Anda di halaman 1dari 4

Definisi Primordialisme

Menurut istilah, primordialisme berasal dari bahasa latin primus yang berarti pertama dan
ordiri yang berarti tenunan atau ikatan. Maka dari itu, kata primordialisme dapat diartikan
sebagai iaktan-ikatan utama seseorang dalam kehidupan sosial, dengan berbagai hal yang
dibawanya sejak lahir seperti suku bangsa, ras, asal-usul daerah, bahkan agama (Syihabudin,
2017). Sedangkan menurut Kun Maryati, Primordialisme adalah ikatan-ikatan seseorang yang
dibawa sejak lahir baik berupa suku bangsa, kepercayaan, ras, adat istiadat, daerah kelahiran, dan
lain sebagainya dalam kehidupan sosial yang sangat berpegang teguh terhadap hal-hal tersebut
(Prayitno, 2019). Definisi lain mengatakan bahwa primordialisme adalah bagaimana suatu
pandangan atau paham yang berpegang teguh pada hal-hal yang dibawa sejak dini, baik
mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam
lingkungan pertamanya (Suardipa, 2018). Kemudian menurut Geertz Primodialisme adalah
ikatan yang berasal dari unsur bawaan, atau lebih mirip lagi seperti unsur bawaan yang
diandalkan dari kehidupan sosial, hubungan langsung, dan terutama hubungan persaudaraan.
Lebih jauh lagi, yaitu keadaan bawaan yang berasal dari keadaan seperti komunitas religius
tertentu, bertutur dengan sebuah bahasa tertentu, atau bahkan sebuah dialek bahasatertentu, dan
mengikuti praktik-praktik sosial tertentu (Nurjaman, 2021).

Proses Perkembangnya di Indonesia

A. Sudut pandang budaya

Melihat dari sisi budaya, primordialisme dikatakan sebagai suatu pola pikir masyarakat
terhadap suatu ikatan tertentu. Karakteristik Indonesia yang memiliki keberagaman suku, adat,
agama, dan lainnya membuat Indonesia menjadi negara multikultural dengan masyarakat yang
majemuk. Di mana kita tidak hanya memiliki satu suku atau satu adat dan satu agama saja
melainkan kita memiliki keberagaman di dalamnya. Salah satu akibat dari keberagaman suku
bangsa dan kemajemukan masyarakat yang dimiliki Indonesia adalah lahirnya sikap
primordialisme (Prayitno, 2019). Dengan hal ini, memang erat kaitannya antara keberagaman
suku bangsa di Indonesia dengan sikap primordialisme. Primordialisme sendiri tentunya
berkembang seiring dengan kemajemukan masyarakat terlahir dan terus berkembang hingga saat
ini selama keberagaman dan kemajemukan itu masih ada.
Dalam kebudayaan, sejak kecil individu sudah meresapi berbagai hal mengenai nilai-nilai
kebudayaan yang berasal dari suku bangsanya sendiri. sehingga konsep nilai ini akan melekat
dalam diri seorang dan terkadang akan menimbulkan kesulitan seseorang untuk menyatu dengan
masyarakat yang memiliki budaya yang berbeda. Karena dalam sudut pandang budaya
primordialisme diposisikan sebagai pola pikir masyarakat, perkembangannya sangat terlihat
abstrak dan memiliki kemungkinan untuk berubah atau hilang. Namun, sampai saat ini sikap
primordialisme masih cukup kental diperlihatkan masyarakat Indonesia.

B. Sudut pandang sejarah

Pada tahun 1948 Furnivall mengungkapkan konsep masyarakat yang heterogen. Beliau
berpendapat bahwa ciri utama dari masyarakat heterogen adalah berkehidupan secara
berkelompok yang berdampingan secara nyata, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial yang
tergabung dalam satu kesatuan. Melihat kemajemukan ini tentunya menciptakan kehidupan yang
memiliki pola berbeda serta unik dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Melihat dari sisi
sejarah, kita sangat mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara yang pernah dijajah oleh
beberapa negara. Bukan hanya itu, Indonesia juga memiliki jalur laut yang dilewati banyak
pedagang dari berbagai negara. Maka, tidak hanya Belanda, Portugis, Inggris, dan bangsa barat
lainnya tetapi juga bangsa dan kebudayaan seperti Cina, Jepang, bahkan Arab, dan lainnya.

Dalam perjalanannya, primordialisme muncul sebagai rasa dari kecintaan seorang


individu dengan kebudayaannya sendiri hingga terkadang sikap primordialisme memunculkan
etnosentrisme. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa peristiwa yang erat kaitannya dengan
primordialisme. Seperti peristiwa pada tahun 1953, Pemerintah RI tidak menghiraukan aspirasi
kultural yakni keinginan dilaksanakan Syariat Islam yang memunculkan perlawanan dari
sebagian besar rakyat Aceh. Masyarakat Aceh menilai pemerintahan pada saat itu menggiatkan
pembangunan dengan penguatan Jawanisasi yang dinilai tidak sejalan oleh masyarakat Aceh
(Rozi, 2016). Sehingga ini merupakan cikal bakal dari munculnya kelompok masyarakat Aceh
yang menuntut pemisahan agar Aceh dapat berdiri sendiri.

Kemudian berlanjut pada kejadian tahun 1998 di mana pada masa pemerintahan ini
masyarakat keturunan Cina sangat terancam dan tidak memiliki rasa aman di Indonesia.
Akibatnya etnis Tionghoa mnegalami hal yang sangat buruk saat peristiwa 1998 ini terjadi. Hal
ini dikaitkan dengan adanya primordialisme di Indonesia. Masyarakat merasa etnis Tionghoa
bukanlah etnis asli yang mana mereka dianggap sebagai pendatang dan dirasa mengancam
masyarakat pribumi. Kemudian primordialisme sekarang ini tidak hanya berkembang meliputi
kebudayaan atau etnis saja, tetapi juga berkembang ke dunia politik di Indonesia. Dalam dunia
politik, partai-partai mempunyai akarnya sendiri sebagai cerminan dari jati diri mereka. Akibat
kuatnya prinsip primordial yang tertanam, kadang kala membuat parta-partai yang ada sulit
sekali untuk dapat dipertemukan dalam satu pemikiran hingga pada akhirnya konflik lah terus
berkembang tanpa ada penyelesaian. Konflik partai yang berdasar pada prinsip primordialisme
dan ideologi ini semakin lama semakin meruncing. Karena hal inilah, primordialisme akan selalu
berkembang seiring dengan kemajemukan masyarakat yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Nurjaman, A. (2021). Tantangan primordialisme dalam upaya membangun budaya politik


nasional, 5(2), 370–383.

Prayitno. (2019). Pengaruh Sikap Primordialisme Terhadap Upaya Pembentukan Proses


Harmonisasi Masyarakat Multikultur.

Rozi, S. (2016). Nasionalisme Demokratisasi dan Sentimen Primordialisme di Indonesia


allocation and distribution of resources This article examines ethnicity problems in Aceh
Papua Bali and Riau In Aceh and Papua. Jurnal Penelitian Politik, 6(1), 75–84.

Suardipa, I. P. (2018). Problematika Segmentasi Dalam Multikultur Pada Masyarakat Hindu


Bali, 61–70.

Syihabudin, A. (2017). Primordialisme Politik Di Indonesia Pada Pemilihan Presiden Tahun


2009 Dalam Perspektif Politik Islam.

Anda mungkin juga menyukai