Serikat pekerja (union) adalah asosiasi pekerja yang melakukan tawar-menawar
dengan pemberi kerja mengenai upah dan kondisi kerja. Serikat pekerja merupakan sejenis kartel. Sama seperti semua kartel, serikat pekerja merupakan sekelompok penjual yang bekerja sama dengan harapan menggunakan daya pasar bersama mereka. Banyak pekerja dalam perekonomian membahas upah, tunjangan, dan kondisi kerja mereka dengan perusahaan secara sendiri-sendiri. Sebaliknya, pekerja yang tergabung dalam serikat pekerja melakukan hal itu secara berkelompok. Proses disepakatinya syarat-syarat kerja antara serikat pekerja dan perusahaan disebut dengan tawar-menawar kolektif (collective bargaining). Ketika berunding dengan perusahaan, serikat pekerja meminta upah lebih tinggi, tunjangan lebih besar, dan kondisi kerja yang lebih baik daripada yang ditawarkan oleh perusahaan tanpa adanya serikat pekerja. Jika serikat pekerja dan perusahaan tidak mencapai kesepakatan, serikat pekerja dapat melakukan penarikan pekerja dari perusahaan, yang disebut dengan pemogokan (strike). Karena pemogokan mengurangi produksi, penjualan, dan keuntungan, perusahaan yang menghadapi ancaman pemogokan besar kemungkinan menyetujui untuk membayar upah yang lebih tinggi daripada jika tidak ada ancaman itu. Para ekonom yang mempelajari pengaruh serikat pekerja biasanya menemukan bahwa pekerja yang tergabung ke dalam serikat pekerja memperoleh upah 10 hingga 20 persen lebih tinggi daripada pekerja yang tidak tergabung ke dalam serikat pekerja. Apabila serikat pekerja meningkatkan upah di atas titik keseimbangan, serikat pekerja juga meningkatkan jumlah penawaran tenaga kerja dan mengurangi jumlah permintaan tenaga kerja sehingga menimbulkan pengangguran. Para pekerja yang tetap bekerja menerima keuntungan, namun mereka yang sebelumnya bekerja dan menganggur ketika upah meningkat dirugikan. Memang benar, serikat pekerja sering dianggap sebagai penyebab konflik di antara berbagai kelompok pekerja-antara pihak dalam yang diuntungkan oleh upah serikat pekerja yang tinggi dan pihak luar yang tidak memperoleh pekerjaan dari serikat pekerja. Pihak luar dapat menyikapi status mereka dengan dua alternatif. Sebagian dari mereka tetap menganggur dan menanti kesempatan untuk menjadi pihak dalam dan memperoleh upah serikat pekerja yang tinggi. Sebagian lain mengambil pekerjaan di perusahaan- perusahaan yang tidak memiliki serikat pekerja. Oleh karena itu, apabila serikat pekerja meningkatkan upah di satu bagian perekonomian, penawaran tenaga kerja meningkat di bagian lain perekonomian. Kenaikan penawaran tenaga kerja ini, pada gilirannya, menurunkan upah di industri-industri yang tidak memiliki serikat pekerja. Dengan kata lain, pekerja yang tergabung ke dalam serikat pekerja meraup keuntungan dari tawar-menawar kolektif, sedangkan pekerja yang tidak tergabung ke dalam serikat pekerja menanggung sebagian dari biayanya. Peran serikat pekerja dalam perekonomian sebagian bergantung pada undang-undang yang mengatur organisasi serikat pekerja dan tawar-menawar kolektif. Lazimnya, perjanjian eksplisit di antara anggota kartel dianggap ilegal dan pemerintah dapat menindak perusahaan- perusahaan ini. Sebaliknya, serikat pekerja dikecualikan dari undang-undang ini. APAKAH SERIKAT PEKERJA BAIK ATAU BURUK BAGI PEREKONOMIAN Para pengkritik serikat pekerja berpendapat bahwa serikat pekerja tidak lebih dari sejenis kartel. Apabila serikat pekerja menaikkan upah di atas tingkat yang dapat berlaku di kompetitif, mereka menurunkan jumlah permintaan tenaga kerja, menyebabkan sebagian pasar pekerja menganggur, dan menurunkan upah dalam bidang perekonomian lain. Alokasi tenaga kerja yang terjadi, menurut para pengkritik, tidak efisien dan juga tidak adil. Alokasi tenaga kerja tidak efisien karena upah serikat yang tinggi mengurangi pengangguran di perusahaan berserikat pekerja di bawah tingkat kompetitif yang efisien. Alokasi tersebut tidak adil karena sebagian pekerja diuntungkan dengan mengorbankan pekerja lain. Para pendukung serikat pekerja berpendapat bahwa serikat pekerja diperlukan untuk mengimbangi kekuasaan perusahaan-perusahaan di pasar tenaga kerja. Contoh kasus ekstrem dari kekuasaan pasar tenaga kerja adalah "company town", di mana satu perusahaan mempekerjakan hampir seluruh angkatan kerja yang ada di satu wilayah geografis. Dalam sebuah "company town", jika pekerja tidak menerima upah dan kondisi kerja yang ditawarkan oleh perusahaan itu, mereka tidak memiliki banyak pilihan selain pindah atau berhenti bekerja. Dengan demikian, tanpa adanya serikat pekerja, perusahaan dapat menggunakan kekuatan pasarnya untuk membayar upah lebih rendah dan menawarkan kondisi kerja lebih buruk daripada jika perusahaan itu harus bersaing dengan perusahaan lain untuk pekerja yang sama. Dalam kasus ini, serikat pekerja dapat menyeimbangkan keseimbangan pasar perusahaan dan melindungi para pekerja dari kesewenangan pemilik perusahaan. Para pendukung serikat pekerja juga menyatakan bahwa serikat pekerja penting untuk membantu perusahaan merespons kepentingan pekerja secara efisien. Kapan pun seorang pekerja menerima pekerjaan, pekerja itu dan perusahaan harus sepakat dengan berbagai atribut pekerjaan tersebut selain upah: jam kerja, lembur, cuti tahunan, cuti sakit, tunjangan kesehatan, jadwal promosi, jaminan kerja, dan sebagainya. Dengan mewakili pandangan pekerja terhadap isu-isu ini, serikat pekerja memungkinkan perusahaan untuk menyediakan susunan atribut kerja yang tepat. Bahkan, apabila serikat pekerja berdampak buruk karena mendorong upah di atas titik keseimbangan dan menyebabkan pengangguran maka serikat pekerja berguna dalam membantu perusahaan agar memiliki tenaga kerja yang bahagia dan produktif. Pada akhirnya, tidak ada konsensus di kalangan ekonom tentang apakah serikat pekerja baik atau buruk bagi perekonomian. Sama seperti banyak lembaga, pengaruh serikat pekerja mungkin bermanfaat pada situasi tertentu dan merugikan pada situasi lain.