SOSIAL
Oleh:
ABSTRAK
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki keberagaman suku, ras dan budaya.
Untuk itu, diperlukan adanya sebuah bahasa yang menjadi perantara untuk mempersatukan
setiap perbedaan. Dengan demikian, artikel ini bertujuan untuk menganalisis pemberdayaan
Bahasa Indonesia sebagai pembentuk harmoni sosial. Pengumpulan data pada artikel ini
dibuat berdasarkan kajian pustaka dari berbagai sumber. Artikel ini mendiskusikan tentang
bagaimana pemberdayaan Bahasa Indonesia dilakukan sehingga menjadi pembentuk harmoni
sosial. Akhirnya, artikel ini mendiskusikan beberapa hal berkaitan dengan pemberdayaan
bahasa Indonesia sehingga dapat membentuk keharmonian dalam lingkungan masyarakat.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
situasional. Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa adalah status
sosial, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan lain sebagainya.
Faktor situasional meliputi siapa yang berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa,
kapan, dimana, mengenai hal apa, dalam situasi yang bagaimana, apa jalur yang
digunakan, ragam bahasa mana yang digunakan, serta tujuan pembicara (Nababan,
1986:7).
Harmoni sosial berasal dari kata harmoni dan sosial, harmoni artinya serasi
atau selaras, sedangkan sosial artinya berhubungan dengan masyarakat. Harmoni
Sosial adalah kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi dengan tujuan
masyarakat. Harmoni sosial ditandai dengan solidaritas, toleransi, kekompakan dan
kesetiakawanan. Harmoni sosial yang merupakan keadaan dimana adanya
keseimbangan dalam kehidupan.
Namun, di era modern ini sering kali terjadi konflik akibat stratifikasi tertutup,
kesenjangan sosial maupun perbedaan budaya. Stratifikasi tertutup adalah kedudukan
seseorang dalam masyarakat atas dasar kelahirannya. Misalnya adalah sistem kasta
pada agama Hindu, yakni brahmana, ksatria, waisya dan sudra. Dampak negatif dari
adanya sistem kasta ini adalah terjadinya diskriminasi terhadap seseorang, yang dapat
menyebabkan hilangnya keharmonisan masyarakat. Di Indonesia juga rentan dengan
adanya kesenjangan sosial. Dimana terjadinya ketidakseimbangan dalam masyarakat
baik itu dari segi finansial, hukum maupun budaya. Adapun dampak dari adanya
kesenjangan sosial adalah meningkatnya jumlah pengangguran dan kemiskinan,
timbulnya rasa iri hati, serta muncul berbagai tindak kriminal. Selain itu keragaman
budaya khususnya bahasa nyatanya juga dapat memicu konflik dalam masyarakat,
sebab masih banyak masyarakat yang menerapkan bahasa daerah mereka sebagai
simbol identitas kelompok. Beberapa wilayah juga tidak dapat menerima adanya
perbedaan bahasa dan akhirnya menyebabkan konflik dalam masyarakat. Diluar sana
banyak orang yang masih sewenang-wenang dalam bertutur kata dan tidak
memperhatikan perasaan lawan bicara. Sering kali orang tersinggung karena sebuah
ucapan sehingga memicu terjadinya konflik di masyarakat.
Harmoni sosial tidak akan pernah tercapai tanpa adanya kesadaran dalam diri
kita, terlebih manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan interaksi satu sama
lain. Rasanya tidak mungkin manusia bisa hidup tanpa orang lain. Maka dari itu perlu
adanya ketertiban, ketentraman, kesadaran, dan rasa solidaritas yang tinggi dalam
membangun harmoni sosial. Harmoni sosial akan dapat tercapai apabila adanya
kesadaran dalam diri kita masing-masing. Menghargai adanya perbedaan suku, bahasa
2
dan ragam budaya dengan mengedepankan sikap toleransi. Dengan adanya Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional, diharapkan dapat dilakukan pemberdayaan Bahasa
Indonesia guna menciptakan harmoni sosial.
2. Rumusan Masalah:
3. Tujuan:
4. Manfaat
B. PEMBAHASAN
Harmoni Sosial adalah kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi
dengan tujuan masyarakat. Harmoni sosial sangat diperlukan untuk menjaga
ketentraman, keamanan, dan integrasi sosial. Tanpa adanya usaha untuk menciptakan
harmoni sosial, antar individu atau kelompok dalam masyarakat mudah
bersinggungan satu sama lain sehingga menyebabkan konflik sosial. Disini lah
pemberdayaan Bahasa Indonesia sebagai pembentuk harmoni sosial diperlukan.
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi antar masyarakat berupa simbol yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Karena manusia adalah makhluk sosial yang
tentunya akan selalu berinteraksi Bersama orang lain. Selain sebagai alat komunikasi
Bahasa juga bisa berfungsi sebagai dasar atau acuan sekelompok orang dalam
bermasyarakat. Bahasa digunakan sebagai sarana untuk mensugesti tingkah laku dan
3
tindak-tanduk seseorang. Hal ini bisa terlihat di setiap daerah masyarakatnya memiliki
ciri khas dan keunikan bahasanya sendiri. Jadi dengan kata lain Bahasa bisa dijadikan
suatu tujuan masyarakat yang jika seorang atau sekelompok orang hidup sejalan dan
serasi dengan Bahasa masyarakat tersebut maka akan terbentuknya harmoni sosial.
4
dapat saling berkomunikasi dan berkolaborasi tanpa harus mengalami kesulitan
dalam hal bahasa.
6. Bahasa Indonesia dapat membantu masyarakat Indonesia dalam mengembangkan
potensi dan kompetensi mereka. Dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi, maka seluruh warga negara Indonesia dapat mengakses sumber
belajar dan informasi yang tersedia dalam bahasa Indonesia. Hal ini dapat
membantu mereka dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka,
sehingga dapat meningkatkan daya saing dan peluang kerja di masa depan.
Dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, maka diharapkan dapat
terjadi keserasian dan harmoni sosial di antara seluruh warga negara Indonesia.
Bahasa Indonesia dapat menjadi jembatan untuk saling menghargai, menghormati,
dan bekerja sama dalam mengembangkan Indonesia sebagai bangsa yang maju dan
sejahtera.
3. Teori Kesantunan
5
Agar kesantunan berbahasa ini menjadi tradisi dalam masyarakat Indonesia,
maka perlu upaya pembinaan melalui pembiasaan. Membiasakan diri mematuhi
norma-norma berbahasa akan menjadikan generasi bangsa selalu mematuhi tatanan-
tatanan yang ada pada bangsa Indonesia. Kesantunan berbahasa terlihat dari
penggunaan kata-kata tertentu sebagai pilihan kata yang diucapkan seseorang,
diantaranya penggunaan pilihan kata: tolong, maaf, terima kasih, berkenan, beliau,
bapak/Ibu. Selain itu kesantunan berbahasa juga ditandai dengan tutur kata yang
sopan, lemah lembut dan tidak kasar. Kesantunan berbahasa selain berpedoman pada
substansi bahasa juga bepedoman pada etika berbahasa. Dalam praktik berbahasa
kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain. Untuk dapat berkomunikasi dengan
harmonis dan mencapai tujuan komunikasi, kesantunan berbahasa dan etika berbahasa
harus digunakan secara terpadu. Adapun tujuan utama kesantunan berbahasa adalah
memperlancar komunikasi.
Dari hal-hal di atas tadi, tatacara berbahasa fokus untuk menjaga perasaan
lawan bicara. Supaya lawan bicara tidak tersinggung saat berkomunikasi dengan kita.
Dengan demikian Harmoni Sosial dapat tercapai. Norma-norma budaya suku bangsa
atau kelompok masyarakat tertentu mempengaruhi tata cara berbahasa. seperti tata
cara berbahasa orang jawa berbeda dengan tata cara berbahasa batak meskipun sama-
sama berbahasa indonesia. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan yang sudah mendarah
daging pada siri seseorang berpengaruh pada pola berbahasanya. inilah tujuan kita
perlu mempelajari dan memahami norma-norma budaya sebelum dan disamping juga
mempelajari bahasa. karena tata cara berbahasa yang mengikuti norma-norma budaya
akan menghasilkan kesantunan berbahasa yang nantinya akan membentuk harmoni
sosial di kalangan masyarakat. Kesantunan dalam berbahasa Indonesia sangat lah
penting untuk diterapkan agar dapat menjadikan Bahasa Indonesia sebagai pembentuk
harmoni sosial. Bahasa Indonesia selain berfungsi sebagai alat pemersatu juga
menjadi jati diri dan karakter dari bangsa Indonesia dalam konteks inilah kesantunan
berbahasa membentuk karakter seseorang.
6
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa saran yang inggin penulis
sampaikan diantaranya: Pertama: pembaca diharapkan dapat melakukan
pemberdayaan terhadap Bahasa Indonesia agar dapat menciptakan harmoni sosial.
Selain itu, pembaca diharapkan mampu menjaga keharmonian dengan tatacara
berbahasa yang santun dengan memerhatikan apa yang sebaiknya dikatakan pada
waktu dan keadaan tertentu, ragam bahasa apa yang sewajarnya dipakai dalam situasi
tertentu, kapan dan bagaimana giliran berbicara dan pembicaraan sela diterapkan,
bagaimana mengatur kenyaringan suara ketika berbicara, bagaimana sikap dan gerak-
gerik keika berbicara, kapan harus diam dan mengakhiri pembicaraan.
7
DAFTAR PUSTAKA
8
9