Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN SISTEM PERIKANAN TANGKAP

REVIEW JURNAL

USING ACOUSTICS TO INVESTIGATE CHANGES


IN EFFICIENCY OF A SANDEEL DREDGE

(PENGGUNAAN AKUSTIK UNTUK MENYELIDIKI PERUBAHAN EFISIENSI


ALAT TANGKAP PENGERUK PADA BELUT PASIR)

Oleh:

R. DIDDIN MIFDHOL HAFLI


1910247055

PROGRAM MAGISTER ILMU KELAUTAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
2019
TERJEMAHAN JURNAL
PENGGUNAAN AKUSTIK UNTUK MENYELIDIKI
PERUBAHAN EFISIENSI ALAT TANGKAP PENGERUK PADA BELUT PASIR

S. Mackinson∗, K. Turner, D. Righton, J.D. Metcalfe


Pusat Ilmu Lingkungan, Perikanan dan Akuakultur, Pakefield Road, Lowestoft, Suffolk NR33 0HT, UK

Abstrak

Pengukuran biomassa akustik dan penarikan alat tangkap (pengeruk) belut pasir digunakan
untuk mengambil sampel belut pasir (Ammodytes marinus), selama enam kali survei yang
dilakukan di Dogger Bank, North Sea antara tahun 2000 dan 2002. Disajikan di sini adalah
pendekatan yang menggunakan biomassa yang ditentukan secara akustik untuk
memperkirakan efisiensi yang tampak dari alat pengeruk tersebut. Simulasi digunakan
untuk mengukur sumber utama kesalahan dalam perkiraan biomassa akustik. Estimasi
efisiensi alat pengeruk bervariasi selama survei tetapi sebanding pada tahun 2000 dan
2001. Alat pengeruk menunjukkan nilai yang buruk pada bulan Juni 2002. Pada prinsipnya,
penggunaan akustik memperkirakan efisiensi dari alat pengeruk yang akan memungkinkan
untuk menghitung biomassa dari belut pasir pada saat tidak tersedia data akustiknya
(misalnya pada bulan April dan November). Namun, sebelum ini dapat diyakini diperlukan
menentukan berapa proporsi dari belut pasir yang mungkin tetap terkubur di dalam sedimen
selama siang hari dan lebih baik menentukan kekuatan target belut pasir pada 120 kHz.

Kata Kunci: Akustik; Perkiraan efisiensi alat tangkap pengeruk; Variabilitas; Belut Pasir;
Simulasi

PENDAHULUAN

Dengan pengecualian masa pemijahan pada bulan Desember dan Januari (Gauld dan
Hutcheon, 1990), pengamatan pada belut pasir (Ammodytes marinus) di North Sea
menunjukkan bahwa mereka jarang muncul dan terkubur di dasar laut selama periode
musim dingin di bulan September hingga Maret (Cameron, 1958; Macer, 1966; Wright dan
Bailey, 1993). Munculnya musim semi berhubungan erat dengan meningkatnya kelimpahan
zooplankton dan dipicu oleh suhu, fotoperiode dan ketersediaan makanan (Winslade,
1971). Selama puncak kejadian di bulan Mei – Juli, belut pasir menunjukkan perilaku
makan yang kuat. Pada malam hari, belut pasir bersembunyi pada sedimen pasir,
sementara pada siang hari mereka membentuk beting di kolom air dan mencari makan
(Winslade, 1971, 1974; Robards et al., 1999) di atas area berpasir yang dangkal (<150 m)
dan bergolak yang dihuninya (Macer, 1966; Reay, 1970; Wright dan Bailey, 1993; Wright et
al., 2000; Freeman et al., 2004). Eksperimen awal tentang feeding (Cude, 2002
unpublished data) menunjukkan bahwa aktifitas makan belut pasir di Dogger Bank,
memerlukan waktu 9-13 jam untuk mencerna 50% berat isi perut mereka, dengan demikian
memperkuat bahwa belut pasir muncul dari sedimen setiap hari untuk mencari makan di
kolom air. Perilaku dinamis seperti menunjukkan bahwa ketersediaan belut pasir bervariasi
pada alat sampling yang berbeda, dan akibatnya, lebih dari satu pendekatan diperlukan
untuk menilai secara efektif kelimpahan dan distribusi mereka pada waktu yang berbeda
sepanjang tahun, dan bahkan pada waktu yang berbeda dalam satu hari. Dua pendekatan
yang dapat digunakan adalah penangkapan dan akustik. Selama bulan April, Mei, Juni, dan
November, kami mensurvei belut pasir di Dogger Bank, North Sea, menggunakan alat
tangkap pengeruk belut pasir (Alat tangkap pengeruk untuk kerang yang dimodifikasi) pada
malam hari dan akustik pada siang hari. Tujuan dari komunikasi singkat ini adalah untuk
menyajikan hasil awal dari pendekatan yang menggunakan data akustik untuk memberikan
pengetahuan tentang efisiensi alat tangkap pengeruk untuk belut pasir.

1
Survei akustik berkelanjutan dicirikan oleh kemampuan untuk menyediakan cakupan area
survei yang cepat dengan observasi yang tidak terganggu (Fernandes et al., 2002). Akustik
dapat digunakan untuk memperkirakan kelimpahan absolut, asalkan target akustik dapat
diidentifikasi secara positif dan nilai spesifik-spesies untuk kekuatan target tersedia untuk
frekuensi operasi akustik tertentu (MacLennan dan Simmonds, 1992; MacLennan et al.,
2002). Namun, ketidakpastian yang terkait dengan perkiraan kelimpahan absolut sering
bernilai besar, karena banyak faktor berkontribusi pada variabilitas dalam penilaian akustik
(MacLennan dan Simmonds, 1992; Simmonds et al., 1992; Arnold, 1996; ICES, 1997; Fr
´eon dan Misund , 1999; Rose dan Gauthier, 2000). Karena ketidakpastian yang begitu
besar, perkiraan kelimpahan akustik dalam praktik lebih tepat dianggap sebagai kelimpahan
relatif yang mungkin, dalam beberapa keadaan, mendekati nilai yang sebenarnya.
Khususnya untuk belut pasir, akustik hanya dapat memberikan perkiraan kelimpahan yang
berguna jika semua stok di area survei ada di kolom air selama periode survei. Sebaliknya,
pengambilan sampel dengan alat tangkap keruk menawarkan peluang untuk mengetahui
identitas spesies (panjang dan berat individu) dan dapat digunakan untuk menangkap belut
pasir pada saat terkubur dalam sedimen. Namun, karena kepraktisan akan ketersediaan
waktu survei umumnya menyatakan bahwa hanya sejumlah kecil alat tangkap keruk yang
dapat dioperasikan, keseluruhan cakupan area survei lebih kecil daripada yang disediakan
oleh akustik. Tingkat penangkapan alat tangkap pengeruk adalah indeks kelimpahan relatif.
Hanya jika diketahui apa yang ditangkap oleh tangkapan kerukan sebagai bagian dari
spesies ikan yang tertangkap, kita dapat memperoleh perkiraan kelimpahan aktual.
Proporsi ini dikenal sebagai efisiensi alat tangkap pengeruk dan merupakan fungsi perilaku
ikan dan selektivitas dari alat sampling.

Berdasarkan pengetahuan tentang perilaku belut pasir yang didokumentasikan di atas,


kami berasumsi di sini bahwa mayoritas belut pasir di daerah survei hadir di kolom air
selama siang hari pada bulan Mei dan Juni, dan karenanya benar-benar tersedia untuk
peralatan akustik. Dengan menggunakan metode standar, kami menghitung perkiraan
biomassa akustik dan menggunakan ini untuk memperoleh perkiraan efisiensi alat tangkap
pengeruk yang nyata bagi alat tangkap pengeruk untuk belut pasir. Dengan catatan bahwa
kami memilih untuk mengkonversi jumlah belut pasir ke biomassa karena ini adalah unit
penilaian yang menjadi dasar kuota penangkapan ikan (tonase). Selain itu, kami melakukan
simulasi gaya Monte Carlo terhadap perhitungan biomassa akustik untuk secara eksplisit
mempertimbangkan dampak sumber utama variabilitas pada perkiraan efisiensi alat
tangkap pengeruk yang tampak. Perkiraan efisiensi pengerukan yang 'diperoleh secara
akustik' secara sementara digunakan untuk memberikan perkiraan biomassa dari survei
menggunakan alat tangkap pengeruk yang dilakukan pada waktu belut pasir tidak
sepenuhnya tersedia untuk pengambilan sampel akustik. Persyaratan utama dibahas untuk
meningkatkan metode ini.

BAHAN DAN METODE


Metode survey dan perkiraan biomassa

Survei akustik dan alat tangkap pengeruk sistematis dilakukan di area di ujung barat daya
Dogger Bank, North Sea. Survei diulang pada bulan April dan Juni 2000, Mei dan Juni
2001, Juni dan November 2002. Upaya terpadu dibuat untuk mengurangi sumber bias
sistematis dalam survei seperti yang dijelaskan di bawah ini.

Desain survei akustik terdiri dari sembilan transek paralel utara-selatan 27 nm berjarak 6,75
nm terpisah. Dimulai pada waktu fajar, satu transek disurvei setiap hari menggunakan
kalibrasi (Foote et al., 1987) dan stabil (untuk pitch and roll) Simrad EK500 echosounder
ilmiah yang beroperasi pada dua frekuensi, 38 dan 120 kHz. Kecepatan kapal selama
survei adalah tujuh knot (3.60 m/s), meskipun selama cuaca buruk itu berkurang menjadi 5–

2
6 knot (2.57–3.08ms−1) untuk mengurangi gangguan dari aerasi permukaan. Pasca
pemrosesan sinyal echo dilakukan oleh operator yang sama untuk setiap survei
menggunakan perangkat lunak Echoview (Sonardata Inc.). Pengaturan backscattering
volume minimum yang digunakan selama deteksi ‘acoustic fish school’ (sensu Kieser et al.,
1993) bervariasi dari −60 hingga −70 dB, tergantung pada kerapatan plankton di kolom air.
Untuk menghindari salah mengidentifikasi target lain (kecelakaan dan aerasi) seperti ikan
dan memastikan pencatatan geromboolan ikan pelagis, zona pengecualian permukaan dan
bawah didefinisikan. Kedalaman zona eksklusi permukaan bervariasi tergantung pada
penetrasi aerasi permukaan yang disebabkan oleh laut kasar (2-5m di bawah keel/kapal).
Pengecualian bawah ditetapkan sebesar 0,5 m dari bawah yang ditentukan oleh algoritma
pendeteksian dasar echosounder.

Bersama dengan pengetahuan tentang perilaku belut pasir dan bentuk karakteristik
kelompok, gerombolan belut pasir dipisahkan dari spesies lain setelah perbandingan
gambar kelompok ikan yang direkam dari dua frekuensi operasi (diamati pada ambang
batas volume hamburan yang sama). Sebagian karena kurangnya gelembung renang,
gerombolan belut pasir 'tertanda' jauh lebih kuat pada 120 kHz daripada 38 kHz. Verifikasi
tambahan dari gerombolan belut pasir dilakukan dengan melakukan penangkapan pada
tanda akustik tertentu, menggunakan trawl pelagis yang dibuat khusus (berdasarkan desain
jaring belut pasir komersial, tetapi diperkecil untuk digunakan pada Corystes Research
Vessel). Distribusi panjang frekuensi ditentukan dari sampel-sampel dari belut pasir yang
tertangkap. Tangkapan hampir seluruhnya terdiri dari belut pasir, tetapi kadang-kadang
berisi ikan-ikan haring kecil. Gerombolan ikan haring mudah diidentifikasi pada jejak akustik
karena meberikan tanda lebih kuat pada 38 kHz, dan biasanya terjadi di kelompok yang
sangat padat dekat ke bawah di siang hari. Kelompok-kelompok ini dieliminasi dari
perkiraan biomassa belut pasir.

Target kekuatan referensi (per individu) dari belut pasir pada 120 kHz berasal dari bukti
eksperimental Armstrong dan Edwards (1985) dan Armstrong (1986). Hasil dari enam
percobaan terukur pada belut pasir (panjang rata-rata 12,44 cm), menghasilkan kekuatan
target rata-rata −72,9 dB pada 38 kHz. Meskipun hasil untuk 120 kHz terhambat oleh
kendala teknis, penulis berkomentar "kekuatan target dari belut pasir lebih tinggi pada 120
kHz dari 38 kHz oleh setidaknya 4 dB". Konsisten dengan pengamatan ini, kami
menggunakan kekuatan target referensi (TS) pada 120 kHz −68.9 dB untuk ikan dengan
panjang rata-rata 12,44 cm. Untuk ikan L cm, ini menandakan kekuatan target adalah TS =
20 log (L) −90.8 dB (MacLennan dan Simmonds, 1992). Memanfaatkan kekuatan target
referensi bersama dengan data panjang frekuensi dari sampel trawl pelagis dari belut pasir
yang tertangkap di area survei, perkiraan biomassa dari belut pasir berasal dari 120 kHz
data integrasi echo dengan menerapkan metode standar yang terperinci di MacLennan dan
Simmonds (1992) dan MacLennan et Al. (2002). Kami menggunakan unit sampling jarak
dasar (EDSU) sebesar 1 nm untuk mengintegrasikan sinyal gema dari gerombolan belut
pasir.

Transek survei yang sama menggunakan akustik pada siang hari digunakan juga untuk
mengambil sampelnya selama malah hari (biasanya antara jam 22.00 dan 04.00)
menggunakan alat tangkap pengeruk belut pasir 1.2m. Setiap pengerukan selama 10 menit
dilakukan di masing-masing enam stasiun berjarak 5,4 nm di sepanjang setiap transek.
Sebuah tag penyimpanan data, diprogram untuk merekam kedalaman setiap 10 detik,
dilekatkan pada kepala alat pengeruk untuk memberikan perkiraan akurat dari bawah
sebenarnya (yaitu waktu memancing). Jumlah tangkapan per tarikan dikonversi menjadi
kepadatan (belut pasir per km2) dengan membagi tangkapan dengan daerah dasar laut
yang dijangkau oleh alat pengeruk tersebut.

3
2.2 Perkiraan efisiensi nyata alat tangkap pengeruk dari perkiraan biomassa yang
diperoleh secara akustik.

Kami bertanya pada diri sendiri, "Apa yang akan membuat efisiensi alat pengeruk membuat
perkiraan biomassa dari kerukan sama dengan perkiraan akustik"? Dengan membatasi
biomassa pengerukan menjadi biomassa akustik yang sama, kami memperkirakan efisiensi
pengerukan nyata sesuai dengan perhitungan:

Efisiensi nyata alat tangkap pengeruk = (Dredge density x Survey area x Rata-rata berat
belut pasir) / Biomassa akustik

2.3 Penggabungan sumber variabilitas yang terkait dengan perhitungan biomassa


akustik

Dengan mengklasifikasikan parameter yang digunakan dalam menghitung biomassa


akustik sesuai dengan bagaimana mereka diturunkan dan sumber yang berkontribusi
terhadap variabilitas mereka, tiga sumber utama variabilitas estimasi biomassa dipilih: (i)
indeks akustik kelimpahan relatif, koefisien hamburan daerah bahari ( NASC, simbol: sA) -
mencerminkan kesalahan survei akustik, termasuk variabilitas inheren yang terkait dengan
distribusi dan perilaku belut pasir (catatan: PRC NASC yang diekspor dari Echoview
memberikan koefisien hamburan area bahari untuk gerombolan belut pasir dengan
menghitung NASC tertimbang untuk persimpangan suatu wilayah dalam sel integrasi); (ii)
referensi nilai kekuatan target belut pasir yang berasal dari percobaan-mencerminkan
kesalahan dari percobaan yang diterbitkan terkait dengan masalah teknis, diasumsikan 4
dB perbedaan dari 38 hingga 120 kHz, dan panjang dari belut pasir yang digunakan dalam
percobaan; (iii) panjang rata-rata dari belut pasir yang ditentukan dari distribusi frekuensi
panjang sampel trawl di wilayah survei - mencerminkan variabilitas dalam komposisi
gerombolan belut pasir dan selektivitas trawl.

Tabel 1. Statistik asumsi input dan perkiraan output dari biomassa akustik dan efisiensi alat
pengeruk

Kesalahan standar (SE) rata-rata NASC dan panjang belut pasir untuk masing-masing
survei pada Mei dan Juni diaplikasikan sebagai ukuran variabilitas yang mempengaruhi
perhitungan biomassa akustik (Tabel 1). Berdasarkan bukti dalam Armstrong dan Edwards
(1985), Armstrong (1986) dan sumber yang diterbitkan (lihat Bagian 1), kami menerapkan
variabilitas di sekitar kekuatan target referensi yang setara dengan ± 5 dB deviasi dari nilai
mean.

4
Kami menggunakan paket perangkat lunak Crystal Ball (Decioneering Incorporated, 2000)
untuk menghasilkan 10.000 nilai acak untuk masing-masing variabel input dalam rentang
yang ditentukan. Metode Latin Hypercube dipilih untuk mendukung pengambilan sampel
Monte Carlo konvensional karena metode ini secara umum lebih tepat untuk memproduksi
sampel acak. Hal ini karena rentang lengkap dari distribusi adalah sampel dengan cara
yang lebih merata dan konsisten dengan menggambar angka acak dari interval terpisah
dari distribusi probabilitas dari variabel input. Distribusi yang lebih mulus dari parameter
simulasi dihasilkan sebagai konsekuensinya. Untuk setiap parameter input, kami
mengasumsikan variabilitas sekitar rata-rata terdistribusi secara normal (memungkinkan
kita memeriksa alternatif lain). Hasil ini digunakan untuk mengevaluasi dampak dan
termasuk variabilitas estimasi biomassa akustik pada perkiraan nilai yang diperoleh tentang
efisiensi alat tangkap pengerukan yang muncul.

HASIL

Gambar 1 menunjukkan distribusi nilai perkiraan biomassa akustik dan efisiensi alat
pengerukan yang jelas terlihat. Sementara kisaran nilai biomassa yang diperkirakan oleh
akustik bernilai serupa di keempat survei, ada perbedaan yang signifikan dalam distribusi
prediksi efisiensi pengerukan pada Juni 2002, di mana perkiraan efisiensi rata-rata hanya
1,5% (Tabel 1). Pemeriksaan ulang catatan tangkapan alat pengeruk kami untuk survei Juni
2002 mengungkapkan bahwa pengerukan tersebut berkinerja buruk selama survei. Tidak
hanya jauh lebih sedikit tangkapan belut pasir, tetapi tipikal tangkapan ikan benthos dan
sampah lainnya juga berkurang, menunjukkan bahwa pengerukan itu tidak berguna
sebagaimana mestinya. Kami tidak memiliki penjelasan yang jelas untuk pengamatan ini
walaupun alat pengerukan dikerahkan dengan cara yang sama seperti untuk survei lainnya.

Gambar 1. Distribusi output dari perkiraan simulasi untuk (a) biomassa akustik dan (b)
efisiensi alat pengeruk dari 10.000 simulasi. Nilai median untuk setiap survei dianotasikan
pada sumbu x.

5
Gambar 1b menunjukkan bahwa ada sedikit ketidakpastian sekitar estimasi efisiensi alat
pengeruk yang tampak untuk Juni 2002, sebagaimana dibuktikan oleh distribusi yang jauh
lebih sempit dari perkiraan efisiensi. Namun perlu dicatat, bahwa distribusi yang sempit
merupakan konsekuensi langsung dari hubungan terbalik antara biomassa dan efisiensi
pengerukan; gradien curam dari kurva pada nilai biomassa yang tinggi menghasilkan hanya
perubahan kecil dalam efisiensi pengerukan yang tampak pada perubahan besar dalam
biomassa akustik.

PEMBAHASAN

Perilaku belut pasir membuat mereka menjadi subjek yang menarik dan menantang untuk
dinilai menggunakan metode berbasis lapangan. Kami telah mempresentasikan
pendekatan baru yang menggunakan rekaman akustik yang diambil pada siang hari untuk
menyelidiki kinerja alat tangkap pengeruk belut pasir di malam hari. Efek dari variabilitas
yang terkait dengan perkiraan biomassa berdasarkan akustik dari belut pasir diambil untuk
dipertimbangkan melalui simulasi model Monte Carlo.

Hasil kami dari empat survei Mei/Juni yang berbeda, mengungkapkan perkiraan akustik
biomassa yang sama, yang koefisien variasi sebesar yang diharapkan untuk survei akustik
(13-57%, Simmonds et al., 1992). Estimasi efisiensi alat pengerukan lebih bervariasi.
Khususnya, efisiensi pengerukan jauh lebih rendah pada Juni 2002, daripada di survei
lainnya. Pemeriksaan ulang lembar log stasiun pengerukan mengungkapkan bahwa
pengerukan tersebut berkinerja buruk, baik dalam survei Juni 2002 dan November 2002.
Kami telah mencatat bahwa selama penggunaannya, tooth bar pada alat tangkap pengeruk
belut pasir menjadi agak bengkok. Namun, kami tidak dapat memverifikasi apakah hal ini
bertanggung jawab atas perubahan dramatis dalam efisiensi yang muncul pada bulan Juni
2002, dan tidak dapat memberikan penjelasan yang sepenuhnya memuaskan untuk
pengamatan ini sejak pengerukan dikerahkan dengan cara yang sama seperti untuk survei
lainnya. Dua penjelasan potensial adalah bahwa perbedaan antara tahun dalam skala halus
dari belut pasir yang terkubur tergantung pada kelimpahan keseluruhannya, atau bahwa
kesesuaian sedimen di situs stasiun pengerukan bervariasi dalam rentang tahun. Jika kita
mengasumsikan bahwa pengerukan itu bekerja pada efisiensi yang rendah pada November
2002, perkiraan biomassa survei pengerukan kita akan menjadi 9295 ton, yang mewakili
sekitar sepertiga dari yang tercatat selama musim puncak penangkapan ikan pada bulan
Juni. Belut pasir yang ditangkap dari Laut Utara selama 2003 adalah yang terendah pada
catatan terakhir (Bell, pers. Commun.) menunjukkan bahwa kelebihan stok Dogger Bank
tahun 2002 memang jauh lebih rendah daripada di tahun sebelumnya.

Perkiraan kami untuk efisiensi penangkapan untuk belut pasir umumnya lebih rendah
daripada yang ditemukan dalam literatur untuk alat tangkap keruk lain yang serupa. Pada
pasir halus dan kerikil (substrat yang paling cocok untuk belut pasir) diperkirakan efisiensi
pengerukan rata-rata untuk kerang scallop (Pecten maximus) adalah 22% (Dare et al.,
1993). Efisiensi serupa (20–30%) untuk kerang scallop ditemukan oleh Beukers-Stewart et
al. (2001) sementara Mason et al. (1979), menunjukkan durasi derek agar memiliki
pengaruh yang nyata pada keberhasilan kerang kerang; efisiensi adalah 100, 600 dan 900
m haul adalah masing-masing 28.32, 8.35 dan 6.78%. Kami menduga bahwa perkiraan
yang lebih rendah untuk alat tangkap pengeruk belut pasir mungkin karena kemampuan
sandaran yang lebih besar untuk secara aktif menghindari proses pengerukan tersebut.
Pekerjaan survei belut pasir serupa dengan alat tangkap keruk mengisyaratkan efisiensi
pengerukan sekitar 10–15% (Wright, pers. Commun.). Perbedaan dalam ukuran struktur
stok belut pasir antar survei merupakan faktor penting yang mungkin telah berkontribusi
terhadap perubahan dalam efisiensi yang muncul. Kita mungkin berharap bahwa sandaran
yang lebih besar inilah yang mampu secara aktif menghindari proses pengerukan karena

6
mereka adalah perenang yang lebih kuat daripada ikan kecil. Korelasi panjang rata-rata
sandeel terhadap efisiensi pengerukan nyata menghasilkan R = −0,93, sementara
mendukung (meskipun dengan lemah) saran ini.

Asumsi kritis dari pendekatan yang disajikan adalah bahwa belut pasir sepenuhnya tersedia
untuk peralatan akustik selama siang hari pada bulan Mei dan Juni (yaitu tidak ada belut
pasir yang terkubur dalam sedimen). Meskipun kami telah memberikan bukti dalam
pendahuluan untuk mendukung asumsi ini, kami saat ini tidak memiliki data empiris untuk
mendukung atau membantahnya. Untuk memungkinkan kita menggunakan akustik untuk
memperkirakan efisiensi alat tangkap pengeruk dengan lebih akurat, kita perlu melakukan
survei pengerukan siang hari untuk secara sistematis menilai proporsi dari kelompok belut
pasir yang tetap terkubur dalam sedimen selama siang hari. Kami berharap memiliki
peluang ini di masa depan.

Estimasi biomassa akustik dan efisiensi pengerukan yang tampak paling sensitif terhadap
referensi asumsi kekuatan target (85% dari varians). Ini terjadi sebagai konsekuensi dari
hubungan lognya dalam perhitungan biomassa akustik; perubahan 1 dB menghasilkan
perubahan 25%. Sensitivitas dan pentingnya mendefinisikan kekuatan target diakui dengan
baik oleh mereka yang terlibat dengan survei akustik (MacLennan dan Simmonds, 1992;
Simmonds et al., 1992; ICES, 1997; Orowski, 2000; Rose dan Gauthier, 2000). Kekuatan
target referensi yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada nilai eksperimental
khusus untuk belut pasir, tapi itu hanya mewakili 'perkiraan' terbaik, karena penulis hanya
dapat menyimpulkan bahwa “kekuatan target dari belut pasir lebih tinggi pada 120kHz
daripada 38 kHz oleh setidaknya 4 dB ”(Armstrong dan Edwards, 1985). Nilai kekuatan
target yang lebih baik pada belut pasir di 120 kHz, akan sangat meningkatkan kepercayaan
pada perkiraan kami. Meskipun terlalu awal untuk diandalkan dalam penelitian ini, perkiraan
in-situ terkini dari kekuatan target dari belut pasir pada 120 kHz menghasilkan rata-rata
−68.7 dB (n = 56 shoals) (van der Kooij, pers. Commun.).

Nilai kontras dalam ketersediaan yang dihasilkan dari perilaku freeswimming dan mengubur
diri dari belut pasir ini menuntut bahwa lebih dari satu alat survei diperlukan untuk secara
memadai mengamati dinamika perilaku mereka dan menilai kelimpahan. Proporsi belut
pasir yang muncul dari sedimen, baik setelah musim dingin atau setelah gelap, adalah
masalah utama yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut untuk meningkatkan perkiraan
akustik biomassa, sebelum nilai efisiensi pengerukan dapat diandalkan untuk
memperkirakan biomassa dari belut pasir pada saat-saat mereka tidak bisa dilihat
menggunakan peralatan akustik. Meskipun demikian, kami telah menunjukkan bersama
bahwa, akustik dan alat tangkap pengeruk dapat memberikan informasi pelengkap dari
waktu dan hari yang berbeda yang dapat dikombinasikan untuk meningkatkan perhitungan
belut pasir.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh Departemen Lingkungan, Pangan dan Urusan Pedesaan di
bawah kontrak MF0317. Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada kru RV Corystes
atas bantuan mereka selama survei, dan tiga editor anonim atas komentar mereka yang
membantu pada rancangan sebelumnya.

7
RE-ABSTRACT
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi alat tangkap pengeruk untuk belut pasir
dengan menggunakan metode akustik. Penggunaan akustik memperkirakan efisiensi dari
alat pengeruk yang akan memungkinkan untuk menghitung biomassa dari belut pasir pada
saat tidak tersedia data akustiknya. Penelitian dilakukan pada rentang tahun 2000- 2002.
Simulasi digunakan untuk mengukur sumber utama kesalahan dalam perkiraan biomassa
akustik. Hasil estimasi efisiensi alat pengeruk bervariasi selama survei tetapi sebanding
pada tahun 2000 dan 2001. Alat pengeruk menunjukkan efisiensi yang rendah pada bulan
Juni 2002. Efisiensi yang rendah ini disebabkan oleh keterbatasan waktu untuk
pengoperasian alat tangkap pengeruk tersebut.

1
REVIEW

2
1. Kelebihan
 Penggunaan metode akustik ini dapat memberikan informasi real-time mengenai
stok ikan di perairan.
 Pendugaan biomassa dan ukuran ikan juga dapat dilakukan untuk mendukung
selektivitas penangkapan ikan.
 Metode akustik dapat dijadikan metode menghitung efisiensi alat tangkap yang
beroperasi.
 Memungkinkan untuk melakukan survey in-situ yang lebih intensif dan dengan
cakupan area yang luas

2. Kekurangan
 Penelitian ini menggunakan alat tangkap pengeruk dasar yang dapat merusak
ekosistem dasar perairan.
 Cakupan area survei dengan alat tangkap pengeruk lebih kecil daripada yang
area perekaman oleh metode akustik, sehingga belum cukup untuk mendapatkan
kelimpahan belut pasir secara aktual.
 Rentang survey penelitian terlalu lama, jadi memungkinkan ada perubahan status
sedimen perairan sebagai habitat belut pasir hidup.

3. Topik penelitian terkait


 Kajian efesiensi alat tangkap lainnya untuk penangkapan belut pasir
 Pengukuran kelimpahan belut pasir pada area survei yang lebih luas
 Validasi akurasi pengukuran biomassa ikan pada metode akustik dengan
menggunakan frekuensi yang berbeda
 Metode penelitian ini perlu dikembangkan pada daerah dengan karakteristik
perairan yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai