Anda di halaman 1dari 32

AKUNTANSI MULTINASIONAL: TRANSAKSI MATA UANG

DAN INSTRUMEN KEUANGAN SERTA TRANSLASI

LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING

Akuntansi Keuangan Lanjutan 2

Jelika Wisye - 121210028

Fanny Rastiti – 121210012

Monika Velica – 121210038

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MA CHUNG
MALANG
2015
PSAK 10 “Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing”

Tabel 1. PSAK No.10 (revisi 2009)


Perihal PSAK No. 10 (revisi 2009) PSAK 10, 11, dan 52
Ruang lingkup Tidak diterapkan pada Mengatur akuntansi
akuntansi lindung nilai hedge sebatas selisih
(hedge) pada mata uang kurs dalam transaksi
asing, termasuk lindung lindung nilai
nilai dari investasi neto (hedge)
dalam kegiatan usaha luar
negeri.
Definisi  Nilai tukar spot. Tidak ada
 Investasi neto di dalam
suatu kegiatan usaha
luar negeri; dan
 Pos-pos moneter
Penentuan mata  Terdapat hirarki PSAK No. 52: ada 3
uang fungsional indikator dalam indikator mata uang
penentuan suatu mata fungsional, yaitu:
uang fungsional. 1. Indikator arus kas
 Jika tidak ada 2. Indikator harga jual
menggunakan 3. Indikator biaya
profesional judgment

Perubahan dalam Entitas menerapkan Tidak ada pengaturan


mata uang prosedur penjabaran untuk tentang itu
fungsional mata uang fungsional yang
baru secara prospektif
sejak tanggal perubahan.
Pengukuran dan  Pengukuran mata uang  Pengukuran dan
penyajian mata menggunakan mata penyajian mata uang
uang uang fungsional menggunakan
 Penyajian mata uang Rupiah
dapat menggunakan  Entitas dapat
mata uang selain mata menggunakan
uang fungsional mata uang selain
Rupiah jika
mata uang tersebut
memenuhi kriteria
sebagai
mata uang
fungsional
(dilanjutkan.....)
(.....lanjutan)
Perihal PSAK No. 10 (revisi 2009) PSAK 10, 11, dan 52
Kapitalisasi kurs Tidak diatur Selisih kurs yang
disebabkan
devaluasi atau depresiasi
luar devaluasi atau
depresiasi luar
biasa dimana tidak
mungkin
dilakukan lindung nilai
dikapitalisasi ke aset
yang
bersangkutan.
Prosedur Tidak diatur secara eksplisit Terdapat pengaturan
Pengukuran prosedur untuk
Kembali pengukuran
kembali (remeasurement)
Sumber : Data Diolah (2009)

Ruang lingkup

 Akuntansi transaksi dan saldo dalam mata uang asing, kecuali transaksi dan

saldo derivatif (PSAK 55)


 Menjabarkan hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang

termasuk dalam laporan keuangan entitas secara konsolidasi, proporsional

atau metoda ekuitas.


 Menjabarkan hasil dan posisi keuangan suatu entitas ke dalam mata uang

penyajian

Tidak Termasuk

 Derivatif mata uang asing, kecuali derivatif yangtidak termasuk lingkup

PSAK 55 misal derivatifyang melekat pada kontrak lain


 Akuntansi lindung nilai mata uang asingtermasuk lindung nilai investasi di

LN
 Penyajian laporan arus kas yang timbul daritransaksi mata uang asing atau

penjabaran arus kas dari kegiatan usaha LN

Definisi

 Investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri → jumlah kepentingan entitas

pelapor dalam aset neto dari kegiatan usaha luar negeri tersebut
 Kegiatan usaha luar negeri → entitas anak, asosiasi,ventura bersama atau

cabang dari entitas pelapor yang aktivitasnya dilaksanakan di negara yang

mata uangnya menggunakan mata uang selain mata uang pelapor


 Kelompok usaha → suatu entitas induk dan seluruh anaknya
 Kurs → rasio pertukaran dua mata uang
 Kurs penutup → kurs spot pada akhir perioda pelaporan
 Kurs spot → kurs untuk realisasi segera
 Mata uang asing → mata uang selain mata uang fungsional suatu entitas.
 Mata uang fungsional → mata uang pada lingkungan ekonomi utama dimana

entitas beroperasi.
 Mata uang penyajian → mata uang yang digunakan dalam penyajian laporan

keuangan.
 Pos-pos moneter → unit mata uang yang dimiliki serta aset atau liabilitas

yang akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang yang tetap

atau dapat ditentukan.


 Selisih kurs → selisih yang dihasilkan dari penjabaran tsejumlah tertentu satu

mata uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda.

Pertimbangan MU Fungsional

 Mata uang:
 Paling mempengaruhi harga jual (seringkali menjadi mata uang dimana

harga jual untuk barang dan jasa didenominasikan dan diselesaikan); dan
 Dari suatu negara yang kekuatan persaingan dan perundang-undangannya

sebagian besar menentukan harga jual dari barang dan jasanya.


 Mata uang yang mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya

lain dari pengadaan barang atau jasa (biaya didenominasikan dan

diselesaikan)
 Mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan (antara lain penerbitan

instrumen utang dan instrumen ekuitas) dihasilkan.


 Mata uang dalam mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya

ditahan
 Apakah kegiatan usaha luar negeri dilaksanakan sebagai suatu perpanjangan

dari entitas pelapor atau otonomi yang signifikan.


 Hanya menjual barang yang diimpor dari entitas pelapor dan mengirimkan

hasilnya ke entitas pelapor → perpanjangan.


 Mengakumulasikan kas dan pos moneter, pengeluaran, pendapatan dan

pinjaman, yang secara substansial menggunakan mata uang lokalnya. →

otonomi
 Tinggi rendahnya proporsi kegiatan usaha luar negeri.
 Apakah arus kas secara langsung mempengaruhi arus kas entitas pelapor dan

apakah arus kas tersebut siap tersedia untuk dikirimkan ke entitas pelapor.
 Apakah arus kas cukup untuk membayar kewajiban instrumen utang yang ada

ataupun yang diperkirakan dapat terjadi tanpa adanya dana yang disediakan

oleh entitas pelapor.


 Ketika indikator MU tidak jelas, manajemen menggunakan pertimbangannya

untuk menentukan mata uang fungsional manakah yang paling tepat.


 Manajemen memberikan prioritas pada indikator- indikator utama dalam

paragraf 9 (1) sebelum mempertimbangkan indikator-indikator dalam

paragraf 10 (2) dan 11(3).


 Mata uang fungsional suatu entitas mencerminkan transaksi, kejadian dan

kondisi yang mendasari yang relevan.


 Sekali ditentukan, mata uang fungsional tidak berubah kecuali ada perubahan

pada transaksi, kejadian dan kondisi yang mendasari tersebut.

Investasi neto LN
 Entitas mungkin memiliki suatu pos moneter yang tmerupakan tagihan dari

atau utang kepada suatu kegiatan usaha luar negeri.


 Suatu pos yang penyelesaiannya tidak direncanakan ataupun mungkin tidak

akan terjadi dimasa mendatang, adalah bagian dari investasi neto entitas

tersebut di dalam kegiatan usaha luar negeri (par 30-31)


 Pos-pos moneter ini mungkin mencakup piutang atau utang jangka panjang.

Pos-pos moneter ini tidak mencakup piutang dagang atau utang dagang.

Pos Moneter

Fitur utama dari suatu pos moneter adalah hak untuk menerima (atau kewajiban

untuk menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat

ditentukan.

 Pensiun dan imbalan kerja lainnya harus dibayar dalam kas,


 Kewajiban diestimasi yang harus diselesaikan secara kas, dan
 Dividen kas yang diakui sebagai kewajiban.
 Kontrak untuk menerima (atau menyerahkan) suatu (y) jumlah variabel dari

instrumen ekuitas yang dimiliki oleh entitas atau suatu jumlah variabel dari

suatu aset yang nilai wajarnya harus diterima (atau diserahkan) setara dengan

suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan, adalah

merupakan suatu pos moneter.

Pos non Moneter

Fitur utama dari dari suatu pos nonmoneter adalah tidak hak untuk menerima

(atau kewajiban untuk menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang yang tetap

atau dapat ditentukan.

 Uang muka, goodwill, aset tidak, berwujud, persediaan, aset tetap, dan

kewajiban diestimasi yang harus diselesaikan dengan penyerahan aset

nonmoneter.
Pengakuan Awal

Transaksi mata uang asing → transaksi yang didenominasikan atau memerlukan

penyelesaian dalam suatu mata uang asing:

 Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasikan

dalam suatu mata uang asing.


 Meminjam atau meminjamkan dana ketika jumlah yang merupakan utang

atau tagihan didenominasikan dalam suatu mata uang asing; atau


 Memperoleh atau melepas aset, atau mengadakan atau menyelesaikan

kewajiban yang didenominasikan dalam suatu mata uang asing.

Penerapan Pengakuan Awal

 Pada pengakuan awal,


 Suatu transaksi mata uang asing harus dicatat dalam mata uang

fungsional,
 Jumlah mata uang asing dihitung ke dalam mata uang fungsional dengan

kurs spot antara mata uang fungsional dan mata uang asing pada tanggal

transaksi.
 Tanggal transaksi → tanggal memenuhi kriteria pengakuan

Penerapan pada Tanggal Pelaporan

 Pos moneter mata uang asing dijabarkan menggunakan kurs

penutup;menggunakan kurs penutup;


 Pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis, dalam mata uang asing

dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan


 Pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing

dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.

Penerapan - Aset tetap


 Aset tetap dapat ditentukan berdasarkan biaya historis ataupun berdasarkan

nilai wajar, jika jumlahnya ditentukan dalam mata uang asing, maka

kemudian dijabarkan kedalam mata uang fungsional


 Ketika beberapa nilai tukar tersedia, kurs yang digunakan adalah kurs di

mana arus kas masa depan diselesaikan jika arus kas tersebut telahterjadi pada

tanggal pengukuran.

Selisih kurs

Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada proses

penjabaran pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter

tersebut dijabarkan, pada pengakuan awal selama perioda atau pada perioda

laporan keuangan sebelumnya, diakui dalam laba atau rugi dalam perioda pada

saat terjadinya, kecuali sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 32.

Selisih nilai tukar – komprehensif

 Jika keuntungan atau kerugian pos nonmoneterdiakui dalam pendapatan

komprehensif lain, setiap komponen perubahan dari keuntungan atau

kerugian itu diakui dalam pendapatan komprehensif lain.


 Sebaliknya, jika keuntungan atau kerugian pos nonmoneter diakui dalam laba

atau rugi, maka setiap komponen keuntungan atau kerugian tersebut diakui

dalam laba atau rugi.

Selisih nilai tukar – investasi neto

 Selisih kurs yang timbul pada pos moneter yang membentuk bagian dari

investasi neto entitas pelapor dalam suatu kegiatan usaha luar negeri, diakui

dalam laba atau rugi dalam laporan keuangan tersendiri dari entitas pelapor

(PSAK 4) atau laporan keuangan individual dari kegiatan usaha luar negeri,

yang mana yang tepat.


 Dalam laporan keuangan yang memasukkan kegiatanusaha luar negeri dan

entitas pelapor (konsolidasi), selisih kurs diakui awalnya dalam pendapatan

komprehensif lain dan direklasifikasi dari ekuitas ke laba atau rugi pada saat

pelepasan investasi neto sesuai dengan paragraf 46.

Perubahan mata uang fungsional

Ketika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional suatu entitas, entitas

menerapkan prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara

prospektif sejak tanggal perubahan itu.

Penjabaran Mata Uang Pelaporan

Hasil dan posisi keuangan entitas yang mata uang fungsionalnya bukan mata uang

dari suatu ekonomi hiperinflasi dijabarkan ke dalam mata uang pelaporan yang

berbeda menggunakan prosedur:

 Aset dan liabilitas untuk setiap laporan dari posisi keuangan yang disajikan

(yaitu termasuk komparatif) harus dijabarkan menggunakan kurs penutup.


 Pendapatan dan beban untuk setiap laporan laba rugi komprehensif atau

laporan laba rugi terpisah yang disajikan (yaitu termasuk komparatif) harus

dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan


 Semua hasil dari selisih nilai tukar harus diakui dalam pendapatan

komprehensif lain.

Penjabaran MU – Goodwill

 Goodwill dari akuisisi kegiatan usaha luar negeri dan setiap penyesuaian nilai

wajar jumlah tercatat suatu aset dan kewajiban yang timbul pada akuisisi

kegiatan luar negeri tersebut diperlakukan sebagai aset dan kewajiban dari

kegiatan usaha luar negeri itu.


 Aset dan liablitas dinyatakan dalam mata uang fungsional dari kegiatan usaha

luar negeri dan dijabarkan dengan menggunakan kurs penutup sesuai dengan

paragraf 39.

Pelepasan Usaha LN

Pada pelepasan pada suatu kegiatan usaha luar negeri, jumlah kumulatif dari

selisih nilai tukar yang terkait dengan kegiatan usaha luar negeri, yang diakui di

dalam pendapatan komprehensif lain dan diakumulasi ke dalam komponen

terpisah dari ekuitas, direklasifikasi dari ekuitas ke laba atau rugi (sebagai

penyesuaian untuk pengelompokkan ulang) ketika keuntungan atau kerugian dari

pelepasan suatu kegiatan usaha di luar negeri diakui (lihat PSAK 1).

Pelepasan Usaha LN – anak

 Pada pelepasan sebagian dari suatu entitas anak yang mencakup kegiatan

usaha luar negeri, entitas mereatribusi bagian yang sebanding dari jumlah

kumulatif selisih tukar yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain ke

kepentingan nonpengendali pada kegiatan usaha luar negeri tersebut.


 Dalam setiap pelepasan yang lain atas sebagian kegiatan usaha luar negeri,

entitas mereklasifikasi, hanya bagian yang sebanding dari jumlah kumulatif

selisih nilai tukar yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain ke dalam

laba rugi.

Pengaruh Pajak

 Keuntungan atau kerugian pada transaksi mata uang asing dan selisih nilai

tukar yang timbul pada penjabaran hasil dan posisi keuangan dari suatu

entitas ke dalam suatu mata uang yang berbeda mungkin memiliki pengaruh

pajak.
 PSAK 46 diterapkan ke pengaruh pajak ini.
Tanggal Efektif dan Transisi

Pernyataan ini diterapkan untuk perioda tahunan yang 2011 dimulai pada atau

setelah tanggal 1 Januari 2011.

 Goodwill dan penyesuaian nilai wajar dinyatakan didalam matauang

fungsional entitas atau merupakan pos nonmoneter dalam mata uang asing,

dilaporkan menggunakan kurs pada tanggal akuisisi.


 Entitas harus menerapkan paragraf 43 secara prospektif untukEntitas harus

menerapkan paragraf 43 secara prospektif untuk semua akuisisi yang terjadi

setelah awal dari perioda di mana pernyataan ini pertama kali diterapkan.
 Pernyataan ini menghapus devaluasi atau depresiasi luar biasa Perubahan ini

diterapkan secara prospektif.


 Perubahan lain yang dihasilkan dari penerapan Pernyataan ini harus

diperlakukan sesuai dengan Persyaratan dari PSAK 25.


BAB XI

AKUNTANSI MULTINASIONAL: TRANSAKSI MATA UANG DAN

INSTRUMEN KEUANGAN

Banyak perusahaan, baik besar maupun kecil, bergantung pada pasar

internasional dalam kegiatan jual beli produk dan jasa mereka. Setiap hari media

massa memuat berita mengenai dampak kegiatan ekspor impor pada

perekonomian Indonesia serta pengaruh dari aliran modal antarnegara besar di

dunia. Perusahaan yang beroperasi di pasar internasional dipengaruhi oleh resiko

bisnis normal :

1. Kurangnya permintaan atas produk mereka di pasar luar negeri.


2. Unjuk rasa buruh
3. Transportasi yang tertunda dalam pengiriman produk mereka kepada

pelanggan luar negeri.


4. Resiko mata uang asing ketika melakukan transaksi dalam mata uang lain.

Terdapat enam mata uang asing yang menunjukan stabilitas menurut IMF

dan yang diterima dalam perdagangan internasional yaitu:

1. Dolar Amerika
2. Poundsterling Inggris
3. Dolar Kanada
4. Yen Jepang
5. Franc Swiss
6. Euro Eropa
Transaksi mata uang asing (foreign currency transactions) perusahaan

Indonesia meliputi penjualan, pembelian dan transaksi lain yang

menimbulkan perpindahan mata uang asing atau pencatatan piutang atau

utang yang didenominasikan yaitu nilainya akan dilunasi dalam suatu mata

uang asing. Proses penyajian kembali transaksi mata uang asing dalam

(setara) nilai rupiah disebut sebagai penjabaran atau translasi (translation).

PSAK 10, “Transaksi Mata Uang Asing”, diterbitkan pada 1994, mengatur

prosedur akuntansi untuk piutang dan utang dagang dengan mata uang asing yaitu

transaksi yang membutuhkan pembayaran ataupun menerima pembayaran dalam

mata uang asing.

KURS MATA UANG ASING

Kurs mata uang asing (foreign currency exchange rates) ditentukan setiap

hari oleh pedagang mata uang asing yang bertindak sebagai agen untuk

individu atau negara yang memperdagangkan mata uang asing.

Penentuan Kurs

Faktor-faktor yang menyebabkan fluktuasi kurs adalah :

1. Tingkat inflasi suatu negara


2. Neraca pembayaran
3. Perubahan suku bunga
4. Tingkat investasi negara
5. Stabilitas dan proses tata kelola (governance)

Kurs Langsung dan Tidak Langsung

Kurs Langsung
Kurs Langsung (direct exchange rate – DER) adalah banyaknya unit mata uang

lokal (local currency units –LCUs) yang diperlukan untuk memperoleh satu

unit mata uang asing (foreign currency unit – FCU). Dari sudut pandang entitas

Indonesia, kurs langsung dapat dipandang sebagai besarnya rupiah untuk

memperoleh satu unit mata uang asing. Rasio kurs langsung sebagai berikut.

Nilai Setara Rupiah


DER=
1 FCU

Kurs langsung sering digunakan dalam akuntansi untuk operasi dan transaksi

asing.

Contoh: Jika dengan Rp 9.200 dapat diperoleh 1 dolar AS, kurs langsung

dari rupiah terhadap dolar AS adalah sebesar Rp 9.200.

Kurs Tidak Langsung

Kurs Tidak Langsung (indirect exchange rate – IER) adalah kebalikan dari kurs

langsung. Kurs tidak langsung menunjukan banyaknya unit mata uang asing

yang dapat diperoleh dengan 1 rupiah. Surat kabar bisnis dan orang yang

bepergian ke luar Indonesia seringkali menggunakan kurs tidak langsung. Kurs

langsung berbanding terbalik dengan kurs tidak langsung dan bahwa keduanya

menyatakan hubungan ekonomis yang sama antara kedua mata uang. Rasio kurs

tidak langsung sbb:

1 FCU
IER=
Nilai Setara Rupiah

Dari contoh yang kurs langsung, maka kurs tidak langsung adalah

sebesar 1:

Rp 9.200 = $ 0,0001087
Mata uang terminology (term currency) merupakan pembilang dalam perhitungan

rasio kurs sedangkan mata uang dasar (base currency) merupakan penyebut.

Pembilang adalah kunci kurs dalam mengidentifikasikan jenis kurs.

Perubahan Kurs

Perubahan kurs mengacu pada semakin menguat atau melemahnya suatu

mata uang dibandingkan dengan mata uang yang lain. Contoh kurs rupiah

terhadap dolar AS berubah sebagai berikut.

1 Jan 2005 1 Juli 2005 1 Jan 2006 1 Juli 2006


Kurs langsung 9.350 9.200 9.180 9.280
Kurs tidak 0,0001070 0,0001087 0,0001089 0,0001078
langsung

Menguatnya Rupiah – Penurunan Kurs Langsung

Menguatnya rupiah berarti :

1. Lebih sedikit mata uang rupiah yang diperlukan untuk memperoleh satu

unit mata uang asing


2. Satu rupiah memperoleh lebih banyak unit mata uang asing.

Contoh: suatu perusahaan manufaktur AS menjual mobil buatan Amerika

seharga $25.000. Untuk menentukan nilai setara rupiah dari $25.000 pada

tanggal 1 Januari 2011, digunakan perhitungan sebagai berikut

Nilai setara rupiah = unit mata uang asing x kurs langsung


Rp 233.750.000 = $ 25.000 x Rp 9.350

Menguatnya rupiah menguntungkan perusahaan Indonesia yang membeli

barang dari negara lain, penguatan ini mempunyai dampak negatif pada

perusahaan Indonesia yang menjual produk di negara tersebut. Ekspor Indonesia

ke AS akan lebih mahal bagi pelanggan AS.


Contoh: perusahaan manufaktur Indonesia menjual mesin buatan Indonesia

seharga Rp 100.000.000. Untuk menentukan nilai setara mata uang asing (dolar)

dari Rp 100.000.000 pada tanggal 1 Januari digunakan perhitungan berikut:

Nilai setara mata uang asing = unit rupiah Indonesia x kurs tidak langsung
$ 10.700 = Rp 100.000.000 x $ 0,0001070

Melemahnya Rupiah – Peningkatan Kurs Langsung

Melemahnya rupiah berarti:

1. Lebih banyak mata uang Indonesia diperlukan untuk memperoleh satu unit

mata uang asing.


2. Satu rupiah memperoleh lebih sedikit unit mata uang asing.

Keterangan 1 Januari 2005 1 Juli 2005 1 Juli 2006


Kurs langsung Rp 9.350 Rp 9.200 Rp 9.280
(Rp/$)
Kurs tidak $ 0,0001070 $ 0,0001087 $ 0,0001078
langsung ($/Rp)
Antara 1 Januari 2005 dan 1 Juli 2005, menguatnya rupiah:
- Kurs langsung turun → rupiah menguat (perlu sedikit mata uang rupiah untuk
memperoleh 1 dolar)
- Kurs tidak langsung meningkat → dolar melemah (perlu lebih banyak dolar
AS untuk memperoleh 1 rupiah)
- Impor Indonesia umumnya meningkat secara kuantitas → barang luar negeri
yang diimpor ke Indonesia lebih murah dalam rupiah (Rp 1 dapat memperoleh
lebih banyak barang)
- Ekspor dari Indonesia umumnya turun secara kuantitas → barang ekspor
Indonesia lebih mahal (perlu lebih banyak dolar untuk memperoleh barang)
(dilanjutkan.....)

(......lanjutan)
Antara 1 Juli 2005 dan 1 Juli 2006, melemahnya rupiah:
- Kurs langsung meningkat → rupiah melemah (perlu lebih banyak mata uang
rupiah untuk
memperoleh 1 dolar)
- Kurs tidak langsung turun → dolar menguat (perlu lebih sedikit dolar AS untuk
memperoleh 1 rupiah)
- Impor Indonesia umumnya turun secara kuantitas → barang luar negeri
yang diimpor ke Indonesia lebih mahal dalam rupiah
- Ekspor dari Indonesia umumnya naik secara kuantitas → barang ekspor
Indonesia lebih murah dalam rupiah

Kurs Tunai (Spot Rate) dan Kurs Sekarang (Current Rate)

Kurs tunai (spot rate) adalah kurs yang digunakan dalam penyerahan segera

suatu mata uang. Kurs sekarang (current rate) didefinisikan secara sederhana

sebagai kurs tunai pada tanggal neraca suatu entitas.

Kurs Masa Depan (Forward Exchange Rate)

Yaitu kurs untuk pertukaran mata uang di masa mendatang. Selisih antara kurs

masa depan dan kurs tunai pada suatu tanggal tertentu dinamakan spread. Spread

memberikan informasi tentang kemungkinan penguatan atau pelemahan dari suatu

mata uang.

TRANSAKSI MATA UANG ASING

1. Pembelian atau penjualan barang/jasa (impor atau ekspor), dimana

harganya dinyatakan dalam mata uang asing.


2. Utang atau piutang pinjaman dalam mata uang asing
3. Pembelian atau penjualan kontrak kurs masa depan
4. Pembelian atau penjualan unit mata uang asing

Untuk tujuan laporan keuangan, transaksi mata uang asing harus

ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan yang digunakan perusahaan.

Pada setiap tanggal neraca baik interim maupun tahunan, saldo akun yang

dinyatakan dalam mata uang selain mata uang pelaporan dari suatu entitas
harus disesuaikan untuk mencerminkan perubahan kurs selama perioda

tersebut sejak tanggal neraca terakhir atau sejak tanggal transaksi mata uang

asing jika transaksi tersebut terjadi pada perioda yang bersangkutan.

Contoh: PT ABC memperoleh € 5.000 dari bank pada 1 Januari 2012, untuk

digunakan dalam pembelian barang di masa depan suatu perusahaan Jerman.

Kurs langsung sebesar Rp 14.200 = €1. Maka perusahaan harus membayar

bank sebesar Rp 71.000.000 hitunganya sebagai berikut.

Nilai setara euro = unit mata uang asing x kurs langsung


Rp 71.000.000 = € 5.000 x Rp 14.200

Jurnalnya sebagai berikut.

Unit mata uang asing (€) 71.000.000


Kas 71.000.000

Pada tanggal 1 Juli 2012, kurs sebesar Rp 14.100 menjadi setara

dengan € 1. Kurs langsung mengalami penurunan mencerminkan rupiah

menguat. Dengan memiliki euro selama euro tersebut melemah, maka

perusahaan mengalami kerugian transaksi mata uang asing sebagai berikut.

Nilai setara euro dari € 5.000 pada tanggal 1 Januari: Rp 71.000.000

€ 5.000 x Rp 14.200
Nilai setara euro dari € 5.000 pada tanggal 1 Juli: Rp 70.500.000

€ 5.000 x Rp 14.100
Kerugian transaksi mata uang asing Rp 500.000
Jurnalnya:

Kerugian transaksi mata 500.000


uang asing
Unit mata uang 500.000
asing (€)

Transaksi Ekspor Impor dalam Mata Uang Asing

1. Tanggal transaksi → mencatat transaksi pembelian atau penjualan pada

nilai setara dolar AS menggunakan kurs langsung tunai pada tanggal

tersebut.
2. Tanggal neraca → menyesuaikan utang atau piutang menjadi nilai setara

rupiah pada akhir perioda menggunakan kurs langsung sekarang.

Mengakui keuntungan atau kerugian sebagai akibat perubahan kurs antara

tanggal transaksi dan neraca.


3. Tanggal pelunasan → pertama-tama menyesuaikan utang atau piutang

untuk setiap perubahan mata uang asing antara tanggal neraca (atau

tanggal transaksi jika transaksi tersebut terjadi setelah tanggal neraca)

dengan tanggal pelunasan, mencatat keuntungan atau kerugian yang

terjadi, kemudian mencatat pelunasan utang atau piutang dalam mata

uang asing tersebut.

KASUS

1. Pada tanggal 1 Oktober 2012, PT ABC memperoleh barang secara

kredit dari Tokyo Industries sebesar Rp 160.000.000 atau 2.000.000 yen.


2. PT ABC menyusun laporan keuangan pada 31 Desember 2012
3. Pelunasan utang dilakukan pada tanggal 1 April 2013
4. Kurs tunai langsung untuk nilai setara dolar AS dari 1 yen adalah sebagai

berikut.

Tanggal kurs langsung

1 Oktober 2012 (tanggal transaksi) Rp 80

31 Desember 2012 (tanggal neraca) Rp 90

1 April 2013 (tanggal pelunasan) Rp 86

Buatlah jurnal dan hitungannya!

Jika kontrak pembelian dinyatakan dalam dolar, maka entitas asing (Tokyo

Industries) akan menanggung resiko kurs mata uang asing. Jika transaksi

dinyatakan dalam yen, maka PT ABC akan terbuka terhadap kemungkinan

keuntungan dan kerugian kurs.

JIKA DALAM YEN

1 Oktober 2012 (tanggal pembelian)

Persediaan 160.000.000
Utang usaha (¥) 160.000.000
(Rp 160.000.000 = ¥ 2.000.000 x Rp 80 kurs tunai)

31 Desember 2012 (tanggal neraca)

Rugi transaksi mata 20.000.000


uang asing
Utang usaha (¥) 20.000.000
(Menyesuaikan utang dalam mata uang asing pada pelaporan setara dolar AS dan

mengakui rugi selisih kurs sebagai berikut.

Rp 180.000.000 = ¥ 2.000.000 x Rp 90 kurs tunai 31 Desember

Rp 160.000.000 = ¥ 2.000.000 x Rp 80 kurs tunai 1 Oktober

20.000.000 = ¥ 2.000.000 x (Rp 90 – Rp 80)


1 April 2013 (tanggal penyelesaian)

Rugi transaksi mata 20.000.000


uang asing
Utang usaha (¥) 20.000.000

Utang usaha (¥) 8.000.000


Keuntungan 8.000.000
transaksi mata
uang asing

(menyesuaikan utang dalam mata uang asing pada pelaporan setara dolar

AS dan mengakui keuntungan selisih kurs)

Rp 172.000.000 = ¥ 2.000.000 x Rp 86 kurs tunai 1 April

Rp 180.000.000 = ¥ 2.000.000 x Rp 90 kurs tunai 31 Desember

8.000.000 = ¥ 2.000.000 x (Rp 90 – Rp 86)

Unit mata uang asing (¥) 172.000.000


Kas 172.000.000
(memperoleh FCU untuk menyelesaikan utang: Rp 172.000.000 =

¥2.000.000 x Rp 86 kurs tunai 1 April)

Utang usaha (¥) 172.000.000


Unit mata uang 172.000.000
asing (¥)

JIKA DALAM RUPIAH

1 Oktober 2012 (tanggal pembelian)

Persediaan 160.000.000
Utang usaha 160.000.000

31 Desember 2012 (tanggal neraca)


Tidak dibuat jurnal

1 April 2013 (tanggal penyelesaian)

Utang usaha 160.000.000


Kas 160.000.000

BAB XII

AKUNTANSI MULTINASIONAL: TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN

ENTITAS ASING

Perbedaan Dalam Prinsip Akutansi


Metoda-metoda yang digunakan untuk mengukur aktivitas ekonomi

berbeda-beda di seluruh dunia. Kondisi perekonomian suatu negara, masalah

hukum, pndidikan dan sistem politik, perkembangan teknologi, budaya dan

tradisi, serta berbagai faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, merupakan faktor

yang mempengaruhi perkembangan standar akutansi dan profesi di suatu negara.


Perbedaan ini akan menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan antara

standar-standar akutansi di berbagai negara. Ketidakseragaman standar di

berbagai negara akan menimbulkan berbagai masalah bagi perusahaan, pihak

penyusun dan pengguna laporan keuangan. Beberapa negara mengembangkan

prinsip akutansinya berdasarkan kebutuhan informasi dan otoritas pajak. Negara

lain mempunyai prinsip akutansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari

pemerintah pusat sebagai perencana ekonomi. Model di Indonesia berfokus pada

kebutuhan informasi pemegang saham biasa atau pihak pemberi kredit melalui

penerapan prinsip akutansi yang berlaku umum.


Standar pelaporan akutansi yang utama saat ini sedang dalam proses

penyusunan oleh International Accounting standard Board (IASB). IASB adalah

sebuah badan yang memperoleh mandat untuk menyusun seperangkat standar

laporan keuangan international dan mendorong seluruh pihak untuk mengadopsi

standar yang berlaku secara international tersebut. IASB mengatur susunan

keanggotaan, dengan komposisi sebagai berikut :

a) 5 anggota sebagai auditor


b) 3 anggota berlatar belakang penyusunan laporan keuangan (dari manajemen)
c) 3 anggota berlatar belakang pengguna laporan keuangan dan
d) 1 anggota berlatar belakang akademi, sedangkan
e) 2 anggota lainya dapat berlatar belakang dari bidan lainya

ISAB mengumumkan sebuah standar pelaporan yang disebut sebagai Setandar

Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards-

IFRSs). Sebelum terbentuknya ISAB, International Accounting Standard

Committe telah menerbitkan International Accounting Standard (IASs). IASs di

terbitkan dari tahun 1973 hingga tahun 2001. IASB mengadopsi IASs secara

keseluruhan dan sekaligus mengembangkanya, yang disebut IFRSs.


Penentuan Mata Uang Fungsional
Ada dua isu yang ditunjukan pada laporan keuangan yang ditranslasikan dari

mata uang asing pada rupiah Indonesia yaitu:

1. Nilai tukar manakah yang harus digunakan untuk mentraslasikan nilai mata

uang asing menjadi mata uang domestik?


2. Bagaimanakah seharusnya perlakuan atas keuntungan atau kerugian tersebut?

Haruskah hal itu dimasukan dalam laba rugi?

Ada tiga kemungkinan nilai tukar yang digunakan dalam mengonversi nilai

mata uang asing menjadi rupiah yaitu:

1. Nilai tukar sekarang, merupakan nilai tukar pada akhir tanggal neraca
2. Nilai tukar historis, merupakan nilai tukar yang pada saat transakasi awal

terjadi, seperti nilai tukar pada tanggal saat aset diterima atau kewajiban

diakui.
3. Nilai tukar rata-rata, merupakan nilai tukar rata-rata selama suatu periode.

PSAK No 11 tentang “translasi mata uang asing” (PSAK 11) memberikan

panduan khusus untuk mentranslasi laporan keuangan dari mata uang asing

menjadi mata uang rupiah. Tujuan dari PSAK 11 menyajikan hasil secara

langsung memeperlihatkan pengaruh perubahan ekonomi dari pergerakan nilai

tukar. PSAK 11 juga menjelaskan tentang pencapaian keuangan dan hubunganya

dalam laporan keuangan dengan mata uang asing melalui proses translasi. PSAK

mengadopsi konsep mata uang fungsional (functional currency) yang definisikan

sebagai mata uang dari lingkungan ekonomi primer untuk membedakan antara

dua jenis kegiatan operasional luar negeri yaitu;

1. Kegiatan dikelola sendiri dan terintegrasi dengan lingkungan lokal dimana

entitas asing itu beroperasi, dan


2. Kegiatan terpisah dari lingkungan lokal dan terintegrasi dengan induknya.

Indikator-indikator Mata Uang fungsional


Indikator Mata uang sebagai mata uang fungsional jika memenuhi indikator di
bawah ini
Arus kas Arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didominasi
oleh mata uang tersebut.
Harga jual Harga jual dalam jangka pendek sangat terpengaruh dengan perubahan nilai
mata uang tersebut atau produksi perusahaan sebagian besar di ekspor.
Beban Beban dipengaruhi oleh perubahan nilai mata uang.

Akan tetapi, beberapa entitas asing menggunakan mata uang fungsional

yang berbeda dengan mata uang lokalnya. DSAK telah mengadopsi pendekatan

mata uang fungsional setelah mempertimbangkan tujuan dari proses translasi

berikut.

1. Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan pengaruh ekonomi

yang diharapkan dari perubahan nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas

perusahaan.
2. Mencerminkan laporan keuangan konsolidasi hasil keuangan dan hubungan

antara masing-masing entitas konsolidasi dalam mata uang fungsional yang

sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku secara umum di Indonesia.

Penentuan Mata Uang Fungsional di Lingkungan dengan Tingkat Inflasi

Tinggi

Pengecualian atas kriteria pemilihan mata uang asing dikhususkan jika

entitas asing berlokasi di negara seperti Argentina dan Peru yang mengalami

inflasi yang sangat tinggi. Inflasi yang sangat tinggi didevinisikan sebagai inflasi

yang melibihi 100% selama periode 3 tahun. PSAK memutuskan bahwa

volativitas dalam mata uang asing dengan hiperinflasi mendistorsi laporan

keuangan jika mata uang lokal dipergunakan sebagai mata uang fungsional entitas

asing. Oleh karena itu, dalam kasus operasi entitas asing yang berbeda dengan

perekonomian dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi, mata uang pelaporan dari

induk perusahaan Indonesia-rupiah-harus digunakan sebagai mata uang


fungsional entitas asing. Pengecualian ini mencegah nilai aset dan perubahan

laporan laba rugi yang tidak realistis jika keadaan hiperinflasi tersebut diabaikan

dan prosedur translasi yang normal digunakan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa

anak perusahaan di luar negeri membangun gedung dengan biaya 1.000.000 peso

pada saat nilai tukar adalah Rp500 = 1 peso. Kemudian diasumsikan bahwa

karena adanya hiperinflasi di negara anak perusahaan luar negeri tersebut, maka

nilai tukar menjadi Rp0,05 = 1 peso. Nilai gedung hasil translasi pada saat

dibangun dan setelah hiperinflasi adalah sebagai berikut.

Jumlah Tanggal Pembangunan Setelah Hiperinflasi


(peso) Nilai Jumlah hasil Nilai Tukar Jumlah Hasil Traslasi
Tukar Translasi
1.000.000 Rp500 Rp500.000.000 Rp0,05 Rp50.000

Nilai translasi setelah hiperinflasi tidak mencerminkan nilai pasar atau

biaya perolehan historis dari gedung tersebut. Oleh karna itu, PSAK

mengharuskan penggunaan rupiah sebagai mata uang fungsional dalam kasus

hiperinflasi untuk memberikan stabilitas dalam laporan keuangan.

Translasi Versus Pengukuran Kembali Laporan Keuangan Asing

Terdapat dua metoda yang berbeda untuk menyajikan kembali laporan

keuangan entitas asing kedalam rupiah yaitu;

1. Tranlasi laporan keuangan entitas asing kerupiah.


2. Pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing ke mata uang fungsional

entitas tersebut.
Setelah pengukuran kembali, keuangan tersebut harus ditranslasikan jika mata

uang fungsionalnya bukan rupiah. Jika mata uang fungsionalnya adalah rupiah

maka tidak diperlukan translasi lagi.

Translasi adalah metoda yang umum digunakan dan diterapkan jika mata

uang lokal adalah mata uang fungsional entitas asing. Ini merupakan kasus normal

dimana, sebagai contoh, anak perusahaan Indonesia di Prancis menggunakan euro

ke rupiah. Setiap selisih translasi yang terjadi akan dimasukan srbagai komponen

laba komprensif. Oleh karna pendapatan dan beban laba rugi ditranslasikan

dengan menggunakan nilai tukar rata-rata sepanjang periode pelaporan. Metoda

translasi sering disebut sebagai metoda nilai tukar sekarang (current rate

methods).

Metoda yang digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari

mata uang lokal kepada mata uang fungsional disebut metoda temporal

(temporal methods). Tabel berikut menyajikan metoda-metoda yang dapat

diguakan oleh perusahaan Indonesia untuk menyatakan kembali laporan keuangan

afiliasi asing menjadi rupiah.

Mata uang pembukaan


dan Metoda penyataan
Mata uang fungsional
Pencatatan afiliasi luar kembali
negeri
Mata uang lokal (yaitu Mata uang lokal Translasi ke rupiah
mata uang negara tempat menggunakan nilai tukar
afiliasi berlokasi) mata Rupiah Indonesia sekarang.
uang lokal (seperti yang Diukur kembali dari
diharuskan dalam mata uang lokal ke
perekonomian rupiah
hiperinflasi)
Mata uang lokal Mata uang negara Pertama, diukur kembali
dari mata uang lokal ke
ketiga (bukan mata mata uang fungsional,
kemudian di translasikan
uang lokal atau rupiah dari mata uang
Rupiah Indonesia Rupiah Indonesia
fungsional ke rupiah.
Tidak diperlukan
pernyataan kembali;

BAGIANMU YAA MONICCC....


Pengukuran Kembali Pembukuan ke Dalam Mata Uang Asing Fungsional

Metoda kedua untuk menyajikan kembali laporan keuangan afiliasi luar

negeri ke rupiah adalah pengukuran kembali. Walaupun pengukuran kembali

untuk umum sebagaimana translasi, terdapat beberapa situasi dimana mata uang

fungsional dari afiliasi asing bukan mata uang uang lokal. Pengukuran kembali

sama seperti translasi di mana tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai setara

rupiah dari akun-akun afiliasi asing sehingga dapat digabungkan atau

dikonsolidasi dengan laporan keuangan perusahaan Indonesia. Akan tetapi, kurs

yang digunakan untuk pengukuran kembali berbeda dengan kurs yang digunakan

dalam traslasi, yang menghasilkan nilai rupiah yang berbeda untuk akun-akun

afiliasi asing.

Proses pengukuran kembali harus memberikan hasil akhir yang sama

seakan-akan transaksi entitas luar negeri sejak awal telah dicatat dalam rupiah.

Oleh karna itu, beberapa transaksi dan saldo akun disajikan kembali menjadi nilai

setara rupiah menggunakan kurs historis. yaitu kurs tunai pada saat transaksi awal

terjadi. Proses pengukuran kembali membagi neraca menjadi akun moneter dan

non moneter. Aset dan kewajiban moneter seperti kas, piutang jangka pendek dan

jangka panjang dan utang jangka pendek dan jangka panjang, mempunyai jumlah

yang tetap dalam unit mata uang. Akun-akun ini dapat mengalami keuntungan
atau kerugian dari perubahan kurs. Aset non moneter adalah akun-akun seperti

persediaan dan aset tetap, yang nilainya tidak tetap dalam unit moneter.

Oleh karena digunakan berbagai kurs untuk mengukur kembali neraca

percobaan mata uang asing, maka debit dan kredit dalam neraca percobaan setara

rupiah tidak akan sama. Dalam kasus ini, pos penyeimbang adalah keuntungan

atau kerugian pengukuran kembali, yang dimasukan dalam laporan laba rugi

periode berjalan.

Penyajian Laporan Keuangan Dari Keuntungan atau Kerugian Pengukuran

Kembali

Setiap keuntungan atau kerugian yang timbul dari proses pengukuran

kembali dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan, umumnya dalam

“pendapatan lain-lain”. Digunakan beberapa nama akun, seperti keuntungan

(kerugian) mata uang asing, keuntungan (kerugian) mata uang, keuntungan

(kerugian) nilai tukar, atau keuntungan (kerugian) pengukuran kembali. Pos

keuntungan (kerugian) pengukuran kembali digunakan disini karena nama ini

yang paling menggambarkan sumber pos tersebut. Keuntungan atau kerugian

pengukuran kembali dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan karena

jika transaksi sejal awal dicatat dalam rupiah, maka keuntungan atau kerugian

nilai tukar akan diakui dalam periode berjalan sebagian dari penyesuaian yang

diharuskan untuk penilaian transaksi luar negeri yang di dominasi dalam mata

uang asing.

Akun-Akun yang Diukur Kembali Menggunakan Kurs Historis

Efek beharga:

 Efek ekuitas
 Efek utang yang tidak diniatkan untuk dipegang sampe jatuh tempo
 Persediaan
 Biaya dibayar dimuka sperti asuransi, iklan, dan sewa
 Aset tetap
 Akumulasi depresiasi atas aset tetap
 Paten, merek dagang, lisensi, dan formula
 Goodwill
 Aset tak berwujud lainya
 Beban dan kredit ditanggungkan, kecuali pajak ditangguhkan dan biaya

perolehan polis untuk perusahaan asuransi jiwa


 Pendapatan ditangguhkan
 Saham biasa
 Saham preferen yang di catat pada harga dikeluarkan

Pendapatan dan beban terkait dengan pos non moneter, sebagai contoh:

 Harga pokok penjualan


 Depresiasi aset tetap
 Amortisasi aset tak terwujud seperti paten, lisensi, dan lain-lain
 Amortisasi beban dan kredit ditangguhkan kecuali pajak ditangguhkan biaya

perolehan polis untuk perusahaan asuransi jiwa.

Pengukuran kembali neraca percobaan anak perusahaan luar negeri untuk

setelah akuisisi

Tiga pos memerlukan perhatian kusus yaitu:

1. Aset tetap diukur kembali menggunakan kurs historis pada tanggal induk

perusahaan mengakuisisi anak perusahaan luar negeri. Jika anak perusahaan

membeli aset tetap tambahan setelah induk perusahaan mengakuisisi saham

anak perusahaan, maka tambahan aset tetap tersebut akan diukur kenbali

menggunakan kurs pada tanggal pembelian.


2. Harga pokok penjualan terdiri dari transaksi yang terjadi pada berbagai kurs.
3. Beban operasi juga terjadi pada kurs yamg berbeda.

Keuntungan pengukuran kembali diakui dalam laporan laba rugi periode

berjalan. Keuntungan pengukuran kembali adalah sebagai pos penyeimbang untuk


membuat total debit sama dengan total kredit, tetapi dapat dibuktikan dengan

menganalisis perubahan pos meneter selama periode berjalan.

Ikhtisar Proses Translasi Pengukuran Kembali

Pos Proses Translasi Proses Pengukuran


Kembali
Mata uang fungsional luar Unit mata uang lokal Rupiah Indonesia
negeri
Metoda yang digunakan Metoda kurs sekarang Metoda moneter-non
moneter

Akun-akun laba laporan laba Kurs rata-rata tertimbang Kurs rata-rata tertimbang,
rugi pendapatan kecuali pendapatan terkait
dengan pos nonmoneter
(kurs historis)
Beban Kurs rata-rata tertimbang Kurs rata-rata tertimbang,
kecuali beban terkait
dengan pos nonmoneter
(kurs historis)
Akun –akun neraca
Akun-akun moneter Kurs sekarang Kurs sekarang
Akun-akaun non moneter Kurs sekarang Kurs historis
Akun-akun modal pemegang
Kurs historis Kurs historis
saham
Saldo laba Saldo periode sebelumnya Saldo periode sebelumnya
ditambah laba dikurangi ditambah laba dikurani
deviden deviden
Selisih kurs yang timbul dari Selisih translasi Keuntungan atau kerugian
proses diakumulasikan diekuitas pengukuran kenmbali yang
pemegang saham dimasukan dalam laporan
laba rugi periode berjalan
DAFTAR PUSTAKA

Baker, R.E., Lembke, V.C., King, T.E., Jeffrey, C.G., Jusuf, A.A., Veronica, S.,
Wulandari, E.R., Martani, D. 2010. Akuntansi Keuangan Lanjutan
(Perspektif Indonesia) Advanced Financial Accounting. Penerbit Salemba
Empat. Jakarta.

International Financial Reporting Standards – Certificate Learning Material. The


Institute of Chartered Accountants, England and Wales

Kieso, Weygandt, Walfield, , John Wiley. Intermediate Accounting 13th editionƒ

Standar Akuntansi Keuangan. Dewan Standar Akuntansi Keuangan, IAI

Anda mungkin juga menyukai