Anda di halaman 1dari 15

EKOFEMINISME

(IsH – Sosiologi ULM)


EKOFEMINISME
Ekologi

Ekofeminisme
Gerakan sosial, gerakan politik dan ideologi yang
memperjuangkan agar perempuan memiliki kesempatan yang
sama dengan laki-laki dalam mengembangkan diri. Atau,
Feminisme melawan budaya patriarki di berbagai bidang kehidupan
(sosial ekonomi, politik, budaya, maupun akses terhadap
pengelolaan SDA)

Berbagai aliran feminisme: Feminisme liberal, feminisme radikal,


feminisme Marxis dan lain-lain.
EKOFEMINISME
Landasan filsafat dari ekofeminisme adalah adanya keyakinan
bahwa perempuan dan alam semesta mengalami ketidakberdayaan
dan ketidakadilan perlakuan secara bersamaan. Dalam etika
lingkungan (antroposentrisme) kedua-duanya didudukkan pada
lapisan kedua, atau sebagai pelayan bagi kebutuhan manusia (lapisan
atas).

Pengarusutamaan kepentingan ekologis dan nilai-nilai feminitas


dinilai akan menghambat produktifitas dalam pengelolaan SDA. Nilai
maskulinitas kemudian mendominasi pengelolaan SDA, yang
berakibat pada degradasi lingkungan yang tidak terbendung.
EKOFEMINISME
Menurut Vandana Shiva dan Maria Mies, dalam struktur yang ada
saat ini secara inheren terdapat ketidakadilan dimana laki-laki
mendominasi perempuan dan semakin banyak penjarahan terhadap
sumber daya alam. Maka semakin terjadi ketimpangan dalam
distribusi keuntungan ekonomi dalam penguasaan alam. Selain itu,
konstruksi perempuan sebagai jenis kelamin kedua dikaitkan dengan
ketidakmampuannya untuk mengatasi perbedaan-perbedaannya
dengan laki-laki. Sehingga, perempuan yang tidak sama dengan laki-
laki maka diperlakukan secara tidak adil dan dipinggirkan.
EKOFEMINISME
Muncul perlawanan terhadap pemikiran tersebut yakni gerakan
ekofeminisme. Menurut Vandana Shiva, diperlukan dekonstruksi
terhadap dominasi prinsip maskulinitas dan menawarkan pemikiran
alternatif, yaitu gabungan pemikiran ekologi dan feminisme yang
disebut dengan ekofeminisme.
1) Hancurnya alam berarti hancurnya prinsip feminitas.
2) Dalam analisis feminisme dan lingkungan, pengelolaan lingkungan
masih mewarisi ideologi patriarki yaitu adanya dominasi kultur
kelaki-lakian (lebih mengutamakan laki-laki daripada perempuan).
3) Pemikiran ekofeminisme menawarkan pendekatan holistik dalam
kaitannya dengan prinsip feminitas dan ekologi.
EKOFEMINISME
Menurut Sherry B. Ortner, tidak mudah bagi perempuan untuk
memutuskan kedekatannya dengan alam sebab praktis hampir semua
kebudayaan menunjukkan bahwa dibanding dengan laki-laki, perempuan
lebih dekat dengan alam. Terdapat tiga alasan yang menjelaskan
mengapa demikian:
1) Fisiologi perempuan “lebih terlibat dalam waktu yang lama dengan
spesies kehidupan”;
2) Tempat perempuan adalah domestik, yakni tempat makhluk-makhluk
alamiah perlahan-lahan bertransformasi menjadi makhluk kultural;
3) Psikologi perempuan yang “dibentuk sesuai dengan fungsi ibu melalui
sosialisasi dirinya sendiri yang condong berpikir konkret, rasional dan
lebih khusus dibanding laki-laki.
EKOFEMINISME
Menurut Susan Grifin, dibanding laki-laki perempuan mempunyai
cara khusus untuk mengetahui dan melihat realitas, sebab
perempuan memiliki modal pengalaman hubungan antara dirinya
dengan alam. Dunia perempuan cenderung bersifat subjektif, penuh
gairah dan bertubuh. Sedangkan dunia laki-laki bersifat datar,
objektif dan tidak bertubuh. Selain itu laki-laki juga
mengidentifikasi dengan mesin, sedangkan perempuan
mengidentifikasi secara alamiah. Oleh sebab itu, dengan
menekankan hubungan antara gagasan laki-laki tentang alam dan
sikapnya atas perempuan, terdapat kesamaan domestikasi alam
dengan domestikasi laki-laki atas perempuan.
EKOFEMINISME
Inti pemikiran dari ekofeminisme adalah keyakinan bahwa keadilan
sosial (tidak diskriminatif) dan keadilan ekologis (tidak destruktif
terhadap keberlanjutan lingkungan) akan hadir secara bersamaan
melalui pengarusutamaan nilai-nilai feminitas dalam pengelolaan
lingkungan (SDA).

Keadilan Sosial (tidak diskriminatif


Nilai-nilai dalam pengelolaan SDA)
feminitas Keadilan Ekologis (tidak destruktif
terhadap keberlanjutan lingkungan)
EKOFEMINISME
Ekofeminisme dianggap sebagai salah satu gerakan yang
dapat mengatasi masalah dilema etis dalam pengelolaan
lingkungan. Aspirasi sejatinya adalah pengarustumaan nilai-
nilai feminitas dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup
(SDA). Tidak hanya dalam tataran penetapan kebijakan.
Namun dalam tataran aksiologi, nilai-nilai feminitas harus
diarusutamakan. Sehingga perempuan dan laki-laki memiliki
akses yang sama dalam pengelolaan lingkungan (SDA), tanpa
ada yang saling menindas.
EKOFEMINISME
Jika lingkungan hidup terdegradasi, maka akan sangat banyak
kebudayaan perempuan yang tergerus. Dan, pengabaian terhadap
nilai-nilai feminitas niscaya akan menghasilkan degradasi lingkungan.
Sehingga meng-alienasi perempuan dalam pengelolaan SDA adalah
wujud penindasan terhadap perempuan dan sekaligus eksploitasi
terhadap SDA.
Jika ingin lingkungan hidup berkelanjutan, maka nilai-nilai feminitas
harus diarusutamakan dalam pengelolaannya. Dan, jika ingin
perempuan hidup dengan baik, maka lingkungan hidup harus dijaga
keberlanjutannya.
(IsH_3/5/2021)
CONTOH GERAKAN
EKOFEMINISME

Gerakan Chipko di India


CONTOH GERAKAN
EKOFEMINISME

Perempuan Kendeng Menolak Pabrik Semen


CONTOH GERAKAN EKOFEMINISME

Green Belt Movement di Kenya

Anda mungkin juga menyukai