Dengan mengucap puji syukur kehadirat YME, kita masih dapat berkumpul ditempat
ini dalam keadaan sehat walafiat tiada kurang suatu apapun juga.
Untuk kesekian kalinya, Pengurus Wilayah Jawa Timur Ikatan Notaris Indonesia
menyelenggarakan kegiatan Magang Bersama bagi Anggota Luar Biasa (ALB) yang
nantinya akan menjadi calon Notaris.
Bahasan dengan topik tentang Perseroan Terbatas tidak berupa pemaparan secara
teoritis saja tetapi termasuk pada praktek yang sering kita jumpai sehari-hari.
Materi yang akan saya sampaikan dalam waktu yang sangat singkat ini tentunya
tidak dapat mencakup semua pembahasan secara menyeluruh, namun demikian,
saya berharap paling tidak, kita akan menambah wawasan dan pengetahuan kita
didalam menjalankan jabatan sebagai notaris nantinya.
Akhir kata, saya sebagai manusia biasa serta keterbatasan pada pengalaman yang
minim, maka saya berharap, sekecil apapun pengetahuan yang saya sampaikan,
dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi para Anggota Luar Biasa (calon
Notaris).
Wimphry Suwignjo
Notaris-PPAT Surabaya.
Perseroan Terbatas.
Perseroan Terbatas merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan
perjanjian untuk melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham, serta memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Undang-
Undang dan peraturan pelaksanaannya.
Pendirian Perseroan.
Syarat Sahnya Pendirian Perseroan.
Anggaran Dasar
Sedikit kita membahas mengenai Anggaran Dasar Perseroan diantaranya Anggaran
Dasar memuat sekurang-kurangnya adalah:
Penambahan Modal.
Penambahan Modal menurut pasal 21 ayat (1) atau biasanya disebut Peningkatan
Modal dikatagorikan perubahan AD tertentu, harus berdasarkan Persetujuan RUPS
dan syarat-syarat RUPS serta mendapat persetujuan Menteri.
Pengurangan Modal.
Pengurangan Modal diatur didalam pasal 44 ayat (1) UUPT 2007, yang didalam
penjelasannya dijelaskan Pengurangan Modal adalah pengurangan modal dasar,
modal ditempatkan dan modal disetor yang dapat terjadi dengan cara menarik
kembali saham yang telah dikeluarkan untuk dihapus atau dengan cara
menurunkan nilai saham.
Saham Perseroan
Saham merupakan sejumlah uang yang diinvestasikan oleh investor dalam suatu
Perseroan dan atas investasinya tersebut, pemegang saham bisa mendapatkan
keuntungan.
c. Penyelenggaraan RUPS.
1. Bentuk RUPS:
a. RUPS Tahunan yang sifatnya wajib diadakan setiap tahun dan paling
lambat diselenggarakan paling lambat 6 bulan setelah tahun buku
berakhir (pasal 78 ay 2).
b. RUPS Luar Biasa yang dapat dilaksanakan setiap waktu tergantung
kebutuhan dan kepentingan Perseroan.
2. Penyelenggara RUPS.
Pada umumnya yang berwenang menyelenggarakan RUPS adalah atas
inisiatif dari Direksi Perseroan (pasal 79 ay 1), namun demikian dapat
dimungkinkan RUPS LB dilakukan atas permintaan:
a. Yang berhak Meminta dilakukan RUPS:
1. Seorang atau lebih Pemegang Saham yang mewakili satu
persepuluh jumlah saham dengan hak suara, kecuali anggaran
dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil; atau
2. Dewan Komisaris
b. Bentuk dan Alasan Permintaan:
1. Bentuk permintaan diajukan dengan Surat Tercatat.
2. Diajukan ke Direksi dengan tembusan ke Dewan Komisaris;
3. Disertai dengan alasannya.
c. Direksi wajib Mengadakan RUPS yang diminta.
Atas permintaan tersebut, Direksi wajib menyelenggarakan paling
lambat 15 hari terhitung sejak tanggal permintaan diterima Direksi.
d. Direksi tidak melakukan Pemanggilan RUPS yang Diminta.
Bila Direksi tidak melakukan pemanggilan RUPS, maka permintaan
dapat diajukan kembali kepada Dewan Komisaris atau apabila yang
meminta kepada Direksi adalah Dewan Komisaris maka Dewan
Komisaris dapat melakukan pemanggilan sendiri RUPS tersebut.
Keputusan Diluar RUPS tersebut yang telah disetujui oleh seluruh pemegang
saham merupakan keputusan yang mengikat dan mempunyai kekuatan
hukum yang sama dengan keputusan RUPS biasa.
IV. Direksi.
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, Direksi termasuk organ dari
perseroan.
A. Direksi salah satu organ Perseroan.
Sebagai organ Perseroan, Direksi mempunyai kedudukan, kewenangan dan
kewajiban sebagai berikut:
1. Direksi Menjalankan Pengurusan Perseroan. Tugas Direksi menyangkut
administrasi, mengelola maupun memelihara kekayaan Perseroan.
2. Direksi Memiliki Kapasitas Mewakili Perseroan.
Direksi mewakili Perseroan baik didalam maupun diluar Pengadilan untuk
dan atas nama Perseroan.
V. Dewan Komisaris.
Penggabungan.
Peleburan.
Pengertian Peleburan adalah: perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan
atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Perseroan baru yang
karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan yang meleburkan diri
dan status badan hukum Perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum.
(Pasal 1 angka 10 UUPT 2007).
Pengambilalihan.
Pemisahan.
Maatschap atau yang lebih dikenal sebagai persekutuan perdata diatur dalam pasal
1618 hingga pasal 1652 KUHPer dan diartikan sebagai berikut:
“Persekutuan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan maksud
untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya”
Maatschap mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh Firma dan CV yakni:
Maatschap merupakan kumpulan dari orang-orang yang memiliki profesi yang
sama.
Biasanya kantor Akuntan misalnya, maka para sekutunya harusnya hanya orang-
orang yang berprofesi sebagai Akuntan saja demikian pula dengan kantor Pengacara
dan lain-lainnya.
Syarat pendirian suatu Maatschap, sama dengan Firma ataupun CV, yaitu harus
didirikan oleh paling sedikit oleh 2 orang berdasarkan pejanjian dengan akta notaris
yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
Para sekutu dapat memasukkan sesuatu, disini dapat diartikan dalam arti luas,
yaitu bisa berupa uang atau juga bisa berupa barang-barang lain, ataupun kerajinan
yang dimasukkan kedalam persekutuan sebagai kontribusi dari anggota atau mitra
yang bersangkutan. ‘kerajinan’ yang dimaksud juga bisa berupa tenaga atau
ketrampilan yang dimasukkan kedalam persekutuan karena hal ini merupakan
syarat mutlak bagi terbentuknya maatschap.
Tanggung jawab maatschap, dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu tanggung jawab
intern para sekutu, dan tanggung jawab ekstern terhadap pihak ketiga. Untuk yang
pertama (intern), maka para sekutu dapat menunjuk salah seorang diantara mereka
atau pihak ketiga untuk menjadi Pengurus Maatschap guna melakukan semua
tindakan kepengurusan atas nama maatschap (pasal 1637 KUHPer). Bila tidak
dijanjikan demikian, maka setiap sekutu dianggap secara timbal balik telah
memberikan kuasa, supaya yang satu melakukan pengurusan terhadap yang lain,
bertindak atas nama maatschap dan atas nama mereka (pasal 1639 KUHPer). Untuk
yang kedua (ekstern), dalam pasal 1642 KUHPer dinyatakan bahwa “para sekutu
tidaklah terikat masing-masing untuk seluruh utang maatschap dan masing-masing
mitra tidak bisa mengikat mitra lainnya apabila mereka tidak telah memberikan
kuasa kepadanya untuk itu.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan, kecuali dibatasi secara tegas dalam
perjanjian, maka setiap sekutu berhak untuk bertindak atas nama persekutuan dan
mengikat para sekutu terhadap pihak ketiga dan pihak ketiga terhadap sekutu,
dengan catatan diberikan hak khusus bagi sekutu yang tidak setuju untuk
dilaksanakannya perbuatan hukum tersebut untuk mengajukan keberatan pada
waktu yang telah ditentukan sehingga terbebas dari tanggung jawab atas tindakan
tersebut.
Berakhirnya maatschap diatur dalam pasal 1646 KUHPer, suatu maatschap dengan
sendirinya bubar bila terjadi salah satu dari peristiwa dibawah ini:
1. dengan lewatnya waktu untuk mana persekutuan telah diadakan;
2. dengan musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok
persekutuan;
3. atas kehendak semata-mata dari beberapa atau seorang sekutu;
4. jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh dibawah pengampuan.
Bila maatschap bubar, maka harta kekayaan maatschap akan dibagi kepada anggota
maatschap berdasarkan perjanjian terdahulu, setelah dikurangi utang-utang
terhadap pihak ketiga.
Firma (Fa)
Persekutuan Firma adalah kaitan atau hubungan yuridis yang timbul dari perjanjian
sukarela antara beberapa pihak yang bersangkutan, baik secara lisan, maupun
tertulis atau tersirat dari tindakan pribadi sekutu bersangkutan.
Pengertian Firma menurut Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang bahwa
“Perseroan Firma adalah tiap-tiap perserikatan yang didirikan untuk menjalankan
suatu perusahaan di bawah satu nama bersama.”
Firma (Fa) adalah suatu persekutuan antara dua orang atau lebih yang menjalankan
badan usaha dengan nama bersama dengan tujuan untuk membagi hasil atau
keuntungan yang diperoleh dari persekutuan tersebut.
Dalam mendirikan firma memiliki anggota paling sedikit dua orang dan semua
anggota memiliki tanggung jawab terhadap perusahaan dan menyerahkan kekayaan
pribadi sesuai yang tercantum dalam akta pendirian Firma. Apabila bangkrut semua
anggota harus bertanggung jawab sampai harta milik pribadi ikut dipertanggungkan.
Persekutuan firma bukan merupakan Badan Hukum oleh karena persekutuan firma
tidak memenuhi syarat untuk menjadi badan hukum. Adapun syarat sebuah
persekutuan disebut badan hukum apabila kekayaan perusahaan terpisah dari
kekayaan pribadi dan mendapatkan mempunyai peraturan resmi atau husus oleh
pemerintah.
Sedangkan persekutuan firma, kekayaan persekutuan dengan kekayaan pribadi tidak
terpisah dan tidak ada undang-undang khusus yang mengatur mengenai firma. Oleh
karena itu dalam mendirikan persekutuan firma tidak ada keharusan untuk
mengesahkan akta pendirian oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Persekutuan komanditer (CV)
Sekutu bertanggung jawab keluar yang biasanya disebut Direktur adalah sekutu
kerja atau sekutu komplementer (Pasal 19 KUH Dagang). Salah satu atau beberapa
anggota bertangungjawab secara tidak terbatas dan anggota lain bertanggung jawab
secara terbatas terhadap hutang.
Sekutu Pasif atau sekutu Komanditer adalah sekutu yang hanya menyertakan modal
dalam persekutuan. Apabila perseroan menderita rugi, mereka hanya bertanggung
jawab sebatas modal yang disertakan dan begitu juga apabila untung, uang mereka
memperoleh terbatas tergantung modal yang mereka berikan. Status Sekutu
Komanditer dapat disamakan dengan seorang yang menitipkan modal pada suatu
perusahaan, yang hanya menantikan hasil keuntungan dari inbreng yang dimasukan
itu, dan tidak ikut campur dalam kepengurusan, pengusahaan, maupun kegiatan
usaha perusahaan. Sekutu ini sering juga disebut sebagai persero diam.
Didalam KUH Dagang tidak ada aturan tentang pendirian, pendaftaran, maupun
pengumumannya, sehingga persekutuan komanditer dapat diadakan berdasarkan
perjanjian dengan lisan atau sepakat para pihak saja (Pasal 22 KUH Dagang). Dalam
praktik di Indonesia untuk mendirikan persekutuan komanditer dengan dibuatkan
akta pendirian/berdasarkan akta notaris, sebelum berlakunya Permenkumham
nomor 17 Tahun 2018, didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang
berwenang.
Pengaturan mengenai badan hukum perkumpulan selama ini sangat sedikit sekali
yaitu dalam Staatsblad 1870 No. 64 dan KUHPerdata (KUHPer) Buku III Bab IX.
Untuk pendirian Perkumpulan tidak diatur, namun demikian didalam praktik untuk
pendirian Perkumpulan dilakukan dengan akta Partij dan Badan Hukum
Perkumpulan didirikan dengan memenuhi persyaratan diantaranya adalah sebagai
berikut:
Organ pembina yayasan diciptakan sebagai pengganti dari pendiri. Hal ini
disebabkan di dalam kenyataannya nanti, pendiri yayasan pada suatu saat tidak ada
sama sekali, yang diakibatkan karena pendiri meninggal dunia atau mengundurkan
diri. Organ pembina bertujuan untuk menghindarkan hal hal yang mengakibatkan
yayasan beralih dari tujuannya.
Dalam hal karena sebab apa pun yayasan tidak lagi memiliki pembina, paling lambat
30 hari setelah keadaan itu terjadi, harus diadakan rapat gabungan anggota
pengurus dan anggota pengawas untuk mengangkat pembina yang akan mengisi
kekosongan yang terjadi.
2. PENGURUS YAYASAN.
Pengawas yayasan adalah organ dari masing masing yayasan. UU mengatur adanya
suatu badan pengawas atau pengawas di dalam suatu yayasan, yang bersifat internal
yayasan itu sendiri. Pengawas mengawasi serta memberi nasihat kepada pengurus.
Pengawas tidak boleh merangkap sebagai pembina atau pengurus sekaligus.
Pengawas yayasan diangkat dan sewaktu-waktu dapat diberhentikan berdasarkan
keputusan rapat pembina, sesuai dengan ketentuan di dalam anggaran dasar.
Pengawas dapat memberhentikan pengurus untuk sementara, dengan
mengemukakan alasan-alasan atas pemberhentian dan melaporkan di dalam jangka
waktu yang ditetapkan kepada pembina. Pembina akan menentukan apakah
pengurus diberhentikan secara tetap atau justru pemberhentian dibatalkan.
4. PERMODALAN YAYASAN.
Pengaturan perpajakan pada yayasan berbeda dengan pengaturan pajak pada badan
usaha lainnya. Yayasan memperoleh pendapatan dari berbagai sumber, sumber
utama pendapatan dari yayasan berasal dari sumbangan para donatur. Pendapatan
lain yang didapat dari yayasan berasal dari usaha yayasan itu sendiri.
SE Dirjen Pajak No. SE-34/PJ.4/1995 mengatur bahwa yang bukan merupakan
objek pajak yaitu sebagai berikut :
1. Bantuan, sumbangan, harta hibahan sepanjang tidak ada hubungannya dengan
pekerjaan, usaha, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak yang memberi
dengan pihak yang menerima. Jika bantuan, sumbangan dan harta hibaan
tersebut berupa harta yang dapat disusutkan atau diamortisasi, harta tersebut
harus dibukukan oleh pihak yang menerima sesuai dengan nilai sisa buku pihak
yang memberikan.
2. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh yayasan atau organisasi
sejenis dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia.
3. Bantuan atau sumbangan dari pemerintah.