yang sama?
Jawab:
Penurunan serikat pekerja di sektor swasta Amerika Serikat sejak pertengahan
1960-an dapat dijelaskan oleh sejumlah faktor kompleks. Pertama, perubahan struktural
dalam ekonomi, termasuk transisi dari sektor manufaktur ke sektor jasa dan
peningkatan signifikansi industri yang lebih terdesentralisasi, telah mengurangi
kekuatan tawar serikat pekerja di sektor swasta. Selain itu, globalisasi ekonomi
menyebabkan pergeseran produksi ke negara-negara dengan biaya tenaga kerja lebih
rendah, yang pada gilirannya mengurangi kekuatan tawar serikat pekerja di Amerika
Serikat.
Tekanan dari perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya
tenaga kerja juga berkontribusi pada penurunan serikat pekerja di sektor swasta.
Beberapa perusahaan mungkin mengadopsi taktik anti-serikat atau melakukan
outsourcing untuk mengurangi biaya tenaga kerja. Selain itu, perubahan regulasi buruh
yang lebih pro-pengusaha dan kebijakan keamanan kerja yang lebih longgar telah
mempengaruhi keberhasilan serikat pekerja di sektor swasta.
Di sisi lain, peningkatan pesat serikat pekerja di sektor publik selama periode
yang sama dapat diatribusikan ke faktor-faktor yang berbeda. Pekerja sektor publik
sering kali tidak terpengaruh oleh globalisasi dan kompetisi internasional sebagaimana
yang terjadi di sektor swasta. Selain itu, kebutuhan untuk melindungi hak-hak pekerja
di sektor publik dan pengaruh politik serikat pekerja dalam proses pengambilan
keputusan di tingkat pemerintahan telah mendukung pertumbuhan serikat pekerja di
sektor publik.
Faktor lain yang mungkin mempengaruhi peningkatan serikat pekerja di sektor
publik adalah sifat pekerjaan yang lebih stabil dan keamanan pekerjaan yang lebih
tinggi dalam sektor publik. Serikat pekerja dapat berperan dalam melindungi
kepentingan pekerja terhadap potensi pemangkasan anggaran dan pengurangan tenaga
kerja yang dapat terjadi dalam sektor swasta. Sebagai hasilnya, sementara faktor-faktor
ekonomi dan struktural telah menyebabkan penurunan serikat pekerja di sektor swasta,
kondisi yang berbeda di sektor publik, termasuk perlindungan pekerja dan stabilitas
pekerjaan, telah mendukung peningkatan pesat serikat pekerja di sektor publik selama
periode yang sama.
2. Apa artinya mengatakan bahwa serikat pekerja memiliki fungsi utilitas? Bagaimana
tepatnya fungsi utilitas ini diturunkan dari preferensi para pekerja?
Jawab:
Mengatakan bahwa serikat pekerja memiliki fungsi utilitas merujuk pada peran
mereka dalam meningkatkan kesejahteraan anggota serikat, yang pada gilirannya
memberikan manfaat yang dianggap positif oleh para pekerja. Fungsi utilitas ini
berkaitan dengan konsep utilitas, yaitu kepuasan atau kebahagiaan yang diperoleh
individu dari suatu keputusan atau tindakan.
Fungsi utilitas serikat pekerja diturunkan dari preferensi para pekerja dengan
cara memperjuangkan hak-hak dan kondisi kerja yang diinginkan oleh anggota serikat.
Serikat pekerja berupaya meningkatkan utilitas atau kepuasan para pekerja dengan
menegosiasikan kontrak kerja yang lebih baik, termasuk upah yang lebih tinggi,
jaminan keamanan pekerjaan, dan kondisi kerja yang lebih baik. Dengan
memperjuangkan kepentingan kolektif, serikat pekerja mencoba meningkatkan
kesejahteraan anggota mereka, sejalan dengan preferensi dan harapan pekerja terhadap
kondisi kerja yang lebih baik.
3. Jelaskan hasil upah-pekerjaan dalam model serikat pekerja monopoli. Jelaskan
mengapa (dan dalam pengertian apa) hasil upah-pekerjaan ini tidak efisien.
Jawab:
Dalam model serikat pekerja monopoli, hasil upah-pekerjaan cenderung
dipengaruhi oleh kekuatan tawar serikat pekerja yang memonopoli pasokan tenaga
kerja. Serikat pekerja memiliki kemampuan untuk menegosiasikan upah yang lebih
tinggi daripada yang akan muncul dalam kondisi persaingan sempurna. Namun, hasil
dari peningkatan upah ini tidak selalu efisien dalam pengertian ekonomi.
Peningkatan upah di bawah serikat pekerja monopoli dapat menciptakan
ketidakseimbangan antara upah dan produktivitas pekerja. Dalam model persaingan
sempurna, upah cenderung mencerminkan tingkat produktivitas seiring dengan
kekuatan pasar yang seimbang. Namun, dalam serikat pekerja monopoli, penentuan
upah dapat lebih dipengaruhi oleh kekuatan tawar serikat pekerja daripada faktor-faktor
produktivitas. Sebagai akibatnya, upah mungkin menjadi lebih tinggi daripada yang
seharusnya, mengakibatkan alokasi sumber daya yang tidak efisien.
Selain itu, hasil upah-pekerjaan dalam model serikat pekerja monopoli juga
dapat menciptakan ketidaksetaraan dan mengakibatkan hilangnya efisiensi secara
keseluruhan. Upah yang lebih tinggi dapat mendorong perusahaan untuk
mempekerjakan lebih sedikit pekerja daripada yang akan mereka lakukan dalam
kondisi persaingan sempurna, karena biaya tenaga kerja yang lebih tinggi merangsang
penggunaan sumber daya yang lebih efisien. Akibatnya, kesempatan kerja dapat
berkurang, dan pasar tenaga kerja mungkin tidak mencapai tingkat penuh pekerjaan
yang efisien.
Dalam pengertian ini, hasil upah-pekerjaan dalam model serikat pekerja
monopoli dianggap tidak efisien karena tidak mencapai alokasi sumber daya yang
optimal. Upah yang ditentukan oleh kekuatan tawar serikat pekerja dapat menyebabkan
ketidakseimbangan antara upah dan produktivitas, serta mengurangi efisiensi
penggunaan tenaga kerja dan alokasi sumber daya secara keseluruhan dalam
perekonomian.
4. Jelaskan bagaimana kita menghitung persentase penurunan pendapatan nasional yang
diakibatkan oleh misalokasi tenaga kerja dalam model serikat pekerja monopoli.
Berapa nilai dolar inefisiensi alokatif ini jika serikat pekerja dan perusahaan mencapai
kontrak dan kontrak yang efisien kurvanya vertikal?
Jawab:
Dalam model serikat pekerja monopoli, persentase penurunan pendapatan
nasional akibat misalokasi tenaga kerja dapat dihitung dengan mempertimbangkan
perbedaan antara pendapatan nasional yang seharusnya terjadi dalam kondisi
persaingan sempurna dan pendapatan aktual dalam kondisi serikat pekerja monopoli.
Pertama, kita perlu menghitung pendapatan nasional yang seharusnya terjadi dengan
mengasumsikan alokasi sumber daya yang efisien, yaitu di bawah kondisi persaingan
sempurna. Selanjutnya, kita membandingkannya dengan pendapatan nasional aktual
yang dipengaruhi oleh tingkat upah yang lebih tinggi yang ditentukan oleh serikat
pekerja monopoli.
Dalam kondisi di mana serikat pekerja dan perusahaan mencapai kontrak dan
kurva kontraknya vertikal (elastisitas permintaan kerja sama dengan satu), nilai
persentase penurunan pendapatan nasional akibat misalokasi tenaga kerja dapat
mencapai puncaknya. Hal ini karena serikat pekerja mampu menetapkan upah yang
jauh di atas tingkat persaingan sempurna, mengakibatkan penggunaan tenaga kerja
yang tidak efisien dan merugikan pendapatan nasional secara keseluruhan. Jika kontrak
dan kurva kontraknya vertikal, nilai dolar inefisiensi alokatif dapat dihitung sebagai
perbedaan antara pendapatan nasional aktual dan pendapatan nasional yang seharusnya.
5. Diskusikan bagaimana serikat pekerja dan perusahaan dapat menjadi lebih baik jika
mereka keluar dari kurva permintaan. Turunkan kurva kontrak.
Jawab:
Ketika serikat pekerja dan perusahaan berhasil keluar dari kurva permintaan,
artinya mereka dapat mencapai tingkat kesepakatan yang lebih baik dan lebih efisien.
Dalam konteks serikat pekerja dan perusahaan keluar dari kurva permintaan, serikat
pekerja dapat menegosiasikan upah yang lebih tinggi tanpa kehilangan pekerjaan. Pada
saat yang sama, perusahaan dapat merespons dengan peningkatan produktivitas atau
efisiensi untuk membenarkan upah yang lebih tinggi.
6. Diskusikan perbedaan antara kontrak yang efisien dan kontrak yang sangat efisien.
Jawab:
Perbedaan antara kontrak yang efisien dan kontrak yang sangat efisien
mencerminkan tingkat efisiensi dan optimasi dalam hubungan antara serikat pekerja
dan perusahaan dalam kondisi pasar tenaga kerja yang kompleks. Kontrak yang efisien
secara umum mengacu pada kesepakatan di antara kedua belah pihak yang
mempertimbangkan seimbang antara upah yang dibayar kepada pekerja dan
produktivitas yang dihasilkan. Di sini, serikat pekerja dan perusahaan mencapai tingkat
upah yang dapat diterima oleh pekerja tanpa mengurangi daya saing perusahaan.
Di sisi lain, kontrak yang sangat efisien menggambarkan tingkat efisiensi yang
lebih tinggi di mana serikat pekerja dan perusahaan mencapai tingkat upah yang
mencerminkan optimalitas alokasi sumber daya. Dalam kontrak yang sangat efisien,
setiap upah yang dibayar kepada pekerja sejalan dengan tingkat produktivitas dan
kontribusi mereka secara maksimal terhadap kesejahteraan perusahaan. Perusahaan
memaksimalkan output sambil membayar upah yang adil kepada pekerja, menciptakan
situasi win-win yang optimal.
Perbedaan ini dapat lebih jelas dilihat melalui perspektif alokasi sumber daya.
Kontrak yang efisien mengejar alokasi sumber daya yang baik, sementara kontrak yang
sangat efisien bertujuan untuk mencapai alokasi sumber daya yang optimal. Dalam
kondisi kontrak yang sangat efisien, tidak ada potensi pemborosan atau
ketidakseimbangan dalam distribusi upah terhadap tingkat produktivitas pekerja.
7. Apa paradoks Hicks?
Paradoks Hicks, juga dikenal sebagai "paradoks pengangguran nyata," merujuk
pada suatu fenomena paradoksal di dalam model ekonomi ketika terjadi pengangguran
di tengah-tengah adanya pekerjaan yang tersedia. Paradoks ini dinamakan berdasarkan
nama ekonom John Hicks yang pertama kali mengidentifikasinya pada tahun 1937.
Dalam konteks paradoks Hicks, terdapat ketidaksesuaian antara penawaran dan
permintaan tenaga kerja di pasar. Meskipun terdapat pekerjaan yang tersedia dan
pekerjaan yang mencari pekerja, banyak pekerja yang tetap menganggur. Paradoks ini
bisa terjadi karena pekerja yang mencari pekerjaan tidak memiliki keterampilan atau
kualifikasi yang sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja, sehingga terdapat
ketidakcocokan (mismatch) antara kualifikasi yang dimiliki pekerja dan persyaratan
pekerjaan yang tersedia.
Beberapa faktor penyebab paradoks Hicks meliputi perubahan struktural dalam
ekonomi, perubahan teknologi, atau perubahan dalam jenis pekerjaan yang diminati
oleh pasar. Pendidikan dan keterampilan pekerja mungkin tidak selalu sejalan dengan
kebutuhan pasar tenaga kerja yang terus berubah, sehingga menciptakan kesenjangan
antara pekerjaan yang tersedia dan kualifikasi pekerja.
Pentingnya peningkatan keterampilan dan kualifikasi pekerja, serta kecocokan
antara pelatihan pekerja dan kebutuhan pasar tenaga kerja, menjadi solusi potensial
untuk mengatasi paradoks Hicks. Oleh karena itu, paradoks ini menyoroti pentingnya
pembangunan keterampilan dan penyesuaian pekerja dengan dinamika pasar tenaga
kerja yang terus berkembang.
8. Jelaskan bagaimana pengusaha “memilih” mogok panjang yang optimal dalam model
di mana terdapat informasi asimetris.
Jawab:
Dalam model dengan informasi asimetris, pengusaha memilih mogok panjang
yang optimal dengan mempertimbangkan sejumlah faktor kunci. Pertama, mereka
menilai biaya mogok panjang, termasuk tuntutan pekerja selama mogok panjang yang
dapat meningkat seiring waktu. Kedua, pengusaha mempertimbangkan biaya
kehilangan produksi sebagai akibat mogok panjang, yang dapat bertambah seiring
berjalannya waktu. Ketiga, daya tahan keuangan pengusaha menjadi pertimbangan, di
mana mereka perlu mengevaluasi sejauh mana mereka mampu menahan kerugian
selama mogok panjang.
Selain itu, respons pekerja terhadap durasi mogok panjang menjadi faktor
penting; semakin sulit bagi pengusaha untuk menemukan pekerja pengganti atau
semakin bersatunya pekerja dapat memengaruhi keputusan pengusaha. Terakhir,
tingkat informasi asimetris memainkan peran kunci, dan pengusaha perlu mencoba
memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap kekuatan dan tekad pekerja.
Langkah-langkah strategis untuk mengurangi ketidakpastian informasi dapat mencakup
survei, komunikasi yang lebih baik, atau strategi lainnya. Keputusan pengusaha tentang
durasi mogok panjang yang optimal adalah hasil dari permainan strategis yang
kompleks dan dapat dipengaruhi oleh dinamika pasar tenaga kerja serta kondisi
ekonomi secara keseluruhan.
9. Tentukan keuntungan upah serikat pekerja dan kesenjangan upah serikat pekerja.
Mengapa kita harus peduli dengan besarnya keuntungan upah serikat? Mengapa kita
harus peduli dengan besarnya kesenjangan upah serikat? Dalam kondisi apa
kesenjangan upah serikat pekerja akan memberikan perkiraan keuntungan upah serikat?
Jawab:
Keuntungan upah serikat pekerja mencakup peningkatan upah dan manfaat
kerja yang diperoleh oleh anggota serikat pekerja melalui perundingan kolektif.
Sementara itu, kesenjangan upah serikat pekerja merujuk pada perbedaan antara tingkat
upah serikat pekerja dan non-serikat pekerja dalam pasar tenaga kerja. Besarnya
keuntungan upah serikat dan kesenjangan upah serikat memiliki dampak yang
signifikan dalam konteks ketidaksetaraan ekonomi dan distribusi pendapatan.
Pentingnya besarnya keuntungan upah serikat terletak pada kemampuannya
untuk meningkatkan kesejahteraan anggota serikat pekerja. Melalui perundingan
kolektif, serikat pekerja dapat mencapai upah yang lebih tinggi, serta meningkatkan
kondisi kerja dan manfaat lainnya. Ini dapat meningkatkan standar hidup anggota
serikat pekerja dan meratakan pembagian keuntungan ekonomi.
Kesenjangan upah serikat juga merupakan aspek yang signifikan. Kesenjangan
ini mencerminkan ketidaksetaraan dalam distribusi upah antara pekerja yang tergabung
dalam serikat dan yang tidak. Besar kesenjangan upah serikat dapat memperkuat atau
meruncingkan ketidaksetaraan ekonomi di dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu,
kita harus peduli dengan besarnya kesenjangan upah serikat karena dapat
mempengaruhi tingkat ketidaksetaraan dan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan.
Dalam kondisi di mana kesenjangan upah serikat memberikan perkiraan
keuntungan upah serikat adalah ketika peningkatan upah yang berhasil dinegosiasikan
oleh serikat pekerja melebihi besarnya keuntungan yang mungkin diperoleh oleh non-
serikat pekerja dalam kondisi pasar tenaga kerja yang kompetitif. Dalam situasi ini,
kesenjangan upah serikat dapat menciptakan dorongan ekonomi bagi pekerja untuk
bergabung dengan serikat, mencari keuntungan yang lebih tinggi melalui keanggotaan
serikat.
10. Apa yang dimaksud dengan ancaman dan efek limpahan? Bagaimana mereka
membiaskan perkiraan kami tentang serikat pekerja? efek upah?
Jawab:
Ancaman dan efek limpahan merujuk pada dua konsep penting dalam analisis
ekonomi serikat pekerja dan efek upah. Ancaman limpahan mengacu pada potensi
pekerja yang tidak tergabung dalam serikat untuk memperoleh manfaat yang serupa
dengan yang dinikmati oleh anggota serikat pekerja melalui ancaman atau tekanan yang
diberikan oleh serikat pekerja. Efek limpahan, di sisi lain, terjadi ketika kebijakan atau
peningkatan upah yang diperoleh oleh serikat pekerja mempengaruhi upah pekerja non-
serikat dalam industri atau sektor yang sama.
Ancaman limpahan menjadi faktor penting karena dapat memberikan insentif
bagi pekerja non-serikat untuk memperjuangkan keanggotaan dalam serikat pekerja
atau untuk menuntut kondisi kerja yang lebih baik. Ancaman ini dapat mendorong
efisiensi pasar tenaga kerja dan meningkatkan keadilan dalam distribusi manfaat
ekonomi.
Efek limpahan, di sisi lain, membiaskan perkiraan tentang serikat pekerja dan
efek upah dengan menciptakan ketidakpastian dalam dampak ekonomi yang
sebenarnya. Peningkatan upah yang diperoleh oleh serikat pekerja tidak hanya
berdampak pada anggota serikat, tetapi juga dapat mempengaruhi upah pekerja non-
serikat dalam sektor yang sama. Efek ini dapat mengubah dinamika pasar tenaga kerja
dan meruncingkan atau meratakan perbedaan upah antara pekerja yang tergabung
dalam serikat dan yang tidak.
Dengan kata lain, ancaman dan efek limpahan dapat memperkaya analisis
serikat pekerja dan efek upah dengan mempertimbangkan dampak yang meluas ke luar
anggota serikat pekerja. Ini menyiratkan bahwa kebijakan serikat pekerja dapat
memainkan peran penting dalam membentuk struktur upah dan distribusi pendapatan
secara keseluruhan dalam suatu industri atau sektor.
11. Apa hipotesis suara keluar? Apa implikasi dari hipotesis ini untuk produktivitas pekerja
yang diamati di perusahaan yang berserikat?
Jawab:
Hipotesis suara keluar (exit-voice hypothesis) adalah konsep yang
diperkenalkan oleh Albert O. Hirschman dalam konteks analisis ekonomi dan
organisasi. Hipotesis ini menyatakan bahwa ketika individu atau anggota organisasi
menghadapi ketidakpuasan terhadap kondisi atau kebijakan yang ada, mereka memiliki
dua opsi utama: suara (voice) atau keluar (exit).
Dalam konteks serikat pekerja, hipotesis suara keluar menunjukkan bahwa
anggota serikat pekerja yang tidak puas dengan kondisi kerja atau perjanjian dapat
memilih antara menyuarakan ketidakpuasan mereka melalui perundingan atau mogok
(suara) atau meninggalkan pekerjaan dan mencari pekerjaan baru di tempat lain
(keluar).
Implikasi dari hipotesis suara keluar terhadap produktivitas pekerja yang
diamati di perusahaan yang berserikat adalah kompleks. Dalam satu sisi, keberadaan
serikat pekerja yang aktif dan berfungsi dengan baik dapat memberikan saluran bagi
pekerja untuk menyuarakan kebutuhan dan keinginan mereka, yang pada gilirannya
dapat meningkatkan keadilan dan kesejahteraan pekerja. Jika perusahaan merespons
secara positif terhadap suara pekerja, ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang
lebih memuaskan dan mendukung, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas.
Di sisi lain, jika serikat pekerja tidak mampu mencapai perjanjian yang
memuaskan atau jika kelompok pekerja merasa bahwa suara mereka tidak didengar,
pekerja dapat memilih opsi keluar. Kepergian pekerja berpotensi mengakibatkan
kehilangan keterampilan dan pengalaman yang berharga, yang dapat merugikan
produktivitas perusahaan.
Dengan demikian, implikasi dari hipotesis suara keluar untuk produktivitas
pekerja di perusahaan yang berserikat bergantung pada kemampuan serikat pekerja
untuk menyuarakan kebutuhan anggotanya secara efektif dan kemampuan perusahaan
untuk merespons dengan kebijakan dan praktik yang mendukung produktivitas dan
kepuasan pekerja.
12. Apa itu arbitrase konvensional? Apa itu arbitrase penawaran akhir?
Jawab:
Arbitrase konvensional adalah proses penyelesaian sengketa di luar jalur
peradilan yang melibatkan pihak ketiga netral, yang disebut arbitrator atau arbiter.
Pihak yang terlibat dalam sengketa setuju untuk mempertimbangkan keputusan
arbitrase sebagai hasil akhir yang mengikat. Arbitrasi konvensional sering digunakan
dalam konteks kontrak bisnis, perburuhan, dan berbagai perjanjian lainnya. Prosesnya
melibatkan penyajian argumen oleh pihak yang bersengketa kepada arbitror, dan
arbitror kemudian membuat keputusan berdasarkan bukti dan argumen yang
disampaikan. Keputusan arbitrase konvensional bersifat final dan dapat diterima
sebagai dasar untuk pelaksanaan hukum.
Sementara itu, arbitrase penawaran akhir (final-offer arbitration) adalah bentuk
khusus dari arbitrase di mana pihak yang bersengketa menyampaikan tawaran
penyelesaian terakhir mereka kepada arbiter. Arbiter harus memilih salah satu dari dua
tawaran penyelesaian tersebut tanpa kemungkinan memodifikasinya. Konsep ini
dirancang untuk mendorong pihak yang bersengketa untuk menyusun tawaran yang
realistis dan menyelesaikan sengketa dengan cepat. Arbitrase penawaran akhir
digunakan dalam situasi di mana sengketa melibatkan penentuan nilai atau kondisi
tertentu yang dapat diukur secara kuantitatif.
13. Bagaimana serikat pekerja dan firma mempertimbangkan perilaku arbiter ketika
memutuskan tawaran upah mana yang akan diajukan?
Jawab:
Serikat pekerja dan firma mempertimbangkan perilaku arbiter dengan cermat
ketika memutuskan tawaran upah yang akan diajukan dalam proses arbitrase.
Pertimbangan ini mencakup evaluasi perilaku, kebijakan, dan keputusan sebelumnya
dari arbiter yang mungkin ditunjuk untuk menyelesaikan sengketa upah. Serikat pekerja
dan firma dapat melakukan penelitian atau mengakses informasi yang relevan untuk
memahami kecenderungan dan preferensi arbiter potensial.
Perilaku arbiter yang diharapkan atau yang sudah terlihat dalam kasus-kasus
sebelumnya dapat memengaruhi strategi tawaran upah yang dipilih oleh serikat pekerja
dan firma. Jika arbiter cenderung mendukung tawaran yang lebih moderat atau
konservatif, serikat pekerja dan firma mungkin akan memilih tawaran yang
mencerminkan kompromi atau memperhitungkan preferensi arbiter.
Pertimbangan juga melibatkan penilaian terhadap keadilan dan kebijakan yang
mungkin diterapkan oleh arbiter terhadap tawaran upah. Faktor-faktor seperti
pertimbangan terhadap kondisi ekonomi, kebijakan perusahaan, dan keadilan distributif
dapat memainkan peran dalam penentuan tawaran yang disampaikan.
Dengan demikian, pemahaman perilaku arbiter merupakan aspek penting dari
strategi negosiasi serikat pekerja dan firma dalam proses arbitrase upah. Hal ini
memungkinkan mereka untuk menyusun tawaran yang dapat mencerminkan preferensi
dan kebijakan yang mungkin diterapkan oleh arbiter tertentu, dengan harapan
memperoleh keputusan yang lebih menguntungkan dalam penyelesaian sengketa.

Anda mungkin juga menyukai