Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

NERACA ENERGI

4.1 Neraca Energi


Neraca energi adalah cabang keilmuan yang mempelajari kesetimbangan
energi dalam sebuah sistem. Neraca energi dibuat berdasarkan pada hukum
pertama termodinamika yang menyatakan kekekalan energi yaitu energi tidak
dapat dimusnahkan atau dibuat hanya dapat diubah bentuknya.
Neraca energi merupakan persamaan matematis yang menyatakan
hubungan antara energi masuk dan energi keluar suatu sistem yang berdasarkan
pada satuan waktu operasi. Perumusan neraca energi suatu sistem mirip dengan
perumusan neraca massa. Namun, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu sistem dapat berupa berupa sistem tertutup namun tidak terisolasi (tidak dapt
terjadi perpindahan massa namun dapat terjadi perpindahan panas) dan hanya
terdapat satu neraca energi untuk satu sistem (tidak seperti neraca massa yang
memungkinkan adanya beberapa neraca komponen).
Neraca energi merupakan persamaan matematis yang menyatakan
hubungan antara panas masuk dengan panas keluar dari suatu sistem. Konsepnya
sama dengan neraca massa, yaitu :
E = Ei – Eo ………………………………………………... (4.1)
Dimana:
E = Akumulasi panas
Ei = Panas masuk
Eo= Panas keluar
Persamaan energi pada proses-proses industri biasanya dapat
disederhanakan untuk proses-proses tanpa terakumulasi, sehingga persamaan 3.3
di atas menjadi lebih sederhana, yaitu (Himmelblue, 1982) :
Ei = Eo ...................................................................................... (4.2)
Istilah-istilah yang sering dijumpai dalam perhitungan neraca energi
adalah:
1. Enthalpy (H)
Enthalpy merupakan jumlah energi dalam dan perkalian antara tekanan
dengan volume, perubahan enthalpy merupakan panas yang diserap atau panas
yang dilepaskan dari sistem.
2. Kapasitas Panas (Cp)
Kapasitas panas merupakan energi yang dibutuhkan oleh suatu zat untuk
menaikkan suhunya 1oC, energi ini dapat diberikan dengan cara pemindahan
panas dalam proses tertentu.
3. Panas Reaksi dan Panas Standar
Panas reaksi dan panas standar merupakan perubahan enthalpy sebelum
dan setelah reaksi terjadi. Panas reaksi standar terjadi pada tekanan 1 atm dan
temperatur 25oC.
4. Panas Pembentukan Standar
Panas pembentukan standar merupakan panas reaksi yang khusus, panas
yang diperlukan untuk pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya.
5. Panas Sensible
Panas sensible adalah panas yang dibutuhkan oleh zat untuk menaikkan
atau menurunkan suhunya pada fasa zat tetap.
6. Panas Laten
Panas laten adalah panas yang dibutuhkan oleh suatu zat untuk mengubah
fasanya.
Untuk mempermudah penentuan neraca massa perlu ditetapkan dasar-
dasar perhitungan antara lain :
Temperatur referensi : 25oC
Basis perhitungan : 1 jam
Satuan operasi energi : kilo kalori (kkal)
Menurut Reklaitis, 1983 jumlah panas masuk dan jumlah bahan panas
keluar suatu peralatan proses dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Q = m . Cp . ∆t .......................................................................... 4.3
Di mana:
Q = Jumlah panas yang dihasilkan, kkal/kgoC
m = Massa, kkal/jam
Cp = Panas spesifik, kkal/kgoC
∆t = Perubahan temperatur bahan, oC
Suatu neraca energi memiliki persamaan:
1. Untuk persamaan unsteady state
(Energi masuk) – (Energi keluar) + (Energi panas di tambahi kesistem
(kerja dilakukan system) = (Energi terakumulasi)
……………………………. 4.4
2. Untuk persamaan steady state
(Energi masuk) – (Energi keluar) = (Energi terakumulasi) ……………
4.5
3. Persamaan energi pada proses-proses industri biasanya dapat
disederhanakan untuk proses-proses tanpa terakumulasi, sehingga
persamaan diatas menjadi lebuh sederhana, yaitu (Himmelblue,1982)
Ei = Eo …………………………………………………………………
4.6
Jumlah panas masuk dan jumlah panas keluar pada suatu peralatan dapat
dihitung dengan persamaan dibawah ini menurut Reklaitis,1993:
Q = M . Cp. ∆t ……………………………………………………….. 4.7
Dimana:
Q = Jumlah panas yang dihasilkan (kJ/jam)
m = Massa (kg/jam)
Cp = Panas spesifik (kJ/kmol.K)
∆t = Perubahan temperatur (K)
4.2 Hasil Perhitungan Neraca Energi
Perhitungan neraca energi dilakukan untuk keadaan proses sudah
mencapai keadaan steady state. Laju alir panas dihitung untuk setiap 1 jam.
4.2.1 Heater (HE 100)
Berfungsi sebagai media pemanasan awal bahan baku COLO sebagai
persiapan sebelum masuk kedalam tahap pereaksian yang terjadi didalam reaktor.

Gambar 4.1 Heater

Tabel 4.1 Neraca Energi Total pada Heater


Komponen Q F3 (Kj/jam) Q F5 (Kj/Jam)
COLO 201549,5404 4735451,849
Panas diserap -4533902,308
Jumlah 201549,5404 201549,5404

4.2.2 Heat Exchanger (HE 101)


Berperan sebagai alat pertukaran panas dalam aliran bahan baku dan
produk keluaran reaktor. Yang mana sebagai media pemanas lanjutan bahan baku
dan media pendingin produk keluaran reaktor.

Gambar 4.2 Heat Exchanger


Tabel 4.2 Neraca Energi Total pada Heat Exchanger
Komponen Q F6 (Kj/Jam) Q F7 (Kj/Jam)
COLO 5168966,738 24424098,92
H2 -57212682,39 -1069663384
C6H6 1071853,651 19566806,41
H2O 2700961259 47732042649
Panas diserap -44056380773
Jumlah 2649989397 2649989397

4.2.3 Reaktor PFR (PFR-100)


Berperan sebagai media pemecahan Coke Oven Light Oil menjadi produk
Benzene dengan bantuan gas Hidrogen.

Gambar 4.3 Reaktor PFR

Tabel 4.3 Neraca Energi Total pada Reaktor


Panas
Panas Keluar Panas serap
Panas Masuk Generasi
Komponen (kJ/jam) (kJ/jam)
(kJ/jam) (kJ/jam)
Q F8 Qreaksi Q F9 Qserap
COLO 27220304,31 1103768,57
H2 -856935568,2 -1140434349
-106885831 -137327268739
C6H6 0 40674047,58
H2O 0 136952567783
373179330
Subtotal -829715263,9 4 135853911250 -137327268739
Jumlah 2902078040 2902078040

4.2.4 Cooler (CL-100)


Berfungsi sebagai media pendinginan dalam upaya mengembalikan suhu
aliran kedalam suhu normal sebelum masuk ketahap pemurnian.
Gambar 4.4 Cooler
Tabel 4.4 Neraca Energi Total pada Cooler
Komponen Q F11 (Kj/Jam) Q F12(Kj/Jam)
COLO 53927,67023 -1633,349266
Hidrogen -2921022,853 -36374,12305
Benzene -592969,3265 111139,4464
H2O 441555900,9 -131281,879
Panas Diserap 438153986,2
Jumlah 438095836,3 438095836,3

4.2.5 Separator 3 Fasa (SP-100)


Berfungsi sebagai media pemisahan produk hasil keluaran rekator
berdasarkan fasa dari masing-masing senyawanya.

Gambar 4.5 Separator 3 Fasa

Tabel 4.5 Neraca Energi Total pada Separator 3 Fasa


Komponen Q F12 (Kj/Jam) Q H2 (Kj/Jam) Q F14 (Kj/Jam) Q F15 (Kj/Jam)
COLO -1633,349266 -9,673371472 -4963,874939 -
H2 -36374,12305 -36353,43328 -56,57415564 -
C6H6 111139,4464 5594,989498 112906,9914 -
H2O -131281,879 -2229,363277 -128,4786697 -256875,5366
Subtotal -58149,90486 -32997,48043 107758,0636 -256875,5366
Panas diserap 123965,0485
Jumlah -58149,90486 -58149,90486

4.2.6 Menara Distilasi I (MD-100)


Berfungsi sebagai media pemisahan antara produk benzene dan kandungan
impuiritis yang masih terbawa didalam aliran.

Gambar 4.6 Menara Distilasi I


Tabel 4.6 Neraca Energi Total pada Menara Distilasi I
Q keluar (kJ/jam)
Komponen Q F17 (kJ/jam)
To Peng. Limbah F18
COLO -4963,874939 94221,18763 -51,70596506
H2 -56,57415564 - -935522019,1
C6H6 112906,9914 -288478,8386 -118505,5434
H2O -128,4786697 - -45152,77502
Qserap - 935987744,8
Subtotal 107758,0636 -935685729,1 -194257,651
Jumlah 107758,0636 107758,0636

4.2.7 Heater (HE-102)


Berfungsi sebagai media pemanas terakhir produk benzene sebelum masuk
kedalam tangka penyimpanan.

Gambar 4.7 Heater


Tabel 4.7 Neraca Energi Total pada Heater
Komponen Q F18 (Kj/Jam) Q F19 (Kj/Jam)
C3H8O -1,631866979 2,838380341
C3H6O 9671,667139 20,62359138
H2 -460583541,8 -91084,64331
H2O -1074833,818 64,47928389
Panas diserap -461557708,9
Jumlah -461648705,6 -461648705,6

Anda mungkin juga menyukai