Kelompok 2 - GDS
Kelompok 2 - GDS
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
BAB III
PEMBAHASAN
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Peraturan penyelenggaraan lingkungan hidup Indonesia sudah tercantum dalam
Undang-Undang Dasar bahwa peran yang dimiliki perempuan dan laki-laki tidak boleh
terjadi kesenjangan. Sebagaimana dalam Pasal 5 Ayat 1, yaitu “Setiap manusia
mempunyai hak yang sama terhadap lingkungan yang baik dan sehat.” Namun, fakta di
lapangan melaporkan bahwa kedudukan perempuan masih kurang diperhatikan. Oleh
karena itu, gerakan sosial ekofeminisme di Pegunungan Kendeng hadir untuk
mengupayakan hak-hak demokratis sehingga posisi perempuan dapat mencapai
kesetaraan.
Perlawanan perempuan terhadap pembangunan tambang semen di Pegunungan
Kendeng, Jawa Tengah merupakan bentuk implementasi dari gerakan sosial
ekofeminisme. Selain itu, perlawanan tersebut terjadi karena para perempuan
menganggap apabila pabrik semen tetap didirikan maka sumber daya alam terutama air
dan pertanian akan rusak. Perlawanan yang dilakukan diterima dan ditindaklanjuti
dengan baik oleh Presiden Jokowi sehingga mendapatkan upaya penanggulangan berupa
PT Semen Indonesia akan menyiapkan dua buah sumur dan pembangunan tidak lagi
dilakukan di tempat yang dialiri oleh cekungan, air, dan tanah.
4.2 Saran
Ketidaksetaraan gender yang masih tinggi perlu dilakukan analisis lebih lanjut
dan gerakan ekofeminisme juga harus terus disosialisasikan agar lambat laun
ketidaksetaraan tersebut dapat hilang. Selain itu, dampak dan manfaat dari pembangunan
PT Semen Indonesia tidak sebanding karena masyarakat Kendeng lebih banyak
merasakan dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal kesehatan
dan dianggap penuh penyelewengan. Untuk ke depannya, pemerintah sebaiknya sebelum
mengeluarkan izin lingkungan terhadap pembangunan harus melakukan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup atau yang dikenal dengan AMDAL agar dapat
terlihat dampak yang akan terjadi jika pembangunan dilakukan sehingga dapat menjadi
keputusan kegiatan dapat dilakukan atau tidak.