Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan


Pembelajaran bahasa pada dasarnya adalah proses mempelajari bahasa.
Dalam mempelajrai bahasa tentu tidak luput dari kesalahan. Corder (1990:62)
menyatakan bahwa semua orang yang belajar bahasa pasti tidak luput dari
kesalahan. Ingatlah bahwa kesalahan itu sumber inspirasi untuk menjadi benar.

Studi mengenai kesalahan dan hubungannya dengan pengajaran bahasa perlu


dilakukan sebab melalui kegiatan kajian kesalahan itu dapat diungkapkan
berbagai hal berkaitan dengan kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa
atau mahasiswa. Apabila kesalahan-kesalahan itu telah diketahui, dapat digunakan
sebagai umpan balik dalam penyempurnaan pengajaran bahasa.

Hubungan antara pengajaran bahasa dengan kesalahan berbahasa itu sangat


erat. Bahkan Tarigan (1990:67) mengatakan bahwa hubungan keduanya ibarat air
dengan ikan. Sebagaimana ikan hanya dapat hidup dan berada di dalam air, begitu
juga kesalahan berbahasa sering terjadi dalam pembelajaran bahasa.

Para pakar linguistik dan para guru bahasa Indonesia sependapat bahwa
kesalahan berbahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Oleh
sebab itu, kesalahan berbahasa yang seirng dibuat siswa harus dikurangi dan
dihapuskan.

Pembelajaran bahasa Indonesia sampai saat ini masih saja mengalami


kendala-kendala. Kendala-kendala ini disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor guru dan siswa itu sendiri. Satu hal yang sangat
memprihatinkan, pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa Indonesia tidak
dianggap berhasil (Widharyanto,1990:71). Salah satu indikatornya adalah nilai
mata kuliah bahasa Indonesia yang kadang masih rendah dan tidak jarang pula
masih tertinggal jauh dari mata kuliah eksak bahasa asing.

Pada tingkat perguruan tinggi, jurusan bahasa Indonesia juga tampak lesu.
Minat calon mahasiswa untuk masuk ke jurusan bahasa Indonesia masih sangat

1
rendah. Masyarakat pun masih memandang sebelah mata terhadap jurusan bahasa
Indonesia. Alasan masyarakat beragam, diantaranya jurusan bahasa Indonesia
tidak bermutu, ilmunya tidak banyak mendatangkan manfaat praktis (dari segi
materi tidak banyak mendatangkan manfaat), tidak bergengsi, dan para sarjana
bahasa Indonesia banyak mengalami kesulitan dalam mecari pekerjaan.

Melihat keterpurukan kedudukan mata pelajaran Bahasa Indonesia ataupun


jurusan Bahasa Indonesia di beberapa tempat ini, maka sudah saatnya para
akademis dan orang-orang yang peduli terhadap masalah ini mengoreksi dan
meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia. Berawal dari perbaikan
pembelajaran Bahasa Indonesia inilah diharapkan dapat mengubah pandangan
para siswa maupun mahasiswa terhadap mata pelajaran atau mata kuliah Bahasa
Indonesia dan pandangan masyarakat terhadap jurusan Bahasa Indonesia.

Kesalahan dalam bahasa tulis seperti penggunaan tanda baca, huruf besar,
paragraf. dan lain-lain disebabkan oleh siswa/mahasiswa kurang mengetahui
kaidah-kaidah yang benar. Dalam tugas makalah ini kami membahas mengenai
“Permasalahan dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia” karena
sebagian besar siswa/mahasiswa beranggapan bahwa mata kuliah Bahasa
Indonesia membosankan, dan sulit juga rumit dipengerjaannya, tetapi di sisi lain
mereka mempunyai pandangan bahwa mata kuliah bahasa Indonesia harus
dimengerti. Oleh karena itu diharapkan dalam makalah ini kami dapat
menemukan penyebab dan solusi atas kurangnya minat belajar siswa terhadap
Bahasa Indonesia. Diharapkan melalui solusi ini dapat membuat siswa/mahasiswa
lebih tertarik dalam mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Hal ini juga diharapkan mampu mengembangkan dan mengarahkan
siswa/mahasiswa dengan segala potensi yang dimilikinya secara optimal,
khususnya dalam proses belajar bahasa Indonesia.

2
1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :

1. Apakah permasalahan siswa dan mahasiswa dalam berbahasa Indonesia?


2. Apakah yang menyebabkan siswa malas untuk belajar bahasa Indonesia?
3. Apa yang menyebabkan mata kuliah bahasa Indonesia kurang diminati oleh
siswa/mahasiswa?
1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pandangan mahasiswa terhadap mata kuliah bahasa


Indonesia?
2. Mencari cara agar mahasiswa tertarik terhadap mata kuliah bahasa Indonesia
1.3.1 Tujuan Teoritis
Dari uraian diatas, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian sebagai
usaha memperbaiki kesalahan yang sering dihadapi siswa/mahasiswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.

1.3.2 Tujuan Praktis


Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengharapkan agar pembaca mampu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.

1.4. Manfaat Penelitian


Dari tujuan di atas diharapkan agar mampu menjadi pedoman pembelajaran guna
meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

1.4.1 Manfaat Umun

Penelitian ini dilakukan guna untuk menambah ilmu pengetahuan. Serta untuk
memberikan informasi yang lebih kepada masyarakat mengenai berbahasa
Indonesia yang baik.

3
1.4.2 Manfaat Khusus
1. Agar siswa/mahasiswa lebih tertarik terhadap mata kuliah bahasa Indonesia.
2. Agar mahasiswa lebih mengerti dan menghargai bahasanya sendiri yaitu
bahasa Indonesia.

4
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA
1. Simon Sabon Ola, dosen Universitas Nusa Cendana, Kupang, menegaskan
bahwa menyikapi rendahnya minta siswa belajar bahasa Indonesia ke depan
perlu ditingkatkan kompetensi guru atau dosen pengampu mata pelajaran atau
mata kuliah bahasa Indonesia dengan menerapkan tiga langkah strategis seperti
pembelajaran, kompetensi, dan ekologi bahasa.
2. I Nyoman Weda Kusuma, selaku Guru Besar Fakultas Sastra Unud Denpasar
menambahkan bahwa sastra Indonesia sebagai faktor esensial penunjang
pengembangan bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa Internasional. Karena
itulah, perlu adanya peran serta aktif dan lebih serius dari instansi terkait
terutama dunia pendidikan dalam meningkatkan minat siswa atau mahasiswa
untuk mempelajari bahasa Indonesia secara seimbang dengan bahasa asing.
Menurutnya, untuk menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional
perlu adanya kebijakan pembentukkan badan atau lembaga khusus dalam
penerjemahan, laboratorium bahasa, dan kamus penunjang oleh Kemendikbud.
“Dengan, meningkatkan minat siswa terhadap bahasa Indonesia dan
intensifnya kegiatan penerjemahan khususnya terkait karya sastra Indonesia
lambat laun dan pasti bahasa Indonesia akan menjadi bahasa Internasional,”
tegasnya.
3. Selain itu, guru harus mengingat apa yang dikatakan Widdowson (dalam
Dardjowidjojo, 2003:5) yaitu sudah saatnya kita meninggalkan model
pembelajaran yang berorientasi pada language usage, sebab yang diperlukan
pembelajar (sisiwa) sebenarnya adalah language use.
4. Kendala-kendala ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor guru
dan siswa itu sendiri. Satu hal yang sangat memprihatinkan, pembelajaran
bahasa Indonesia bagi siswa Indonesia tidak dianggap berhasil
(Widharyanto,1990:71).
5. Corder (1990:62) menyatakan bahwa semua orang yang belajar bahasa pasti
tidak luput dari kesalahan. Ingatlah bahwa kesalahan itu sumber inspirasi untuk
menjadi benar.

5
6. Hubungan antara pengajaran bahasa dengan kesalahan berbahasa itu sangat
erat. Bahkan Tarigan (1990:67) mengatakan bahwa hubungan keduanya ibarat
air dengan ikan. Sebagaimana ikan hanya dapat hidup dan berada di dalam air,
begitu juga kesalahan berbahasa sering terjadi dalam pembelajaran bahasa.

6
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. Bahasa Indonesia yang Baik

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan


sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi
santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di tempat
tongkrongan hendaklah menggunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab
yang tidak terlalu terikat oleh bahasa baku. Dalam situasi resmi, seperti dalam
kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan
hendaklah menggunakan bahasa Indonesia resmi, yang selalu memperhatikan
norma bahasa.

3.2. Bahasa Indonesia yang Benar

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan


sesuai dengan kaidah atau aturan bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa
Indonesia itu meliputi kaidah ejaan, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah
penataan penalaran. Jika ejaan yang digunakan dengan cermat, kaidah
pembentukkan kata diperhatikan dengan seksama, dan penataan penalaran ditaati
dengan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika
kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap
tidak benar.

3.3. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pemakaian lafal daerah, seperti lafal
bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan Batak dalam berbahasa Indonesia pada situasi
resmi sebaiknya dikurangi. Kata memuaskan yang diucapkan memuasken
bukanlah lafal bahasa Indonesia.

7
Pemakaian lafal asing sama saja salahnya dengan pemakaian lafal daerah.
Ada orang yang sudah biasa mengucapkan kata logis dan sosiologis menjadi lohis
dan sosiolohis. Jika demikian, bagaimana dengan kata gigi ? apa dilafalkan hihi ?

3.4. Minat Belajar Bahasa Indonesia


Dalam era globalisasi saat ini, siswa lebih tertarik untuk mempelajari bahasa
Inggris dibandingkan bahasa Indonesia. Hal ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, dalam
lingkungan keluarga para orang tua lebih menekankan kepada anaknya untuk
mempelajari bahasa Inggris. Tidak hanya itu, di sekolah pun lebih memprioritaskan
pengajaran mata pelajaran bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia. Oleh sebab
itu, tidak sedikit anak atau siswa yang tumbuh dengan pemahaman yang lebih baik
terhadap bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia.

Fenomena ini menandakan bahwa perjuangan para ilmuan untuk menjadikan


bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) secara
politik menjadi tidak sebangun dengan perjuangan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional, bahasa resmi pergaulan dari kehidupan keseharian masyarakat di negeri ini.
Semangat sumpah pemuda terkesan semakin memudar dan teksnya pun tidak lagi
menjadi pengetahuan kolektif dalam mencetak karakter bangsa. Akibatnya, muncul
kesan bahwa bahasa Indonesia lebih rendah dari bahasa asing.

Di samping itu, kebijakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan dunia


yang digagas oleh Badan Bahasa Jakarta untuk meningkatkan martabat bangsa yang
telah dirumuskan secara komprehensif terancam kandas di tengah jalan. Ini terlihat dari
sikap dan perilaku negatif masyarakat terhadap bahasa Indonesia dalam kehidupan
kesehariannya.

Simon Sabon Ola, dosen Universitas Nusa Cendana, Kupang, menegaskan bahwa
menyikapi rendahnya minta siswa belajar bahasa Indonesia ke depan perlu ditingkatkan
kompetensi guru atau dosen pengampu mata pelajaran atau mata kuliah bahasa
Indonesia dengan menerapkan tiga langkah strategis seperti pembelajaran, kompetensi,
dan ekologi bahasa.

Dalam pembelajaran, guru atau dosen harus mampu membangun komunikasi


dua arah. Sedangkan, kompetensi mengembangkan kecakapan pengetahuan dan
keterampilan, nilai, dan sikap berpikir dalam bertindak yang dapat menguatkan

8
kepribadian secara individu dan kolektif. Sementara itu, ekologi bahasa memberikan
perhatian yang lebih serius dalam hubungan lingkungan untuk membangun interaksi
antara bahasa dengan masyarakat.

Hal ini, katanya, sangat efektif untuk mengatasi kendala dalam mengangkat
gengsi bahasa Indonesia, penguat fungsi dan kaitannya dengan pembangunan karakter
bangsa. Mengingat sikap bahasa masyarakat sebagai reaksi terhadap kesadaran norma
dan kemauan untuk menggugah kesadaran publik terhadap kecintaan dengan bahasa
Indonesia. Sikap positif bahasa sebagai wujud kompetensi sosial dalam penguat karakter
bangsa.

Kemudian, I Nyoman Weda Kusuma, selaku Guru Besar Fakultas Sastra Unud
Denpasar menambahkan bahwa sastra Indonesia sebagai faktor esensial penunjang
pengembangan bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa Internasional. Karena itulah,
perlu adanya peran serta aktif dan lebih serius dari instansi terkait terutama dunia
pendidikan dalam meningkatkan minat siswa atau mahasiswa untuk mempelajari
bahasa Indonesia secara seimbang dengan bahasa asing.

Menurutnya, untuk menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional


perlu adanya kebijakan pembentukkan badan atau lembaga khusus dalam
penerjemahan, laboratorium bahasa, dan kamus penunjang oleh Kemendikbud.
“Dengan, meningkatkan minat siswa terhadap bahasa Indonesia dan intensifnya
kegiatan penerjemahan khususnya terkait karya sastra Indonesia lambat laun dan pasti
bahasa Indonesia akan menjadi bahasa Internasional,” tegasnya.

3.5. Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama dan Kedua


Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa, memegang peranan yang sangat
penting dalam menjaga keutuhan dan rasa persatuan warga negara Indonesia.
Bahasa Indonesia berperan sebagai perekat kebersamaan untuk menyamarkan
titik-titik perbedaan pada bangsa yang majemuk ini. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa Indonesia sangatlah penting untuk membentuk generasi
muda penerus bangsa yang bersatu dan berdaulat.

9
Pembelajaran bahasa pada umumnya dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
jenis, yaitu pembelajaran bahasa pertama atau bahasa ibu, pembelajaran bahasa
kedua, dan pembelajaran bahasa asing.

Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama terjadi apabila


siswa merupakan penutur asli bahasa Indonesia. Proses pembelajaran yang terjadi
dalam pembelajaran bahasa pertama ini adalah pemerolehan dan belajar.

Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua terjadi apabila


Bahasa Indonesia mempunyai fungsi komunikatif dalam masyarakat di mana
penutur tinggal. Dalam hal ini, komunikasi dalam masyarakat dipilah-pilah
menurut konteksnya. Dalam konteks keluarga, bahasa yang dipakai oleh siswa
adalah bahasa pertama dan dalam konteks lingkungan bahasa yang dipakai adalah
bahasa Indonesia.

Sementara itu, pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing


apabila bahasa Indonesia tidak memiliki fungsi komunikatif yang mantap dalam
lingkungan masyarakat yang belajar bahasa Indonesia.

Siswa atau pembelajar bahasa Indonesia yang berbahasa ibu bahasa


Indonesia menggunakan bahasa Indonesia tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga
di rumah dan lingkungan masyarakatnya.

Dengan demikian, bahasa Indonesia menjadi sangat dominan dalam


interaksi keseharian pembelajar atau siswa sementara pembelajar (siswa) bahasa
Indonesia yang berbahasa ibu bahasa daerah menggunakan bahasa daerah di
rumah dan lingkungan masyarakatnya, dan sedikit sekali mempunyai kesempatan
menggunakan bahasa daerah di lingkungan atau situasi formal.

Dari perbedaan ini strategi pembelajaran Bahasa Indonesia yang


dipersiapkan oleh pengajar tentu berbeda. Dalam hal ini pengajar harus benar-
benar mengetahui latar belakang pembelajar (siswa) agar strategi yang
diterapkannya benar-benar efektif.

10
3.6. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Metode mengajar guru akan memengaruhi belajar siswa. Untuk itu, guru
harus berani mencoba metode-metode atau teknik-teknik baru yang dapat
membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi
siswa. Sampai saat ini (sepanjang pengetahuan penulis) belum ada metode
pembelajaran yang benar-benar sempurna. Untuk itu, tidak ada salahnya jika guru
mempertimbangkan saran yang disampaikan Soenjono Dardjowidjojo, yaitu guru
harus bisa memetik dan memakai mana yang unggul dan membuang mana yang
busuk. Artinya, guru harus berani memadukan beberapa metode pembelajaran
dalam rangka menuju ‘kesempurnaan’ pembelajaran.

Sebagai contoh, guru menggunakan pendekatan komunikatif sekaligus


menggunakan pendekatan longitudinal. Dari kedua pendekatan ini, guru dapat
mengambil sisikeunggulan kedua pendekatan tersebut. Dalam hal ini guru
menyampaikan struktur bahasa yang benar (tetapi tidak melulu mengajarkan
struktur) dan disertai memberikan kesempatan pada pembelajar (siswa) untuk
mempraktikkan bahasa yang diperolehnya agar lebih komunikatif. Ketika
pembelajar (siswa) mempraktikkan bahasanya, guru membetulkan kesalahan yang
dibuat oleh pembelajar (siswa). Dengan demikian pembelajar akan terampil
menggunakan bahasanya dengan meminimalkan kesalahan.

Selain itu, guru harus mengingat apa yang dikatakan Widdowson (dalam
Dardjowidjojo, 2003:5) yaitu sudah saatnya kita meninggalkan model
pembelajaran yang berorientasi pada language usage, sebab yang diperlukan
pembelajar (sisiwa) sebenarnya adalah language use.

Dalam hal ini guru hendaknya lebih menekankan pada penggunaan


bahasa, artinya pembelajar (siswa) ditunjukkan tentang aplikasi bahasa dan ragam
bahasa yang ada di tengah masyarakat. Hal ini bertujuan agar pembelajar (siswa)
dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar jika ia nantinya terjun ke
masyarakat.

Keputusan tentang metode pembelajaran mana yang akan dipakai harus


mempertimbangkan latar belakang pembelajar (siswa), antara lain latar belakang

11
sosial budaya dan bahasa ibu yang dipergunakan. Sebagai ilustrasi, berikut contoh
situasi yang dapat dipertimbangkan guru dalam mengambil keputusan tentang
metode pembelajaran yang berkaitan dengan bahasa ibu. Apabila pembelajar
(siswa) mempunyai ibu berupa bahasa daerah, sangat dimungkinkan pembelajaran
bahasa keduanya sangat dipengaruhi bahasa pertamanya.

12
BAB 4
PENUTUP

4.1 Simpulan
Melalui penelitian yang dilakukan dalam bab sebelumnya, penelitian mencoba
untuk menjawab masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Simpulan dari
permasalah dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Perihal yang menjadi permasalahan siswa dan mahasiswa dalam berbahasa


Indonesia adalah para para siswa dan mahasiswa kerap melakukan kesalahan-
kesalahan dalam berbahasa Indonesia baik secara lisan apalagi tulisan. Seolah-
olah fungsi dari pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tidak terlihat
maksimal. Hal ini diperparah dengan minat siswa baik yang menyangkut minat
baca, maupun minat untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia semakin
tampak menurun.
2. Hal yang menyebabkan siswa malas untuk belajar mata kuliah Bahasa
Indonesia adalah karena mereka beranggapan bahwa pelajaran Bahasa
Indonesia yang diajarkan di sekolah tidak bermutu, ilmunya tidak banyak
mendatangkan manfaat praktis, dari segi materi tidak banyak mendatangkan
manfaat, tidak bergengsi, dan para sarjana Bahasa Indonesia banyak
mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan.
3. Semenjak SD sampai dengan kuliah pelajaran Bahasa Indonesia hanya
mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. Baik
berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai ke
tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami
perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah
membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar
Bahasa Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang
menjadi buku wajib, sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga
cenderung bersifat hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan
memupuk sifat menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi
yang diajarkan hanya itu-itu saja. Hal ini lah yang menyebabkan kurangnya
minat belajar dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.

13
4.2 Saran-saran
Berdasarkan penelitian berikut ini, saran yang bisa penulis berikan adalah sebagai
berikut :
1. Metode mengajar guru akan memengaruhi belajar siswa. Untuk itu, guru harus
berani mencoba metode-metode atau teknik-teknik baru yang dapat membantu
meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi siswa.
2. Siswa atau pembelajar Bahasa Indonesia yang berbahasa ibu Bahasa Indonesia
menggunakan Bahasa Indonesia tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di
rumah dan lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian, Bahasa Indonesia
menjadi sangat dominan dalam interaksi keseharian pembelajar atau siswa.
Sementara pembelajar (siswa) bahasa Indonesia yang berbahasa ibu bahasa
daerah menggunakan bahasa daerah di rumah dan lingkungan masyarakatnya,
dan sedikit sekali mempunyai kesempatan menggunakan bahasa daerah di
lingkungan atau situasi formal. Dari perbedaan ini, strategi pembelajaran
Bahasa Indonesia yang dipersiapkan oleh pengajar tentu berbeda. Dalam hal ini
pengajar harus benar-benar mengetahu latar belakang pembelajar (siswa) agar
strategi yang diterapkannya benar-benar efektif.

14
DAFTAR PUSTAKA
http://www.trigonalworld.com/2013/04/hakikat-pembelajaran-bahasa-
indonesia.html?m=1

http://dt87.student.umm.ac.id/download-as-doc/student_blog_article_14.doc

id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia

http://re-searchengines.com/0106achmad.html

http://www.papantulisku.com/2010/05/permasalahan-proses-belajar-
mengajar.html

http://www.pelitakarawang.com/2012/06/pelatihan-bahasa-indonesia-dan.html

http://www.pelitakarawang.com/2010/04/apa-manfaat-belajar-bahasa-
indonesia.html

http://www.hariansumutpos.com/2011/02/56/bahasa-dan-sastra-indonesia-di-
sekolah#axzz2HxZPFA8L

http://purwatianggraini.staff.umm.ac.id/2010/01/26/problematika-pembelajaran-
bahasa-indonesia/

http://metrobali.com/2012/10/31/bahasa -indonesia-kurang-diminati/

http://piiekaa.blogspot.com/2012/10/kesalahan-berbahasa-dan-bahasa-
yang.html?m=1

15

Anda mungkin juga menyukai