Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR DAN

GANGGUAN PERNAPASAN MASYARAKAT DI KOTA JAKARTA

THE EFFECT OF INCREASING THE NUMBER OF MOTORIZED VEHICLES AND


RESPIRATORY DISORDERS IN THE CITY OF JAKARTA

Anggi Saputri*1, Putri Cahyanti2, Rizqi Hendardi3, Yovi Nurhalimah4, Dian Alfia Purwandari5

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FIS UNJ


E-mail: * anggisaputri_1407619058@mhs.unj.ac.id, 2putricahyanti_1407619064@mhs.unj.ac.id,
1
3
rizqihendardi_1407619053@mhs.unj.ac.id, 4yovinurhalimah_1407619062@mhs.unj.ac.id, 5dian-
alfia@unj.ac.id

Abstrak
Jumlah kendaraan bermotor di kota Jakarta terus meningkat setiap tahunnya, karena hampir
semua orang memiliki kendaraan bermotor bahkan sudah menjadi kebutuhan primer. Namun,
banyak yang belum sadar bahwa itu juga dapat meningkatkan polusi udara yang akan berdampak
pada gangguan pernapasan manusia. Tujuan dari artikel ini adalah untuk melihat pengaruh
peningkatan kendaraan bermotor terhadap kualitas kesehatan masyarakat khususnya pada
kesehatan pernapasan. Jenis metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
teknik pengumpulan data studi kepustakaan dan secondary data. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jumlah kendaraan bermotor di kota Jakarta terus meningkat setiap tahunnya, dan hal ini
berpengaruh pada gangguan sistem pernapasan manusia karena emisi kendaraan bermotor yang
menyebabkan polusi udara semakin meningkat. Akibatnya, banyak masyarakat yang sakit,
bahkan meninggal karena emisi kendaraan bermotor. SDGs hadir untuk membantu mengatasi
permasalahan tersebut, dan pemerintah juga telah membuat beberapa kebijakan berdasarkan
tujuan SDGs poin 3. Masyarakat juga harus ikut berperan dalam mewujudkan tujuan SDGs poin
3 tersebut.
Kata kunci: kendaraan bermotor, gangguan pernapasan, SDGs poin 3

Abstract
The number of motorized vehicles in the city of Jakarta continues to increase every year,
because almost everyone owns a motorized vehicle and it has even become a primary need.
However, many of them are not aware that it can also increase air pollution which will have an
impact on the human respiratory disorders. The purpose of this article is to look at the effect of
increasing motorized vehicles on the quality of public health, especially respiratory health. The
type of research method used is a qualitative method with library research data collection
techniques and secondary data. The results of the study show that the number of motorized
vehicles in the city of Jakarta continues to increase every year, and this affects the disturbance
of the human respiratory system because motor vehicle emissions that cause air pollution are
increasing. As a result, many people are sick, and even die from motor vehicle emissions. The
SDGs are here to help overcome these problems, and the government has also made several
policies based on the goals of SDGs point 3. The community must also play a role in realizing
the goals of SDGs point 3.

Keywords: motorized vehicles; respiratory disorders; SDGs point 3.

Pendahuluan
Saat ini, hampir seluruh aktivitas manusia dibantu oleh kendaraan bermotor. Kendaraan
bermotor bukan hanya menjadi komponen pembantu yang memudahkan aktivitas manusia tetapi
sudah menjadi kebutuhan primer yang sifatnya adalah lebih baik terpenuhi daripada tidak. Hal
ini dapat dilihat dari minimnya minat masyarakat Indonesia untuk menaiki transportasi umum
dan memilih naik transportasi pribadi. Pada akhirnya, kendaraan bermotor yang meningkat
tentunya menimbulkan kekhawatiran terhadap kualitas udara yang diperkirakan akan menurun
seiring meningkatnya jumlah kendaraan bermotor.
Karena peningkatan kendaraan bermotor ini juga berdampak negatif bagi lingkungan karena
meningkatnya pula pencemaran udara yang diakibatkan dari peningkatan emisi kendaraan
bermotor (Abidin et al., 2019). Memang berbicara mengenai masyarakat dan aktivitasnya tidak
akan pernah terlepas dari lingkungan itu sendiri. Kesehatan lingkungan tentunya menjadi aspek
yang sangat penting bagi manusia, jika lingkungan sehat maka kualitas hidup manusia juga akan
meningkat. Dewasa ini kesehatan lingkungan sering menjadi perhatian karena kualitasnya yang
semakin menurun. Selain pencemaran yang dihasilkan dari banyaknya pabrik industri, kebakaran
hutan yang terus menerus terjadi, dan pembangkit listrik, zat polutan yang mencemari udara
Indonesia juga diakibatkan oleh kendaraan bermotor yang ada di Indonesia.
Kendaraan bermotor didefinisikan sebagai salah satu jenis angkutan darat selain kereta api
dan angkutan yang membutuhkan bantuan manusia atau hewan (sepeda, becak, gerobak dorong,
dan lainnya) untuk membuatnya berjalan. Kendaraan bermotor juga termasuk ke dalam angkutan
darat yang berada di jalan raya. Seperti sepeda motor, mobil pribadi, mobil umum (angkutan
publik), bus pribadi, bus umum (angkutan publik), dan truk (Oktaviastuti & Wijaya, 2017).
Tercatat dalam Badan Pusat Statistik mengenai Jumlah Kendaraan Bermotor di Provinsi DKI
Jakarta mengalami peningkatan dari tahun 2018-2020. Pada tahun 2018 jumlah kendaraan
bermotor tercatat berjumlah 11.762.763 unit, kemudian pada tahun 2019 berjumlah 11.839.921
unit dan pada tahun 2020 berjumlah 20.221.821 Namun, meningkatnya jumlah kendaraan
bermotor tiap tahunnya ini juga dirasa menambah peluang dalam meningkatkan risiko
pencemaran udara.
Dilansir dari kompas.com hasil dari Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU)
menunjukkan indeks udara yang tidak sehat di enam stasiun Sistem Prediksi Kualitas Udara
(SPKU) Jakarta ada sekitar 147 hari selama bulan Juni 2021. Artinya, rata-rata di wilayah stasiun
di Jakarta memiliki 24,5 hari dengan udara yang tidak sehat. Melihat kepada UU tentang Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup No.4 tahun 1982, pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas
lingkungan menjadi kurang berfungsi. Contoh zat-zat polutan yang merupakan zat penghasil
pencemaran udara adalah karbon dioksida, karbon monoksida, timbal, Nitrogen dioksida, dan
lain sebagainya (Abidin et al., 2019).
Hal ini juga diperkuat dengan adanya tujuan pembangunan berkelanjutan yang kita ketahui
sebagai SDGs (Sustainable Development Goals) yang salah satunya yaitu ada pada poin 3
mengenai Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Pada poin 3 SDGs ini berisi beberapa target yang
salah satunya yakni secara signifikan mengurangi jumlah kematian dan kesakitan akibat bahan
kimia berbahaya, serta polusi, dan kontaminasi udara, air, dan tanah. Sehingga dengan adanya
SDGs poin 3 ini diharapkan pencemaran udara di Jakarta akan semakin berkurang dan berbagai
elemen pun sadar bahwa penting bagi kita untuk sama-sama saling menjaga kualitas udara.
Oleh karena itu, artikel ini dibuat bertujuan untuk melihat pengaruh peningkatan kendaraan
bermotor terhadap kualitas kesehatan masyarakat khususnya pada kesehatan pernapasan. Dengan
memaparkan kajian terkait: (1) Hal apa saja yang mempengaruhi peningkatan jumlah kendaraan
bermotor, (2) Bagaimana pengaruh peningkatan kendaraan bermotor terhadap gangguan
pernapasan di Kota Jakarta, (3) Bagaimana kaitan antara Permasalahan dengan SDGs Poin 3, (4)
Bagaimana solusi pengurangan jumlah kendaraan bermotor di Kota Jakarta.

Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dari sebuah fenomena.
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
memiliki dasar deskriptif guna memahami suatu fenomena dengan lebih mendalam, variabelnya
saling terhubung, dinamis, dan bersifat interaktif untuk menghasilkan makna. Dalam penelitian
ini, studi kepustakaan dilakukan dengan menggunakan online database yang terdapat di Google
Scholar. Tidak hanya studi pustaka, penelitian ini juga berbasis secondary data yang berasal dari
berbagai website yang kredibel seperti website kementerian. Literatur yang ditinjau dibatasi dari
tahun 2014 sampai tahun 2021 yang dapat memberikan gambaran tentang keterkaitan antara
peningkatan kendaraan bermotor dan kesehatan masyarakat.

Hasil dan Pembahasan


1. Faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah kendaraan bermotor di kota
Jakarta
Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang memakai mesin (motor) untuk
menjalankannya. Lebih lanjut dijelaskan menurut UU No. 22 Tahun (2009) tentang Lalu
Lintas dan Angkutan jalan, menyatakan bahwa kendaraan bermotor adalah setiap
kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang
berjalan di atas rel. Kendaraan bermotor menjadi sarana transportasi yang terkenal dan
sering digunakan oleh kalangan masyarakat di DKI Jakarta. Masyarakat lebih menyukai
transportasi ini karena dirasa lebih efektif dan efisien untuk digunakan sehari-hari.
Ditambah dengan berkembangnya zaman, membuat kehadiran kendaraan bermotor
semakin membaik kualitasnya. Salah satu kendaraan bermotor yang jumlah pemakaiannya
terus meningkat terutama di Kota Jakarta adalah sepeda motor atau kendaraan roda dua.
Hal ini terjadi karena menurut masyarakat, sepeda motor dirasa lebih praktis untuk
digunakan di Jakarta karena dapat mempercepat mobilitas dan menghindari kemacetan.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Kota Jakarta dalam tiga tahun terakhir terlihat
dalam data Badan Pusat Statistik berikut (2021a).
Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan (unit) di Provinsi DKI Jakarta
2018 2019 2020
Mobil Penumpang 2.789.377 2.805.989 3.365.467
Bus 295.601 295.370 35.266
Truk 541.375 543.972 679.708
Sepeda Motor 8.136.410 8.194.590 16.141.380
Jumlah 11.762.763 11.839.921 20.221.821
Gambar 1. Tabel Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Jakarta Tahun 2018-2020

Dalam tabel tersebut terlihat jika dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, jumlah
kendaraan bermotor terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah kendaraan
bermotor di Provinsi DKI Jakarta tahun 2019 naik sebanyak 0.65% kendaraan dari tahun
2018. Kemudian pada tahun 2020 kendaraan bermotor terus mengalami peningkatan,
yaitu sebesar 70% dari tahun 2019. Dari keempat jenis kendaraan bermotor di Kota
Jakarta, sepeda motor adalah kendaraan yang paling pesat mengalami peningkatan. Angka
kendaraan bermotor di Kota Jakarta bahkan melampaui jumlah warganya. Menurut data
Badan Pusat Provinsi DKI Jakarta(2021b), jumlah penduduk Kota Jakarta pada tahun
2020 adalah sebanyak 10,56 juta jiwa.
Peningkatan kendaraan bermotor yang terjadi di Kota Jakarta disebabkan oleh
beberapa faktor. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jika sebagian besar
masyarakat DKI Jakarta menjadikan kendaraan bermotor terutama sepeda motor sebagai
kendaraan favorit mereka. Alasan utama yang membuat masyarakat memilih sepeda
motor sebagai alat transportasi adalah harganya yang murah dan dapat mempersingkat
waktu perjalanan.
Dilansir melalui laman kumparan.com (2019), peningkatan jumlah kendaraan bermotor
dari tahun ke tahun dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah daya beli masyarakat
yang meningkat. Usaha pemerintah dalam memulihkan perekonomian melalui pemberian
insentif fiskal berupa penurunan tariff Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung
Pemerintah (PPnBM DTP) untuk kendaraan bermotor, membuat penjualan kendaraan
bermotor meningkat. Pemerintah memberlakukan insentif pajak mobil baru 0 persen alias
pembebasan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang ditanggung pemerintah
mencapai 100 persen. Jumlah penjualan mobil pada masa pandemi dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Mobil
Kuartal III 2020 111,12 ribu
Kuartal III 2021 234 ribu
Kuartal II 2021 202 ribu
Gambar 2. Jumlah Penjualan Mobil pada Masa Pandemi

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan jika kebijakan pemerintah mampu


membantu dalam pemulihan perekonomian pada masa pandemi. Meskipun dalam masa
pandemi, pertumbuhan penjualan mobil tetap ada kenaikan, meskipun tipis. Hal serupa
juga terjadi pada kendaraan motor, dimana jumlah penjualan sepeda motor juga
mengalami kenaikan sebanyak 1,52 juta per kuartal III 2021. Tren penjualan tersebut
membuktikan jika daya beli masyarakat meningkat, terutama pada masyarakat Kota
Jakarta. Sebagai Ibukota negara, Kota Jakarta menjadi pusat kegiatan ekonomi, sehingga
membuat masyarakatnya memiliki daya beli kendaraan bermotor yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kota lainnya di Indonesia. Dimana hal ini secara tidak langsung
telah berpengaruh terhadap peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Kota Jakarta.
Selain itu, terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi peningkatan jumlah kendaraan
bermotor di Jakarta, yaitu aktivitas komuter. Oleh karena Kota Jakarta merupakan pusat
pertumbuhan bagi wilayah di sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi,
membuat banyak masyarakat dari wilayah tersebut adalah sebagai pekerja komuter.
Aktivitas komuter ini tentu tidak terlepas dari penggunaan moda transportasi. Pekerja
komuter lebih memilih untuk menggunakan moda transportasi pribadi. Mereka memilih
menggunakan sepeda motor karena dirasa cepat dan praktis dan mobil juga banyak dipilih
oleh pekerja komuter karena alasan kenyamanan.
Ketertarikan pekerja komuter terhadap kendaraan pribadi, dikarenakan mereka merasa
jika kendaraan umum masih kurang nyaman digunakan sebagai moda transportasi. Pada
jam sibuk, banyak kendaraan umum yang kapasitasnya terlalu padat, sehingga membuat
pekerja komuter merasa kurang nyaman. Walaupun biaya transportasi umum terbilang
murah, kepastian waktu tunggu, kurangnya jumlah kendaraan umum, dan kurang
nyamannya kendaraan umum menjadi pertimbangan pekerja komuter untuk tidak
menggunakan transportasi umum(Irjayanti dkk., 2021). Fenomena tersebut juga turut
menjadikan tingginya jumlah kendaraan bermotor di Kota Jakarta.

2. Pengaruh peningkatan kendaraan bermotor terhadap gangguan pernapasan di kota


Jakarta
Gangguan pernapasan adalah kondisi yang berpotensi mengancam jiwa dimana paru-
paru tidak dapat menyediakan cukup oksigen ke tubuh seseorang. Gangguan pernapasan
dapat terjadi karena gas buang kendaraan bermotor seperti pada gas CO (karbon
monoksida) yang jika terhirup manusia maka akan bergabung dengan hemoglobin
sehingga membentuk carboxy haemoglobin (COHb). Semakin tinggi kadar hemoglobin
dalam darah maka semakin fatal risiko yang akan diterima oleh manusia, hingga dapat
menyebabkan kematian.
Jumlah kendaraan bermotor di Jakarta kian hari semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan hasil laporan yang dilakukan oleh Fachrial dan Olivia (2021: 27)menyatakan
bahwa, kendaraan roda dua dan empat mengkonsumsi sekitar 25,9 juta liter bahan bakar
fosil setiap harinya, yang rata-rata di dominasi oleh kendaraan bermotor pribadi, hal itulah
yang menjadikan kendaraan bermotor/darat menjadi salah satu sumber utama polusi udara
di Jakarta. Menurut DLH DKI Jakarta, Bloomberg Philantropies, dan Vital Strategies
(2020: 9), polusi udara bisa menyebabkan berbagai masalah terhadap kesehatan manusia
seperti penyakit saluran pernafasan (ISPA) kronis maupun akut, asma, stroke, jantung,
diabetes, maupun kanker.

Tabel 1. Tabel Data Penyakit Ispa dan Tuberkulosis


Tahun ISPA Tuberkulosis
2016 1.801 juta -
2017 1.846 juta 410
2018 1.817 juta 393

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui jika pada tahun 2017, terjadi peningkatan kasus
penyakit ISPA dengan tahun sebelumnya. Namun pada 2018, justru kasus penyakit ISPA
dan Tuberkulosis menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2019 kasus
Tuberkulosis juga turut mengalami penurunan Case Detection Rate (CDR) sebesar 87,5%.
Berdasarkan data Kemenkes RI, Case Nation Rate (CNR) kota Jakarta sejak tahun 2018-
2019 tetap dikatakan tinggi secara nasional. Hal tersebut tentu berbanding terbalik dengan
jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2018 dan 2019, yang mana pada tahun tersebut
jumlah kendaraan bermotor mengalami peningkatan, sedangkan jumlah kasus penyakit
ISPA dan Tuberkulosis mengalami penurunan.
Selanjutnya untuk melihat apakah kendaraan bermotor benar sebagai penyumbang
dalam penyakit pernafasan di atas ataukah tidak dapat ditinjau melalui data Indeks Standar
Pencemaran Udara (ISPU).

Tabel 2. Tabel Data Standar Pencemaran Udara


Wilaya Golongan Golongan Golongan
h Baik Sedang Tidak
Sehat
DKI 1 38% 61% 1%
DKI 2 23% 70% 7%
DKI 3 20% 74% 6%
DKI 4 17% 76% 7%
DKI 5 16% 65% 19%

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa, kualitas udara di Jakarta mengalami fluktuatif,
namun kualitas udara di Jakarta masih tergolong sedang selama 4 tahun terakhir. Tetapi,
selama di tahun 2020 mengalami penurunan yang sangat drastis, mengingat bahwa di tahun
2020 Jakarta menerapkan PSBB, sehingga dapat menekan aktivitas kendaraan bermotor di
Jakarta. Meskipun demikian, wilayah di Jakarta yang sering kali memiliki nilai ISPU
tertinggi ada di wilayah DKI5, sejak tahun 2017-2020. Sesungguhnya kualitas udara di
Jakarta yang tergolong sedang, memiliki arti jika kualitas udara di Jakarta masih dapat
diterima oleh makhluk hidup. Namun disisi lain untuk kelompok orang yang sensitif
terhadap kualitas udara yang tidak sehat, sekiranya perlu untuk menghindari atau
mengurangi aktivitas di luar ruangan.
Kemudian, data-data yang berkaitan dengan kualitas udara di Jakarta tidak memiliki
keterkaitan yang spesifik apakah kualitas udara didorong oleh peningkatan kendaraan
bermotor atau tidak, yang kemudian berefek kepada kesehatan manusia akibat kualitas
udara yang buruk. Namun, telah disinggung sebelumnya bahwa bagi kelompok orang yang
sensitif atau rentan terkena dampak kesehatan penyakit pernafasan adalah anak-anak
maupun orang tua lanjut usia yang memiliki imunitas yang rendah. Dengan kata lain, data
yang menunjukkan penyakit pernafasan di Jakarta seperti ISPA, pneumonia, dan
tuberkulosis paru tidak bisa digeneralisir bahwa itu hanya disebabkan oleh peningkatan
kendaraan bermotor.

3. Keterkaitan Jumlah Kendaraan Bermotor dengan SDGs Poin 3


Kota Jakarta adalah salah satu kota yang memiliki jumlah kendaraan bermotor terbanyak
di Indonesia, ini karena banyaknya para penduduk dan pekerja yang tinggal di Jakarta.
Berdasarkan yang telah dijelaskan di atas, selama tiga tahun terakhir ini jumlah kendaraan
bermotor terus mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Masyarakat menilai jika
menggunakan kendaraan pribadi dapat lebih cepat dan nyaman. Namun, dengan terus
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor ini juga dapat meningkatkan jumlah penderita
penyakit pernapasan. Di Indonesia, emisi kendaraan bermotor merupakan penyumbang
pencemaran udara terbesar, yaitu sebanyak 85%. Kendaraan bermotor ini memiliki berbagai
macam gas yang dapat mengganggu kesehatan manusia, seperti karbon monoksida (CO),
nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), sulphur oksida (SOx), partikel timbal (Pb).
Berbagai gas tersebut dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan,
ini dapat menyebabkan fungsi dan kerja organ tubuh menjadi terganggu (Hasnisa et al., 2014).
Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi fatal dari organ tubuh seperti paru-paru dan
pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Biasanya, pencemaran udara
karena partikel debu dapat menyebabkan penyakit pernapasan kronis seperti pneumonia,
ISPA, tuberculosis (TBC), bronkitis kronis, emfisema paru, asma bronchial dan bahkan
kanker paru-paru. Keracunan gas CO timbul sebagai akibat terbentuknya karboksihemoglobin
(COHb) dalam darah. Afinitas CO yang lebih besar dibanding dengan oksigen (O 2) terhadap
Hb menyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu.
Selaras dengan itu, berkurangnya penyediaan oksigen ke seluruh tubuh, apabila tidak segera
mendapat udara segar, akan membuat sesak napas dan dapat menyebabkan kematian (Ismiyati
et al., 2014).
Karena adanya permasalahan yang seperti dijelaskan di atas, maka SDGs ada untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. SDGs merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan
yang digagaskan oleh PBB untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
mengancam dunia. Dengan17 tujuan dalam SDGs, yang salah satunya adalah menjamin
kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor ini dapat meningkatkan polusi udara di kota Jakarta
juga meningkat, dan ini akan berpengaruh pada sistem pernapasan manusia yang terganggu
sehingga menyebabkan penyakit pernapasan yang bahkan dapat berujung pada kematian
akibat udara kotor yang dihirupnya. Dan dengan adanya SDGs poin 3 yang fokus pada
kehidupan sehat dan sejahtera, diharapkan permasalahan dapat diminimalisir.
SDGs poin 3 bertujuan untuk menjamin kehidupan masyarakat yang sehat demi
terwujudnya kesejahteraan. Dan ada beberapa target yang dimilikinya, salah satunya adalah
target 3.9, yaitu ‘Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi jumlah kematian dan
kesakitan akibat bahan kimia berbahaya, serta polusi dan kontaminasi udara, air, dan tanah’
(BAPPENAS, 2021). Salah satu cara pemerintah untuk mencapai tujuan SDGs adalah dengan
membuat kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). RPJMN
merupakan dokumen perencanaan untuk jangka menengah 5 tahun yang menjadi acuan bagi
setiap Kementerian/Lembaga dalam usaha menyusun Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra K/L). Pada saat ini, RPJMN yang sedang dilaksanakan
adalah RPJMN 2020-2024. Adapun Kebijakan RPJMN 2020-2024 yang sesuai dengan tujuan
SDGs poin 3 adalah: (1) Mengendalikan pertumbuhan penduduk dan memperkuat tata kelola
kependudukan; (2) Memperkuat pelaksanaan perlindungan sosial; dan (3) Meningkatkan
pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan
kesehatan dasar (Primary Health Care). (Kementerian PPN / BAPPENAS, 2020).
Adapun program yang diusung untuk mewujudkan SDGs dalam bidang kesehatan adalah
Program Indonesia Sehat dengan 3 pilar yakni paradigma sehat, pelayanan kesehatan, dan
jaminan kesehatan nasional. Tantangan terbesar dalam pelaksanaan agenda pembangunan
berkelanjutan ini di Indonesia adalah reformulasi konsep pembangunan yang terintegrasi dan
penempatan kesehatan sebagai satu rangkaian proses manajemen pembangunan yang meliputi
input, proses, output, hasil dan dampak serta memahamkan bersama akan substansi kesehatan
pembangunan yang harus dilaksanakan bersama di era desentralisasi dan demokratisasi saat
ini (BAPPENAS, 2021).

4. Upaya Pengurangan Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Jakarta


Peningkatan kendaraan bermotor di kota Jakarta harus terus diperhatikan. untuk
membantu mengurangi dampak buruk pada pernapasan manusia. Lalu upaya yang sudah
dilakukan oleh pemerintah, yaitu:
1) Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas
Udara
Ada beberapa poin pada Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019 yang mengarah pada
ketentuan untuk kendaraan bermotor, yaitu:
a. Memastikan usia kendaraan angkutan umum tidak lebih dari 10 tahun dan lulus uji
emisi serta melakukan peremajaan seluruh angkutan umum melalui program Jak
Lingko pada tahun 2020.
b. Perluasan kebijakan ganjil genap dan peningkatan tarif parkir di wilayah yang
terlayani angkutan umum massal pada 2019, serta penerapan kebijakan congestion
pricing yang dikaitkan pada pengendalian kualitas udara pada tahun 2021.
c. Memperketat ketentuan uji emisi bagi seluruh kendaraan pribadi dan memastikan
tidak ada kendaraan pribadi berusia lebih dari 10 tahun yang beroperasi di wilayah
Jakarta pada tahun 2025.
d. Mendorong peralihan ke moda transportasi umum dan meningkatkan kenyamanan
berjalan kaki melalui percepatan pembangunan fasilitas pejalan kaki dan penghubung
ke angkutan umum massal pada tahun 2020
(Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, 2020)
.
2) PP Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik
Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan
Kendaraan bermotor listrik akan memberikan dukungan dalam bidang pelestarian
lingkungan, program ketahanan, bauran energi nasional, program pengurangan
penggunaan dan subsidi BBM,serta program pengurangan emisi gas buang.
(Peraturan Presiden Republik Indonesia No.55 Tah
.
3) Peraturan Gubernur Nomor 66 Tahun 2020 tentang Uji Emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor
Pemprov DKI Jakarta mewajibkan uji emisi bagi seluruh kendaraan bermotor yang
beroperasi di Jakarta. Dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu tahunlalu hasil
pelaksanaan uji emisi gas buang direkam dalam Sistem Informasi Uji Emisi. Biaya uji
emisi gas buang dibebankan kepada pemilik kendaran bermotor. Lalu yang tidak lolos uji
emisi, pajak kendaraannya dinaikkan
(Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.66 Tahun 2020, 2020)
.
Selain dari pemerintah, masyarakat harus ikut berperan dalam mewujudkan pengurangan
kendaraan bermotor ini demi mengurangi penyakit pernapasan pada masyarakat dan untuk
mewujudkan tujuan SDGs poin 3. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat,
yaitu:
1) Membatasi jumlah kendaraan pribadi.
2) Merawat kendaraan pribadikarena jika tidak sering dibersihkan maka asap yang
dikeluarkan bisa berlebih dan berakibat pada kondisi udara yang tercemar. polusi udara.
3) Menggunakan sepeda atau jalan kakike tempat-tempat yang masih terjangkau dekat untuk
mengurangi polusi udara.
4) Menggunakan transportasi umum
Di Jakarta, ada banyak transportasi umum yang bisa digunakan dan tersebar dimana-
mana, seperti JakLingko, Transjakarta (TJ), Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail
Transit (LRT), Commuter Line, dll. Transportasi umum tersebut juga sudah lebih banyak
dan lebih nyaman, sehingga penumpang bisa lebih menikmatinya.
5) Memperbanyak tanaman hijau di lingkungan sekitar
Polusi udara selalu ada di sekitar kita, tidak hanya di jalan melainkan juga ada di
lingkungan rumah karena kendaraan bermotor selalu ada di lingkungan kota Jakarta. Hal
ini dapat membantu mengurangi polusi udara di sekitar rumah sehingga dapat mengurangi
risiko gangguan pernapasan masyarakat di sekitar.

Kesimpulan
Kendaraan bermotor merupakan transportasi yang yang memakai mesin (motor) untuk
menjalankannya. Alasan kendaraan bermotor berkembang pesat adalah karena masyarakat
lebih menyukai kendaraan bermotor yang dirasa lebih efektif dan efisien untuk digunakan
sehari-hari, dan fasilitas transportasi umum yang ada masing kurang. Berdasarkan data yang
diperoleh tentang jumlah kendaraan bermotor, masyarakat lebih menyukai kendaraan pribadi
jenis sepeda motor atau kendaraan roda dua, karena dapat mempercepat mobilitas dan
menghindari kemacetan. Selaras dengan meningkatnya kendaraan bermotor, terutama
kendaraan roda dua, maka secara bersamaan polusi udara di Kota Jakarta juga turut
mengalami peningkatan. Gas buang kendaraan roda dua menjadi penyumbang zat polutan
yang dapat mencemari lingkungan, khususnya udara.
Menurut DLH DKI Jakarta, Bloomberg Philantropies, dan Vital Strategies (2020: 9),
polusi udara bisa menyebabkan berbagai masalah terhadap kesehatan manusia seperti
penyakit saluran pernafasan (ISPA) kronis maupun akut, asma, stroke, jantung, diabetes,
kanker paru-paru, pneumonia, dan tuberculosis paru.Polusi udara dapat mengubah fungsi
makrofag, maka dapat meningkatkan kerentanan untuk menyebabkan terjadinya TB
paru. Adanya penurunan kasus ISPA dan Tuberkulosis pada tahun 2019 hingga 2020, dapat
diasumsikan bahwa kebijakan kendaraan umum, kendaraan ramah lingkungan, dan WFH
mempengaruhi penurunan pasien ISPA.
Untuk melihat apakah kendaraan bermotor benar sebagai penyumbang dalam penyakit
pernafasan di atas atau tidak, dapat ditinjau melalui data Indeks Standar Pencemaran Udara
(ISPU) yang menunjukkan bahwa kualitas udara di Jakarta mengalami fluktuatif, namun
kualitas udara di Jakarta masih tergolong sedang selama 4 tahun terakhir. Tetapi, selama di
tahun 2020 mengalami penurunan yang sangat drastis, mengingat bahwa di tahun 2020
Jakarta menerapkan PSBB, sehingga dapat menekan aktivitas kendaraan bermotor di Jakarta.
Adanya SDGs nomor 3 yang fokus pada kehidupan sehat dan sejahtera, diharapkan dapat
meminimalisir permasalahan tersebut. Peningkatan kendaraan bermotor di kota Jakarta harus
terus diperhatikan dan dibatasi. Hal ini untuk membantu mengurangi dampak buruk pada
pernapasan manusia karena polusi yang ditimbulkan dari kendaraan bermotor. Berbagai upaya
juga telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat demi terwujudnya tujuan SDGs
poin 3.

Saran
Dalam pengendalian kendaraan bermotor tentunya membutuhkan peran berbagai pihak.
Pemerintah perlu meningkatkan regulasi agar terkait kendaraan bermotor. Tidak hanya
Pemerintah, perlunya kesadaran dari masyarakat sendiri juga diperlukan untuk dapat menekan
laju pencemaran udara dengan membatasi penggunaan kendaraan pribadi. Penggunaan
angkutan umum tentunya akan mengurangi jumlah kendaraan bermotor milik pribadi. Hal ini
juga tentunya akan mengurangi risiko tercemarnya udara karena zat-zat yang dikeluarkan
kendaraan bermotor juga akan ikut berkurang. Selain kedua hal ini, inovasi yang cukup
dibutuhkan adalah dengan adanya kendaraan yang menggunakan tenaga listrik sehingga tidak
memiliki pembuangan yang berisiko mencemari udara. Terlebih lagi di era canggih seperti ini,
penggunaan listrik sudah mampu dijadikan sebagai alternatif yang ramah lingkungan.
Menurut peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pengembangan kendaraan
listrik yang disertai dengan pemanfaatan energi terbarukan dapat secara efektif menurunkan
emisi karbon. Berkembangnya kendaraan berbahan bakar listrik juga diwarnai dengan
kampanye Jakarta Langit Biru yang diadakan pada tahun 2019 lalu. Dengan mengikutsertakan
472 kendaraan ramah lingkungan mulai dari skuter, sepeda, motor, taksi, hingga bus. Hal ini
bertujuan agar masyarakat lebih teredukasi bahwa kendaraan berbahan bakar listrik memiliki
emisi gas yang sedikit sehingga risiko untuk menimbulkan pencemaran udara juga menurun.
Pembangunan transportasi massal yang dilakukan oleh PemProv DKI Jakarta seperti MRT
dan LRT menjadi langkah Pemerintah untuk mengurangi jumlah kendaraan bermotor di Kota
Jakarta.Terdapat juga pengembangan aplikasi e-Uji Emisi dan mewajibkan setiap kendaraan
untuk diuji emisinya sebelum tahun 2020. Langkah-langkah yang telah ada ini hendaknya
dilakukan dengan lebih konsisten agar menghasilkan Jakarta yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abidin, J., Artauli Hasibuan, F., Kunci, K., Udara, P., & Gauss, D. (2019). Pengaruh
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan Untuk Menambah Pemahaman Masyarakat
Awam Tentang Bahaya Dari Polusi Udara. Prosiding SNFUR-4, 2(2), 978–979.
2. Oktaviastuti, B., & Wijaya, H. S. (2017). Urgensi Pengendalian Kendaraan Bermotor di
Indonesia. Rekayasa : Jurnal Sipil, 2(1), 5–8. repo.unand.ac.id
3. BAPPENAS. (2021). 3. Kehidupan Sehat dan Sejahtera. https://sdgs.bappenas. go.id/tujuan-
3/
4. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.66 Tahun 2020, Pub. L. No. 66
(2020).
https://jdih.jakarta.go.id/uploads/default/produkhukum/PERGUB_NO._66_TAHUN_2020.p
df
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2019, Pub. L. No. 55 (2019).
Indonesia. Retrieved from https://jdih.bumn.go.id/lihat/Perpres Nomor 55 Tahun 2019
6. Amin, M. C. et al. (2017). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kendaraan
Bermotor Roda Dua di Kota Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu
Ekonomi, 4(1). Diambil dari
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFEKON/article/view/13167
7. Anonim. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2016). Bermotor. Diambil dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Bermotor
8. Anonim. (2020). Menuju Udara Bersih Jakarta. Diambil dari
https://www.vitalstrategies.org/resources/toward-clean-air-jakarta-improving-air-quality-in-
jakarta-in-the-near-and-long-term/
9. Anonim. (2021a). Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan (unit) di Provinsi
DKI Jakarta 2018-2020. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Diambil dari
https://jakarta.bps.go.id/indicator/17/786/1/jumlah-kendaraan-bermotor-menurut-jenis-
kendaraan-unit-di-provinsi-dki-jakarta.html
10. Anonim. (2021b). Jumlah Penduduk Menurut Provinsi di Indonesia (ribu), 2016–2020.
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Diambil dari
https://jakarta.bps.go.id/statictable/2021/09/22/309/jumlah-penduduk-menurut-provinsi-di-
indonesia-ribu-2016-2020.html
11. Anonim. (2020) Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diambil dari
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/
Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf
12. Anonim. (2021). Kementerian Perindustrian RI. Pemerintah Perpanjang Diskon 100%
PPnBM DTP Hingga Agustus 2021. Kementerian Perindustrian RI. Diambil dari
https://kemenperin.go.id/artikel/22576/Pemerintah-Perpanjang-Diskon-100-PPnBM-DTP-
Hingga-Agustus-2021
13. Boga Hardhana dkk. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Diambil dari
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/
Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf
14. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. (2020). Tingkatkan Kualitas Udara Jakarta, Pemprov
DKI Berkolaborasi Resmikan Program ‘Jakarta Clean Air Partnership.’ Retrieved from
https://lingkunganhidup.jakarta.go.id/article/post-45
15. Hasnisa, Juswono, U.P., &Wardoyo A. Y. P. W. (2014). Pengaruh Paparan Asap Kendaraan
Bermotor terhadap Gambaran Histologi Organ Ginjal Mencit (Mus Musculus). Brawijaya
Physics Student Journal, 2(1). Retrieved from
https://www.neliti.com/id/publications/160211/pengaruh-paparan-asap-kendaraan-bermotor-
terhadap-gambaran-histologi-organ-ginja#cite
16. Irjayanti, A. D. et al. (2021). Perilaku Pemilihan Moda Transportasi Pekerja Komuter: Studi
Kasus Jabodetabek. JEPI: Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 21(2). Diambil dari
https://jepi.fe.ui.ac.id/index.php/JEPI/article/view/1340
17. Kementerian PPN / BAPPENAS. (2020). Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Aksi Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) (II). Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional.
https://sdgs.bappenas.go.id/wp-content/uploads/2020/10/Buku-Pedoman-Rencana-Aksi-
SDGs.pdf
18. Peraturan Pemerintah RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993
tentang Kendaraan Dan Pengemudi (1993). Indonesia. Diambil dari
http://bphn.go.id/data/documents/93pp044.pdf
19. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2019, Pub. L. No. 55 (2019).
Indonesia. Retrieved from https://jdih.bumn.go.id/lihat/Perpres Nomor 55 Tahun 2019
20. Undang-Undang RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (2009). Indonesia. Diambil dari
https://pih.kemlu.go.id/files/uu_no_22_tahun_2009.pdf

Anda mungkin juga menyukai