Anda di halaman 1dari 31

ANGGARAN DASAR

PT WAHANA OTTOMITRA MULTIARTHA Tbk.

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN


Pasal 1

1. Perseroan Terbatas ini bernama “PT WAHANA OTTOMITRA MULTIARTHA Tbk.” (selanjutnya dalam
Anggaran Dasar cukup disingkat dengan “Perseroan”), berkedudukan di Kota Administrasi Jakarta
Utara.
2. Perseroan dapat membuka cabang atau perwakilan di tempat lain, baik di dalam maupun di luar
wilayah Negara Republik Indonesia sebagaimana ditetapkan oleh Direksi dengan persetujuan Dewan
Komisaris.

JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN


Pasal 2

Perseroan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas dan dimulai pada tanggal 23-12-1982 (dua
puluh tiga Desember seribu sembilan ratus delapan puluh dua).

MAKSUD DAN TUJUAN SERTA KEGIATAN USAHA


Pasal 3

1. Maksud dan tujuan Perseroan ialah berusaha dalam bidang Perusahaan Pembiayaan.
2. Untuk mencapai maksud dan tujuan yang dimaksud ayat 1 Pasal ini Perseroan dapat melaksanakan
kegiatan usaha utama sebagai berikut:
a. Pembiayaan Investasi yang dilakukan dengan cara:
- Sewa pembiayaan (Finance Lease);
- Jual dan Sewa Balik (Sale and Leaseback);
- Anjak Piutang dengan pemberian Jaminan dari Penjual Piutang (Factoring With Recourse);
- Anjak Piutang tanpa Pemberian Jaminan dari Penjual Piutang (Factoring Without Recourse);
- Pembelian dengan Pembayaran Secara Angsuran;
- Pembiayaan Proyek;
- Pembiayaan Infrastruktur; dan/atau
- Pembiayaan lain setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari OJK.
b. Pembiayaan Modal Kerja yang dilakukan dengan cara:
- Jual dan Sewa Balik (Sale and Leaseback);
- Anjak Piutang dengan Pemberian Jaminan dari Penjual Piutang (Factoring With Recourse);
- Anjak Piutang tanpa Pemberian Jaminan dari Penjual Piutang (Factoring Without Recourse);
- Fasilitas Modal Usaha; dan/atau
- Pembiayaan lain setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari OJK.
c. Pembiayaan Multiguna yang dilakukan dengan cara:
- Sewa Pembiayaan (Finance Lease);
- Pembelian dengan Pembayaran Secara Angsuran;
- Fasilitas Dana; dan/atau
- Pembiayaan lain setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari OJK.
d. Kegiatan usaha pembiayaan lain berdasarkan persetujuan OJK.
e. Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, sesuai
1
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh OJK, Pemerintah dan/atau Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia yang berlaku sebagai berikut:
a) Pembiayaan Jual Beli yang dilakukan dengan menggunakan akad:
- Murabahah;
- Salam; dan/atau
- Istishna’.
b) Pembiayaan Investasi yang dilakukan dengan menggunakan akad:
- Mudharabah;
- Musyarakah;
- Mudharabah Musytarakah; dan/atau
- Musyarakah Mutanaqishoh.
c) Pembiayaan Jasa yang dilakukan dengan menggunakan akad:
- Ijarah;
- Ijarah Muntahiyah Bittamlik;
- Hawalah atau Hawalah bil Ujrah;
- Wakalah atau Wakalah bil Ujrah;
- Kafalah atau Kafalah bil Ujrah;
- Ju’alah; dan/atau
- Qardh.
3. Selain kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 di atas, Perseroan dapat melaksanakan
kegiatan usaha penunjang lainnya sebagai berikut:
- Sewa operasi (operating lease);
- Kegiatan berbasis fee sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan; dan/atau
- Mengusahakan usaha-usaha lain yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
maksud tersebut di atas yang pelaksanaannya tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

MODAL
Pasal 4

1. Modal Dasar Perseroan ini ditetapkan sebesar Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar Rupiah)
terbagi atas 5.000.000.000 (lima miliar) saham, masing-masing saham dengan nilai nominal Rp 100,00
(seratus Rupiah).
2. Dari modal dasar tersebut, telah ditempatkan dan disetor penuh dengan uang tunai kepada
Perseroan sejumlah 3.481.481.480 (tiga miliar empat ratus delapan puluh satu juta empat ratus
delapan puluh satu ribu empat ratus delapan puluh) saham, dengan nilai nominal seluruhnya sebesar
Rp348.148.148.000,00 (tiga ratus empat puluh delapan miliar seratus empat puluh delapan juta
seratus empat puluh delapan ribu Rupiah) oleh masing-masing pemegang saham dengan rincian serta
nilai nominal saham yang disebutkan pada bagian sebelum akhir akta ini.
3. Saham-saham yang masih dalam simpanan akan dikeluarkan menurut keperluan modal Perseroan,
pada waktu dan dengan cara, harga serta persyaratan yang ditetapkan oleh Direksi berdasarkan
persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham, dengan cara penawaran umum terbatas, dengan
memperhatikan ketentuan yang termuat dalam Anggaran Dasar ini, Undang-Undang tentang
Perseroan Terbatas, peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal, antara lain
peraturan yang mengatur tentang penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu serta
peraturan Bursa Efek di tempat di mana saham-saham Perseroan dicatatkan.
2
Kuorum dan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham untuk menyetujui pengeluaran saham dalam
simpanan harus memenuhi persyaratan dalam ayat 3 huruf a Pasal 20 Anggaran Dasar ini.
4. Setiap saham dalam simpanan yang dikeluarkan lebih lanjut harus disetor penuh.
5. Dalam hal Rapat Umum Pemegang Saham yang menyetujui pengeluaran saham dalam simpanan
dengan cara penawaran umum terbatas maupun peningkatan modal tanpa hak memesan efek
terlebih dahulu memutuskan jumlah maksimum saham dalam simpanan yang akan dikeluarkan, maka
Rapat Umum Pemegang Saham tersebut harus melimpahkan kewenangan pemberian kuasa kepada
Dewan Komisaris untuk menyatakan jumlah saham yang sesungguhnya telah dikeluarkan dalam
rangka penawaran umum terbatas atau peningkatan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu
tersebut.
6. Jika efek yang bersifat Ekuitas akan dikeluarkan oleh Perseroan, maka:
a. Setiap penambahan modal melalui pengeluaran Efek Bersifat Ekuitas yang dilakukan dengan
pemesanan, maka hal tersebut wajib dilakukan dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (“HMETD”) kepada pemegang saham yang namanya terdaftar dalam daftar pemegang
saham Perseroan pada tanggal yang disampaikan dalam informasi yang diumumkan bersamaan
dengan penyampaian pernyataan pendaftaran, dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah
saham yang telah terdaftar dalam daftar pemegang saham Perseroan atas nama pemegang saham
masing-masing pada tanggal tersebut, sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan.
b. Pengeluaran Efek bersifat ekuitas tanpa memberikan HMETD kepada pemegang saham dapat
dilakukan dalam hal pengeluaran saham untuk perbaikan posisi keuangan dan selain perbaikan
posisi keuangan yang dilakukan sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang
memperbolehkan penambahan modal tanpa HMETD.
c. HMETD wajib dapat dialihkan dan diperdagangkan, dengan mengindahkan ketentuan Anggaran
Dasar ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal.
d. Efek bersifat ekuitas yang akan dikeluarkan oleh Perseroan dan tidak diambil oleh pemegang
HMETD harus dialokasikan kepada semua pemegang saham yang memesan tambahan Efek
bersifat ekuitas, dengan ketentuan apabila jumlah Efek bersifat ekuitas yang dipesan melebihi
jumlah Efek bersifat ekuitas yang akan dikeluarkan, Efek bersifat ekuitas yang tidak diambil
tersebut wajib dialokasikan sebanding dengan jumlah HMETD yang dilaksanakan oleh masing-
masing pemegang saham yang memesan tambahan Efek bersifat ekuitas.
e. Dalam hal masih terdapat sisa Efek bersifat ekuitas yang tidak diambil bagian oleh pemegang
saham sebagaimana dimaksud pada ayat 6 huruf d Pasal ini, maka dalam hal terdapat pembeli
siaga, Efek bersifat ekuitas tersebut wajib dialokasikan kepada Pihak tertentu yang bertindak
sebagai pembeli siaga dengan harga dan syarat-syarat yang sama.
7. Pelaksanaan pengeluaran saham dalam portepel untuk pemegang Efek yang dapat ditukar dengan
saham atau Efek yang mengandung hak untuk memperoleh saham, dapat dilakukan oleh Direksi
berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan terdahulu yang telah menyetujui pengeluaran
Efek tersebut.
8. Penambahan modal disetor menjadi efektif setelah terjadinya penyetoran, dan saham yang
diterbitkan mempunyai hak-hak yang sama dengan saham yang mempunyai klasifikasi yang sama
yang diterbitkan oleh Perseroan, dengan tidak mengurangi kewajiban Perseroan untuk mengurus
pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
9. Penambahan modal dasar Perseroan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham. Perubahan anggaran dasar dalam rangka perubahan modal dasar harus disetujui
oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
10.Penambahan modal dasar yang mengakibatkan modal ditempatkan dan disetor menjadi kurang dari
3
25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar, dapat dilakukan sepanjang:
a. telah memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham untuk menambah modal dasar;
b. telah memperoleh persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
c. penambahan modal ditempatkan dan disetor sehingga menjadi paling sedikit 25% (dua puluh lima
persen) dari modal dasar wajib dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan
setelah persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat 10 huruf b Pasal ini;
d. dalam hal penambahan modal disetor sebagaimana dimaksud pada ayat 10 huruf c Pasal ini tidak
terpenuhi sepenuhnya, maka Perseroan harus mengubah kembali anggaran dasarnya, sehingga
modal disetor menjadi paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar, dalam jangka
waktu 2 (dua) bulan setelah jangka waktu pada ayat 10 huruf c Pasal ini tidak terpenuhi;
e. persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud pada ayat 10 huruf a Pasal ini
termasuk juga persetujuan untuk mengubah anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 10
huruf d Pasal ini.
11.Perubahan anggaran dasar dalam rangka penambahan modal dasar menjadi efektif setelah terjadinya
penyetoran modal yang mengakibatkan besarnya modal disetor menjadi paling sedikit 25% (dua
puluh lima persen) dari modal dasar dan mempunyai hak-hak yang sama dengan saham lainnya yang
diterbitkan oleh Perseroan, dengan tidak mengurangi kewajiban Perseroan untuk mengurus
persetujuan perubahan anggaran dasar dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia atas pelaksanaan penambahan modal disetor tersebut.
12.Perseroan dapat membeli kembali saham-saham yang telah dibayar penuh sampai dengan jumlah
yang ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku di bidang Pasar Modal.

SAHAM
Pasal 5

1. Semua saham yang dikeluarkan oleh Perseroan adalah saham atas nama.
2. Perseroan dapat mengeluarkan saham dengan nilai nominal atau tanpa nilai nominal.
3. Pengeluaran saham tanpa nilai nominal wajib dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di bidang Pasar Modal.
4. Perseroan hanya mengakui seorang atau 1 (satu) badan hukum sebagai pemilik dari 1 (satu) saham.
5. Apabila saham karena sebab apapun menjadi milik beberapa orang, maka mereka yang memiliki
bersama-sama itu diwajibkan untuk menunjuk secara tertulis seorang di antara mereka atau
menunjuk seorang lain sebagai kuasa mereka bersama dan yang ditunjuk atau diberi kuasa itu sajalah
yang berhak mempergunakan hak yang diberikan oleh hukum atas saham tersebut.
6. Selama ketentuan pada ayat 5 Pasal ini belum dilaksanakan, para pemegang saham tersebut tidak
berhak mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham, sedangkan pembayaran dividen
untuk saham itu ditangguhkan.
7. Setiap pemegang saham wajib untuk tunduk kepada Anggaran Dasar dan kepada semua keputusan
yang diambil dengan sah dalam Rapat Umum Pemegang Saham serta peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
8. Untuk saham Perseroan yang dicatatkan pada Bursa Efek di Indonesia berlaku peraturan Bursa Efek di
Indonesia tempat saham Perseroan dicatatkan.

4
SURAT SAHAM
Pasal 6

1. Dalam hal Saham Perseroan tidak masuk dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyelesaian dan
Penyimpanan, maka Perseroan wajib memberikan bukti pemilikan saham berupa surat saham atau
surat kolektif saham kepada pemegang sahamnya.
2. Jika dikeluarkan surat saham, maka untuk setiap saham Perseroan diterbitkan sehelai surat saham.
3. Surat kolektif saham dapat dikeluarkan sebagai bukti pemilikan 2 (dua) atau lebih saham yang dimiliki
oleh seorang pemegang saham.
4. Pada surat saham sekurangnya harus dicantumkan:
a. Nama dan alamat pemegang saham;
b. Nomor surat saham;
c. Nilai nominal saham;
d. Tanggal pengeluaran surat saham;
e. Tanda pengenal sebagaimana akan ditentukan oleh Direksi.
5. Pada surat kolektif saham sekurangnya harus dicantumkan:
a. Nama dan alamat pemegang saham;
b. Nomor surat kolektif saham;
c. Tanggal pengeluaran surat kolektif saham;
d. Nilai nominal saham;
e. Nomor surat saham dan jumlah saham;
f. Tanda pengenal sebagaimana akan ditentukan oleh Direksi.
6. Surat saham dan surat kolektif saham harus dicetak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan ditandatangani oleh Presiden Direktur bersama-sama dengan Presiden Komisaris, apabila
Presiden Direktur atau Presiden Komisaris berhalangan oleh karena sebab apapun juga, hal mana
tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka salah seorang Direktur yang ditunjuk oleh rapat
Direksi dan seorang anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh rapat Dewan Komisaris yang
menandatangani surat tersebut. Tanda tangan tersebut dapat dicetak langsung pada surat saham
atau surat kolektif saham yang bersangkutan.
7. Ketentuan dalam ayat 6 Pasal ini mutatis mutandis berlaku untuk pencetakan dan penandatanganan
obligasi konversi, waran maupun efek lainnya yang dapat dikonversi menjadi saham.
8. Direksi atau kuasa yang ditunjuk olehnya berkewajiban untuk mengadakan daftar pemegang saham
dan dalam daftar itu dicatat nomor-nomor urut surat saham, jumlah saham yang dimiliki, nama-nama
dan alamat-alamat para pemegang saham dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.

PENGGANTI SURAT SAHAM


Pasal 7

1. Dalam hal surat saham rusak, penggantian surat saham tersebut dapat dilakukan jika:
a. Pihak yang mengajukan permohonan penggantian saham adalah pemilik surat saham tersebut;
dan
b. Perseroan telah menerima surat saham yang rusak.
2. Perseroan wajib memusnahkan surat saham yang rusak setelah memberikan penggantian surat
saham.
3. Dalam hal surat saham hilang, penggantian surat saham tersebut dapat dilakukan jika:
a. Pihak yang mengajukan permohonan penggantian saham adalah pemilik surat saham tersebut;
b. Perseroan telah mendapatkan dokumen pelaporan dari Kepolisian Republik Indonesia atas
5
hilangnya surat saham tersebut;
c. Pihak yang mengajukan permohonan penggantian saham memberikan jaminan yang dipandang
cukup oleh Direksi Perseroan; dan
d. Rencana pengeluaran pengganti surat saham yang hilang telah diumumkan di Bursa Efek di mana
saham Perseroan dicatatkan dalam waktu paling kurang 14 (empat belas) hari sebelum
pengeluaran pengganti surat saham.
4. Biaya untuk pengeluaran surat saham pengganti itu harus ditanggung oleh pemilik surat saham yang
bersangkutan.
5. Direksi dalam rapat Direksi harus membuat Berita Acara Rapat mengenai surat saham pengganti
dalam hal surat saham rusak dan/atau surat saham hilang dengan menyebutkan alasannya. Surat
saham asli yang rusak itu dimusnahkan oleh Direksi dalam rapat Direksi, hal mana harus dicatat
dalam Berita Acara Rapat tersebut.
6. Untuk pengeluaran surat saham pengganti dari saham Perseroan yang terdaftar pada Bursa Efek
selain dari sebab-sebab yang diuraikan dalam Pasal ini berlaku peraturan Bursa Efek di tempat
dimana saham-saham Perseroan tersebut dicatatkan, dengan tetap mengindahkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
7. Setelah surat saham pengganti dikeluarkan, maka asli surat saham yang bersangkutan tidak berlaku
lagi terhadap Perseroan.
8. Ketentuan dalam Pasal ini mengenai pengeluaran surat saham pengganti juga berlaku untuk
pengeluaran pengganti surat kolektif saham atau efek bersifat ekuitas.

PENITIPAN KOLEKTIF
Pasal 8

1. Saham dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian harus dicatat dalam
Daftar Pemegang Saham atas nama Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian untuk kepentingan
segenap pemegang rekening pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
2. Saham dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian atau Perusahaan Efek yang dicatat dalam
rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dicatat atas nama Bank Kustodian atau
Perusahaan Efek dimaksud untuk kepentingan pemegang rekening pada Bank Kustodian atau
Perusahaan Efek tersebut.
3. Apabila saham dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian merupakan bagian dari portofolio Efek
Reksa Dana berbentuk kontrak investasi kolektif dan tidak termasuk dalam Penitipan Kolektif pada
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perseroan akan mencatatkan saham tersebut dalam Daftar
Pemegang Saham atas nama Bank Kustodian untuk kepentingan pemilik Unit Penyertaan dari Reksa
Dana berbentuk kontrak investasi kolektif tersebut.
4. Perseroan wajib menerbitkan sertifikat atau konfirmasi tertulis kepada Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian atau Bank Kustodian sebagai tanda bukti pencatatan dalam buku Daftar Pemegang
Saham Perseroan.
5. Perseroan wajib memutasikan saham dalam Penitipan Kolektif yang terdaftar atas nama Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian atau Bank Kustodian untuk Reksa Dana dalam bentuk kontrak
investasi kolektif dalam buku Daftar Pemegang Saham Perseroan menjadi atas nama pihak yang
ditunjuk oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian atau Bank Kustodian dimaksud.
Permohonan mutasi disampaikan oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian atau Bank Kustodian
kepada Perseroan atau Biro Administrasi Efek yang ditunjuk Perseroan.
6. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Bank Kustodian, atau Perusahaan Efek wajib menerbitkan
konfirmasi tertulis kepada pemegang rekening sebagai tanda bukti pencatatan dalam rekening Efek.
6
7. Dalam Penitipan Kolektif, setiap saham dari jenis dan klasifikasi yang sama yang diterbitkan Perseroan
adalah sepadan dan dapat dipertukarkan antara satu dengan yang lain.
8. Perseroan wajib menolak pencatatan saham ke dalam Penitipan Kolektif apabila surat saham
tersebut hilang atau musnah, kecuali Pihak yang meminta mutasi dimaksud dapat memberikan bukti
dan/atau jaminan yang cukup bahwa Pihak tersebut benar-benar sebagai pemegang saham dan surat
saham tersebut benar-benar hilang atau musnah.
9. Perseroan wajib menolak pencatatan saham ke dalam Penitipan Kolektif apabila saham tersebut
dijaminkan, diletakkan dalam sita berdasarkan penetapan pengadilan atau disita untuk pemeriksaan
perkara pidana.
10.Pemegang rekening yang efeknya tercatat dalam Penitipan Kolektif berhak hadir dan/atau
mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan sesuai dengan jumlah saham
yang dimilikinya dalam rekening efek tersebut.
11.Pemegang rekening efek yang berhak mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham
adalah pihak yang namanya tercatat sebagai pemegang rekening efek pada Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian, Bank Kustodian, atau Perusahaan Efek paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum
pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham atau 1 (satu) hari kerja sebelum pemanggilan ulang
Rapat Umum Pemegang Saham.
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, atau Bank Kustodian, atau Perusahaan Efek dalam jangka
waktu yang ditentukan dalam peraturan yang berlaku di Pasar Modal wajib menyampaikan daftar
nama pemegang rekening efek kepada Perseroan untuk didaftarkan dalam buku Daftar Pemegang
Saham yang khusus disediakan untuk Rapat Umum Pemegang Saham dalam jangka waktu yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang pasar modal.
12.Manajer Investasi berhak hadir dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham atas
saham Perseroan yang termasuk dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian, yang merupakan
bagian dari portofolio Efek Reksa Dana berbentuk kontrak investasi kolektif dan tidak termasuk dalam
Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dengan ketentuan bahwa Bank
Kustodian tersebut wajib menyampaikan nama Manajer Investasi tersebut paling lambat 1 (satu) hari
kerja sebelum pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham atau 1 (satu) hari kerja sebelum
pemanggilan ulang Rapat Umum Pemegang Saham.
13.Perseroan wajib menyerahkan dividen, saham bonus, atau hak-hak lain sehubungan dengan
pemilikan saham kepada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian atas saham dalam Penitipan
Kolektif pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan seterusnya Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian tersebut menyerahkan dividen, saham bonus, atau hak-hak lain kepada Bank Kustodian
dan kepada Perusahaan Efek untuk kepentingan masing-masing pemegang rekening pada Bank
Kustodian dan Perusahaan Efek tersebut.
14.Perseroan wajib menyerahkan dividen, saham bonus atau hak-hak lain sehubungan dengan pemilikan
saham kepada Bank Kustodian atas saham dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian yang
merupakan bagian dari portofolio Efek Reksa Dana berbentuk kontrak investasi kolektif dan tidak
termasuk dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
15.Batas waktu penentuan pemegang rekening Efek yang berhak untuk memperoleh dividen, saham
bonus atau hak-hak lainnya sehubungan dengan pemilikan saham dalam Penitipan Kolektif
ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dengan ketentuan bahwa Bank Kustodian dan
Perusahaan Efek wajib menyampaikan daftar pemegang rekening Efek beserta jumlah saham
Perseroan yang dimiliki oleh masing-masing pemegang Rekening Efek tersebut kepada Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, paling lambat pada tanggal yang menjadi dasar penentuan
pemegang saham yang berhak untuk memperoleh dividen, saham bonus atau hak-hak lainnya, untuk
selanjutnya diserahkan kepada Perseroan paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah tanggal yang
7
menjadi dasar penentuan pemegang saham yang berhak untuk memperoleh dividen, saham bonus
atau hak-hak lainnya tersebut.

PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM


Pasal 9

1. Dalam hal terjadi perubahan pemilikan atas suatu saham, pemilik asli yang terdaftar dalam Daftar
Pemegang Saham harus tetap dianggap sebagai pemegang saham sampai nama pemilik baru telah
tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan, dengan tidak mengurangi izin-izin pihak yang
berwenang dan peraturan perundang-undangan serta ketentuan pada Bursa Efek di Indonesia
tempat di mana saham Perseroan dicatatkan.
2. Semua pemindahan hak atas saham harus dibuktikan dengan dokumen yang ditandatangani oleh
atau atas nama pihak yang memindahkan hak dan oleh atau atas nama pihak yang menerima
pemindahan hak atas saham yang bersangkutan.
- Dokumen pemindahan hak atas saham harus memenuhi peraturan di bidang Pasar Modal yang
berlaku di Indonesia, tempat di mana saham Perseroan dicatatkan, dengan tidak mengurangi
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Bentuk dan tata cara pemindahan hak atas saham yang diperdagangkan di Pasar Modal wajib
memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
4. Pemindahan hak atas saham yang termasuk dalam Penitipan Kolektif dilakukan dengan
pemindahbukuan dari rekening Efek satu ke rekening Efek lain pada Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian, Bank Kustodian, dan Perusahaan Efek.
5. Direksi dapat menolak untuk mendaftarkan pemindahan hak atas saham dalam buku Daftar
Pemegang Saham Perseroan apabila cara-cara yang disyaratkan dalam Anggaran Dasar ini tidak
dipenuhi atau apabila salah satu syarat dalam izin yang diberikan kepada Perseroan oleh pihak yang
berwenang atau hal lain yang disyaratkan oleh pihak yang berwenang tidak terpenuhi.
6. Apabila Direksi menolak untuk mencatatkan pemindahan hak atas saham tersebut, dalam waktu 30
(tiga puluh) hari setelah tanggal permohonan untuk pendaftaran itu diterima oleh Direksi Perseroan,
Direksi wajib mengirimkan pemberitahuan penolakan kepada pihak yang akan memindahkan haknya.
Mengenai saham Perseroan yang tercatat pada bursa efek di Indonesia, setiap penolakan untuk
mencatat pemindahan hak harus sesuai dengan peraturan bursa efek di Indonesia yang berlaku di
tempat saham Perseroan dicatatkan.
7. Orang yang mendapat hak atas saham karena kematian seorang pemegang saham atau karena alasan
lain yang menyebabkan kepemilikan suatu saham berubah menurut hukum, dengan mengajukan
bukti-bukti hak sebagaimana sewaktu-waktu disyaratkan oleh Direksi, dapat mengajukan
permohonan secara tertulis untuk didaftar sebagai pemegang saham.
- Pendaftaran hanya dapat dilakukan apabila Direksi dapat menerima baik bukti-bukti hak itu tanpa
mengurangi ketentuan dalam Anggaran Dasar ini serta dengan mengindahkan peraturan yang
berlaku di bursa efek di Indonesia, tempat saham Perseroan dicatatkan.
8. Semua pembatasan, larangan, dan ketentuan dalam Anggaran Dasar ini yang mengatur hak untuk
memindahkan hak atas saham dan pendaftaran pemindahan hak atas saham harus berlaku pula
terhadap setiap pemindahan hak menurut ayat 7 Pasal ini.

DIREKSI
Pasal 10

1. Perseroan diurus dan dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari sedikitnya 3 (tiga) orang anggota Direksi,
8
dengan susunan sebagai berikut:
a. Seorang Presiden Direktur;
b. Seorang Wakil Presiden Direktur (jika diperlukan);
c. Seorang Direktur atau lebih.
2. Yang dapat diangkat sebagai anggota Direksi Perseroan adalah Warga Negara Indonesia dan/atau
Warga Negara Asing yang telah memenuhi syarat untuk diangkat sebagai anggota Direksi Perseroan
berdasarkan ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan
lainnya.
3. Anggota Direksi diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham untuk jangka waktu terhitung sejak
tanggal Rapat Umum Pemegang Saham yang mengangkatnya sampai ditutupnya Rapat Umum
Pemegang Saham tahunan yang ke-3 (tiga) setelah tanggal pengangkatannya tersebut, dengan tidak
mengurangi hak Rapat Umum Pemegang Saham untuk memberhentikan anggota Direksi tersebut
sewaktu-waktu sebelum masa jabatannya berakhir, setelah anggota Direksi tersebut diberikan
kesempatan untuk membela diri, kecuali yang bersangkutan tidak keberatan atas pemberhentiannya
tersebut.
Pemberhentian demikian berlaku sejak penutupan rapat yang memutuskan pemberhentiannya,
kecuali bila tanggal pemberhentiannya ditentukan lain oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
4. Anggota Direksi yang masa jabatannya telah berakhir dapat diangkat kembali.
5. Gaji, uang jasa dan tunjangan lainnya (jika ada) dari para anggota Direksi dari waktu ke waktu harus
ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan wewenang tersebut oleh Rapat Umum
Pemegang Saham dapat dilimpahkan kepada Dewan Komisaris.
6. Apabila oleh suatu sebab apapun semua jabatan anggota Direksi lowong maka dalam jangka waktu
90 (sembilan puluh) hari sejak terjadinya lowongan tersebut harus diselenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham untuk mengangkat Direksi baru, dan untuk sementara Perseroan diurus oleh
Dewan Komisaris.
7. Rapat Umum Pemegang Saham berhak pada setiap waktu mengangkat seorang anggota Direksi atau
lebih untuk menambah jumlah anggota Direksi yang ada atau untuk menggantikan anggota Direksi
yang diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir atau jika terjadi lowongan dalam Direksi
sebagaimana diuraikan dalam Pasal ini, dengan tetap mengindahkan ketentuan lain dalam Anggaran
Dasar ini.
8. Seseorang yang diangkat untuk menggantikan anggota Direksi yang berhenti atau dihentikan dari
jabatannya atau untuk mengisi lowongan harus diangkat untuk jangka waktu yang merupakan sisa
jabatan anggota Direksi lain yang menjabat.
9. Anggota Direksi berhak mengundurkan diri dari jabatannya dan wajib secara tertulis menyampaikan
permohonan pengunduran diri kepada Perseroan paling kurang 90 (sembilan puluh) hari sebelum
tanggal pengunduran dirinya.
10.Perseroan wajib menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk memutuskan permohonan
pengunduran diri anggota Direksi dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah
diterimanya surat permohonan pengunduran diri.
Terhadap anggota Direksi yang mengundurkan diri sebagaimana tersebut di atas tetap dimintakan
pertanggungjawabannya sebagai anggota Direksi sejak pengangkatan yang bersangkutan hingga
tanggal pengunduran dirinya sebagai anggota Direksi dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
11.Dalam hal anggota Direksi mengundurkan diri sehingga mengakibatkan jumlah anggota Direksi
menjadi kurang dari 3 (tiga) orang, maka pengunduran diri tersebut sah apabila telah ditetapkan oleh
Rapat Umum Pemegang Saham dan telah diangkat anggota Direksi yang baru sehingga memenuhi
persyaratan minimal jumlah anggota Direksi.
12.Dalam hal terdapat anggota Direksi yang diberhentikan sementara oleh Dewan Komisaris, maka
9
Perseroan wajib menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham dalam jangka waktu paling
lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal pemberhentian sementara.
13.Dalam hal Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud dalam ayat 12 Pasal ini tidak dapat
mengambil keputusan atau setelah lewatnya jangka waktu dimaksud Rapat Umum Pemegang Saham
tidak diselenggarakan, maka pemberhentian sementara anggota Direksi menjadi batal.
14.Apabila jabatan Presiden Direktur lowong dan selama penggantinya belum diangkat atau belum
memangku jabatannya, maka salah seorang Direktur yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris akan
menjalankan kewajiban Presiden Direktur dengan sebutan pejabat sementara Presiden Direktur, dan
mempunyai wewenang serta tanggung jawab yang sama sebagai Presiden Direktur untuk hal-hal yang
bersifat intern Perseroan.
15.Usulan pengangkatan, pemberhentian, dan/atau penggantian anggota Direksi kepada Rapat Umum
Pemegang Saham harus memperhatikan rekomendasi dari Dewan Komisaris atau komite yang
menjalankan fungsi nominasi.
16.Jabatan anggota Direksi berakhir, apabila:
a. Dinyatakan pailit atau ditaruh di bawah pengampuan berdasarkan suatu keputusan pengadilan;
atau
b. Mengundurkan diri sesuai ketentuan ayat 9 dan 10 Pasal ini; atau
c. Tidak lagi memenuhi persyaratan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-
undangan lainnya; atau
d. Meninggal dunia; atau
e. Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham; atau
f. Masa jabatannya berakhir dan tidak diangkat kembali.

TUGAS DAN WEWENANG DIREKSI


Pasal 11

1. Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya melakukan pengurusan Perseroan
untuk kepentingan Perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya.
2. Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya
dengan mengindahkan peraturan perundangan yang berlaku dan Anggaran Dasar ini.
3. 2 (dua) orang anggota Direksi secara bersama-sama berhak mewakili Direksi, dan oleh karena itu
mewakili Perseroan secara sah dan secara langsung di dalam dan di luar pengadilan tentang segala
hal dan dalam segala kejadian, dan di dalam menjalankan tugas itu, ia mempunyai hak untuk
mengikat Perseroan dengan pihak lain atau pihak lain dengan Perseroan, serta pula untuk membuat
segala penyesuaian dan perjanjian, yang mengenai tindakan kepengurusan dan tindakan kepemilikan
dengan pembatasan yang ditetapkan dalam ayat 4 dan 5 Pasal ini dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang Pasar Modal.
4. Direksi harus mendapatkan persetujuan tertulis dari atau akta yang berkenan turut ditandatangani
oleh Dewan Komisaris Perseroan, untuk:
a. Perbuatan hukum mengalihkan/melepaskan hak atas harta kekayaan Perseroan (yang jumlahnya
melebihi batas yang dari waktu ke waktu ditetapkan oleh rapat Dewan Komisaris) dan/atau
menjadikan jaminan hutang harta kekayaan Perseroan yang tidak tunduk pada ketentuan ayat 5
Pasal ini;
b. Memberikan jaminan perusahaan (corporate guarantee) untuk kepentingan pihak lain;
c. Memperoleh dengan cara apapun barang tidak bergerak, termasuk hak atas tanah;
d. Memperoleh atau melepaskan penyertaan pada perusahaan lain;
e. Menerima pinjaman uang dari siapapun;
10
f. Memberikan pinjaman uang kepada siapapun, kecuali dalam kegiatan usaha sehari-hari;
g. Membuat atau mengakhiri atau membatalkan perjanjian manajemen (management agreement)
dan/atau perjanjian bantuan teknik (technical assistance agreement) dan/atau perjanjian lisensi
(licensing agreement).
5. Perbuatan hukum untuk mengalihkan, melepaskan hak atau menjadikan jaminan utang seluruh atau
lebih dari 50% (lima puluh persen) dari jumlah kekayaan bersih Perseroan, baik dalam 1 (satu)
transaksi atau beberapa transaksi yang berdiri sendiri ataupun yang berkaitan satu sama lain dalam 1
(satu) tahun buku harus mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham yang dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilangsungkan jika Rapat Umum Pemegang Saham dihadiri
oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara yang sah.
b. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud pada ayat 5 huruf a Pasal ini
adalah sah jika disetujui oleh lebih dari 3/4 (tiga per empat) bagian dari seluruh saham dengan hak
suara yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
c. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat 5 huruf a Pasal ini tidak tercapai, Rapat
Umum Pemegang Saham kedua dapat diadakan dengan ketentuan Rapat Umum Pemegang Saham
kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika Rapat Umum Pemegang Saham dihadiri oleh
pemegang saham yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara yang sah.
d. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham kedua adalah sah jika disetujui oleh lebih dari 3/4 (tiga
per empat) bagian dari seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham.
e. Dalam hal kuorum kehadiran pada Rapat Umum Pemegang Saham kedua sebagaimana dimaksud
ayat 5 huruf c Pasal ini tidak tercapai, Rapat Umum Pemegang Saham ketiga dapat diadakan
dengan ketentuan Rapat Umum Pemegang Saham ketiga sah dan berhak mengambil keputusan
jika dihadiri oleh pemegang saham dari saham dengan hak suara yang sah dalam kuorum
kehadiran dan kuorum keputusan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan atas permohonan
Perseroan.
6. Dalam hal anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan, maka yang berhak
mewakili Perseroan adalah:
a. Anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan dan yang
ditunjuk oleh rapat Direksi;
b. Dewan Komisaris, dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan
Perseroan; atau
c. Pihak lain yang ditunjuk oleh Rapat Umum Pemegang Saham, dalam hal seluruh anggota Direksi
atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.
7. Tanpa mengurangi tanggung jawabnya, Direksi untuk perbuatan tertentu berhak pula mengangkat
seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan syarat yang ditentukan oleh Direksi dalam
suatu surat kuasa khusus, wewenang yang demikian harus dilaksanakan sesuai dengan Anggaran
Dasar.
8. Segala tindakan dari para anggota Direksi yang bertentangan dengan Anggaran Dasar adalah tidak
sah.
9. Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang
Saham dan wewenang tersebut oleh Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilimpahkan kepada
Dewan Komisaris.

11
RAPAT DIREKSI
Pasal 12

1. Penyelenggaraan rapat Direksi wajib diadakan dalam paling kurang 1 (satu) kali dalam setiap bulan
dan dapat diadakan setiap waktu bilamana dipandang perlu.
2. Direksi wajib mengadakan rapat Direksi bersama Dewan Komisaris secara berkala paling kurang 1
(satu) kali dalam 4 (empat) bulan.
3. Anggota Direksi Perseroan wajib menghadiri rapat Direksi paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari
jumlah rapat Direksi dalam periode 1 (satu) tahun.
Kehadiran anggota Direksi dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 Pasal ini wajib
diungkapkan dalam laporan tahunan Perseroan.
4. Direksi harus menjadwalkan rapat, sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 Pasal ini, untuk
tahun berikutnya sebelum berakhirnya tahun buku dan menyampaikan bahan rapat kepada peserta
paling lambat 5 (lima) hari sebelum rapat diselenggarakan.
Dalam hal terdapat rapat yang diselenggarakan di luar jadwal yang telah disusun, bahan rapat
disampaikan kepada peserta rapat paling lambat sebelum rapat diselenggarakan.
5. Pemanggilan rapat Direksi dilakukan oleh anggota Direksi yang berhak bertindak untuk dan atas nama
Direksi menurut ketentuan Pasal 11 Anggaran Dasar ini.
6. Pemanggilan tertulis rapat Direksi dan/atau rapat yang diadakan bersama Dewan Komisaris harus
disampaikan langsung kepada setiap anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris dengan mendapat
tanda terima atau dengan telex atau facsimile atau dengan menggunakan sarana elektronik paling
lambat 5 (lima) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan
dan tanggal rapat.
7. Pemanggilan rapat itu harus mencantumkan acara, tanggal, waktu dan tempat rapat.
8. Rapat Direksi diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau tempat kegiatan usaha Perseroan.
Apabila semua anggota Direksi hadir atau diwakili, pemanggilan terlebih dahulu tersebut tidak
disyaratkan dan rapat Direksi dapat diadakan di manapun juga dan berhak mengambil keputusan
yang sah dan mengikat.
9. Rapat Direksi dipimpin oleh Presiden Direktur, dalam hal Presiden Direktur berhalangan atau tidak
hadir karena alasan apapun hal mana tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka rapat Direksi
akan dipimpin oleh salah seorang anggota Direksi lainnya yang ditunjuk oleh rapat.
10.Seorang anggota Direksi dapat diwakili dalam rapat Direksi hanya oleh anggota Direksi lainnya
berdasarkan surat kuasa.
11.Rapat Direksi adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila lebih dari 1/2 (satu
per dua) dari seluruh jumlah anggota Direksi hadir atau diwakili dalam rapat.
12.Keputusan rapat Direksi harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Apabila tidak
tercapai maka keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara setuju lebih dari 1/2
(satu per dua) dari anggota Direksi yang hadir.
13.Apabila suara yang setuju dan yang tidak setuju berimbang, ketua rapat Direksi yang akan
menentukan.
14.a. Setiap anggota Direksi yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1 (satu) suara
untuk setiap anggota Direksi lain yang diwakilinya.
b. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda tangan
sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara lisan, kecuali ketua rapat
menentukan lain tanpa ada keberatan dari yang hadir.
c. Suara blanko dan suara yang tidak sah dianggap tidak dikeluarkan secara sah dan dianggap tidak
ada serta tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
12
15.Selain penyelenggaraan rapat Direksi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ayat 8 Pasal ini, rapat
Direksi dapat juga dilakukan melalui media telekonferensi, video konferensi atau melalui sarana
media elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta rapat Direksi saling melihat dan
mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat Direksi.
16.Risalah rapat hasil penyelenggaraan rapat Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Pasal ini harus
dibuat secara tertulis oleh seorang yang hadir dalam rapat dan ditunjuk oleh ketua rapat serta
selanjutnya ditandatangani seluruh anggota Direksi yang hadir dan kemudian risalah rapat tersebut
disampaikan kepada seluruh anggota Direksi.
Risalah rapat hasil penyelenggaraan rapat Direksi merupakan bukti yang sah untuk para anggota
Direksi dan untuk pihak ketiga mengenai keputusan yang diambil dalam rapat Direksi yang
bersangkutan. Apabila risalah rapat dibuat oleh Notaris, penandatanganan demikian tidak
diisyaratkan.
17.Risalah rapat hasil penyelenggaraan rapat Direksi bersama Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 Pasal ini harus dibuat secara tertulis oleh seorang yang hadir dalam rapat dan ditunjuk
oleh ketua rapat serta selanjutnya ditandatangani seluruh anggota Direksi serta Dewan Komisaris
yang hadir dan kemudian risalah rapat tersebut disampaikan kepada seluruh anggota Direksi dan
Dewan Komisaris.
Risalah rapat hasil penyelenggaraan rapat Direksi bersama Dewan Komisaris merupakan bukti yang
sah untuk para anggota Direksi dan Dewan Komisaris maupun untuk pihak ketiga mengenai
keputusan yang diambil dalam rapat Direksi bersama Dewan Komisaris yang bersangkutan. Apabila
risalah rapat dibuat oleh Notaris, penandatanganan demikian tidak diisyaratkan.
18.Dalam hal terdapat anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris yang tidak menandatangani hasil
rapat sebagaimana dimaksud pada ayat 16 dan 17 Pasal ini, yang bersangkutan wajib menyebutkan
alasannya secara tertulis dalam surat tersendiri yang dilekatkan pada risalah rapat.
19.Direksi dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat Direksi, dengan
ketentuan semua anggota Direksi telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota Direksi
memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis dengan menandatangani
persetujuan tersebut. Keputusan yang diambil dengan cara demikian mempunyai kekuatan yang
sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam rapat Direksi.

DEWAN KOMISARIS
Pasal 13

1. Dewan Komisaris terdiri dari sedikitnya 3 (tiga) orang anggota Dewan Komisaris, dengan susunan
sebagai berikut:
a. Seorang Presiden Komisaris;
b. Seorang Wakil Presiden Komisaris (jika diperlukan);
c. Seorang Komisaris atau lebih.
2. Yang dapat diangkat sebagai anggota Dewan Komisaris Perseroan adalah Warga Negara Indonesia
dan/atau Warga Negara Asing yang telah memenuhi syarat untuk diangkat sebagai anggota Dewan
Komisaris Perseroan berdasarkan ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan
perundang-undangan lainnya.
3. Anggota Dewan Komisaris diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham untuk jangka waktu
terhitung sejak tanggal Rapat Umum Pemegang Saham yang mengangkatnya sampai ditutupnya
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang ke-3 (tiga) setelah tanggal pengangkatannya tersebut,
dengan tidak mengurangi hak Rapat Umum Pemegang Saham untuk memberhentikan anggota
Dewan Komisaris tersebut sewaktu-waktu sebelum masa jabatannya berakhir, setelah anggota
13
Dewan Komisaris tersebut diberikan kesempatan untuk membela diri, kecuali yang bersangkutan
tidak keberatan atas pemberhentian tersebut.
Pemberhentian demikian berlaku sejak penutupan rapat yang memutuskan pemberhentiannya,
kecuali bila tanggal pemberhentiannya ditentukan lain oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
4. Anggota Dewan Komisaris yang masa jabatannya telah berakhir dapat diangkat kembali.
5. Gaji atau honorarium dan tunjangan lainnya (jika ada) dari para anggota Dewan Komisaris dari waktu
ke waktu harus ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
6. Apabila oleh suatu sebab apapun semua jabatan anggota Dewan Komisaris lowong maka dalam
jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari sejak terjadinya lowongan tersebut harus diselenggarakan
Rapat Umum Pemegang Saham untuk mengangkat Dewan Komisaris baru.
7. Rapat Umum Pemegang Saham berhak pada setiap waktu mengangkat seorang anggota Dewan
Komisaris atau lebih untuk menambah jumlah anggota Dewan Komisaris yang ada atau untuk
menggantikan anggota Dewan Komisaris yang diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir atau
jika terjadi lowongan dalam Dewan Komisaris sebagaimana diuraikan dalam Pasal ini, dengan tetap
mengindahkan ketentuan lain dalam Anggaran Dasar ini.
8. Seseorang yang diangkat untuk menggantikan anggota Komisaris yang berhenti atau dihentikan dari
jabatannya atau untuk mengisi lowongan harus diangkat untuk jangka waktu yang merupakan sisa
jabatan anggota Komisaris lain yang menjabat.
9. Seorang anggota Dewan Komisaris berhak mengundurkan diri dari jabatannya dan wajib secara
tertulis menyampaikan permohonan pengunduran diri kepada Perseroan paling kurang 90 (sembilan
puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.
10.Perseroan wajib menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk memutuskan permohonan
pengunduran diri anggota Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh)
hari setelah diterimanya surat permohonan pengunduran diri.
Terhadap anggota Dewan Komisaris yang mengundurkan diri sebagaimana tersebut di atas tetap
dimintakan pertanggungjawabannya sebagai anggota Dewan Komisaris sejak pengangkatan yang
bersangkutan hingga tanggal pengunduran dirinya sebagai anggota Dewan Komisaris dalam Rapat
Umum Pemegang Saham.
11.Dalam hal anggota Dewan Komisaris mengundurkan diri sehingga mengakibatkan jumlah anggota
Dewan Komisaris masing-masing menjadi kurang dari 3 (tiga) orang, maka pengunduran diri tersebut
sah apabila telah ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan telah diangkat Dewan
Komisaris yang baru sehingga memenuhi persyaratan minimal jumlah anggota Dewan Komisaris.
12.Usulan pengangkatan, pemberhentian dan/atau penggantian anggota Dewan Komisaris kepada Rapat
Umum Pemegang Saham harus memperhatikan rekomendasi dari Dewan Komisaris atau komite yang
menjalankan fungsi nominasi.
13.Jabatan anggota Dewan Komisaris berakhir, apabila:
a. Dinyatakan pailit atau ditaruh di bawah pengampuan berdasarkan suatu keputusan pengadilan;
atau
b. Mengundurkan diri sesuai ketentuan ayat 9 dan ayat 10 Pasal ini; atau
c. Tidak lagi memenuhi persyaratan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-
undangan lainnya; atau
d. Meninggal dunia; atau
e. Diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham; atau
f. Masa jabatannya berakhir dan tidak diangkat kembali.

14
TUGAS DAN WEWENANG DEWAN KOMISARIS
Pasal 14

1. Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan Direksi dalam menjalankan Perseroan serta
memberikan nasihat kepada Direksi.
2. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan
tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundangan yang berlaku dan Anggaran Dasar ini.
3. Anggota Dewan Komisaris baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri setiap waktu dalam jam kerja
kantor Perseroan berhak memasuki bangunan dan halaman atau tempat lain yang dipergunakan atau
yang dikuasai oleh Perseroan dan berhak memeriksa semua pembukuan, surat dan alat bukti lainnya,
memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain-lain serta berhak untuk mengetahui segala
tindakan yang telah dijalankan oleh Direksi.
4. Dalam menjalankan tugas Dewan Komisaris berhak memperoleh penjelasan dari Direksi atau setiap
anggota Direksi tentang segala hal yang diperlukan oleh Dewan Komisaris.
5. Direksi dan setiap anggota Direksi wajib untuk memberikan penjelasan tentang segala hal yang
ditanyakan oleh anggota Dewan Komisaris.
6. Dewan Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara seorang atau lebih anggota
Direksi, apabila anggota Direksi tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku atau merugikan maksud dan tujuan Perseroan atau
melalaikan kewajibannya.
7. Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan disertai
alasannya.
8. Dalam jangka waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal pemberhentian
sementara, Dewan Komisaris harus menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk
mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara tersebut.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud, anggota Direksi yang bersangkutan
diberi kesempatan untuk hadir guna membela diri.
9. Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud pada ayat 8 Pasal ini dipimpin oleh Presiden
Komisaris dan apabila Presiden Komisaris tidak hadir, hal tersebut tidak perlu dibuktikan kepada
pihak lain, maka Rapat Umum Pemegang Saham dipimpin oleh salah seorang anggota Dewan
Komisaris lainnya yang hadir dan ditunjuk untuk tujuan tersebut diantara anggota Dewan Komisaris
yang hadir dalam rapat.
10.Dengan lampaunya jangka waktu penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana
yang dimaksud pada ayat 8 Pasal ini atau Rapat Umum Pemegang Saham tidak dapat mengambil
keputusan, maka pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat 6 Pasal ini menjadi
batal.
11.Apabila seluruh anggota Direksi diberhentikan sementara dan Perseroan tidak mempunyai
seorangpun anggota Direksi maka untuk sementara Dewan Komisaris diwajibkan untuk mengurus
Perseroan, dalam hal demikian rapat Dewan Komisaris berhak untuk memberikan kekuasaan
sementara kepada seorang atau lebih di antara mereka atas tanggungan mereka bersama, satu dan
lain hal dengan memperhatikan ketentuan ayat 8 Pasal ini.

RAPAT DEWAN KOMISARIS


Pasal 15

1. Dewan Komisaris wajib mengadakan rapat paling kurang 1 (satu) kali dalam 2 (dua) bulan.
2. Dewan Komisaris wajib mengadakan rapat bersama Direksi secara berkala paling kurang 1 (satu) kali
15
dalam 4 (empat) bulan.
3. Anggota Dewan Komisaris Perseroan wajib menghadiri rapat Dewan Komisaris paling sedikit 75%
(tujuh puluh lima persen) dari jumlah rapat Dewan Komisaris dalam periode 1 (satu) tahun.
Kehadiran anggota Dewan Komisaris dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
Pasal ini wajib diungkapkan dalam laporan tahunan Perseroan.
4. Dewan Komisaris harus menjadwalkan rapat, sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 Pasal ini,
untuk tahun berikutnya sebelum berakhirnya tahun buku dan menyampaikan bahan rapat kepada
peserta paling lambat 5 (lima) hari sebelum rapat diselenggarakan.
Dalam hal terdapat rapat yang diselenggarakan di luar jadwal yang telah disusun, bahan rapat
disampaikan kepada peserta rapat paling lambat sebelum rapat diselenggarakan.
5. Penyelenggaraan rapat Dewan Komisaris dapat dilakukan setiap waktu apabila dipandang perlu:
a. Oleh seorang atau lebih anggota Dewan Komisaris;
b. Atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota Dewan Komisaris; atau
c. Atas permintaan tertulis dari 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama
mewakili 1/10 (satu per sepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara.
6. Pemanggilan rapat Dewan Komisaris dilakukan oleh Presiden Komisaris, dalam hal Presiden Komisaris
berhalangan maka pemanggilan dilakukan oleh 2 (dua) orang anggota Dewan Komisaris lainnya.
7. Pemanggilan tertulis rapat Dewan Komisaris dan/atau rapat yang diadakan bersama Direksi
disampaikan langsung kepada setiap anggota Dewan Komisaris dan/atau Direksi dengan mendapat
tanda terima atau dengan telex atau facsimile atau dengan menggunakan sarana elektronik paling
lambat 5 (lima) hari sebelum rapat diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan
dan tanggal rapat.
8. Pemanggilan rapat itu harus mencantumkan acara, tanggal, waktu dan tempat rapat.
9. Rapat Dewan Komisaris diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau tempat kegiatan usaha
Perseroan. Apabila semua anggota Dewan Komisaris hadir atau diwakili, pemanggilan terlebih dahulu
tersebut tidak disyaratkan dan rapat Dewan Komisaris dapat diadakan dimanapun juga dan berhak
mengambil keputusan yang sah dan mengikat.
10.Rapat Dewan Komisaris dipimpin oleh Presiden Komisaris, dalam hal Presiden Komisaris tidak dapat
hadir atau berhalangan yang tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, rapat Dewan Komisaris
dipimpin oleh seorang anggota Dewan Komisaris yang dipilih oleh dan dari antara anggota Dewan
Komisaris yang hadir.
11.Seorang anggota Dewan Komisaris dapat diwakili dalam rapat Dewan Komisaris hanya oleh anggota
Dewan Komisaris lainnya berdasarkan surat kuasa.
12.Rapat Dewan Komisaris adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila lebih
dari 1/2 (satu per dua) dari seluruh jumlah anggota Dewan Komisaris hadir atau diwakili dalam rapat.
13.Keputusan rapat Dewan Komisaris harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Apabila
tidak tercapai maka keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara setuju lebih dari
1/2 (satu per dua) dari anggota Dewan Komisaris yang hadir.
14.Apabila suara yang setuju dan yang tidak setuju berimbang, ketua rapat Dewan Komisaris yang akan
menentukan.
15.a. Setiap anggota Dewan Komisaris yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1
(satu) suara untuk setiap anggota Dewan Komisaris lain yang diwakilinya;
b. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda tangan
sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara lisan, kecuali ketua rapat
menentukan lain tanpa ada keberatan dari yang hadir;
c. Suara blanko dan suara yang tidak sah dianggap tidak dikeluarkan secara sah dan dianggap tidak
ada serta tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara yang dikeluarkan.
16
16.Selain penyelenggaraan rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat 9 Pasal ini, rapat
Dewan Komisaris dapat juga dilakukan melalui media telekonferensi, video konferensi atau melalui
sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta rapat Dewan Komisaris saling
melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat Dewan Komisaris.
17.Risalah rapat hasil penyelenggaraan rapat Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus
dibuat secara tertulis oleh seorang yang hadir dalam rapat dan ditunjuk oleh ketua rapat serta
selanjutnya ditandatangani seluruh anggota Dewan Komisaris yang hadir dan kemudian risalah rapat
tersebut disampaikan kepada seluruh anggota Dewan Komisaris.
Risalah rapat hasil penyelenggaraan rapat Dewan Komisaris merupakan bukti yang sah untuk para
anggota Dewan Komisaris dan untuk pihak ketiga mengenai keputusan yang diambil dalam rapat
Dewan Komisaris yang bersangkutan. Apabila risalah rapat dibuat oleh Notaris, penandatanganan
demikian tidak diisyaratkan.
18.Risalah rapat hasil penyelenggaraan rapat Dewan Komisaris bersama Direksi sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 Pasal ini harus dibuat secara tertulis oleh seorang yang hadir dalam rapat dan ditunjuk
oleh ketua rapat serta selanjutnya ditandatangani seluruh Dewan Komisaris dan anggota Direksi yang
hadir dan kemudian risalah rapat tersebut disampaikan kepada seluruh Dewan Komisaris dan anggota
Direksi.
Risalah rapat hasil penyelenggaraan rapat Dewan Komisaris bersama Direksi merupakan bukti yang
sah untuk para anggota Dewan Komisaris dan Direksi maupun untuk pihak ketiga mengenai
keputusan yang diambil dalam rapat Dewan Komisaris bersama Direksi yang bersangkutan. Apabila
risalah rapat dibuat oleh Notaris, penandatanganan demikian tidak diisyaratkan.
19.Dalam hal terdapat anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi yang tidak menandatangani
hasil rapat sebagaimana dimaksud pada ayat 17 dan ayat 18 Pasal ini, yang bersangkutan wajib
menyebutkan alasannya secara tertulis dalam surat tersendiri yang dilekatkan pada risalah rapat.
20.Dewan Komisaris dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat Dewan
Komisaris, dengan ketentuan semua anggota Dewan Komisaris telah diberitahu secara tertulis dan
semua anggota Dewan Komisaris memberikan persetujuan mengenai usul yang diajukan secara
tertulis dengan menandatangani persetujuan tersebut. Keputusan yang diambil dengan cara
demikian mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam rapat
Dewan Komisaris.

DEWAN PENGAWAS SYARIAH


Pasal 16

1. Dalam rangka melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atas persetujuan Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia ditempatkan Dewan Pengawas Syariah pada Unit Usaha
Syariah Perseroan, dengan memperhatikan ketentuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.
Unit Usaha Syariah Perseroan merupakan unit kerja di Kantor Pusat Perseroan.
2. Dewan Pengawas Syariah Perseroan terdiri dari sedikitnya 1 (satu) orang ahli syariah atau lebih yang
diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia. Dalam hal Dewan Pengawas Syariah lebih dari satu orang, diatur sebagai berikut:
a. Seorang Ketua Dewan Pengawas Syariah;
b. Seorang anggota Dewan Pengawas Syariah atau lebih.
3. Dewan Pengawas Syariah mempunyai tugas dan wewenang utama sebagai berikut:
a. Berfungsi sebagai pengawas aspek syariah kegiatan operasional Unit Usaha Syariah Perseroan agar
sesuai dengan prinsip syariah;
17
b. Berfungsi sebagai penasehat dan memberi saran kepada Direksi, Pimpinan Unit Usaha Syariah dan
Pimpinan Kantor Cabang Syariah Perseroan mengenai hal-hal yang terkait dengan prinsip syariah;
dan
c. Berfungsi sebagai mediator antara Perseroan dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa Perseroan
yang memerlukan kajian dan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
4. Dalam melaksanakan fungsinya Dewan Pengawas Syariah wajib:
a. Mengikuti fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia; dan
b. Melaporkan kegiatan usaha serta pengembangan Unit Usaha Syariah Perseroan kepada Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
5. Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas Syariah adalah orang perorangan yang telah
memenuhi syarat untuk diangkat sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah berdasarkan ketentuan
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan
peraturan perundang-undangan lainnya.
6. Honorarium dan/atau tunjangan lainnya (jika ada) dari para anggota Dewan Pengawas Syariah dari
waktu ke waktu harus ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan wewenang tersebut oleh
Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilimpahkan kepada Dewan Komisaris.

RENCANA KERJA, TAHUN BUKU DAN LAPORAN TAHUNAN


Pasal 17

1. Tahun buku Perseroan berjalan dari tanggal 1 (satu) Januari dan berakhir pada tanggal 31 (tiga puluh
satu) Desember tahun yang sama. Pada akhir bulan Desember tiap tahun, buku Perseroan ditutup.
2. Direksi menyampaikan rencana kerja yang memuat juga anggaran tahunan Perseroan kepada Dewan
Komisaris untuk mendapat persetujuan, sebelum tahun buku dimulai.
3. Rencana Kerja sebagaimana dimaksud ayat 2 Pasal ini wajib disampaikan kepada Dewan Komisaris
paling lambat 31 Desember pada tahun sebelum dimulainya tahun buku yang akan datang.
4. Direksi wajib menyerahkan perhitungan tahunan Perseroan kepada akuntan publik yang ditunjuk oleh
Rapat Umum Pemegang Saham untuk diperiksa.
Laporan atas hasil pemeriksaan akuntan publik tersebut disampaikan secara tertuIis kepada Rapat
Umum Pemegang Saham Tahunan.
5. Dalam waktu paling lambat 4 (empat) bulan setelah buku Perseroan ditutup, Direksi menyusun
laporan tahunan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ditandatangani
oleh semua anggota Direksi dan Dewan Komisaris untuk diajukan dalam Rapat Umum Pemegang
Saham Tahunan.
Laporan tahunan tersebut harus sudah disediakan di kantor Perseroan sejak tanggal pemanggilan
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan agar dapat diperiksa oleh para pemegang saham.
6. Perseroan wajib mengumumkan Neraca dan Laporan Laba/Rugi dalam surat kabar berbahasa
Indonesia dan berperedaran nasional sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Persetujuan laporan tahunan dan pengesahan perhitungan tahunan dilakukan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham.

RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM


Pasal 18

1. Rapat Umum Pemegang Saham adalah


18
a. Rapat Umum Pemegang Saham tahunan;
b. Rapat Umum Pemegang Saham lainnya, yang dalam Anggaran Dasar disebut juga Rapat Umum
Pemegang Saham luar biasa.
2. Istilah Rapat Umum Pemegang Saham dalam Anggaran Dasar ini berarti keduanya, yaitu: Rapat
Umum Pemegang Saham tahunan dan Rapat Umum Pemegang Saham luar biasa, kecuali dengan
tegas ditentukan lain.
3. a. Rapat Umum Pemegang Saham tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat 6
(enam) bulan setelah tahun buku berakhir.
b. Dalam kondisi tertentu Otoritas Jasa Keuangan dapat menetapkan batas waktu selain sebagaimana
diatur pada huruf a ayat ini.
4. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham tahunan:
a. Direksi mengajukan perhitungan tahunan terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi dari tahun
buku yang baru berakhir dan penjelasan atas perhitungan tersebut diajukan untuk memperoleh
persetujuan dan pengesahan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan setelah perhitungan
tahunan tersebut diperiksa oleh akuntan publik.
b. Direksi mengajukan laporan tahunan mengenai keadaan dan jalannya Perseroan, tata usaha
keuangan pada tahun buku yang bersangkutan, hasil yang telah dicapai, perkiraan mengenai
perkembangan Perseroan di masa yang akan datang, kegiatan utama Perseroan dan
perubahannya selama tahun buku serta rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang
mempengaruhi kegiatan Perseroan untuk mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang
Saham Perseroan.
c. Diputuskan penggunaan laba Perseroan dari tahun buku yang baru berakhir dan laba yang belum
dibagi dari tahun-tahun buku yang lalu harus ditentukan dan disetujui.
d. Diputuskan mengenai penunjukan akuntan publik dan/atau kantor akuntan publik yang akan
memberikan jasa audit atas informasi keuangan historis tahunan dengan mempertimbangkan
usulan Dewan Komisaris.
e. Jika perlu melakukan pengangkatan dan/atau mengisi lowongan jabatan anggota Direksi dan
Dewan Komisaris Perseroan.
f. Dapat diputuskan hal-hal lain yang diajukan secara sebagaimana mestinya dalam Rapat Umum
Pemegang Saham dengan memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar.
5. Pengesahan perhitungan tahunan oleh Rapat Umum Pemegang Saham tahunan, berarti memberikan
pelunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada para anggota Direksi, Dewan
Komisaris, dan Dewan Pengawas Syariah atas pengurusan dan pengawasan yang telah dijalankan
selama tahun buku yang lalu, sejauh tindakan tersebut tercermin dalam perhitungan tahunan, kecuali
perbuatan penggelapan, penipuan dan lain-lain tindak pidana.
6. Rapat Umum Pemegang Saham luar biasa dapat diselenggarakan pada setiap waktu berdasarkan
kebutuhan untuk kepentingan Perseroan, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan
serta Anggaran Dasar.
7. a. 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu per sepuluh)
atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara atau Dewan Komisaris, dapat meminta
agar diselenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham.
b. Permintaan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham diajukan kepada Direksi dengan
surat tercatat disertai alasannya.
c. Permintaan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham harus:
- dilakukan dengan itikad baik;
- mempertimbangkan kepentingan Perseroan;
- merupakan permintaan yang membutuhkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham;
19
- disertai dengan alasan dan bahan terkait hal yang harus diputuskan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham; dan
- tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar Perseroan.
d. Direksi wajib melakukan pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham kepada pemegang saham
dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan
penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham diterima Direksi.
e. Direksi wajib menyampaikan pemberitahuan mata acara rapat dan surat tercatat sebagaimana
dimaksud pada huruf b ayat ini dari pemegang saham atau Dewan Komisaris kepada Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum pengumuman sebagaimana dimaksud pada
huruf d ayat ini.
f. Dalam hal Direksi tidak melakukan pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham kepada
pemegang saham, maka Direksi wajib mengumumkan:
- terdapat permintaan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham dari pemegang saham
sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini; dan
- alasan tidak diselenggarakannya Rapat Umum Pemegang Saham.
g. Dalam hal Direksi telah melakukan pengumuman sebagaimana dimaksud pada huruf f di atas atau
jangka waktu 15 (lima belas) hari telah terlampaui, pemegang saham dapat mengajukan kembali
permintaan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham kepada Dewan Komisaris.
h. Dewan Komisaris wajib melakukan pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham kepada
pemegang saham dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal
permintaan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham diterima Dewan Komisaris.
i. Dewan Komisaris wajib menyampaikan pemberitahuan mata acara rapat kepada Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum pengumuman sebagaimana dimaksud pada
huruf h ayat ini.
j. Dalam hal Dewan Komisaris tidak melakukan pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham
kepada pemegang saham, maka Dewan Komisaris wajib mengumumkan:
- terdapat permintaan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham dari pemegang saham
sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini; dan
- alasan tidak diselenggarakannya Rapat Umum Pemegang Saham.
k. Dalam hal Dewan Komisaris telah melakukan pengumuman sebagaimana dimaksud pada huruf j
ayat ini atau jangka waktu 15 (lima belas) hari telah terlampaui, pemegang saham dapat
mengajukan permintaan diselenggarakannya Rapat Umum Pemegang Saham kepada ketua
Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan untuk
menetapkan pemberian izin diselenggarakannya Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana
yang dimaksud pada huruf a ayat ini.
l. 1. Dalam hal Direksi tidak melakukan pengumuman sebagaimana dimaksud huruf d ayat ini atas
usulan Dewan Komisaris, maka dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung
sejak tanggal permintaan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham diterima, Direksi
wajib mengumumkan:
- terdapat permintaan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham dari Dewan
Komisaris yang tidak diselenggarakan; dan
- alasan tidak diselenggarakannya Rapat Umum Pemegang Saham.
2. Dalam hal Direksi telah melakukan pengumuman sebagaimana dimaksud huruf l angka 1 ayat
ini atau jangka waktu 15 (lima belas) hari telah terlampaui, Dewan Komisaris
menyelenggarakan sendiri Rapat Umum Pemegang Saham.
3. Dewan Komisaris wajib melakukan pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham kepada
pemegang saham paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal pengumuman
20
sebagaimana dimaksud huruf l angka 1 ayat ini atau jangka waktu 15 (lima belas) hari
sebagaimana dimaksud huruf l angka 2 ayat ini telah terlampaui.
4. Dewan Komisaris wajib menyampaikan pemberitahuan mata acara rapat kepada Otoritas Jasa
Keuangan paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum pengumuman sebagaimana dimaksud
huruf l angka 3 ayat ini.
5. Dalam pemberitahuan mata acara Rapat Umum Pemegang Saham atas permintaan dari Dewan
Komisaris, wajib memuat juga informasi bahwa Direksi tidak melaksanakan Rapat Umum
Pemegang Saham atas permintaan Dewan Komisaris, jika Dewan Komisaris melakukan sendiri
Rapat Umum Pemegang Saham yang diusulkannya.
8. Perseroan dapat menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham secara elektronik dengan
memperhatikan ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pelaksanaan Rapat Umum
Pemegang Saham Perusahaan Terbuka Secara Elektronik.

TEMPAT, PEMBERITAHUAN, PENGUMUMAN, PEMANGGILAN DAN PIMPINAN RAPAT UMUM


PEMEGANG SAHAM
Pasal 19

1. Tanpa mengurangi ketentuan-ketentuan lain dalam Anggaran Dasar Perseroan, Rapat Umum
Pemegang Saham wajib dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia dan dapat dilakukan di:
a. tempat kedudukan Perseroan; atau
b. tempat Perseroan melakukan kegiatan usaha utamanya; atau
c. ibukota provinsi di mana tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha utama Perseroan; atau
d. provinsi tempat kedudukan Bursa Efek di mana saham Perseroan dicatatkan.
2. Perseroan wajib terlebih dahulu menyampaikan pemberitahuan mata acara rapat secara jelas dan
rinci kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum pengumuman Rapat
Umum Pemegang Saham, dengan tidak memperhitungkan tanggal pengumuman Rapat Umum
Pemegang Saham.
3. Dalam hal Rapat Umum Pemegang Saham dilaksanakan atas permintaan dari pemegang saham,
dalam pemberitahuan mata acara Rapat Umum Pemegang Saham wajib memuat juga informasi:
a. penjelasan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham dilaksanakan atas permintaan pemegang
saham dan nama pemegang saham yang mengusulkan serta jumlah kepemilikan sahamnya pada
Perseroan, jika Direksi atau Dewan Komisaris melakukan Rapat Umum Pemegang Saham atas
permintaan pemegang saham; dan
b. menyampaikan nama pemegang saham serta jumlah kepemilikan sahamnya pada Perseroan dan
penetapan ketua pengadilan negeri mengenai pemberian izin penyelenggaraan Rapat Umum
Pemegang Saham, jika Rapat Umum Pemegang Saham dilaksanakan pemegang saham sesuai
dengan penetapan ketua pengadilan negeri untuk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang
Saham.
4. Dalam hal terdapat perubahan mata acara rapat, Perseroan wajib menyampaikan perubahan mata
acara dimaksud kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat pada saat pemanggilan Rapat Umum
Pemegang Saham.
5. a. Perseroan wajib melakukan pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham kepada pemegang
saham paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham,
dengan tidak memperhitungkan tanggal pengumuman dan tanggal pemanggilan.
b. Pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini paling
kurang memuat:
- ketentuan pemegang saham yang berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham;
21
- ketentuan pemegang saham yang berhak mengusulkan mata acara rapat;
- tanggal penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham; dan
- tanggal pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham.
c. Dalam hal Rapat Umum Pemegang Saham diselenggarakan atas permintaan pemegang saham
atau Dewan Komisaris, selain memuat hal yang disebut pada huruf b ayat ini, pengumuman Rapat
Umum Pemegang Saham wajib memuat informasi bahwa Perseroan menyelenggarakan Rapat
Umum Pemegang Saham karena adanya permintaan dari pemegang saham atau Dewan Komisaris.
d. Dalam hal Rapat Umum Pemegang Saham merupakan Rapat Umum Pemegang Saham yang hanya
dihadiri oleh Pemegang Saham Independen (sebagaimana didefinisikan dalam peraturan Otoritas
Jasa Keuangan), selain informasi sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan c ayat ini dalam
pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham wajib memuat juga keterangan:
1. Rapat Umum Pemegang Saham selanjutnya yang direncanakan akan diselenggarakan jika
kuorum kehadiran Pemegang Saham Independen yang disyaratkan tidak diperoleh dalam
Rapat Umum Pemegang Saham pertama; dan
2. pernyataan tentang kuorum keputusan yang disyaratkan dalam setiap rapat.
6. a. Pemegang saham dapat mengusulkan mata acara rapat secara tertulis kepada penyelenggara
Rapat Umum Pemegang Saham, paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pemanggilan Rapat Umum
Pemegang Saham.
b. Pemegang saham yang dapat mengusulkan mata acara rapat sebagaimana dimaksud pada huruf a
ayat ini merupakan 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili 1/20 (satu per dua puluh)
atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara.
c. Usulan mata acara rapat sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini harus:
1. dilakukan dengan itikad baik;
2. mempertimbangkan kepentingan Perseroan;
3. merupakan mata acara yang membutuhkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham;
4. menyertakan alasan dan bahan usulan mata acara rapat; dan
5. tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar.
d. Perseroan wajib mencantumkan usulan mata acara rapat dari pemegang saham dalam mata acara
rapat yang dimuat dalam pemanggilan, sepanjang usulan mata acara rapat memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf c ayat ini.
7. a. Perseroan wajib melakukan pemanggilan kepada pemegang saham paling lambat 21 (dua puluh
satu) hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham, dengan tidak memperhitungkan tanggal
pemanggilan dan tanggal Rapat Umum Pemegang Saham.
b. Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham paling kurang memuat informasi:
- tanggal penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham;
- waktu penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham;
- tempat penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham;
- ketentuan pemegang saham yang berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham;
- mata acara rapat termasuk penjelasan atas setiap mata acara tersebut; dan
- informasi yang menyatakan bahan terkait mata acara rapat tersedia bagi pemegang saham
sejak tanggal dilakukannya pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham sampai dengan Rapat
Umum Pemegang Saham diselenggarakan.
- informasi bahwa pemegang saham dapat memberikan kuasa melalui e-RUPS (sebagaimana
didefinisikan dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan).
c. Ketentuan pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham dalam ayat 7 Pasal ini mutatis mutandis
berlaku untuk pemanggilan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham oleh pemegang
saham yang telah memperoleh penetapan pengadilan untuk menyelenggarakan Rapat Umum
22
Pemegang Saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 7 huruf k.
8. Perseroan wajib menyediakan bahan mata acara rapat bagi pemegang saham sejak tanggal
dilakukannya pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham sampai dengan penyelenggaraan Rapat
Umum Pemegang Saham.
Bahan mata acara rapat dapat berupa:
a. salinan dokumen fisik yang diberikan secara cuma-cuma di kantor Perseroan jika diminta secara
tertulis oleh pemegang saham; atau
b. salinan dokumen elektronik yang dapat diakses atau diunduh melalui situs web Perseroan
dan/atau e-RUPS.
9. Dalam hal mata acara rapat mengenai pengangkatan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan
Komisaris, daftar riwayat hidup calon anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris yang akan
diangkat wajib tersedia:
a. di situs web Perseroan paling kurang sejak saat pemanggilan sampai dengan penyelenggaraan
Rapat Umum Pemegang Saham; atau
b. pada waktu lain selain waktu sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini, namun paling lambat
pada saat penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham, sepanjang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
10.Dalam hal Rapat Umum Pemegang Saham merupakan Rapat Umum Pemegang Saham yang hanya
dihadiri oleh Pemegang Saham Independen, Perseroan wajib menyediakan formulir pernyataan
bermeterai cukup untuk ditandatangani oleh Pemegang Saham Independen sebelum pelaksanaan
Rapat Umum Pemegang Saham, paling sedikit menyatakan bahwa:
a. yang bersangkutan benar-benar merupakan Pemegang Saham Independen; dan
b. apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan tersebut tidak benar, yang bersangkutan
dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
11.a. Perseroan wajib melakukan ralat pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham jika terdapat
perubahan informasi dalam pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham yang telah dilakukan.
Dalam hal ralat pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham memuat informasi atas perubahan
tanggal penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham dan/atau penambahan mata acara
Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan wajib melakukan pemanggilan ulang Rapat Umum
Pemegang Saham dengan tata cara sebagaimana diatur dalam ayat 7 Pasal ini.
b. Apabila perubahan informasi mengenai tanggal penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham
dan/atau penambahan mata acara Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan bukan karena
kesalahan Perseroan atau atas perintah Otoritas Jasa Keuangan, ketentuan kewajiban melakukan
pemanggilan ulang Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini
tidak berlaku, sepanjang Otoritas Jasa Keuangan tidak memerintahkan untuk dilakukan
pemanggilan ulang.
12.a. Rapat Umum Pemegang Saham dipimpin oleh seorang Komisaris yang ditunjuk oleh Dewan
Komisaris. Dalam hal semua anggota Dewan Komisaris tidak hadir atau berhalangan, karena sebab
apapun hal mana tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka Rapat Umum Pemegang
Saham dipimpin oleh Presiden Direktur. Dalam hal Presiden Direktur tidak hadir atau berhalangan,
karena sebab apapun hal mana tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka Rapat Umum
Pemegang Saham dipimpin oleh salah seorang anggota Direksi yang ditunjuk oleh Direksi.
b. Dalam hal semua anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi tidak hadir atau berhalangan
hadir, maka Rapat Umum Pemegang Saham dipimpin oleh pemegang saham yang hadir dalam
Rapat Umum Pemegang Saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta Rapat Umum Pemegang
Saham.
c. Dalam hal anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris untuk memimpin Rapat
23
Umum Pemegang Saham mempunyai benturan kepentingan dengan mata acara yang akan
diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham, maka Rapat Umum Pemegang Saham dipimpin
oleh anggota Dewan Komisaris lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan yang
ditunjuk oleh Dewan Komisaris.
d. Dalam hal semua anggota Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan, maka Rapat
Umum Pemegang Saham dipimpin oleh Presiden Direktur.
e. Dalam hal Presiden Direktur yang memimpin Rapat Umum Pemegang Saham mempunyai
benturan kepentingan atas mata acara yang akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang
Saham, maka Rapat Umum Pemegang Saham dipimpin oleh anggota Direksi yang tidak
mempunyai benturan kepentingan.
f. Dalam hal semua anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan, maka Rapat Umum
Pemegang Saham dipimpin oleh salah seorang pemegang saham bukan pengendali yang dipilih
oleh mayoritas pemegang saham lainnya yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
13.Pada saat pembukaan Rapat Umum Pemegang Saham, pimpinan Rapat Umum Pemegang Saham
wajib memberikan penjelasan kepada pemegang saham paling kurang mengenai:
a. kondisi umum Perseroan secara singkat;
b. mata acara rapat;
c. mekanisme pengambilan keputusan terkait mata acara rapat; dan
d. tata cara penggunaan hak pemegang saham untuk mengajukan pertanyaan dan/atau pendapat.
14.Pada saat pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham, pemegang saham berhak memperoleh
informasi mata acara rapat dan bahan terkait mata acara rapat sepanjang tidak bertentangan dengan
kepentingan Perseroan.
15.Pada saat pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham, Perseroan dapat mengundang pihak lain yang
terkait dengan mata acara Rapat Umum Pemegang Saham.
16.a. Segala hal yang didiskusikan dan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham harus dicatat
dalam risalah rapat yang dibuat dan ditandatangani oleh Pimpinan Rapat Umum Pemegang Saham
dan paling sedikit 1 (satu) orang pemegang saham yang ditunjuk oleh peserta Rapat Umum
Pemegang Saham;
b. Tanda tangan sebagaimana yang dimaksud huruf a ayat ini tidak disyaratkan apabila risalah Rapat
Umum Pemegang Saham dibuat dalam bentuk akta berita acara Rapat Umum Pemegang Saham
yang dibuat oleh Notaris yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
c. Dalam hal Rapat Umum Pemegang Saham merupakan Rapat Umum Pemegang Saham yang hanya
dihadiri oleh Pemegang Saham Independen, risalah Rapat Umum Pemegang Saham wajib dibuat
dalam bentuk akta berita acara Rapat Umum Pemegang Saham yang dibuat oleh notaris yang
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
17.Kewajiban melakukan pengumuman, pemanggilan, ralat pemanggilan, pemanggilan ulang, dan
pengumuman ringkasan risalah Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal
ini bagi Perseroan yang sahamnya tercatat pada Bursa Efek paling sedikit melalui:
a. situs web Penyedia e-RUPS;
b. situs web Bursa Efek; dan
c. situs web Perseroan, dalam Bahasa Indonesia dan bahasa asing, dengan ketentuan bahasa asing
yang digunakan paling sedikit bahasa Inggris.
18.Pengumuman yang menggunakan bahasa asing sebagaimana dimaksud pada ayat 17 huruf c Pasal ini
wajib memuat informasi yang sama dengan informasi dalam pengumuman yang menggunakan
Bahasa Indonesia.
19.Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran informasi yang diumumkan dalam bahasa asing dengan
yang diumumkan dalam Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat 18 Pasal ini, informasi
24
dalam Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai acuan.
20.Dalam hal Perseroan menggunakan sistem yang disediakan oleh Perseroan, ketentuan mengenai
media pengumuman, pemanggilan, ralat pemanggilan, pemanggilan ulang, dan pengumuman
ringkasan risalah Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, bagi
Perseroan yang sahamnya tercatat pada bursa efek dilakukan melalui paling sedikit:
a. situs web bursa efek; dan
b. situs web Perseroan, dalam Bahasa Indonesia dan bahasa asing, dengan ketentuan bahasa asing
yang digunakan paling sedikit bahasa Inggris.

TATA TERTIB, KUORUM, HAK SUARA,


DAN KEPUTUSAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM
Pasal 20

1. Pada saat pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham, tata tertib Rapat Umum Pemegang Saham
harus diberikan kepada pemegang saham yang hadir. Pokok-pokok tata tertib tersebut harus
dibacakan sebelum Rapat Umum Pemegang Saham dimulai.
2. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam
hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, keputusan diambil melalui
pemungutan suara. Pengambilan keputusan melalui pengambilan suara wajib dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan kuorum kehadiran dan kuorum keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham.
3. a. Rapat Umum Pemegang Saham, dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh pemegang saham yang
mewakili lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir
atau diwakili, kecuali Anggaran Dasar ini menentukan kuorum yang lebih besar.
b. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini tidak tercapai, diadakan
pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham kedua dengan ketentuan sebagai berikut:
- dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham
kedua dilangsungkan;
- dengan menyebutkan Rapat Umum Pemegang Saham pertama telah dilangsungkan dan tidak
mencapai kuorum kehadiran;
- Rapat Umum Pemegang Saham kedua dilangsungkan dalam jangka waktu paling cepat 10
(sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari setelah Rapat Umum Pemegang
Saham pertama dilangsungkan.
c. Rapat Umum Pemegang Saham kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam
Rapat Umum Pemegang Saham paling sedikit 1/3 (satu per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali Anggaran Dasar ini menentukan kuorum yang lebih
besar.
d. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf c ayat
ini adalah sah jika disetujui oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari seluruh saham dengan
hak suara yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham, kecuali Anggaran Dasar ini
menentukan bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suara setuju yang lebih besar.
e. Dalam hal kuorum kehadiran pada Rapat Umum Pemegang Saham kedua tidak tercapai, Rapat
Umum Pemegang Saham ketiga dapat diadakan dengan ketentuan Rapat Umum Pemegang Saham
ketiga sah dan berhak mengambil keputusan jika dihadiri oleh pemegang saham dari saham
dengan hak suara yang sah dalam kuorum kehadiran dan kuorum keputusan yang ditetapkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan atas permohonan Perseroan.
4. Ketentuan kuorum kehadiran dan kuorum keputusan Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana
25
dimaksud ayat 3 Pasal ini berlaku juga untuk kuorum kehadiran dan kuorum keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham untuk mata acara transaksi material dan/atau perubahan kegiatan usaha, kecuali
untuk mata acara transaksi material berupa pengalihan kekayaan Perseroan lebih dari 50% (lima
puluh persen) jumlah kekayaan bersih.
5. Pemegang saham baik sendiri maupun diwakili berdasarkan surat kuasa berhak menghadiri Rapat
Umum Pemegang Saham.
6. Pemegang saham yang berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham merupakan pemegang
saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham Perseroan 1 (satu) hari kerja sebelum
pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham.
7. Dalam hal dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham kedua dan Rapat Umum Pemegang Saham
ketiga, ketentuan pemegang saham yang berhak hadir sebagai berikut:
a. untuk Rapat Umum Pemegang Saham kedua, pemegang saham yang berhak hadir merupakan
pemegang saham yang terdaftar dalam daftar pemegang saham Perseroan 1 (satu) hari kerja
sebelum pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham kedua; dan
b. untuk Rapat Umum Pemegang Saham ketiga, pemegang saham yang berhak hadir merupakan
pemegang saham yang terdaftar dalam daftar pemegang saham Perseroan 1 (satu) hari kerja
sebelum pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham ketiga.
8. Dalam hal terjadi pemanggilan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat 11 Pasal 19, pemegang saham
yang berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham merupakan pemegang saham yang
namanya tercatat dalam daftar pemegang saham Perseroan 1 (satu) hari kerja sebelum pemanggilan
ulang Rapat Umum Pemegang Saham.
9. Dalam hal ralat pemanggilan tidak mengakibatkan pemanggilan ulang sebagaimana dimaksud pada
ayat 11 Pasal 19, pemegang saham yang berhak hadir mengikuti ketentuan pemegang saham
sebagaimana dimaksud pada ayat 6 Pasal ini.
10.Pemegang saham dapat diwakili oleh pemegang saham lain atau orang lain dengan surat kuasa.
Namun pemegang saham tidak berhak memberikan kuasa kepada lebih dari seorang kuasa untuk
sebagian dari jumlah saham yang dimilikinya dengan suara yang berbeda, kecuali bagi:
a. Bank Kustodian atau Perusahaan Efek sebagai Kustodian yang mewakili nasabah-nasabahnya
pemilik saham Perseroan.
b. Manajer Investasi yang mewakili kepentingan Reksa Dana yang dikelolanya.
11.Perseroan wajib menyediakan alternatif pemberian kuasa secara elektronik bagi pemegang saham
untuk hadir dan memberikan suara.
12.a. Pihak yang dapat menjadi Penerima Kuasa secara elektronik meliputi:
1. partisipan yang mengadministrasikan sub rekening efek/efek milik pemegang saham;
2. pihak yang disediakan oleh Perseroan; atau
3. pihak yang ditunjuk oleh pemegang saham.
b. Perseroan wajib menyediakan Penerima Kuasa secara elektronik sebagaimana dimaksud pada
huruf a angka 2 ayat ini.
13.Dalam Rapat Umum Pemegang Saham, setiap saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk
mengeluarkan 1 (satu) suara.
14.Anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan karyawan Perseroan boleh bertindak selaku kuasa
dalam Rapat Umum Pemegang Saham, tetapi suara yang mereka keluarkan selaku kuasa dalam Rapat
Umum Pemegang Saham tidak dihitung dalam pemungutan suara. Pemberian kuasa kepada anggota
Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan karyawan Perseroan tidak dapat diberikan secara elektronik.
15.Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat tertutup yang tidak ditandatangani
dan mengenai hal lain dilakukan pemungutan dengan lisan, kecuali jika pimpinan Rapat Umum
Pemegang Saham menentukan lain tanpa ada keberatan dari 1 (satu) atau lebih pemegang saham
26
yang bersama-sama mewakili sedikitnya 10% (sepuluh persen) dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara yang sah.
16.Kuorum kehadiran dan kuorum keputusan Rapat Umum Pemegang Saham yang hanya dihadiri oleh
Pemegang Saham Independen dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilangsungkan jika Rapat Umum Pemegang Saham dihadiri
oleh Pemegang Saham Independen yang mewakili lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dimiliki oleh Pemegang Saham Independen.
b. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini adalah
sah jika disetujui oleh Pemegang Saham Independen yang mewakili lebih dari 1/2 (satu per dua)
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dimiliki oleh Pemegang Saham
Independen.
c. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini tidak tercapai, Rapat Umum
Pemegang Saham kedua dapat diadakan dengan ketentuan Rapat Umum Pemegang Saham kedua
sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam Rapat Umum Pemegang Saham dihadiri oleh
Pemegang Saham Independen yang mewakili lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dimiliki oleh Pemegang Saham Independen.
d. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham kedua adalah sah jika disetujui oleh lebih dari 1/2 (satu
per dua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dimiliki oleh
Pemegang Saham Independen yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
e. Dalam hal kuorum kehadiran pada Rapat Umum Pemegang Saham kedua sebagaimana dimaksud
pada huruf c ayat ini tidak tercapai, Rapat Umum Pemegang Saham ketiga dapat dilangsungkan
dengan ketentuan Rapat Umum Pemegang Saham ketiga sah dan berhak mengambil keputusan
jika dihadiri oleh Pemegang Saham Independen dari saham dengan hak suara yang sah, dalam
kuorum kehadiran yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan atas permohonan Perseroan.
f. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham ketiga adalah sah jika disetujui oleh Pemegang Saham
Independen yang mewakili lebih dari 50% (lima puluh persen) saham yang dimiliki oleh Pemegang
Saham Independen yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
17.Pemegang saham dari saham dengan hak suara yang sah yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang
Saham namun abstain dianggap memberikan suara yang sama dengan suara mayoritas pemegang
saham yang mengeluarkan suara.

PENGGUNAAN LABA BERSIH DAN PEMBAGIAN DIVIDEN


Pasal 21

1. Rapat Direksi harus mengajukan usul kepada Rapat Umum Pemegang Saham tahunan mengenai
penggunaan dari laba bersih Perseroan dalam suatu tahun buku seperti tercantum dalam
perhitungan tahunan yang telah disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, dalam usul
mana dapat dinyatakan berapa jumlah pendapatan bersih yang belum terbagi yang akan
dipergunakan sebagai dana cadangan, sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 22, serta usul
mengenai besarnya jumlah dividen yang mungkin dibagikan.
- Satu dan lain dengan tidak mengurangi hak dari Rapat Umum Pemegang Saham untuk
memutuskan lain.
2. Penggunaan Laba Bersih setelah dikurangi dengan penyisihan untuk dana cadangan sebagaimana
dimaksud Pasal 22, diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, hanya dapat dibagikan kepada
para pemegang saham dalam bentuk dividen apabila Perseroan mempunyai saldo laba positif.
3. Dividen hanya dapat dibayarkan sesuai dengan kemampuan keuangan Perseroan berdasarkan
keputusan yang diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham, dalam keputusan mana juga harus
27
ditentukan waktu pembayaran dan bentuk dividen.
- Dividen untuk satu saham harus dibayarkan kepada orang atas nama siapa saham itu terdaftar
dalam daftar Pemegang Saham pada hari kerja yang akan ditentukan oleh atau atas wewenang
dari Rapat Umum Pemegang Saham dalam mana keputusan untuk pembagian dividen diambil.
- Hari pembayaran harus diumumkan oleh Direksi kepada semua pemegang saham.
- Pengumuman pelaksanaan pembagian dividen dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Dalam hal Rapat Umum Pemegang Saham menentukan pembagian laba bersih Perseroan dibagikan
sebagai dividen tunai, maka Perseroan wajib melaksanakan pembayaran dividen tunai kepada
pemegang saham yang berhak paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah diumumkannya ringkasan
risalah Rapat Umum Pemegang Saham yang memutuskan pembagian dividen tunai.
5. Apabila perhitungan laba rugi pada suatu tahun buku menunjukkan kerugian yang tidak dapat ditutup
dengan dana cadangan, maka kerugian itu akan tetap dicatat dan dimasukkan dalam perhitungan
laba rugi dan dalam tahun buku selanjutnya Perseroan dianggap tidak mendapat laba selama
kerugian yang tercatat dan dimasukkan dalam perhitungan laba rugi itu belum sama sekali tertutup
seluruhnya, demikian dengan tidak mengurangi ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
6. Direksi berdasarkan keputusan rapat Direksi dengan persetujuan rapat Dewan Komisaris berhak
untuk membagi dividen sementara apabila keadaan keuangan Perseroan memungkinkan, dengan
ketentuan bahwa dividen sementara tersebut akan diperhitungkan dengan dividen yang akan
dibagikan berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan berikutnya yang diambil
sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar.
7. Dengan memperhatikan pendapatan Perseroan pada tahun buku yang bersangkutan dari pendapatan
bersih seperti tersebut dalam neraca dan perhitungan laba rugi yang telah disahkan Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan dan setelah dipotong pajak penghasilan, dapat diberikan tantieme kepada
anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan yang besarnya ditentukan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham.
8. Laba yang dibagikan sebagai dividen yang tidak diambil dalam waktu 5 (lima) tahun setelah
disediakan untuk dibayarkan, dimasukkan ke dalam dana cadangan yang khusus diperuntukkan untuk
itu.
Dividen dalam dana cadangan khusus tersebut, dapat diambil oleh pemegang saham yang berhak
sebelum lewatnya jangka waktu 5 (lima) tahun, dengan menyampaikan bukti haknya atas dividen
tersebut yang dapat diterima oleh Direksi Perseroan. Dividen yang tidak diambil setelah lewat waktu
10 (sepuluh) tahun tersebut akan menjadi hak Perseroan.

PENGGUNAAN CADANGAN
Pasal 22

1. Bagian dari laba yang disediakan untuk dana cadangan ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang
Saham setelah memperhatikan usul Direksi dan dengan mengindahkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Dana cadangan sampai dengan jumlah sekurangnya 20% (dua puluh persen) dari jumlah modal yang
ditempatkan dan disetor hanya digunakan untuk menutup kerugian yang diderita oleh Perseroan.
3. Apabila jumlah dana cadangan telah melebihi jumlah 20% (dua puluh persen) dari jumlah modal yang
ditempatkan dan disetor, maka Rapat Umum Pemegang Saham dapat memutuskan agar dana
cadangan yang telah melebihi jumlah sebagaimana ditentukan ayat 2 Pasal ini digunakan bagi
keperluan Perseroan.
28
4. Direksi harus mengelola dana cadangan agar dana cadangan tersebut memperoleh laba dengan cara
yang dianggap baik olehnya dengan persetujuan Dewan Komisaris dan dengan memperhatikan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Setiap keuntungan yang diterima dari dana cadangan harus dimasukkan dalam perhitungan laba rugi
Perseroan.

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR


Pasal 23

1. Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, yang dihadiri oleh
pemegang saham yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara yang sah. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham adalah sah jika disetujui oleh
lebih dari 2/3 (dua per tiga) bagian dari seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam Rapat
Umum Pemegang Saham. Perubahan Anggaran Dasar tersebut harus dibuat dengan akta notaris dan
dalam Bahasa Indonesia.
2. Perubahan ketentuan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama dan/atau tempat
kedudukan Perseroan, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan, jangka waktu berdirinya
Perseroan, besarnya modal dasar, pengurangan modal yang ditempatkan dan disetor, dan perubahan
status Perseroan tertutup menjadi Perseroan terbuka atau sebaliknya, wajib mendapat persetujuan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
3. Perubahan Anggaran Dasar selain yang menyangkut hal yang tersebut dalam ayat 2 Pasal ini cukup
diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
tentang perubahan tersebut.
4. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak tercapai, Rapat Umum Pemegang
Saham kedua dapat diadakan dengan ketentuan Rapat Umum Pemegang Saham kedua sah dan
berhak mengambil keputusan jika dalam Rapat Umum Pemegang Saham dihadiri oleh pemegang
saham yang mewakili paling sedikit 3/5 (tiga per lima) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara yang sah. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham kedua adalah sah jika disetujui oleh lebih
dari 1/2 (satu per dua) bagian dari seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham.
5. Dalam hal kuorum kehadiran pada Rapat Umum Pemegang Saham kedua sebagaimana dimaksud
pada ayat 4 Pasal ini tidak tercapai, Rapat Umum Pemegang Saham ketiga dapat diadakan dengan
ketentuan Rapat Umum Pemegang Saham ketiga sah dan berhak mengambil keputusan jika dihadiri
oleh pemegang saham dari saham dengan hak suara yang sah dalam kuorum kehadiran dan kuorum
keputusan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan atas permohonan Perseroan.
6. Keputusan mengenai pengurangan modal harus diberitahukan secara tertulis kepada semua kreditur
Perseroan dan diumumkan oleh Direksi dalam 1 (satu) atau lebih surat kabar harian yang beredar
secara nasional dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal keputusan tentang
pengurangan modal tersebut.

PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN,


PEMISAHAN DAN PEMBUBARAN
Pasal 24

1. Kuorum kehadiran dan kuorum keputusan Rapat Umum Pemegang Saham untuk mata acara
penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, pengajuan permohonan agar Perseroan
29
dinyatakan pailit, perpanjangan jangka waktu berdirinya Perseroan, dan pembubaran Perseroan,
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilangsungkan jika Rapat Umum Pemegang Saham dihadiri
oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara yang sah.
b. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a Pasal ini
adalah sah jika disetujui oleh lebih dari 3/4 (tiga per empat) bagian dari seluruh saham dengan hak
suara yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
c. Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a Pasal ini tidak tercapai, Rapat
Umum Pemegang Saham kedua dapat diadakan dengan ketentuan Rapat Umum Pemegang Saham
kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika Rapat Umum Pemegang Saham dihadiri oleh
pemegang saham yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara yang sah.
d. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham kedua adalah sah jika disetujui oleh lebih dari 3/4 (tiga
per empat) bagian dari seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham.
e. Dalam hal kuorum kehadiran pada Rapat Umum Pemegang Saham kedua sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 huruf c Pasal ini tidak tercapai, Rapat Umum Pemegang Saham ketiga dapat diadakan
dengan ketentuan Rapat Umum Pemegang Saham ketiga sah dan berhak mengambil keputusan
jika dihadiri oleh pemegang saham dari saham dengan hak suara yang sah dalam kuorum
kehadiran dan kuorum keputusan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan atas permohonan
Perseroan.
2. Direksi wajib mengumumkan dalam 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia sesuai
pertimbangan Direksi, 1 (satu) diantaranya berperedaran luas dalam wilayah Negara Republik
Indonesia dan 1 (satu) lainnya yang terbit di tempat kedudukan Perseroan mengenai ringkasan
rancangan penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan Perseroan selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham satu dan lain hal
dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan lain di bidang Pasar Modal.

PERATURAN PENUTUP
Pasal 25

Segala sesuatu yang tidak atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini, akan diputus dalam Rapat
Umum Pemegang Saham.

Akhirnya, para penghadap bertindak dalam kedudukannya sebagaimana tersebut diatas menerangkan
bahwa:

Dari Modal Dasar tersebut telah diambil bagian dan disetorkan penuh dengan uang tunai melalui kas
Perseroan oleh :
a. PT BANK MAYBANK INDONESIA Tbk sejumlah 2.349.646.729 (dua miliar tiga ratus empat puluh
sembilan juta enam ratus empat puluh enam ribu tujuh ratus dua puluh sembilan) saham atau
dengan nilai nominal sebesar Rp234.964.672.900,00 (dua ratus tiga puluh empat miliar sembilan
ratus enam puluh empat juta enam ratus tujuh puluh dua ribu sembilan ratus Rupiah).
b. PT WAHANA MAKMUR SEJATI sejumlah 870.600.000 (delapan ratus tujuh puluh juta enam ratus ribu)
saham atau dengan nilai nominal sebesar Rp87.060.000.000,00 (delapan puluh tujuh miliar enam
puluh juta Rupiah).
30
c. MASYARAKAT sejumlah 261.234.751 (dua ratus enam puluh satu juta dua ratus tiga puluh empat ribu
tujuh ratus lima puluh satu) saham atau dengan nilai nominal sebesar Rp26.123.475.100,00 (dua
puluh enam miliar seratus dua puluh tiga juta empat ratus tujuh puluh lima ribu seratus Rupiah).
Sehingga seluruhnya sebanyak 3.481.481.480 (tiga miliar empat ratus delapan puluh satu juta empat
ratus delapan puluh satu ribu empat ratus delapan puluh) saham atau dengan nilai nominal seluruhnya
Rp348.148.148.000,00 (tiga ratus empat puluh delapan miliar seratus empat puluh delapan juta seratus
empat puluh delapan ribu Rupiah).

DOKUMEN INI ADALAH HASIL PENGETIKAN ULANG BERDASARKAN DOKUMEN ASLI SEBAGAIMANA DI
BAWAH INI:

- AKTA PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPAT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT WAHANA OTTOMITRA


MULTIARTHA Tbk NOMOR 95 TANGGAL 30 MARET 2023 YANG DIBUAT DIHADAPAN AULIA TAUFANI,
S.H., NOTARIS DI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN. PERUBAHAN ANGGARAN DASAR TERSEBUT
TELAH DISETUJUI BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK
INDONESIA NOMOR AHU-0022123.AH.01.02.TAHUN 2023 TANGGAL 13 APRIL 2023 SERTA
PEMBERITAHUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASARNYA TELAH DITERIMA DAN DICATAT DI DALAM
SISTEM ADMINISTRASI BADAN HUKUM KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK
INDONESIA TANGGAL 13 APRIL 2023 NOMOR AHU-AH.01.03-0053718.

APABILA TERDAPAT PERBEDAAN BAIK KATA MAUPUN KALIMAT DENGAN DOKUMEN ASLI YANG
DIKELUARKAN OLEH NOTARIS, MAKA ISI DOKUMEN YANG BENAR ADALAH YANG TERMUAT DALAM
AKTA NOTARIS DIMAKSUD.

31

Anda mungkin juga menyukai