Neraca energi adalah cabang keilmuan yang mempelajari kesetimbangan energi dalam sebuah sistem. Neraca energi dibuat berdasarkan pada hukum pertama termodinamika yang menyatakan kekekalan energi yaitu energi tidak dapat dimusnahkan atau dibuat hanya dapat diubah bentuknya. Neraca energi merupakan persamaan matematis yang menyatakan hubungan antara energi masuk dan energi keluar suatu sistem yang berdasarkan pada satuan waktu operasi. Perumusan neraca energi suatu sistem mirip dengan perumusan neraca massa. Namun, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu sistem dapat berupa berupa sistem tertutup namun tidak terisolasi (tidak dapt terjadi perpindahan massa namun dapat terjadi perpindahan panas) dan hanya terdapat satu neraca energi untuk satu sistem (tidak seperti neraca massa yang memungkinkan adanya beberapa neraca komponen). Neraca energi merupakan persamaan matematis yang menyatakan hubungan antara panas masuk dengan panas keluar dari suatu sistem. Konsepnya sama dengan neraca massa, yaitu : E = Ei – Eo ………………………………………………... (4.1) Dimana: E = Akumulasi panas Ei = Panas masuk Eo= Panas keluar Persamaan energi pada proses-proses industri biasanya dapat disederhanakan untuk proses-proses tanpa terakumulasi, sehingga persamaan 3.3 di atas menjadi lebih sederhana, yaitu (Himmelblue, 1982) : Ei = Eo ...................................................................................... (4.2) Istilah-istilah yang sering dijumpai dalam perhitungan neraca energi adalah: 1. Enthalpy (H) Enthalpy merupakan jumlah energi dalam dan perkalian antara tekanan dengan volume, perubahan enthalpy merupakan panas yang diserap atau panas yang dilepaskan dari sistem. 2. Kapasitas Panas (Cp) Kapasitas panas merupakan energi yang dibutuhkan oleh suatu zat untuk menaikkan suhunya 1oC, energi ini dapat diberikan dengan cara pemindahan panas dalam proses tertentu. 3. Panas Reaksi dan Panas Standar Panas reaksi dan panas standar merupakan perubahan enthalpy sebelum dan setelah reaksi terjadi. Panas reaksi standar terjadi pada tekanan 1 atm dan temperatur 25oC. 4. Panas Pembentukan Standar Panas pembentukan standar merupakan panas reaksi yang khusus, panas yang diperlukan untuk pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya. 5. Panas Sensible Panas sensible adalah panas yang dibutuhkan oleh zat untuk menaikkan atau menurunkan suhunya pada fasa zat tetap. 6. Panas Laten Panas laten adalah panas yang dibutuhkan oleh suatu zat untuk mengubah fasanya. Untuk mempermudah penentuan neraca massa perlu ditetapkan dasar- dasar perhitungan antara lain : Temperatur referensi : 25oC Basis perhitungan : 1 jam Satuan operasi energi : kilo kalori (kkal) Menurut Reklaitis, 1983 jumlah panas masuk dan jumlah bahan panas keluar suatu peralatan proses dapat dihitung dengan persamaan berikut : Q = m . Cp . ∆t .......................................................................... 4.3 Di mana: Q = Jumlah panas yang dihasilkan, kkal/kgoC m = Massa, kkal/jam Cp = Panas spesifik, kkal/kgoC ∆t = Perubahan temperatur bahan, oC Suatu neraca energi memiliki persamaan: 1. Untuk persamaan unsteady state (Energi masuk) – (Energi keluar) + (Energi panas di tambahi kesistem (kerja dilakukan system) = (Energi terakumulasi) ……………………………. 4.4 2. Untuk persamaan steady state (Energi masuk) – (Energi keluar) = (Energi terakumulasi) …………… 4.5 3. Persamaan energi pada proses-proses industri biasanya dapat disederhanakan untuk proses-proses tanpa terakumulasi, sehingga persamaan diatas menjadi lebuh sederhana, yaitu (Himmelblue,1982) Ei = Eo ………………………………………………………………… 4.6 Jumlah panas masuk dan jumlah panas keluar pada suatu peralatan dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini menurut Reklaitis,1993: Q = M . Cp. ∆t ……………………………………………………….. 4.7 Dimana: Q = Jumlah panas yang dihasilkan (kJ/jam) m = Massa (kg/jam) Cp = Panas spesifik (kJ/kmol.K) ∆t = Perubahan temperatur (K) 4.2 Hasil Perhitungan Neraca Energi Perhitungan neraca energi dilakukan untuk keadaan proses sudah mencapai keadaan steady state. Laju alir panas dihitung untuk setiap 1 jam. 4.2.1 Heater (HE 100) Berfungsi sebagai media pemanasan awal bahan baku COLO sebagai persiapan sebelum masuk kedalam tahap pereaksian yang terjadi didalam reaktor.
Gambar 4.1 Heater
Tabel 4.1 Neraca Energi Total pada Heater
Komponen Q F3 (Kj/jam) Q F5 (Kj/Jam) COLO 201549,5404 4735451,849 Panas diserap -4533902,308 Jumlah 201549,5404 201549,5404
4.2.2 Heat Exchanger (HE 101)
Berperan sebagai alat pertukaran panas dalam aliran bahan baku dan produk keluaran reaktor. Yang mana sebagai media pemanas lanjutan bahan baku dan media pendingin produk keluaran reaktor.
Gambar 4.2 Heat Exchanger
Tabel 4.2 Neraca Energi Total pada Heat Exchanger Komponen Q F6 (Kj/Jam) Q F7 (Kj/Jam) COLO 5168966,738 24424098,92 H2 -57212682,39 -1069663384 C6H6 1071853,651 19566806,41 H2O 2700961259 47732042649 Panas diserap -44056380773 Jumlah 2649989397 2649989397
4.2.3 Reaktor PFR (PFR-100)
Berperan sebagai media pemecahan Coke Oven Light Oil menjadi produk Benzene dengan bantuan gas Hidrogen.
Gambar 4.3 Reaktor PFR
Tabel 4.3 Neraca Energi Total pada Reaktor
Panas Panas Keluar Panas serap Panas Masuk Generasi Komponen (kJ/jam) (kJ/jam) (kJ/jam) (kJ/jam) Q F8 Qreaksi Q F9 Qserap COLO 27220304,31 1103768,57 H2 -856935568,2 -1140434349 -106885831 -137327268739 C6H6 0 40674047,58 H2O 0 136952567783 373179330 Subtotal -829715263,9 4 135853911250 -137327268739 Jumlah 2902078040 2902078040
4.2.4 Cooler (CL-100)
Berfungsi sebagai media pendinginan dalam upaya mengembalikan suhu aliran kedalam suhu normal sebelum masuk ketahap pemurnian. Gambar 4.4 Cooler Tabel 4.4 Neraca Energi Total pada Cooler Komponen Q F11 (Kj/Jam) Q F12(Kj/Jam) COLO 53927,67023 -1633,349266 Hidrogen -2921022,853 -36374,12305 Benzene -592969,3265 111139,4464 H2O 441555900,9 -131281,879 Panas Diserap 438153986,2 Jumlah 438095836,3 438095836,3
4.2.5 Separator 3 Fasa (SP-100)
Berfungsi sebagai media pemisahan produk hasil keluaran rekator berdasarkan fasa dari masing-masing senyawanya.
Gambar 4.5 Separator 3 Fasa
Tabel 4.5 Neraca Energi Total pada Separator 3 Fasa