Anda di halaman 1dari 4

MateriKuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Fakultas/Prodi : Kedokteran / Kedokteran gigi :


a. Pendidikan Kedokteran Gigi
b. Pendidikan Kedokteran Umum
Semester : I
Pengampu : Chaerun

PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


DI PERGURUAN TINGGI

Kompetensidasar
1. Mendeskripsikan makna dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan
2. Mendeskripsikan dasar hukum penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan di PerguruanTinggi
3. Mendeskripsikan perspektif historis, sosiologis, dan politis tentang PKn di Indonesia

Indikator capaian
1. Menjelaskan makna dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
2. Menyebutkan dasar hukum penyelenggaraanPendidikanKewarganegaraan di PerguruanTinggi
3. Menganalisisperbandinganperspektifhistoris, sosiologis, danpolitistentangPKn di Indonesia

A. Makna dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan

Sebagai upaya pembentuk


Kepribadian bangsa

Sebagai upaya pembentuk


rasa kebangsaan
(nasionalisme)

Sebagai upaya pembentuk


Rasa cinta tanah air
(patriotism)

Setiap bangsa mempunyai pandangan hidup masing-masing yang berbeda-beda.


Pandangan hidup ini kemudian dijadikan dasar sifat dan tingkah lakunya. Berbagai sifat
dan tingkah laku yang berdasar pada pandangan hidup ini kemudian menjadi pola sifat dan
tingkah lakunya dan inilah yang kita sebut kepribadian bangsa. Demikianlah maka setiap
bangsa mempunyai kepribadian masing-masing yang berbeda-beda pula.

Kepribadian bangsa in itidak begitu saja dapat disadari dan terbentuk pada setiap
warganegara dan
generasipenerusbangsa,karenasetiapwarganegaradansetiapgenerasiberadadalamkontekslin
gkungandanjamannyamasing-masing.Sepertisekarangpada era globalisasiini, bangsa
Indonesia bersinggungankuatdenganbudayalain, baikdari Barat maupundariTimur.
Masing-masingmembawasegipositifdan negative.Budayarasionalisdari Barat
bersifatpositif, sedangkanbudayasekuler, monopolis, kapitalisberifat negative bagibangsa
Indonesia.BangsaJepang yang berbudayamalu (shame culture)
danselalumempertimbangkansungguh-
sungguhapakahsuatuperbuatanakanmenyebabkandirinyamendapat rasa
maluatautidak(MarjohandanSefritaYenti, 2013: 107) adalahpositifbagibangsa Indonesia.
Namunhara-kiriadalahtidakcocokbagibangsa
Indonesia.Demikianlahmakaterbentuknyakepribadianbangsabagipenerusnyaperluupayape
mbentukan.Tanpaupayapembentukan,
sangatmungkinakanterjadiwarganegaradangenerasipenerusbangsa Indonesia
berkepribadianbangsaasing.Pendidikankewarganegaraansebagaiupaya yang sangatsadar,
diharapkanmampuberfungsisebagaipembentukkepribadianbangsabagiwarganegaradangen
erasipenerus, termasukmahasiswa.
Pendidikankewarganegaraanbukansajasebagaipembentukkepribadianwarganegaradan
generasipenerusbangsa,
tetapijugasangatdiperlukanuntukmembangundanmembentukjiwapatriotisme(cintatanah
air) warganegaradangenerasipenerusnya.Indonesia yang belum lama merdeka,
berdampakpadakelemahansumberdayamanusia,
sehinggadalammengisikemerdekaanbelummampumenghasilkankondisi yang
sesuaidenganharapan.Kondisiinidapatmempengaruhikebanggaandankecintaanwarganegar
adangenerasipenerusterhadap Indonesia, termasukmahasiswasebagaiwarganegara
Indonesia.Demikianlah,
pendidikankewarganegaraandiharapkandapatberfungsisebagaiupayapembentukandanpeng
embanganjiwapatriotismebangsa Indonesia bagimahasiswa.
Di sampingitu, Indonesia yang terdiridariberbagaisukubangsa,
padamasalalupernahmengalamikehidupankesukuandengansatuan-
satuankecildalamlingkunganwilayahnyamasing-masing yang berbeda-
bedadanperpecahanakibatpolitikdevide at imperadarikolonial. Hal
demikianmasihseringterasasampaisekarang.Rasa kebangsaan (nasionalisme) Indonesia
sebagaisatuan yang lebihbesar, yang sudahdibangunolehparapendirinegeriini,
tidakbegitusajadenganmudahdapatmenembussatuan-satuankeciltersebut.Kesadaran rasa
danjiwakebangsaan(nasionalisme) warganegaradangenerasipenerus, termasukmahasiswa,
sangatmemerlukanupayapembentukan.Pendidikankewarganegaraandiharapkanmampuber
fungsisebagaiupayamemperkuat rasa kebangsaan (jiwanasionalisme)tersebut.

B. DasarHukumPenyelenggaraanPKn di P.T.
Mata kuliahPendidikanKewarganegaraantermasukkelompok Mata
KuliahPengembanganKepribadian.Dasarhukumdaripenyelenggaraan Mata
KuliahPendidikanKewarganegaraansebagai Mata KuliahPengembanganKepribadian di
PerguruanTinggiadalah :
1. Kepmendiknas No. 232/U/2000,
tentangPedomanPenyusunanKurikulumPendidikanTinggidanPenilaianHasilBelajarM
ahasiswa yang menetapkan :Pendidikan Agama, PendidikanPancasila,
danPendidikanKewarganegaraan, merupakankelompok Mata
KuliahPengembanganKepribadian yang wajibdiberikandalamkurikulumsetiap
program studi/kelompok program studi.
2. Kepmendiknas No. 045/U/2002 tentangKurikulumIntiPendidikanTinggi yang
menetapkan: Pendidikan Agama, PendidikanPancasila,
danPendidikanKewarganegaraanmerupakankelompok Mata
KuliahPengembanganKepribadian yang wajibdiberikandalamkurikulumsetiap
program studi/kelompok program studi.
3. KeputusanDirjenDiktiDepdiknas No. 43/Dikti/Kep/2006 tentangrambu-
rambupelaksanaanpembelajarankelompokmatakuliahpengembangankepribadian di
perguruantinggi.
4. SuratedaranRistekDikti No. 435/B/SE/2016.

C. Perspektif Tentang Pendidikan Kewarganegaraan di PerguruanTinggi


1. Perspektif historis
Substansi Pendidikan Kewarganegaraan, secara historis sebenarnya telah dimulai
sejak sebelum ProklamasiKemerdekaan. Sampaiawalabad ke-20
masihbanyakmasyarakat yang belumsadarakankebangsaannya.
Kesadaranmerekalebihdidominasioleh rasa kesukuan, kedaerahan,
dankewilayahankerajan. Di sampingitu, kesadaranakandirinyasebagaimakhluk yang
bermartabatbelumberkembang. Lebihdariitu, masihsangatmeyakinibahwapenderitaan
yang dialamimerupakannasib yang harusditerimanyaseakankehendakIllahi,
tidakmernyadaribahwapenderitaan yang
dialamiakibatpenjajahan.Syukurmunculparatokohmasyarakatpribumi yang
telahsadarakankebangsaannya, berupayauntukmenyadarkan rasa
kebangsaanseluruhrakyat di Nusantara. Makapadapada 1908
dibentuklahsuatubadanperjuangan rasa kemanusiaandankebangsaan, yakni Budi
Utomo, yang kemudiandisepakatisebagaiHariKebangkitanNasional
(HariBangkitnyaBangsa Indonesia) yang
selamainitidurdandininabubukkanolehkolonial.
Kemudiandisusulolehgerakankemanusiaandankebangsaanlain, seperti Syarikat Islam,
Muhammadiyah, Indische Party, dan lain-lain. Inilahlembaga-lembaga yang
berupayamembentuk rasa kebangsaan Indonesia.Perjuangandarigerakan-
gerakantersebutakhirnyaberhasilmenyadarkan rasa
kebangsaanparapemudaditandaidenganlahiornyaSumpahPemudapada 1928.
Demikian, walaupun melalui berbagai bentuk gerakan, tetapi substansinya (hal
yang inti) adalah pembentukan rasa kebangsaan (nasionalisme) dan cinta tanah air
(patriotisme). Dahulu, sebelum merdeka, upaya pembentukan dilakukan oleh
gerakan-gerakan organisasi masyarakat. Kemudian sekarang dilakukan oleh lembaga
pemerintah, yakni oleh lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan tinggi,
melalui matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan.Ujud materinya juga berbeda.
Dalam kurikulum 1975 dinamakan PMP (Pendidikan Moral Pancasila), kemudian
sekitar 1960 dikenal dengan nama Civics, dan sekarang PPKn (Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan).
2. Perspektif Sosiologis
Upaya pembentukan rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air, di samping melalui
lembaga baik melalui lembaga masyarakat maupun melalui lembaga pemerintah, juga
dilakukan melalui pidato-pidato dan ceramah-ceramah parapemimpin bangsa,
terutama pada awal-awal kemerdekaan. Para pemimpin bangsa, para pejuang, para
kyai berpidato, melakukan ceramah-ceramah, membakar semangat rakyat untuk
memperkuat persatuan, membelatanah air, mempertahankan kemerdekaan yang telah
diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. Inilah perspektif (tinjauan) pendidikan
kewarganegaraan secara sosiologis, sebagai kegiatan kemasyarakatan para pemimpin
bangsa, pemimpin agama, dan belum dilakukan secara formal seperti sekarang.
3. Perspektif Politik
Pendidikan kewarganegaraan sebagai upaya pembentukan rasa kebangsaan dan
rasa cintatanah air, sudah dimulai sejak 1957. Sejak 1957 pada masa Orde Lama,
sudah dikenal istilah-istilah Kewarganegaraan, Civics, dan Kewargaan Negara.
Materi PKn berisi tentang perolehan dan kehilangan kewarganegaraan. Materi Civics
membahas tentang: SejarahKebangkitanNasional, UUD, danPidato-pidato yang
mengarahke “nation and character building “.
Kemudian pada masa Orde Baru, kurikulum yang berlaku adalah kurikulum
1968. Dalam jenjang SMA tercantum matapelajaran Kelompok Pembinaan Jiwa
Pancasila, yang mencakup matapelajaran Pendidikan Kewargaan Negara, Pendidikan
Agama, Bahasa Indonesia, dan Pendidikan Olah Raga. Mata pelajaran Kewargaan
Negara berintikan: a. Pancasiladan UUD 1945
b.Ketetapan-ketetapan MPRS 1966
c. Pengetahuan umum tentang PBB
Metodepembelajarandenganpendekatankorelasi,
artinyamatapelajaranPKnselaludikaitkandenganmatapelajaran yang lain,
sepertiSejarah Indonesia, IlmuBumi Indonesia, HakAsasiManusia, danEkonomi,
sehinggatampaklebihhidup.
Kurikulum 1968 akhirnyamengalamiperubahanmenjadikurikulum 1975.Mata
pelajaranPendidikanKewargaan Negara berubahmenjadiPendidikan Moral Pancasila
(PMP) denganmaterikhusustentangPancasiladan UUD 1945,
dengantujuanmembentukmanusiaPancasilais.
Kurikulum 1975 jugamengalamiperubahanmenjadikurikulum 1994.Mata
pelajaran PMP
berubahmenjadimatapelajaranPendidikanPancasiladanKewarganegaraan.

Anda mungkin juga menyukai