Anda di halaman 1dari 3

3.

Diskriminasi harga adalah kebijakan di mana penjual membebankan harga berbeda untuk


setiap pelanggan atau kelompok pelanggan. Penjual menetapkan harga sedemikian rupa
sehingga dua pembeli yang bersaing membayar dua harga yang berbeda untuk produk atau
layanan yang sama. Diskriminasi harga akan sangat menguntungkan jika pelanggan yang
berbeda memiliki elastisitas permintaan yang berbeda. Dengan demikian, pendapatan
marjinal di kelompok yang berbeda akan sama hanya jika harga di masing-masing kelompok
bervariasi. Ketika diskriminasi harga dilakukan untuk mengurangi persaingan, misalnya
dengan mengikat harga yang lebih rendah untuk pembelian barang atau jasa lain, maka ini
biasanya akan dikenakan pelanggaran peraturan anti-monopoli.
Berikut ada 3 penggolongan diskriminasi harga beserta penerapannya pada perusahaan yaitu :
a. Diskriminasi harga derajat pertama yaitu kondisi di mana perusahaan menerapkan
harga yang berbeda-beda untuk setiap unit barang yang dijual ke para pelanggan. Contoh dari
bentuk diskriminasi ini adalah dokter di wilayah terpencil yang menerapkan harga untuk
jasanya kepada pasien berdasarkan kemampuan pasiennya. Contoh kedua adalah penjual
berlian yang menentukan harga berlian berdasarkan analisis terhadap kemauan calon pembeli
untuk membayar.
b. Diskriminasi harga derajat kedua yaitu kondisi di mana perusahaan menerapkan harga
yang berbeda-beda untuk beberapa golongan barang yang dijual ke para pelanggan. Contoh
umum diskriminasi derajat kedua adalah praktik declining rate schedules, yaitu pemberlakuan
tingkat harga per unit produk yang semakin rendah untuk pembelian produk dalam jumlah
yang semakin banyak (seperti diskon bagi produk pakaian untuk pembelian lebih dari dua
potong di supermarket atau harga yang lebih rendah bagi produk minuman tertentu dengan
syarat membeli produk makanan tertentu). Contoh lainnya adalah penerapan harga produk
yang lebih murah untuk produk yang memiliki tanda khusus (kupon) atau yang
memiliki kartu belanja di supermarket tertentu.
c. Diskriminasi harga derajat ketiga yaitu kondisi di mana perusahaan menerapkan harga
yang berbeda-beda untuk para pelanggan pada pasar yang berbeda. Contoh dari bentuk
diskriminasi harga ini adalah penerapan harga listrik PLN yang membedakan antara rumah
tangga dan industri (tarif listrik per unit untuk industri lebih mahal). Contoh lainnya adalah
penerapan harga tiket seminar akademis yang berbeda antara mahasiswa S1, mahasiswa S2
dan S3, dan praktisi (harga tiket masuk untuk mahasiswa S1 cenderung lebih murah).

4.
a. Peningkatan kesejahteraan oleh perusahaan.
Perusahaan harusnya dapat memahami kesejahteraan pegawai sebagai salah satu cara
menjaga aset pentingnya yakni karyawan. Tujuan dan manfaat kesejahteraan pegawai pun
sebetulnya tidak hanya dirasakan oleh karyawan saja. Ternyata perusahaan yang lebih
memerhatikan karyawannya juga akan banyak mengalami banyak keuntungan.
Mempertahankan karyawan yang kompeten dan menurunkan angka resign
Perusahaan yang tidak memperdulikan kesejahteraan pegawainya akan rentan dengan
pengurangan karyawan. Kesejahteraan pegawai mempengaruhi employer branding dengan
menumbuhkan atmosfer kerja yang fokus pada kesejahteraan pegawai, perusahaan tidak
hanya mempertahankan karyawan mereka. Perusahaan juga dapat menarik karyawan baru
serta membangun sebuah brand loyalty. Kesejahteraan pegawai juga secara tidak langsung
dapat mempengaruhi employer brand di mata umum. Meningkatkan moral karyawan,
Memahami serta memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan karyawan adalah salah satu cara
untuk meningkatkan moral karyawan. Moral karyawan yang tinggi akan mempengaruhi
semangat mereka untuk berdedikasi pada perusahaan dan menjalankan pekerjaan mereka
dengan lebih serius. Meningkatkan produktivitas dan kehadiran melalui program tunjangan
kesehatan yang berupa asuransi atau mungkin pemberian vaksin kesehatan, ternyata bisa
meningkatkan nilai kehadiran karyawan di kantor. Tidak hanya itu, bila karyawan semakin
sehat biaya untuk melakukan claim asuransi pun semakin berkurang. 
b. Deregulasi pemerintah yang mendorong perkembangan investasi.
strategi pemerintah untuk mendongkrak investasi. Dengan strategi tersebut antara lain fokus
pada pengembangan sektor infrastruktur dan tetap mempertahankan reformasi kebijakan yang
sudah dikerjakan sebelumnya. Pemerintah mendorong pengesahan Omnibus Law dan
mendukung kalangan bisnis dan masyarakat yang terkena dampak Covid-19, investor kerap
menghadapi kesulitan untuk berinvestasi ke Indonesia. "Ini menjadi kunci untuk
memudahkan investasi masuk terutama dalam hal penyederhanaan perizinan hingga kawasan
ekonomi khusus. pemerintah tetap bertekad menciptakan iklim usaha yang kondusif di
Indonesia, Hal ini bertujuan agar para investor kian percaya dan nyaman untuk
menggelontorkan dananya, masih mengincar penanaman modal dari sektor industri yang
menghasilkan produk substitusi impor, pemerintah juga akan lebih gencar menarik investasi
yang dapat menciptakan lapangan kerja atau sektor padat karya. Apalagi, aktivitas industri
selama ini telah terbukti membawa dampak yang luas terhadap perekonomian nasional,
antara lain melalui peningkatan pada nilai tambah bahan baku, penerimaan devisa dari
ekspor, dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, daya tarik lainnya bagi investor, Indonesia
telah menyatakan kesiapan dalam menerapkan industri 4.0 melalui implementasi peta jalan
Making Indonesia 4.0. Karena produksi akan lebih berkualitas dan efisien dengan
penggunaan teknologi digital atau modern.
c. Peningkatan tingkat upah minimum regional (UMR) yang berada di atas tingkat
upah keseimbangan pasar tenaga kerja
Pemberian upah tenaga kerja ditentukan oleh titik keseimbangan (ekuilibrium) antara jumlah
penawaran pasar tenaga kerja dengan jumlah permintaan kebutuhan tenaga kerja di pasar faktor
produksi (produsen). Dalam hal ini pemerintah membuat suatu peraturan yang mengikat terkait
dengan besaran upah minimum tenaga kerja. Kebijakan upah minimum dilakukan pemerintah
dengan menetapkan batas bawah (price floor) upah di atas titik keseimbangan yang seharusnya,
sehingga lebih mensejahterakan para pekerja. Upah minimum regional atau disingkat dengan UMR
adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh pelaku industri (perusahaan) untuk membayar
tenaga kerjanya. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP-226/MEN/2000 tahun 2000 UMR dibagi menjadi dua yaitu Upah minimum provinsi (UMP) dan
upah minimum kabupaten/kota (UMK). UMR ditetapkan oleh pemerintah tiap tahun dengan
memperhatikan komponen kebutuhan biaya hidup di tiap wilayah yang berbeda-beda. Sehingga
menjadi wajar jika UMR tiap wilayah berbeda juga. kebijakan pemerintah tekait penetapan besaran
upah minimum merupakan satu cara untuk meningkatkan pendapatan para pekerja demi
terpenuhinya standar kebutuhan hidup layak (KHL). Seiring dengan bertambahnya pendapatan
pekerja, maka tingkat konsumsi pekerja juga meningkat. Tingkat konsumsi yang meningkat
mendorong munculnya jenis-jenis usaha baru yang berpotensi menambah lapangan pekerjaan baru.
Penetapan upah minimum juga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja dan
produktivitas perusahaan, sehingga akhirnya meningkatkan produktivitas secara nasional.
d. Peningkatan mutu pendidikan dari tenaga kerja
Peningkatan mutu tenaga kerja dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pendidikan para
calon tenaga kerja. Peningkatan pendidikan dapat dilakukan dengan cara memberikan sarana
pendidikan yang mudah, murah, serta berkualitas. Pemberian sarana pendidikan semacam ini
tentu akan membantu meningkatkan mutu para calon tenaga kerja. Selain itu, pemberian
keterampilan untuk para calon tenaga kerja juga merupakan cara untuk meningkatkan
kualitas para calon tenaga kerja, sehingga tenaga kerja yang ada tidak hanya handal dalam hal
akademis, namun juga dapat menjadi tenaga kerja yang kreatif. Hal yang lain yang juga dapat
dilakukan untuk meningkatkan mutu para calon tenaga kerja Indonesia yang hendak bersaing
di pasar persaingan tenaga kerja ialah mendidik mereka agar memiliki kecakapan. Hal ini
penting dimilik para calon tenaga kerja agar mereka tidak gagap dalam menjalankan tugas
dengan lancar, sehingga mereka pun tidak rentan mengalami pemutusan hubungan kerja atau
digantikan dengan tenaga kerja lain yang lebih kompeten. Oleh karena itu, ada baiknya selain
meningkatkan ekonomi dari sektor pariwisata, industri, dan sektor lainnya, pemerintah juga
hendaknya meningkatkan mutu para calon tenaga kerja Indonesia agar siap menghadapi pasar
persaingan tenaga kkerj yang makin sengit.

Anda mungkin juga menyukai