171734011
4D/D4-TKE
UAS 1
Secara garis besar sistem AC dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar jika ditinjau dari cara
pendinginan dan cara pengembunan udara yang dikondisikan:
a. Direct Expantion/DX system
Udara yang akan dikondisikan langsung didinginkan oleh refrigerant di dalam evaporator.
b. Indirect sistem/Chilled water sistem
Udara yang akan dikondisikan didinginkan oleh air dingin (chilled water) yang diperoleh
dari pendinginan di cooler/evaporator chiller, cooling coil nya berisi air dingin bukan
refrigerant.
Udara keluar
Evaporator
Refrigenrant cair Refrigenrant uap jenuh
Tin = 14.5°C Tin = 10.8°C
Udara masuk
ṁ = 89.24
UAS 2
Data Pengamatan
Waktu
Energi Input Qpendinginan
Operasi
Tegangan Arus 𝒎̇ Cp Tevap in Tevap out ∆T
Cos phi
10.00 (Volt) (Ampere) (kg/s) (kJ/kg.K) (°C) (°C) (°C)
391 375 0.97 89.24 4.21 14.5 10.8 3.7
Hasil Perhitungan
Beban pendinginan (Losses)
Qpendinginan Energi Input
manusia Lampu
(kW) (kW)
(kW) (kW)
1390 142.23 0.879 0.06912
Maka,
COP EER
3.58 11.4235
UAS 3
Data Standard
3.58 6.1
Rekomendasi :
Dilihat pada tabel di atas bahwa COP berdasarkan data masih di bawah standard. Maka, untuk
meningkatkan COP atau kinerja chiller dapat dilakukan berbagai cara, antara lain :
1. Mengganti Refrigeran dari R-134 menjadi Hidrokarbon
Menurut para ahli hidrokarbon dapat menurunkan konsumsi energi listrik 10-20%. Hidrokarbon
ini dikembangkan untuk mengganti R-12 (CFC), R-22 (HCFC), dan R-134a(HFC). Refrigerant
hidrokarbon memiliki sifat fisik sesuai untuk pengganti refrigerant terdahulunya sehingga cocok
untuk proses Drop inpada mesin pendingin. Penggunaan refrigerant ini memungkinkan karena
gedung digunakan hanya pada hari kerja yaitu senin-jumat, sehingga pergantiaan refrigeran dapat
dilakukan pada hari sabtu atau minggu.
2. Pembersihan pada Unit
Pembersihan meliputi filter, sudu kipas, sirip fin evaporator, kisi keluaran AHU. Penggunaan AHU
yang cukup lama dapat mengakibatkan penumpukan debu yang menjadikan debit udara yang
digasilkan oleh kipas berkurang dan perpindahan panas tidak optimal sehingga mengurangi
optimalisasi kerja AHU.
3. Mengubah Setting Temperatur
Mengatur setting temperatur air keluar (LCWT) pada chiller yaitu dengan menaikkan LCWT dapat
menyebabkan kapasitas pendinginan dari chiller berkurang, pengurangan kapasitas chiller ini
berdampak pada penurunan konsumsi energi, namun tetap diatur agar temperatur ruangan berada
pada kondisi nyaman.
Jika temperatur LCWT dinaikan 1⁰C maka :
𝑸𝒆 = 𝒎̇𝒂𝒊𝒓 𝑪𝒑 𝒙 (𝑻𝒊𝒏 − 𝑻𝒐𝒖𝒕)(𝒌𝑾)
= 89,24 kg/s . 4,18 J/kg. ⁰C . (14,3-11.8) ⁰C
= 939.251 kW
Dimana energi pendinginan yang dibutuhkan sebelumnya sebesar 1390 kW menjadi 939.251 kW
UAS 4
Oleh karena itu, ada beberapa improvement yang dapat dilakukn untuk mempertahankan kinerja dari
chiller
2. Setting Temperatur
Parameter 𝒎̇ Cp Tevap in Tevap out Energi
(kg/s) (kJ/kg.K) (°C) (°C) Pendinginan
(kW)
Sebelum 89.24 4.18 14.5 10.8 1390
improvement
Sesudah 89.24 4.18 14.5 11.8 939.251
improvement
Penghematan Energi 450.749
UAS 5
a. Peluang hemat energi (PHE) dengan penggunaan energi rasional dengan 3 cara
improvement yaitu, penggatian refrigeran, pembersihan dan perawatan sistem yang
kontinyu, dan mengatur ulang temperatur (setting temp)
b. Simpulan data awal, setelah improvment dan data standar
-Pergantian refrigeran
Konsumsi Energi Biaya awal Setelah improvment (Cost Standar
Chiller (pertahun) Saving)
378,5625 kWh Rp. 483.348.600,- Rp. 386.678.880,- -
Perhitungan IKE
Sebelum
8640 1446789.282 1475725067
improvement
Sesudah
8640 1231619.111 1256251493
improvement
Penghematan/tahun 215170.1707 219473574.1
14%
Pencahayaan
58% 28%
listrik
chiller