Model Afiasi - Jurnal Kelompok 10
Model Afiasi - Jurnal Kelompok 10
Anggi Saputri*1, Putri Cahyanti2, Rizqi Hendardi3, Yovi Nurhalimah4, Dian Alfia Purwandari5
Abstrak
Jumlah kendaraan bermotor di kota Jakarta terus meningkat setiap tahunnya, karena hampir
semua orang memiliki kendaraan bermotor bahkan sudah menjadi kebutuhan primer. Namun,
banyak yang belum sadar bahwa itu juga dapat meningkatkan polusi udara yang akan berdampak
pada gangguan pernapasan manusia. Tujuan dari artikel ini adalah untuk melihat pengaruh
peningkatan kendaraan bermotor terhadap kualitas kesehatan masyarakat khususnya pada
kesehatan pernapasan. Jenis metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
teknik pengumpulan data studi kepustakaan dan secondary data. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jumlah kendaraan bermotor di kota Jakarta terus meningkat setiap tahunnya, dan hal ini
berpengaruh pada gangguan sistem pernapasan manusia karena emisi kendaraan bermotor yang
menyebabkan polusi udara semakin meningkat. Akibatnya, banyak masyarakat yang sakit,
bahkan meninggal karena emisi kendaraan bermotor. SDGs hadir untuk membantu mengatasi
permasalahan tersebut, dan pemerintah juga telah membuat beberapa kebijakan berdasarkan
tujuan SDGs poin 3. Masyarakat juga harus ikut berperan dalam mewujudkan tujuan SDGs poin
3 tersebut.
Kata kunci: kendaraan bermotor, gangguan pernapasan, SDGs poin 3
Abstract
The number of motorized vehicles in the city of Jakarta continues to increase every year,
because almost everyone owns a motorized vehicle and it has even become a primary need.
However, many of them are not aware that it can also increase air pollution which will have an
impact on the human respiratory disorders. The purpose of this article is to look at the effect of
increasing motorized vehicles on the quality of public health, especially respiratory health. The
type of research method used is a qualitative method with library research data collection
techniques and secondary data. The results of the study show that the number of motorized
vehicles in the city of Jakarta continues to increase every year, and this affects the disturbance
of the human respiratory system because motor vehicle emissions that cause air pollution are
increasing. As a result, many people are sick, and even die from motor vehicle emissions. The
SDGs are here to help overcome these problems, and the government has also made several
policies based on the goals of SDGs point 3. The community must also play a role in realizing
the goals of SDGs point 3.
Pendahuluan
Saat ini, hampir seluruh aktivitas manusia dibantu oleh kendaraan bermotor. Kendaraan
bermotor bukan hanya menjadi komponen pembantu yang memudahkan aktivitas manusia tetapi
sudah menjadi kebutuhan primer yang sifatnya adalah lebih baik terpenuhi daripada tidak. Hal
ini dapat dilihat dari minimnya minat masyarakat Indonesia untuk menaiki transportasi umum
dan memilih naik transportasi pribadi. Pada akhirnya, kendaraan bermotor yang meningkat
tentunya menimbulkan kekhawatiran terhadap kualitas udara yang diperkirakan akan menurun
seiring meningkatnya jumlah kendaraan bermotor.
Karena peningkatan kendaraan bermotor ini juga berdampak negatif bagi lingkungan karena
meningkatnya pula pencemaran udara yang diakibatkan dari peningkatan emisi kendaraan
bermotor (Abidin et al., 2019). Memang berbicara mengenai masyarakat dan aktivitasnya tidak
akan pernah terlepas dari lingkungan itu sendiri. Kesehatan lingkungan tentunya menjadi aspek
yang sangat penting bagi manusia, jika lingkungan sehat maka kualitas hidup manusia juga akan
meningkat. Dewasa ini kesehatan lingkungan sering menjadi perhatian karena kualitasnya yang
semakin menurun. Selain pencemaran yang dihasilkan dari banyaknya pabrik industri, kebakaran
hutan yang terus menerus terjadi, dan pembangkit listrik, zat polutan yang mencemari udara
Indonesia juga diakibatkan oleh kendaraan bermotor yang ada di Indonesia.
Kendaraan bermotor didefinisikan sebagai salah satu jenis angkutan darat selain kereta api
dan angkutan yang membutuhkan bantuan manusia atau hewan (sepeda, becak, gerobak dorong,
dan lainnya) untuk membuatnya berjalan. Kendaraan bermotor juga termasuk ke dalam angkutan
darat yang berada di jalan raya. Seperti sepeda motor, mobil pribadi, mobil umum (angkutan
publik), bus pribadi, bus umum (angkutan publik), dan truk (Oktaviastuti & Wijaya, 2017).
Tercatat dalam Badan Pusat Statistik mengenai Jumlah Kendaraan Bermotor di Provinsi DKI
Jakarta mengalami peningkatan dari tahun 2018-2020. Pada tahun 2018 jumlah kendaraan
bermotor tercatat berjumlah 11.762.763 unit, kemudian pada tahun 2019 berjumlah 11.839.921
unit dan pada tahun 2020 berjumlah 20.221.821 Namun, meningkatnya jumlah kendaraan
bermotor tiap tahunnya ini juga dirasa menambah peluang dalam meningkatkan risiko
pencemaran udara.
Dilansir dari kompas.com hasil dari Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU)
menunjukkan indeks udara yang tidak sehat di enam stasiun Sistem Prediksi Kualitas Udara
(SPKU) Jakarta ada sekitar 147 hari selama bulan Juni 2021. Artinya, rata-rata di wilayah stasiun
di Jakarta memiliki 24,5 hari dengan udara yang tidak sehat. Melihat kepada UU tentang Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup No.4 tahun 1982, pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas
lingkungan menjadi kurang berfungsi. Contoh zat-zat polutan yang merupakan zat penghasil
pencemaran udara adalah karbon dioksida, karbon monoksida, timbal, Nitrogen dioksida, dan
lain sebagainya (Abidin et al., 2019).
Hal ini juga diperkuat dengan adanya tujuan pembangunan berkelanjutan yang kita ketahui
sebagai SDGs (Sustainable Development Goals) yang salah satunya yaitu ada pada poin 3
mengenai Kehidupan Sehat dan Sejahtera. Pada poin 3 SDGs ini berisi beberapa target yang
salah satunya yakni secara signifikan mengurangi jumlah kematian dan kesakitan akibat bahan
kimia berbahaya, serta polusi, dan kontaminasi udara, air, dan tanah. Sehingga dengan adanya
SDGs poin 3 ini diharapkan pencemaran udara di Jakarta akan semakin berkurang dan berbagai
elemen pun sadar bahwa penting bagi kita untuk sama-sama saling menjaga kualitas udara.
Oleh karena itu, artikel ini dibuat bertujuan untuk melihat pengaruh peningkatan kendaraan
bermotor terhadap kualitas kesehatan masyarakat khususnya pada kesehatan pernapasan. Dengan
memaparkan kajian terkait: (1) Hal apa saja yang mempengaruhi peningkatan jumlah kendaraan
bermotor, (2) Bagaimana pengaruh peningkatan kendaraan bermotor terhadap gangguan
pernapasan di Kota Jakarta, (3) Bagaimana kaitan antara Permasalahan dengan SDGs Poin 3, (4)
Bagaimana solusi pengurangan jumlah kendaraan bermotor di Kota Jakarta.
Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dari sebuah fenomena.
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
memiliki dasar deskriptif guna memahami suatu fenomena dengan lebih mendalam, variabelnya
saling terhubung, dinamis, dan bersifat interaktif untuk menghasilkan makna. Dalam penelitian
ini, studi kepustakaan dilakukan dengan menggunakan online database yang terdapat di Google
Scholar. Tidak hanya studi pustaka, penelitian ini juga berbasis secondary data yang berasal dari
berbagai website yang kredibel seperti website kementerian. Literatur yang ditinjau dibatasi dari
tahun 2014 sampai tahun 2021 yang dapat memberikan gambaran tentang keterkaitan antara
peningkatan kendaraan bermotor dan kesehatan masyarakat.
Dalam tabel tersebut terlihat jika dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, jumlah
kendaraan bermotor terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah kendaraan
bermotor di Provinsi DKI Jakarta tahun 2019 naik sebanyak 0.65% kendaraan dari tahun
2018. Kemudian pada tahun 2020 kendaraan bermotor terus mengalami peningkatan,
yaitu sebesar 70% dari tahun 2019. Dari keempat jenis kendaraan bermotor di Kota
Jakarta, sepeda motor adalah kendaraan yang paling pesat mengalami peningkatan. Angka
kendaraan bermotor di Kota Jakarta bahkan melampaui jumlah warganya. Menurut data
Badan Pusat Provinsi DKI Jakarta(2021b), jumlah penduduk Kota Jakarta pada tahun
2020 adalah sebanyak 10,56 juta jiwa.
Peningkatan kendaraan bermotor yang terjadi di Kota Jakarta disebabkan oleh
beberapa faktor. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jika sebagian besar
masyarakat DKI Jakarta menjadikan kendaraan bermotor terutama sepeda motor sebagai
kendaraan favorit mereka. Alasan utama yang membuat masyarakat memilih sepeda
motor sebagai alat transportasi adalah harganya yang murah dan dapat mempersingkat
waktu perjalanan.
Dilansir melalui laman kumparan.com (2019), peningkatan jumlah kendaraan bermotor
dari tahun ke tahun dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah daya beli masyarakat
yang meningkat. Usaha pemerintah dalam memulihkan perekonomian melalui pemberian
insentif fiskal berupa penurunan tariff Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung
Pemerintah (PPnBM DTP) untuk kendaraan bermotor, membuat penjualan kendaraan
bermotor meningkat. Pemerintah memberlakukan insentif pajak mobil baru 0 persen alias
pembebasan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang ditanggung pemerintah
mencapai 100 persen. Jumlah penjualan mobil pada masa pandemi dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Mobil
Kuartal III 2020 111,12 ribu
Kuartal III 2021 234 ribu
Kuartal II 2021 202 ribu
Gambar 2. Jumlah Penjualan Mobil pada Masa Pandemi
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui jika pada tahun 2017, terjadi peningkatan kasus
penyakit ISPA dengan tahun sebelumnya. Namun pada 2018, justru kasus penyakit ISPA
dan Tuberkulosis menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2019 kasus
Tuberkulosis juga turut mengalami penurunan Case Detection Rate (CDR) sebesar 87,5%.
Berdasarkan data Kemenkes RI, Case Nation Rate (CNR) kota Jakarta sejak tahun 2018-
2019 tetap dikatakan tinggi secara nasional. Hal tersebut tentu berbanding terbalik dengan
jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2018 dan 2019, yang mana pada tahun tersebut
jumlah kendaraan bermotor mengalami peningkatan, sedangkan jumlah kasus penyakit
ISPA dan Tuberkulosis mengalami penurunan.
Selanjutnya untuk melihat apakah kendaraan bermotor benar sebagai penyumbang
dalam penyakit pernafasan di atas ataukah tidak dapat ditinjau melalui data Indeks Standar
Pencemaran Udara (ISPU).
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa, kualitas udara di Jakarta mengalami fluktuatif,
namun kualitas udara di Jakarta masih tergolong sedang selama 4 tahun terakhir. Tetapi,
selama di tahun 2020 mengalami penurunan yang sangat drastis, mengingat bahwa di tahun
2020 Jakarta menerapkan PSBB, sehingga dapat menekan aktivitas kendaraan bermotor di
Jakarta. Meskipun demikian, wilayah di Jakarta yang sering kali memiliki nilai ISPU
tertinggi ada di wilayah DKI5, sejak tahun 2017-2020. Sesungguhnya kualitas udara di
Jakarta yang tergolong sedang, memiliki arti jika kualitas udara di Jakarta masih dapat
diterima oleh makhluk hidup. Namun disisi lain untuk kelompok orang yang sensitif
terhadap kualitas udara yang tidak sehat, sekiranya perlu untuk menghindari atau
mengurangi aktivitas di luar ruangan.
Kemudian, data-data yang berkaitan dengan kualitas udara di Jakarta tidak memiliki
keterkaitan yang spesifik apakah kualitas udara didorong oleh peningkatan kendaraan
bermotor atau tidak, yang kemudian berefek kepada kesehatan manusia akibat kualitas
udara yang buruk. Namun, telah disinggung sebelumnya bahwa bagi kelompok orang yang
sensitif atau rentan terkena dampak kesehatan penyakit pernafasan adalah anak-anak
maupun orang tua lanjut usia yang memiliki imunitas yang rendah. Dengan kata lain, data
yang menunjukkan penyakit pernafasan di Jakarta seperti ISPA, pneumonia, dan
tuberkulosis paru tidak bisa digeneralisir bahwa itu hanya disebabkan oleh peningkatan
kendaraan bermotor.
Kesimpulan
Kendaraan bermotor merupakan transportasi yang yang memakai mesin (motor) untuk
menjalankannya. Alasan kendaraan bermotor berkembang pesat adalah karena masyarakat
lebih menyukai kendaraan bermotor yang dirasa lebih efektif dan efisien untuk digunakan
sehari-hari, dan fasilitas transportasi umum yang ada masing kurang. Berdasarkan data yang
diperoleh tentang jumlah kendaraan bermotor, masyarakat lebih menyukai kendaraan pribadi
jenis sepeda motor atau kendaraan roda dua, karena dapat mempercepat mobilitas dan
menghindari kemacetan. Selaras dengan meningkatnya kendaraan bermotor, terutama
kendaraan roda dua, maka secara bersamaan polusi udara di Kota Jakarta juga turut
mengalami peningkatan. Gas buang kendaraan roda dua menjadi penyumbang zat polutan
yang dapat mencemari lingkungan, khususnya udara.
Menurut DLH DKI Jakarta, Bloomberg Philantropies, dan Vital Strategies (2020: 9),
polusi udara bisa menyebabkan berbagai masalah terhadap kesehatan manusia seperti
penyakit saluran pernafasan (ISPA) kronis maupun akut, asma, stroke, jantung, diabetes,
kanker paru-paru, pneumonia, dan tuberculosis paru.Polusi udara dapat mengubah fungsi
makrofag, maka dapat meningkatkan kerentanan untuk menyebabkan terjadinya TB
paru. Adanya penurunan kasus ISPA dan Tuberkulosis pada tahun 2019 hingga 2020, dapat
diasumsikan bahwa kebijakan kendaraan umum, kendaraan ramah lingkungan, dan WFH
mempengaruhi penurunan pasien ISPA.
Untuk melihat apakah kendaraan bermotor benar sebagai penyumbang dalam penyakit
pernafasan di atas atau tidak, dapat ditinjau melalui data Indeks Standar Pencemaran Udara
(ISPU) yang menunjukkan bahwa kualitas udara di Jakarta mengalami fluktuatif, namun
kualitas udara di Jakarta masih tergolong sedang selama 4 tahun terakhir. Tetapi, selama di
tahun 2020 mengalami penurunan yang sangat drastis, mengingat bahwa di tahun 2020
Jakarta menerapkan PSBB, sehingga dapat menekan aktivitas kendaraan bermotor di Jakarta.
Adanya SDGs nomor 3 yang fokus pada kehidupan sehat dan sejahtera, diharapkan dapat
meminimalisir permasalahan tersebut. Peningkatan kendaraan bermotor di kota Jakarta harus
terus diperhatikan dan dibatasi. Hal ini untuk membantu mengurangi dampak buruk pada
pernapasan manusia karena polusi yang ditimbulkan dari kendaraan bermotor. Berbagai upaya
juga telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat demi terwujudnya tujuan SDGs
poin 3.
Saran
Dalam pengendalian kendaraan bermotor tentunya membutuhkan peran berbagai pihak.
Pemerintah perlu meningkatkan regulasi agar terkait kendaraan bermotor. Tidak hanya
Pemerintah, perlunya kesadaran dari masyarakat sendiri juga diperlukan untuk dapat menekan
laju pencemaran udara dengan membatasi penggunaan kendaraan pribadi. Penggunaan
angkutan umum tentunya akan mengurangi jumlah kendaraan bermotor milik pribadi. Hal ini
juga tentunya akan mengurangi risiko tercemarnya udara karena zat-zat yang dikeluarkan
kendaraan bermotor juga akan ikut berkurang. Selain kedua hal ini, inovasi yang cukup
dibutuhkan adalah dengan adanya kendaraan yang menggunakan tenaga listrik sehingga tidak
memiliki pembuangan yang berisiko mencemari udara. Terlebih lagi di era canggih seperti ini,
penggunaan listrik sudah mampu dijadikan sebagai alternatif yang ramah lingkungan.
Menurut peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pengembangan kendaraan
listrik yang disertai dengan pemanfaatan energi terbarukan dapat secara efektif menurunkan
emisi karbon. Berkembangnya kendaraan berbahan bakar listrik juga diwarnai dengan
kampanye Jakarta Langit Biru yang diadakan pada tahun 2019 lalu. Dengan mengikutsertakan
472 kendaraan ramah lingkungan mulai dari skuter, sepeda, motor, taksi, hingga bus. Hal ini
bertujuan agar masyarakat lebih teredukasi bahwa kendaraan berbahan bakar listrik memiliki
emisi gas yang sedikit sehingga risiko untuk menimbulkan pencemaran udara juga menurun.
Pembangunan transportasi massal yang dilakukan oleh PemProv DKI Jakarta seperti MRT
dan LRT menjadi langkah Pemerintah untuk mengurangi jumlah kendaraan bermotor di Kota
Jakarta.Terdapat juga pengembangan aplikasi e-Uji Emisi dan mewajibkan setiap kendaraan
untuk diuji emisinya sebelum tahun 2020. Langkah-langkah yang telah ada ini hendaknya
dilakukan dengan lebih konsisten agar menghasilkan Jakarta yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abidin, J., Artauli Hasibuan, F., Kunci, K., Udara, P., & Gauss, D. (2019). Pengaruh
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan Untuk Menambah Pemahaman Masyarakat
Awam Tentang Bahaya Dari Polusi Udara. Prosiding SNFUR-4, 2(2), 978–979.
2. Oktaviastuti, B., & Wijaya, H. S. (2017). Urgensi Pengendalian Kendaraan Bermotor di
Indonesia. Rekayasa : Jurnal Sipil, 2(1), 5–8. repo.unand.ac.id
3. BAPPENAS. (2021). 3. Kehidupan Sehat dan Sejahtera. https://sdgs.bappenas. go.id/tujuan-
3/
4. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.66 Tahun 2020, Pub. L. No. 66
(2020).
https://jdih.jakarta.go.id/uploads/default/produkhukum/PERGUB_NO._66_TAHUN_2020.p
df
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2019, Pub. L. No. 55 (2019).
Indonesia. Retrieved from https://jdih.bumn.go.id/lihat/Perpres Nomor 55 Tahun 2019
6. Amin, M. C. et al. (2017). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kendaraan
Bermotor Roda Dua di Kota Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu
Ekonomi, 4(1). Diambil dari
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFEKON/article/view/13167
7. Anonim. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2016). Bermotor. Diambil dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Bermotor
8. Anonim. (2020). Menuju Udara Bersih Jakarta. Diambil dari
https://www.vitalstrategies.org/resources/toward-clean-air-jakarta-improving-air-quality-in-
jakarta-in-the-near-and-long-term/
9. Anonim. (2021a). Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan (unit) di Provinsi
DKI Jakarta 2018-2020. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Diambil dari
https://jakarta.bps.go.id/indicator/17/786/1/jumlah-kendaraan-bermotor-menurut-jenis-
kendaraan-unit-di-provinsi-dki-jakarta.html
10. Anonim. (2021b). Jumlah Penduduk Menurut Provinsi di Indonesia (ribu), 2016–2020.
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Diambil dari
https://jakarta.bps.go.id/statictable/2021/09/22/309/jumlah-penduduk-menurut-provinsi-di-
indonesia-ribu-2016-2020.html
11. Anonim. (2020) Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diambil dari
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/
Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf
12. Anonim. (2021). Kementerian Perindustrian RI. Pemerintah Perpanjang Diskon 100%
PPnBM DTP Hingga Agustus 2021. Kementerian Perindustrian RI. Diambil dari
https://kemenperin.go.id/artikel/22576/Pemerintah-Perpanjang-Diskon-100-PPnBM-DTP-
Hingga-Agustus-2021
13. Boga Hardhana dkk. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Diambil dari
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/
Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf
14. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. (2020). Tingkatkan Kualitas Udara Jakarta, Pemprov
DKI Berkolaborasi Resmikan Program ‘Jakarta Clean Air Partnership.’ Retrieved from
https://lingkunganhidup.jakarta.go.id/article/post-45
15. Hasnisa, Juswono, U.P., &Wardoyo A. Y. P. W. (2014). Pengaruh Paparan Asap Kendaraan
Bermotor terhadap Gambaran Histologi Organ Ginjal Mencit (Mus Musculus). Brawijaya
Physics Student Journal, 2(1). Retrieved from
https://www.neliti.com/id/publications/160211/pengaruh-paparan-asap-kendaraan-bermotor-
terhadap-gambaran-histologi-organ-ginja#cite
16. Irjayanti, A. D. et al. (2021). Perilaku Pemilihan Moda Transportasi Pekerja Komuter: Studi
Kasus Jabodetabek. JEPI: Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 21(2). Diambil dari
https://jepi.fe.ui.ac.id/index.php/JEPI/article/view/1340
17. Kementerian PPN / BAPPENAS. (2020). Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Aksi Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) (II). Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional.
https://sdgs.bappenas.go.id/wp-content/uploads/2020/10/Buku-Pedoman-Rencana-Aksi-
SDGs.pdf
18. Peraturan Pemerintah RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993
tentang Kendaraan Dan Pengemudi (1993). Indonesia. Diambil dari
http://bphn.go.id/data/documents/93pp044.pdf
19. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2019, Pub. L. No. 55 (2019).
Indonesia. Retrieved from https://jdih.bumn.go.id/lihat/Perpres Nomor 55 Tahun 2019
20. Undang-Undang RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (2009). Indonesia. Diambil dari
https://pih.kemlu.go.id/files/uu_no_22_tahun_2009.pdf