Anda di halaman 1dari 2

Nama : Artika Nurwahyuni

NIM. : 2022A1H021

Kelas : 3 A PGSD

Matkul : KMM Bahasa Indonesia

Membuat Opini Dengan Judul Bahasa Indonesia di Mata Mahasiswa PGSD

Bahasa Indonesia bukan hanya sekadar bahasa ibu yang sudah dikenalkan sedari kita kecil.
Sebuah bahasa yang memiliki nilai berharga yang dibangun oleh para pemuda bangsa dan disahkan
menjadi sebuah bahasa persatuan. Maka, urgensi penggunaan bahasa ini bernilai vital khususnya bagi
mahasiswa PGSD di seluruh Indonesia.

Pembelajaran bahasa sebenarnya berisi materi kompleks yang bernilai manfaat, tak terkecuali dalam
tiap pembelajaran bahasa Indonesia di insititusi pendidikan. Khusus di tingkat perguruan tinggi,
pembelajaran bahasa Indonesia layaknya seperti pengulangan materi yang sudah diberikan sedari
sekolah tingkat dasar. Walaupun sudah pernah diajarkan, masih saja terdapat kesulitan dalam
memahami bahasa Indonesia seutuhnya. Pandangan itu merupakan buah perspektif khususnya dari
mahasiswa jurusan PGSD di Universitas saat ini.

Mengapa Hal Tersebut Dapat Terjadi?

Pertama, arus globalisasi yang cukup terasa membawa pertukaran gaya hidup, budaya termasuk
penggunaan bahasa di negeri ini. Kita pun memahami bahwa globalisasi memang memiliki dampak
positif namun, hal tersebut sebenarnya harus dapat disorot dan ditelaah secara seksama. Saat ini,
penggunaan bahasa asing dicampur bahasa Indonesia telah mendominasi sebagian kalangan anak muda
juga mahasiswa seperti yang terjadi di wilayah Jakarta Selatan. Kita pun sampai mengetahui istilah
"Anak Jaksel". Penggabungan dua bahasa menimbulkan ketidakseimbangan makna dan pemahaman
mahasiswa yang seperti tak sadar mana bahasa Indonesia yang sebenarnya baku, baik dan benar dengan
kata dan istilah yang sebenarnya hanya bersifat umum namun tak sesuai rujukan.

Kedua, kesadaran mahasiswa khususnya jurusan PGSD yang menganggap pembelajaran bahasa
Indonesia di lingkup universitas hanya bersifat selingan. Mahasiswa lebih fokus terhadap mata kuliah
lain yang menurut mereka lebih bersifat penting dan vital untuk kelulusan. Bahkan, melihat peluang
mendapat kerja di Indonesia yang salah satu syaratnya fasih berbahasa asing, hal tersebut memicu sikap
abai terhadap urgensi bahasa Indonesia di tingkat tertinggi. Hal ini merupakan fakta nyata yang wajib
dihilangkan dari tiap diri mahasiswa.
Apakah Belajar Bahasa Asing Salah?

Tentu tidak selamanya salah, karena belajar adalah sebuah kewajiban bagi mahasiswa serta peran
kampus layak sebuah wadah di mana mahasiswa dapat memperoleh ilmu. Belajar bahasa asing
sebenarnya sah-sah saja, selama mahasiswa dapat dengan sedia terus mempelajari bahasa persatuan,
bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Bahasa Indonesia bukan hanya dipelajari mahasiswa ketika
di lingkungan kampus saja, kesadaran belajar tersebut juga muncul tak terbatas baik di lingkungan
rumah, pergaulan sehari-hari dan di tempat manapun.

Seperti dapat mempelajari bahasa Indonesia melalui gawai, rajin mengakses KBBI V melalui gawai secara
gratis, membaca buku karya cendekiawan bahasa, pergi ke Pusat Bahasa, atau dapat dengan sering
menonton film/pertunjukan karya Sastra di Taman Ismail Marzuki. Ingatlah bahwa kelulusan pun,
memerlukan karya akademik menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sekalipun mahasiswa
tersebut jurusan PGSD.

Lantas, Apa yang Harus Dilakukan Pihak Universitas?

Penanaman nilai-nilai filosofis, historis dan nasihat moral ke pada mahasiswa khususnya mahasiswa
program PGSD. Bagi para dosen bahasa dan dosen mata kuliah lain, mari biasakan menggunakan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam proses pengajaran. Agar tercipta kesadaran bahwa bahasa
Indonesia sangatlah penting, tak sekadar bahasa yang digunakan sehari-hari tanpa melihat dan
memahami rujukan yang benar.

Universitas juga dapat melakukan pembelajaran bahasa Indonesia secara konsisten dalam dua semester
dengan dua fokus yang berbeda, di semester pertama fokus terhadap pengulangan materi sedari
sekolah tingkat awal dan di semester selanjutnya untuk mengenalkan materi bahasa Indonesia di tingkat
universitas, berisi materi penggunaan kata-istilah ilmiah, cara menulis akademis dan pengenalan karya
tingkat lanjut.

Saran terakhir, tiap universitas juga dapat megadakan acara "Bulan Bahasa", seperti yang diadakan oleh
lembaga Pemerintahan terhadap sekolah-sekolah menengah di Indonesia. Bukankah mahasiswa jadi
lebih semangat mengenal bahasa Indonesia bila diiringi dengan bimbingan, kompetisi sehat, serta
apresiasi yang juga dapat berupa materi?

Oleh karena itu, urgensi bahasa Indonesia tak cukup hanya dituliskan dalam artikel ini saja. Begitu
luasnya dan pentingnya bahasa bangsa ini, karena bersifat berkelanjutan khususnya di tingkat perguruan
tinggi. Bila mahasiswa di seluruh Indonesia mengabaikan urgensi tersebut, bagaimana masa depan
negeri ini?

Anda mungkin juga menyukai