Gerakan Sosial Dan Kekerasan-1
Gerakan Sosial Dan Kekerasan-1
DOSEN PENGAMPU :
Disusun oleh :
MARZHATILLAH
Puji syukur kami panjatkan kehadhirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
nikmat,taufik,serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Gerakan sosial
dan kekerasan (Resistensi pada Kekerasan terhadap Perempuan dalam Praktik Gerakan Sosial
Aliansi Laki-laki Baru) tepat waktu.terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen pengampu
mata kuliah Gerakan sosial yang selalu memberikan dukungan dan bimbingannya dengan
makalah ini bisa menambah wawasan akademik kami.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas Gerakan sosial.Tidak hanya itu
kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.Walaupun demikian,kami menyadari dalam penyusunan makalah masih
banyak kekurangan,maka dari itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan makalah kami.Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.Kami juga berterimakasih kepada semua yang
membaca makalah kami hingga akhir.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
LATAR BELAKANG............................................................................................................................3
RUMUSAN MASALAH........................................................................................................................4
TUJUAN MASALAH............................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kekerasan terhadap perempuan adalah fenomena sosial yang senantiasa terjadi dalam
prevalensi yang fluktuatif. Hal ini dibuktikan dengan data dari Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan (selanjutnya dirujuk sebagai Komnas Perempuan) yang
menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2015, terdapat 305.535 kasus kekerasan terhadap
perempuan yang ditangani oleh Pengadilan Agama atau Badan Peradilan Agama, 16.217
kasus ditangani oleh lembaga layanan mitra Komnas Perempuan, serta 1.099 kasus yang
diadukan langsung ke Komnas Perempuan melalui Unit Pengaduan untuk Rujukan. Angka
kekerasan terhadap perempuan ini menurun pada tahun 2016, menjadi 259.150 kasus
kekerasan terhadap perempuan yang berasal dari kompilasi Komnas Perempuan, sebanyak
245.548 kasus ditangan oleh Pengadilan Agama dan 13.602 kasus berasal dari data 233
lembaga mitra pengada layanan Komnas Perempuan (lihat Komnas Perempuan,2017:10).1
Meski menunjukkan penurunan jumlah kasus sepanjang tahun 2015-2016, kekerasan
terhadap perempuan cenderung bertahan
Dalam ruang lingkup akademik, pembahasan mengenai kekerasan terhadap
perempuan telah dilakukan oleh sejumlah akademisi. Pembahasan-pembahasan ini bervariasi,
mulai dari menjelaskan mengenai keterkaitan antara maskulinitas, kebudayaan, dan
kekerasan seksual (lihat Kersten, 1996), pertanggungjawaban kolektif atas perkosaan, sebagai
bentuk dari kekerasan seksual, pada kelompok laki-laki (lihat May dan Strikwerda, 1994),
hingga mengenai kekerasan berbasis gender yang dikondisikan oleh subjektivitas pelaku
(lihat Das, 2008). Secara umum,berbeda, yakni memosisikan laki-laki sebagai pelaku
kekerasan seksual terhadap perempuan korban/penyintas. Oleh sebab itu, penting untuk
memahami peran laki-laki dalam penghapusan kekerasan terhadap perempuan karena laki-
lakikerapkali dipandang sebagai aktor kekerasan seksual terhadap perempuan. Lebih lanjut,
dalam konteks akademik, telah terdapat sejumlah kajian yang telah memfokuskan diri pada
keterlibatan laki-laki dalam agenda gerakan perempuan, khususnya dalam penghapusan
kekerasan terhadap perempuan (lihat Kimmel, 1995; Morrell, 1998; Hasyim, 2009;
Macomber, 2012). Meski demikian, kajian-kajian ini umumnya lebih fokus pada gerakan
sosial di tataran praktik dan melihat bagaimana gerakan pelibatan laki-laki menegosiasikan
identitas kolektif organisasi dalam gerakan perempuan yang lebih luas. Dengan demikian,
kajian-kajian sebelumnya, saya pikir, lebih membahas mengenai praktik gerakan sosial,
namun cenderung abai pada tujuan gerakan sosial itu sendiri.
Pada konteks Indonesia, mengacu pada Hasyim (2008), gerakan pelibatan laki-laki dalam
gerakan perempuan, termasuk di dalamnya gerakan penghapusan kekerasan terhadap
perempuan, telah bermunculan sejak akhir tahun 2000-an dan dimotori oleh laki-laki yang
memiliki kedekatan dengan gerakan perempuan. Wacana mengenai keterlibatan laki-laki
dalam penghapusan kekerasan terhadap perempuan makin dikukuhkan semiloka bertajuk
Lebih lanjut, aktivisme laki-laki di Indonesia dalam agenda keadilan gender ditandai dengan
munculnya Aliansi Laki-laki Baru (selanjutnya dirujuk sebagai ALB), gerakan sosial yang
berdiri pada tahun 2009 untuk membangun citra laki-laki baru anti-kekerasan terhadap
perempuan dan melakukan upaya-upaya yang berorientasi pada perubahan perilaku laki-laki
(dalam Febrianto,2014). Keberadaan ALB ini, menjadi penting untuk dikaji secara
menunjukkan bahwa pelibatan laki-laki dalam gerakan penghapusan kekerasan terhadap
perempuan dapat memiliki repertoar gerakannya tersendiri.
RUMUSAN MASALAH
Adapun Sebagian masalah yang hendak dibahas yaitu:
Apa yang dimaksud dengan Gerakan sosial dan kekerasan?
Apa saja jenis-jenis kekerasan?
Bagaimana Gerakan pembentukan ALB ?
Bagaimana resistensi ALB pada basis ideologis kekerasan terhadap perempuan?
TUJUAN MASALAH
Untuk mengetahui pengertian Gerakan sosial dan kekerasan
Mengetahui jenis-jenis kekerasan
Untuk mengetahui sejarah pembentukan Gerakan ALB
Mengetahui resistensi ALB pada basis ideologis kekerasan terhadap perempuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.Berdasarkan Pelakunya
Berdasarkan pelakunya, kekerasan terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:
Kekerasan Individual
Kekerasan individual adalah kekerasan yang dilakukan oleh seorang individu
kepada satu atau lebih individu lainnya.Contoh kekerasan individual di
antaranya pencurian, penganiayaan, pemukulan, dan lain sebagainya.
Kekerasan Kolektif
Kekerasan kolektif adalah kekerasan yang dilakukan oleh banyak orang atau
massa. Contoh kekerasan kolektif di antaranya tawuran pelajar, bentrokan
antardesa, dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sebuah tindakan perlawanan dapat dikatakan sebagai Gerakan Sosial dengan
memiliki suatu persyaratan. Sydney Tarrow berpendapat gerakan sosial merupakan suatu
tantangan kolektif yang didasarkan pada tujuan-tujuan bersama rasa solidaritas sosial. dan
interaksi sosial yang berkelanjutan antara para elit penentang dan pemegang wewenang.
Selanjutnya kekerasan antara lain dapat pula berupa pelanggaran (penyiksaan, pemerkosaan,
pemukulan, dll.) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau
menyakiti orang lain, dan - hingga batas tertentu - kepada binatang dan harta-benda. Istilah
"kekerasan" juga berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang
merusak.
Kekerasan terhadap perempuan sudah menjadi hal yang lumrah terjadi kekerasan
tersebut terjadi dalam bentuk kekerasan kultural dan structural ALB yang merupakan aliansi
laki-laki baru yaitu suatu Gerakan pencegahan kekeasan terhadap perempuan baik secara
structural maupun kultural dengan membangun kesadaran laki-laki terhadap maskulinitas dan
patriarki.
DAFTAR PUSTAKA