Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
M. Andiri Hendrawan
102316069
UNIVERSITAS PERTAMINA
2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Mengetahui,
Pembimbing Kerja Praktik Section Head Unit HSC
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
mencurahkan rahmat, hidayah, dan anugerah-Nya, kami dapat melaksanakan kerja praktik
di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan, Indramayu, yang berlangsung selama satu bulan
dua minggu dimulai dari tanggal 15 Mei sampai 30 Juni 2019, serta membuat Laporan Kerja
Praktik yang disusun setelah melakukan kerja praktik.
Penulisan laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan tidak lepas dari dukungan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya penyusun masih diberikan
kemampuan untuk dapat menyelesaikan laporan kerja praktik.
2. Bapak Taufik Effendi selaku Section Head Unit HSC Pertamina RU VI Balongan.
3. Bapak Saputro Wijangkoro, selaku pembimbing Kerja Praktik di PT Pertamina
(Persero) RU VI Balongan atas penjelasan, bimbingan, bantuan dan kesabarannya
dalam membimbing Kerja Praktik dan dalam penyusunan laporan.
4. Bapak Mahardhika Putra Kurnia selaku Officer HC Business Partner RU VI
Balongan.
5. Bapak Yanto yang telah memudahkan melancarkan dalam proses administrasi
sebagai peserta Praktek Kerja Lapangan.
6. Bapak Sugiarto yang telah memberi arahan mengenai Safety Induction (HSE).
7. Bapak Eduardus Budi Nursanto, Ph.D., selaku Program Studi Teknik Kimia,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pertamina.
8. Ibu Alifiana Permatasari, MS., selaku dosen pembimbing Kerja Praktik yang telah
memberikan bimbingan, koreksi dan dukunganya.
9. Pembimbing lapangan dan juga operator di unit CDU, NPU, AHU, HTU, RCU, LEU,
OM, Utilitas, dan OCU yang telah memandu kami saat orientasi di lapangan.
10. Orang tua dan keluarga kami atas kasih sayang, dukungan baik berupa material
maupun nonmaterial sehingga kami dapat melaksanakan kerja praktik dengan baik.
11. Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Kimia Universitas Pertamina yang telah mendukung
dan menyemangati dalam setiap keadaan.
12. Serta semua pihak lainya yang tidak bisa dituliskan penulis satu per satu yang telah
membantu selama pelaksanaan Kerja Praktik di PT Pertamina (Persero) RU VI
Balongan.
Kami menyadari bahwa dalam serangkaian penulisan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kami akan dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun, demi perbaikan laporan ini. Akhir kata,
kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1. Mendapatkan pengalaman dan wawasan dalam suatu lingkungan kerja mengenai proses
pengolahan Crude Distillation Unit (CDU) serta melaksanakan studi perbandingan antara
teori yang didapat di kuliah dengan penerapannya di pabrik.
2. Memperoleh pemahaman yang komprehensif akan dunia kerja melalui learning by doing.
3. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif yang berwawasan bagi mahasiswa.
5. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai
persyaratan akademis di Program Studi Teknik Kimia Universitas Pertamina.
Kerja praktik ini dilaksanakan pada tempat dan waktu sebagai berikut :
Unit kilang ini dirancang untuk dapat beroperasi pada kapasitas 125 MBSD dengan rasio
komposisi feed crude Duri dan Minas sebesar 80% dan 20%. Kilang RU VI Balongan dibangun pada
tahun 1990 melalui proyek EXOR-I (Export Oriented Refinery I) yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai tambah bagi negara melalui ekspor sektor migas dan nonmigas sesuai dengan
kebijakan Pemerintah. Refinery Unit VI Balongan mulai beroperasi sejak Tahun 1994, dengan
wilayah kerja meliputi Balongan, dan Salamdarma yang terletak di Kabupaten Indramayu dan
Kabupaten Subang, Jawa Barat, sekitar 200 km arah timur Jakarta.
Pada tahun 2003, dilakukan revamping tahap I guna meningkatkan kapasitas produksi
menjadi 130 MBSD dengan rasio 50% crude oil Duri dan 50% crude oil Minas. Di awal tahun 2005,
RU VI melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan KLBB dengan kapasitas desain sebesar 52
MBSD, yang selaras dengan program Indonesian Mogas Unleaded. Kemudian pada tahun 2008
dilanjutkan dengan proyek revamping tahap II untuk meningkatkan produksi Propylene. Selanjutnya
pada tahun 2013 RU VI Balongan kembali melakukan ekspansi bisnis di bidang petrokimia dengan
mendirikan kilang ROPP yang dapat meningkatkan produksi propylene dengan kapasitas desain 490
MTPD. Terhitung mulai 13 Desember 2015, dilakukan penyerahan Kilang LPG Mundu yang
sebelumnya di bawah RU VI Balongan, dialihkan pengelolaannya dari Direktorat Pengolahan ke
Direktorat Gas dan Energi Baru Terbarukan.
Kilang RU VI Balongan memiliki nilai strategis dalam menjaga kestabilan pasokan BBM,
terutama Premium, Pertamax dan LPG yang disalurkan ke DKI Jakarta, Banten, sebagian Jawa Barat,
dan sekitarnya yang merupakan sentra bisnis dan pemerintahan Indonesia. Produk utama Kilang RU
VI Balongan seperti Premium, Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus, Pertamax Turbo, Solar, Avtur,
LPG dan Propylene, memiliki kontribusi yang besar dalam menghasilkan pendapatan baik bagi PT
Pertamina (Persero) maupun bagi negara. Sejalan dengan tuntutan bisnis ke depan, Kilang RU VI
Balongan terus mengembangkan potensi bisnis yang dimiliki melalui penerapan teknologi baru,
pengembangan produk-produk unggulan, serta penerapan standar internasional dalam sistem
manajemen mutu dengan tetap berbasis pada komitmen ramah lingkungan.
Pada tahun 2016 telah dilakukan pengembangan produk Bahan Bakar Khusus yaitu Pertalite
RON 90, Pertamax Plus RON 95 dikembangkan menjadi produk Pertamax Turbo RON 98 yang
diluncurkan tanggal 13 Juli 2016 dan produksi Avtur sebagai bahan bakar pesawat terbang yang
diluncurkan pada tanggal 30 Desember 2016.
Dalam pelaksanaan kerja praktik, Distributed Control System (DCS) dan area kilang PT
Pertamina (Persero) RU VI Balongan merupakan area utama yang diperhatikan.
Materi umum yang dipelajari antara lain:
1). Pengenalan terhadap perusahaan meliputi sejarah dan manajemen pabrik.
2). Pengenalan proses pengolahan, meliputi
Jenis proses pengolahan yang diterapkan
Diagram alir proses pengolahan
Macam dan jenis produk yang dihasilkan
Kapasitas produksi
3). Peralatan utama yang digunakan
4). Alat control : performance dan cara kerja
5). Laboratorium : uji kualitas bahan baku dan produk
6). Sistem utilitas, meliputi :
Unit pengolahan air untuk industri
Unit pengadaan steam dan sistem pendingin
Unit pengolahan limbah
Utilitas pendukung lainnya (pengadaan energi, listrik, dll)
Selain itu, terdapat materi khusus yang dipelajari, yaitu:
Evaluasi Efisiensi Furnace (11-F-101) di Crude Distillation Unit (Unit 11)
Pertamina RU VI, Balongan.
BAB III
KEGIATAN KERJA PRAKTIK
3.1. Deskripsi Kegiatan Kerja Praktik
Kegiatan Kerja Praktik berlangsung pada tanggal 15 Mei-30 Juni 2019 di PT. Pertamina
Refinery Unit VI Balongan. Pada minggu pertama (16 Mei-22 Mei 2019) dimulai dengan kegiatan
orientasi perusahaan meliputi pengenalan HSSE di perusahaan, plant visit berbagai unit yang terdapat
di PT. Pertamina Refinery Unit VI Balongan, serta penjelasan mengenai unit-unit tersebut oleh para
pegawai PT. Pertamina Refinery Unit VI Balongan.
Minggu kedua kegiatan Kerja Praktik dilanjut dengan penentuan tugas khusus mahasiswa
dalam melaksanakan kerja praktik. Tugas khusus yang dibahas pada laporan ini adalah Evaluasi
Efisiensi Furnace (11-F-101) pada unit Crude Distillation Unit, dengan periode pengambilan data
terhitung tanggal 23 Mei-6 Juni 2019.
3.1.1. Metode Pengumpulan Data
Dalam menghitung efisiensi furnace (11-F-101) pada unit Crude Distillation Unit diambil data
primer dan sekunder.
a) Data Primer
Data primer yang diambil berupa efisiensi aktual furnace (11-F-101) pada jangka
waktu 23 Mei s/d 6 Juni 2019
b) Data Sekunder
Data sekunder diambil dari data sheet furnace (11-F-101), literatur, dan analisa
laboratorium dari komposisi gas buang (flue gas) pada unit Crude Distillation Unit.
Data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah untuk mengetahui performa dari furnace (11-F-
101) berdasarkan nilai efisiensinya. Pada furnace (11-F-101) terdapat nilai efisiensi teoritis dan
aktual. Nilai efisiensi teoritis (desain) ditetapkan oleh vendor sejak proses perancangan furnace.
Sedangkan efisiensi aktual diperoleh dari lapangan.
𝑄 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏
Efisiensi = 𝑄 𝑓𝑢𝑒𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 x 100%
b. Perhitungan Massa Udara Basah / Massa Bahan Bakar yang Dibutuhkan (pound
of wet air per pound of fuel required)
𝑝𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑜𝑓 𝐻2𝑂
pound of wet air per pound of fuel required = 1−𝑚𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑖𝑛 𝑎𝑖𝑟
c. Perhitungan Massa Embun / Massa Bahan Bakar yang Dibutuhkan (pound of
moisture per pound of fuel)
pound of moisture per pound of fuel = (pound of wet air per pound of fuel required
– air required)
d. Perhitungan Massa H2O / Massa Bahan Bakar yang Dibutuhkan (pound of H2O
per pound of fuel required)
𝑝𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑜𝑓 𝐻2𝑂
pound of H2O per pound of fuel required = 𝑝𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑜𝑓 𝑓𝑢𝑒𝑙 𝑟𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑒𝑑
e. Perhitungan Massa Udara Berlebih / Massa Bahan Bakar (pound of excess air per
pound of fuel)
pound of excess air per pound of fuel =
𝑁2 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑒𝑑 𝐶𝑂2 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑒𝑑 𝐻2𝑂 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑒𝑑
28,85 𝑥 (%𝑂2)𝑥 ( + + )
28 44 18
𝑝𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑜𝑓 𝐻2𝑂
20,95−(%𝑂2)𝑥 ((1,6028 𝑥 )+1)
𝑝𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑜𝑓 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑒𝑑
g. Perhitungan Massa H2O / Massa Bahan Bakar (corrected for excess air)
% 𝑒𝑥𝑐𝑒𝑠𝑠 𝑎𝑖𝑟
pound of H2O per pound of fuel (corrected for excess air) = ( 100
x pound of
Dapat ditentukan melalui grafik atau pun entalpi dari perhitungan temperatur stack
Menentukan jumlah komponen yang terbentuk dari combustion work sheet
Menentukan panas yang hilang oleh komponen seperti CO2, uap air, udara, dan N2
Heat loss stack (Qs) = pound of component formed x entalpi flue gas keluar dari stack (℉)
7. Perhitungan efisiensi
(𝐿𝐻𝑉+𝐻𝑎+𝐻𝑓)−(𝑄𝑟−𝑄𝑠)
Efisiensi = (𝐿𝐻𝑉+𝐻𝑎+𝐻𝑓)
𝑥 100
𝑄 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏
Efisiensi = 𝑄 𝑓𝑢𝑒𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 x 100%
Didapat efisiensi desain Furnace (11-F-101) sebesar 88.5%. maka dapat diketahui bahwa
panas yang diserap dari sebesar 88.5% dari total panas yang dihasilkan oleh bahan bakar.
b) Perhitungan Efisiensi Aktual Furnace (11-F-101) pada tanggal 23 Mei 2019
1. Data fuel component beserta komposisinya
23 Mei 2019
Fuel Fraction
Amount (Kmol) Molecular weight
compon+A20:J280+A20:G46ent mole
H2 143.16 0.362373 2
N2 68.53 0.173467 28
C1 127.10 0.321721 16
CO 1.84 0.004661 28
CO2 5.45 0.013805 44
C2= 2.32 0.005883 30
C2 19.49 0.049334 28
C3 7.69 0.019454 44
C3= 3.83 0.009695 42
i-C4 2.95 0.007458 58
n-C4 8.24 0.020861 58
i-C5 2.32 0.005865 72
n-C5 0.92 0.00232 72
C6 0.98 0.002486 86
H2S 0.24 0.000615 34
Total 395.06 1 642
Data berupa fuel component beserta komposisinya didapat dari section ECLC (Energy
Conservation and Loss Control) untuk dapat menghitung efisiensi dari furnace.
2. Perhitungan Net Heating Value
Net Heating Value dapat dihitung dengan mengalikan total weight dari suatu komponen
dengan Heating Value dari komponen tersebut.
Tabel 3.4 Perhitungan NHV Component
23 Mei 2019
Fuel
Total weight NHV
component Heating Value
H2 273.65 51628 14,120,517.31
N2 1,902.92 0 -
C1 2,136.40 21500 45,932,642.65
CO 53.16 4335 230,985.23
CO2 267.26 0 -
C2= 79.42 20290 1,611,411.17
C2 597.39 20420 12,198,625.68
C3 354.63 19930 7,067,843.95
C3= 258.73 19690 5,094,352.17
i-C4 217.55 19420 4,224,872.62
n-C4 439.06 19670 8,636,342.53
i-C5 88.13 19500 1,718,480.68
n-C5 45.02 19500 877,895.89
C6 59.49 19390 1,153,516.74
H2S 9.65 6546 63,215.50
Total 6,782.47 102,930,702.12
Air required dapat dihitung dengan mengalikan total weight dengan air-fuel ratio. Untuk
mendapat nilai dari air-fuel ratio dilakukan perhitungan stoikiometri reaksi pembakaran. Seperti
contoh pembakaran CH4 dengan O2 Excess sebesar 5.10 % dengan reaksi sebagai berikut :
𝑀𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑎𝑖𝑟
Air-fuel ratio = 𝑀𝑎𝑠𝑠 𝑜𝑓 𝑓𝑢𝑒𝑙
1.898 𝑥 2 𝑥 16+3.72 𝑥 2 𝑥 14
Air-fuel ratio =
12+4 𝑥 1
23 Mei 2019
Fuel component Amount (Kmol Total weight Air required
H2 143.16 273.65 9,383.58
N2 68.53 1,902.92 -
C1 127.10 2,136.40 36,831.57
CO 1.84 53.16 131.31
CO2 5.45 267.26 -
C2= 2.32 79.42 1,174.61
C2 19.49 597.39 9,611.94
C3 7.69 354.63 5,560.65
C3= 3.83 258.73 3,826.59
i-C4 2.95 217.55 3,217.60
n-C4 8.24 439.06 6,787.89
i-C5 2.32 88.13 1,350.99
n-C5 0.92 45.02 690.16
C6 0.98 59.49 906.63
H2S 0.24 9.65 58.68
Total 395.06 6,782.47 79,532.20
Berdasarkan koefisien masing-masing komponen, didapat mol CO2 = mol CH4, mol H2O =
2 x mol CH4, mol N2 = 7.52 x mol CH4
Tabel 3.6 Perhitungan Component Formed
Amount Amount
Amount (Kmol Amount (Kmol
(Kmol (Kmol
CH4 CO2 H2O N2
Dari data-data tersebut dibagi dengan massa molekul masing-masing komponen untuk
mendapatkan nilai komponen yang terbentuk.
5. Perhitungan Udara Berlebih
Perhitungan Moisture in Air
Moisture in Air bernilai nol karena tidak terdapat kandungan air sehingga
pembakaran dianggap sempurna.
Perhitungan pound of wet air per pound of fuel required
11.73
Total Air required = 79532.2 kg = 11.73 lbs, 1−0
= 11.73
Efisiensi furnace (11-F-101) pada jangka waktu 23 Mei s/d 6 Juni 2019 ditampilkan pada
tabel sebagai berikut :
Tanggal Excess Oxygen (%) Efisiensi Desain (%) Efisiensi Aktual (%)
23 Mei 2019 5.10 88.50 86.46
24 Mei 2019 5.35 88.50 86.23
25 Mei 2019 5.53 88.50 86.15
26 Mei 2019 5.41 88.50 86.17
27 Mei 2019 5.51 88.50 86.13
28 Mei 2019 6.12 88.50 85.66
29 Mei 2019 6.64 88.50 85.29
30 Mei 2019 6.77 88.50 85.16
31 Mei 2019 7.08 88.50 84.98
1 Juni 2019 8.09 88.50 84.12
2 Juni 2019 8.56 88.50 83.63
3 Juni 2019 7.76 88.50 84.21
4 Juni 2019 7.19 88.50 84.69
5 Juni 2019 7.29 88.50 84.55
6 Juni 2019 10.11 88.50 80.44
Nilai rata-rata 6.83 88.50 84.92
4.3. Perbandingan Efisiensi Aktual Furnace dengan Excess Oxygen
Efisiensi aktual furnace (11-F-101) dibandingkan dengan excess oxygen pada jangka waktu
23 Mei s/d 6 Juni 2019 digambarkan pada grafik berikut :
86.00 10.00
84.00 8.00
82.00 6.00
80.00 4.00
78.00 2.00
76.00 0.00
Day 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa nilai efisiensi aktual pada furnace berbanding
terbalik dengan excess oxygen. Ketika jumlah excess oxygen naik maka efisiensi aktual furnace akan
turun, begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan apabila suplai udara dalam jumlah berlebih akan
menyebabkan panas yang dihasilkan dari reaksi pembakaran akan terserap oleh oksigen yang
terdapat di udara untuk tetap dalam temperatur reaksi. Kemudian oksigen akan keluar dari furnace
melalui stack sehingga bahan bakar akan terbuang agar oksigen dapat tetap pada temperatur reaksi.
Hal ini tergolong dalam kondisi dimana efisiensi dari furnace menurun. Kondisi berikut sesuai
dengan data literature API tentang pengoperasian furnace.
Efisiensi aktual furnace (11-F-101) dibandingkan dengan efisiensi desain furnace pada
jangka waktu 23 Mei s/d 6 Juni 2019 digambarkan pada grafik berikut :
Grafik Perbandingan Efisiensi Aktual dengan Efisiensi
Desain
Efisiensi Desain Efisiensi Aktual
90.00
88.00
86.00
84.00
82.00
80.00
78.00
76.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa efisiensi aktual furnace (11-F-101) cenderung
mengalamai penurunan dalam jangka waktu 23 Mei s/d 6 Juni 2019. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti kualitas bahan bakar yang digunakan sehingga mempengaruhi proses
pembakaran, terdapat impurities, dan kondisi operasi yang berubah-ubah. Namun berdasarkan
gambar 4.1 (Grafik Perbandingan Efisiensi Aktual dengan Excess Oxygen) dimana jumlah excess
oxygen mempengaruhi efisiensi dari suatu furnace maka hal ini sesuai dengan teori yang berlaku.
Pada jangka waktu 23 Mei s/d 6 Juni 2019 jumlah excess oxygen terus bertambah setiap harinya,
sedangkan efisiensi furnace (11-F-101) mengalami penurunan setiap harinya.
Data perhitungan efisiensi furnace (11-F-101) pada jangka waktu 23 Mei s/d 6 Juni 2019
diperoleh nilai rata-rata efisiensi aktual furnace sebesar 84,92 %. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa efisiensi aktual dari furnace (11-F-101) masih cukup layak untuk dipakai, namun
dalam pengoperasiannya dapat dioptimasi agar nilai efisiensi aktualnya dapat lebih mendekati
efisiensi desain.
BAB V
TINJAUAN TEORETIS
5.1. Furnace
Furnace merupakan alat untuk menaikkan temperatur suatu fluida dengan memanfaatkan
panas hasil pembakaran oksigen dengan bahan bakar. Bahan bakar pada furnace antara lain fuel oil
dan/atau fuel gas yang dibakar pada burner dari suatu furnace. Suatu furnace tersusun dari bangunan
dengan dinding berupa plat baja yang di bagian dalamnya dilapisi suatu material tahan api. Proses
pemanasan pada furnace dilakukan dengan cara mengalirkan fluida kedalam pipa yang telah terbagi
dan tersusun sesuai dengan karakteristik fluida pada suatu furnace. Panas yang digunakan pada suatu
furnace berasal dari reaksi pembakaran secara langsung dan radiasi panas yang dipantulkan kembali
oleh dinding furnace.
Furnace terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian yang menerima panas secara konveksi
(convection section) dan bagian yang menerima panas secara radiasi (radiant section) atau biasa
disebut dengan combustion chamber. Adanya dua bagian utama dari furnace untuk memanaskan
fluida secara bertahap. Hal ini dilakukan untuk menghindari thermally shock pada fluida.
Untuk mencapai temperatur acuan, furnace perlu bekerja dengan seoptimal mungkin. Dalam
proses pemanasan fluida yang masuk, pembakaran yang terjadi harus berlangsung secara sempurna
serta kehilangan panas yang terjadi melalui dinding furnace dan stack pada bagian atas harus
diupayakan seminimal mungkin. Dalam pengoperasiannya, furnace dapat bekerja dengan optimal
apabila bahan bakar yang digunakan mengalami pembakaran secara sempurna dan excess air yang
digunakan seminimal mungkin. Excess air yang digunakan mengandung oksigen yang apabila
terdapat dalam jumlah banyak dapat menurunkan temperatur pada furnace.
Suatu furnace dapat bekerja dengan optimal apabila dalam kondisi berikut :
Berdasarkan konstruksi
Furnace yang digunakan pada oil refinery memiliki tipe yang berbeda-beda. Kapasitas
pembakaran dari suatu furnace merupakan faktor yang menentukan ukuran ukuran dan tipe yang
digunakan. Berdasarkan konstruksinya furnace terdapat beberapa tipe sebagai berikut :
1. Furnace Tipe Silindris Tegak (Vertical Cylindrical Furnace)
Furnace tipe silindris tegak berbentuk silinder tegak dari bahan baja dengan bentuk dasar
berbentuk bulat sehingga menyerupai tabung. Pipa pemanas disusun sedemikian rupa secara
vertikal untuk dapat menerima panas secara radiasi. Reaksi pembakaran bahan bakar terjadi pada
bagian dasar dari furnace sehingga nyala api dengan pipa pemanas sejajar searah vertikal. Pada
furnace jenis ini area konveksi dapat dihilangkan, namun apabila dirasa dibutuhkan area
konveksi dapat tetap dirancang dengan pemilihan jenis pipa yang berbeda.
Memiliki efisiensi termal yang lebih tinggi karena luas permukaan pipa yang
tersusun lebih besar
Luas area yang digunakan lebih kecil
Memiliki harga yang relatif lebih murah karena kontruksi bangunan lebih simpel
Tergolong ekonomis dalam pemanasan dengan beban 15-20 MMKcal/jam
Fluida yang akan dipanaskan memiliki perbedaan temperatur antara temperatur inlet
dan 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 tidak lebih dari 90℃
Beban pemanasan antara 2,5-20 MMKcal/jam
Gambar 2.1 Furnace Tipe Silindris Vertikal
Furnace tipe box berbentuk kotak dengan konfigurasi pipa pemanas searah tegak lurus
dengan arah nyala api (horizontal). Pipa pemanas yang digunakan pada jenis furnace ini terbuat
dari high chrome (25%) content alloy yang tahan terhadap temperatur tinggi. Bagian konveksi
(convection section) dan bagian radiasi (radiant section) dipisahkan oleh dinding pembatas yang
tersusun oleh batu tahan api yang disebut bridge wall.
Pipa pemanas dapat pecah apabila salah satu aliran fluida terhenti
Memiliki harga yang relatif mahal
Tidak dapat digunakan untuk memanaskan fluida pada temperatur tinggi untuk
jangka waktu yang singkat
Luas area yang digunakan cukup luas
Maintenance tergolong sulit karena pipa pemanas terkonfigurasi mendatar
Furnace tipe kabin struktur bangunannya berbentuk seperti kabin dimana bagian konveksi
terletak di bagian atas sedangkan bagian radiasi terletak di bawahnya. Burner terletak di bagian
bawah dengan nyala api sejajar dengan posisi pipa pemanas, namun terdapat pipa pemanas
dengan posisi tegak lurus dengan nyala api.
Natural draft akan menghisap masuk udara pembakaran kedalam ruang dan membuang gas
hasil pembakaran keluar. Hal ini dikarenakan perbedaan tekanan udara yang masuk oleh
perbedaan berat antar bagian flue gas panas di dalam dan di luar stack. Kebocoran pada bagian
stack harus dihindari karena dapat mengurangi draft. Natural draft umumnya digunakan pada
furnace sebagai berikut :
Tekanan inlet pada suplai udara melalui air register diperbesar oleh blower sehingga draft
menjadi semakin besar. Forced Draft umumnya digunakan pada furnace sebagai berikut :
Stack rendah
Memiliki resistance yang kecil terhadap flue gas
3. Furnace dengan Draft Induksi (Induction Draft)
Blower akan menarik keluar gas hasil pembakaran melalui stack. Tarikan dari blower akan
menyebabkan tekanan udara di bagian dalam furnace akan lebih rendah dibanding tekanan
atmosfer sehingga udara di luar furnace akan masuk kedalam.
Draft jenis ini merupakan gabungan dari forced draft dan induction draft. Balance draft
menambah tekanan dengan air register dan mengurangi tekanan outlet. Sebuah blower
membantu proses menambah dan mengurangi tekanan masing masing bagian. Balance draft
umumnya digunakan pada furnace sebagai berikut :
Stack rendah
Memiliki resistance yang besar terhadap flue gas
Menggunakan air preheater
1. Dinding Furnace
Dinding furnace terdiri dari beberapa lapisan yang memiliki fungsinya masing-masing.
Lapisan terluar suatu furnace berupa dinding baja yang berfungsi sebagai penahan dan pembentuk
struktur furnace. Selanjutnya terdapat lapisan bagian dalam yang dapat terdiri dari satu atau dua
lapisan. Lapisan yang tidak terkena api secara langsung dipasang insulation brick atau batu isolasi
sebagai pencegah hilangnya panas yang dapat terjadi melalui dinding furnace. Sedangkan lapisan
yang terkena api secara langsung adalah fire brick yang tersusun oleh batu tahan api. Namun pada
furnace yang lebih moderen, lapisan bagian dalam hanya terdiri dari satu lapisan yang dapat
berfungsi sebagai fire brick dan insulation brick.
Pipa pemanas berfungsi untuk mengalirkan fluida melalui furnace dan sebagai perantara
perpindahan panas antara nyala api dengan fluida. Pipa pemanas disusun secara paralel pada bagian
konveksi dan bagian radiasi. Fluida yang akan dipanaskan dialirkan melalui pipa pemanas kedalam
bagian konveksi lalu selanjutnya masuk kedalam bagian radiasi agar panas yang diperoleh secara
bertahap.
3. Burner
Burner merupakan bagian yang memasukkan bahan bakar dan udara pembakaran kedalam
ruang pembakaran dengan kecepatan tertentu dan mengatur perbandingan bahan bakar dan udara
untuk menjaga stabilitas proses pembakaran.
Peralatan ini berfungsi untuk memanfaatkan sisa panas dari flue gas setelah melewati pipa
pemanas pada bagian konveksi. Selanjutnya sisa panas dimanfaatkan untuk memanaskan udara
pebakaran yang akan masuk kedalam burner dan ruang pembakaran. Panas yang seharusnya dibuang
melalui stack dapat ditransfer untuk udara pembakaran agar efisiensi furnace semakin baik.
5. Cerobong (stack)
Stack adalah cerobong berbentuk vertikal yang terletak di bagian atas furnace untuk
melepaskan gas hasil pembakaran (flue gas) keluar.
6. Damper
Damper adalah plat logam yang mengatur tekanan udara berlebih (excess air).
Batu tahan api pada suatu furnace dipasang pada bagian dalam dinding furnace. Batu ini
dapat menahan panas agar tidak terbuang keluar sehingga panas yang hilang dapat diminimalisir.
Selain itu batu ini dapat melindungi bagian luar dari furnace.
8. Soot blower
Soot blower digunakan untuk membersihkan pengotor di daerah convection section. Ketika
terjadi reaksi pembakaran, flue gas yang dihasilkan akan menempel di bagian luar dinding pipa.
Kondisi ini dapat menggangu proses perpindahan panas dan menyebabkan turunnya efisiensi.
Steam/air akan ditembakkan melalui nozzle ke pipa pada convection section.
9. Lubang Pengintip
Bagian ini merupakan lubang kecil pada dinding furnace untuk mengamati keadaan di dalam
furnace seperti warna api dan nyala api.
10. Kelengkapan Furnace
a) Acces door (man way), merupakan jalur masuk ketika furnace akan diperiksa atau
diperbaiki.
b) Platform, merupakan tempat operator berlalu Lalang di sekeliling furnace untuk
melakukan pemeriksaan.
c) Explotion door, merupakan bagian pada bagian atas radiant section sebagai
pengaman terhadap kemungkinan tekanan berlebih pada ruang pembakaran.
d) Wind box, kotak yang dipasang pada dudukan burner untuk mengatur udara
pembakaran dan mengurangi kebisingan.
Proses perpindahan panas pada furnace lebih banyak terjadi secara radiasi menuju feed yang
masuk dan mengalir melalui pipa pemanas. Ruang pembakaran (radiant fire box) di dalam furnace
merupakan ruang terjadinya pembakaran bahan bakar berupa cair, gas, atau campuran antara
keduanya yang kemudian kemudian dicampur dengan udara di dalam burner lalu dinyalakan.
Feed yang dipanaskan dialirkan melalui pipa pemanas yang tersusun secara vertikal maupun
horizontal di bagian lantai, dinding atau atas ruang pembakaran sesuai kebutuhan dan jenis furnace.
Pipa pemanas perlu disusun dengan sesuai agar memungkinkan secara langsung panas radiasi dan
nyala api pembakaran serta pemantulan panas kembali dari permukaan dinding ke pipa. Fluida yang
akan dipanaskan umumnya dialirkan melalui bagian konveksi terlebih dahulu agar dapat
memanfaatkan panas dari gas hasil pembakaran (flue gas) selanjutnya fluida dialirkan ke bagian
radiasi melalui pipa crossover.
Besarnya beban pemanasan yang harus diberikan furnace kepada fluida yang akan
dipanaskan bergantung pada banyaknya feed masuk dan perbedaan temperatur inlet dan outlet yang
ingin dicapai. Beban pemanasan akan semakin besar ketika perbedaan temperatur inlet dan outlet
semakin tinggi serta jumlah feed masuk semakin besar.
Suatu parameter untuk menentukan seberapa baik kinerja dari suatu furnace adalah efisiensi
termal. Efisiensi termal merupakan suatu parameter pemanfaatan panas hasil reaksi pembakaran dari
bahan bakar untuk memanaskan fluida. Berikut merupakan faktor faktor yang mempengaruhi
efisiensi suatu furnace :
1. Panas yang Hilang
Panas yang hilang pada saat pengoperasian furnace menyebabkan efisiensi turun karena
membutuhkan bahan bakar yang lebih untuk mencapai kembali temperatur acuan. Terdapat beberapa
faktor yang dapat menyebabkan hilangannya panas :
2. Udara Berlebih
Untuk mencegah terjadinya pembakaran yang tidak sempurna , udara berlebih diinjeksikan
kedalam furnace dari pada kebutuhan udara teoritis. Suplai udara yang rendah akan mengakibatkan
pembakaran yang tidak sempurna sehingga menurunkan efisiensi suatu furnace.
Namun suplai udara berlebih dapat mengurangi efisiensi dari furnace. Suplai udara berlebih
menghasilkan volum flue gas yang besar sehingga panas pembakaran akan diserap untuk menaikkan
temperatur dari udara.
Pengoperasian peralatan pada suatu furnace dapat mempengaruhi efisiensi furnace tersebut.
Sehingga peralatan pada suatu furnace harus dalam kondisi optimal. Namun sering dijumpai
permasalahan pada peralatan yang dapat mempengaruhi efisiensi furnace seperti hal-hal berikut :
Kondisi-kondisi di atas dapat diketahui secara visual maupun dengan bantuan alat ukur. Oleh
karena itu perlu dilakukan pengecekan secara berkala sehingga apabila ditemukan penyimpangan di
atas dapat segera ditangani.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil perhitungan dan pembahasan efisiensi furnace (11-F-101) pada
Crude Distillation Unit (CDU) pada jangka waktu 23 Mei s/d 6 Juni 2019 dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1) Nilai rata-rata efisiensi aktual furnace (11-F-101) sebesar 84,92% sedangkan efisiensi desain
sebesar 87.5%. perbeaan efisiensi yang cukup jauh dikarenakan feed dari crude oil pada
bulan juni hanya 75% dari feed seharusnya.
2) Jumlah rata-rata excess oxygen pada furnace (11-F-101) sebesar 6,83%. Jumlah tersebut
tidak riil karena pada periode pengambilan data oxygen analyzer tidak berfungsi.
3) Jumlah excess oxygen yang semakin tinggi mengakibatkan efisiensi aktual dari furnace (11-
F-101) semakin menurun.
6.2. Saran
Untuk meningkatkan efisiensi aktual furnace (11-F-101) pada Crude Distillation Unit maka
sebaiknya hal-hal berikut dapat lebih diperhatikan :
1) Mengadakan kembali oxygen analyzer agar dapat mengukur kadar oxygen dengan akurat.
2) Melakukan maintenance secara berkala agar furnace dapat bekerja dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
PT Pertamina (Persero). (2019). Visi, Misi, Tujuan dan Tata Nilai. Diambil dari
https://pertamina.com/id/visi-misi-tujuan-dan-tata-nilai; pada 11 Juni 2019.
PT Pertamina (Persero). (2011). Modernisasi Kilang. Artikel Warta Pertamina Edisi Januari
2011. Jakarta.
PT Pertamina (Persero). (1992). Pedoman Operasi Kilang dan Pertamina UP-VI Balongan.
JGC Corporation & Foster Wheeler (Indonesia) Limited.
Pertamina EXOR-1. (1992). Pedoman Operasi Kilang Unit 11 CDU. JGC Corporation &
Foster Wheeler (Indonesia) Limited.
Pertamina EXOR-1. (1992). Pedoman Operasi Kilang Unit 23 Amine Treatment Unit. JGC
Corporation & Foster Wheeler (Indonesia) Limited.
Pertamina EXOR-1. (1992). Pedoman Operasi Kilang Unit 24 Sour Water Stripper. JGC
Corporation & Foster Wheeler (Indonesia) Limited.
Pertamina EXOR-1. (1992). Pedoman Operasi Kilang Unit 25 Sulphur Plant. JGC
Corporation & Foster Wheeler (Indonesia) Limited.
Ha = Cp air x (T Combustion Air - 60 F) x (pound of wet air per pound of fuel required + pound of
Temperature fuel 33.91 pound of wet per pound of fuel required 11.73
Temperature ambient 32.00 pound of moisture per pound of fuel -
Temperature datum 15.50 pound of H2O per pound of fuel 1.56
Temperature stack 249.16 pound of excess air per pound of fuel 4.28
Cp fuel 0.53 percent of excess air 36.49
Cp air 0.24 total pound of H2O per pound of fuel 1.56
Atomizing stream 0.50
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 303.52
Relative Humidity -
LHV 15,176.00
Temperature Comb. Air 334.79
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 1.87 95.12 178.17
Efisiensi 86.55
24 Mei 2019
Fuel component Amount (Kmol) Mole Fraction Molecular weight Total weight NHV Air required CO2 formed H2O formed N2 formed
H2 143.16 0.362372982 2 288.61 14,892,367.89 9,896.50 - 2,580.19 7,607.81
N2 68.53 0.173467487 28 1,918.86 - - - - 1,918.86
C1 127.10 0.321721032 16 2,033.61 43,722,563.05 35,059.39 5,572.08 4,575.62 26,945.30
CO 1.84 0.004661295 28 51.56 224,038.21 127.36 80.95 - 97.97
CO2 5.45 0.013805179 44 239.97 - - 239.97 - -
Tabel Fuel Composition 24 Mei 2019
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 303.00
Relative Humidity -
LHV 15,149.90
Temperature Comb. Air 333.60
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 1.84 95.36639154 175.84
Efisiensi 86.46
25 Mei 2019
Fuel component Amount (Kmol) Mole Fraction Molecular weight Total weight NHV Air required CO2 formed H2O formed N2 formed
H2 141.09 0.362256726 2 284.45 14,677,467.05 9,753.69 - 2,542.96 7,498.02
N2 67.56 0.173456203 28 1,891.66 - - - - 1,891.66
C1 125.31 0.321723137 16 2,004.92 43,105,745.87 34,564.79 5,493.48 4,511.07 26,565.17
CO 1.82 0.004660988 28 50.83 220,861.59 125.55 79.80 - 96.58
Tabel Fuel Composition 25 Mei 2019
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 302.92
Relative Humidity -
LHV 15,146.00
Temperature Comb. Air 332.78
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 1.84 95.19114673 175.52
Efisiensi 86.25
26 Mei 2019
Fuel component Amount Mole Fraction Molecular weight Total weight NHV Air required CO2 formed H2O formed N2 formed
H2 141.03 0.362144758 2 284.31 14,670,265.69 9,748.90 - 2,541.71 7,494.35
N2 67.80 0.174118994 28 1,898.54 - - - - 1,898.54
C1 125.17 0.321423320 16 2,002.69 43,057,753.98 34,526.31 5,487.36 4,506.04 26,535.59
CO 1.81 0.004656970 28 50.78 220,631.14 125.42 79.72 - 96.48
CO2 5.37 0.013795478 44 236.38 - - 236.38 - -
Tabel Fuel Composition 26 Mei 2019
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 302.59
Relative Humidity -
LHV 15,129.69
Temperature Comb. Air 332.67
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 1.84 95.57640253 175.99
Efisiensi 86 .17
27 Mei 2019
Fuel component Amount Mole Fraction Molecular weight Total weight NHV Air required CO2 formed H2O formed N2 formed
H2 140.30 0.361643584 2 282.84 14,594,292.79 9,698.42 - 2,528.55 7,455.53
N2 67.94 0.175123622 28 1,902.24 - - - - 1,902.24
C1 124.51 0.320960457 16 1,992.20 42,832,362.94 34,345.58 5,458.64 4,482.46 26,396.69
CO 1.80 0.004649828 28 50.51 219,455.64 124.75 79.30 - 95.96
CO2 5.39 0.013897372 44 237.22 - - 237.22 - -
Tabel Fuel Composition 27 Mei 2019
Ha = Cp air x (T Combustion Fuel) x (pound of wet air per pound of fuel required + pound of
Temperature ambient 32.00 pound of moisture per pound of fuel -
Temperature datum 15.50 pound of H2O per pound of fuel 1.57
Temperature stack 249.16 pound of excess air per pound of fuel 4.76
Cp fuel 0.53 percent of excess air 40.81
Cp air 0.24 total pound of H2O per pound of fuel 1.57
Atomizing stream 0.50
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 301.87
Relative Humidity -
LHV 15,093.37
Temperature Comb. Air 333.61
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 11.65 15.0447337 175.33
Efisiensi 86.22
28 Mei 2019
Fuel component Amount (Kmol) Mole Fraction Molecular weight Total weight NHV Air required CO2 formed H2O formed N2 formed
H2 7.79 0.02994838 2 15.71 810,872.30 538.85 - 140.49 414.24
N2 57.60 0.22129106 28 1,612.73 - - - - 1,612.73
C1 139.18 0.53474395 16 2,226.92 47,878,797.13 38,392.11 6,101.76 5,010.57 29,506.70
CO 1.67 0.00641855 28 46.78 203,246.65 115.54 73.44 - 88.88
CO2 5.34 0.02050464 44 234.82 - - 234.82 - -
C2= 2.15 0.00827185 30 60.50 1,227,524.47 894.78 189.97 77.44 687.27
Tabel Fuel Composition 28 Mei 2019
Ha = Cp air x (T Combustion Air – 60F) x (pound of wet air per pound of fuel required + pound of
Temperature fuel 33.04 pound of wet per pound of fuel required 11.44
Temperature ambient 32.00 pound of moisture per pound of fuel -
Temperature datum 15.50 pound of H2O per pound of fuel 1.35
Temperature stack 249.16 pound of excess air per pound of fuel 5.29
Cp fuel 0.53 percent of excess air 46.25
Cp air 0.24 total pound of H2O per pound of fuel 1.35
Atomizing stream 0.50
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 289.44
Relative Humidity -
LHV 14,471.88
Temperature Comb. Air 337.40
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 2.03 95.75815229 194.67
Efisiensi 85.66
29 Mei 2019
Fuel compon+A20:J280+A20:G46ent
Amount (Kmol) Mole Fraction Molecular weight Total weight NHV Air required CO2 formed H2O formed N2 formed
H2 7.80 0.029710785 2 15.73 811,623.99 539.35 - 140.62 414.62
N2 57.70 0.219737621 28 1,615.71 - - - - 1,615.71
C1 140.70 0.535792228 16 2,251.21 48,401,116.55 38,810.94 6,168.33 5,065.23 29,828.60
CO 1.69 0.006430471 28 47.28 205,442.89 116.79 74.23 - 89.84
CO2 5.46 0.020791617 44 240.24 - - 240.24 - -
Tabel Fuel Composition 29 Mei 2019
Ha = Cp air x (T Combustion air – 60F) x (pound of wet air per pound of fuel required + pound of
Temperature fuel 33.21 pound of wet per pound of fuel required 11.46
Temperature ambient 32 pound of moisture per pound of fuel -
Temperature datum 15.50 pound of H2O per pound of fuel 1.35
Temperature stack 249.16 pound of excess air per pound of fuel 5.96
Cp fuel 0.53 percent of excess air 52.02
Cp air 0.24 total pound of H2O per pound of fuel 1.35
Atomizing stream 0.50
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 289.97
Relative Humidity -
LHV 14,498.74
Temperature Comb. Air 339.35
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 2.04 95.67445535 194.93
Efisiensi 85.29
30 Mei 2019
Fuel component Amount (Kmol) Mole Fraction Molecular weight Total weight NHV Air required CO2 formed H2O formed N2 formed
H2 7.84 0.029924117 2 15.81 815,951.59 542.23 - 141.37 416.83
N2 58.07 0.221527769 28 1,625.88 - - - - 1,625.88
C1 139.98 0.534040016 16 2,239.73 48,154,298.36 38,613.03 6,136.87 5,039.40 29,676.49
CO 1.68 0.006408556 28 47.03 204,367.03 116.18 73.84 - 89.37
CO2 5.52 0.021055615 44 242.84 - - 242.84 - -
Tabel Fuel Composition 30 Mei 2019
Ha = Cp air x (T Combustion air – 60F) x (pound of wet air per pound of fuel required + pound of
Temperature fuel 33.19 pound of wet per pound of fuel required 11.42
Temperature ambient 32 pound of moisture per pound of fuel -
Temperature datum 15.50 pound of H2O per pound of fuel 1.35
Temperature stack 249.16 pound of excess air per pound of fuel 6.11
Cp fuel 0.53 percent of excess air 53.52
Cp air 0.24 total pound of H2O per pound of fuel 1.35
Atomizing stream 0.50
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 288.97
Relative Humidity -
LHV 14,448.34
Temperature Comb. Air 341.66
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 2.03 95.97031969 194.91
Efisiensi 85.16
31 Mei 2019
Fuel component Amount (Kmol) Mole Fraction Molecular weight Total weight NHV Air required CO2 formed H2O formed N2 formed
H2 7.80 0.029720946 2 15.72 811,012.60 538.95 - 140.51 414.31
N2 57.65 0.219784562 28 1,614.28 - - - - 1,614.28
C1 138.39 0.527572940 16 2,214.25 47,606,439.31 38,173.72 6,067.05 4,982.07 29,338.85
CO 1.95 0.007433311 28 54.60 237,221.95 134.85 85.72 - 103.73
CO2 5.20 0.019834016 44 228.92 - - 228.92 - -
C2= 1.94 0.007406657 30 54.60 1,107,733.67 807.46 171.43 69.88 620.20
Fuel Composition 31 Mei 2019
Ha = Cp air x (T Combustion air – 60F) x (pound of wet air per pound of fuel required + pound of
Temperature fuel 33.03 pound of wet per pound of fuel required 11.51
Temperature ambient 32 pound of moisture per pound of fuel -
Temperature datum 15.50 pound of H2O per pound of fuel 1.35
Temperature stack 249.16 pound of excess air per pound of fuel 6.57
Cp fuel 0.53 percent of excess air 57.09
Cp air 0.24 total pound of H2O per pound of fuel 1.35
Atomizing stream 0.50
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 291.38
Relative Humidity -
LHV 14,569.16
Temperature Comb. Air 342.21
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 2.05 95.67830875 196.52
Efisiensi 84.98
1 Juni 2019
Fuel component Amount (Kmol) Mole Fraction Molecular weight Total weight NHV Air required CO2 formed H2O formed N2 formed
H2 7.33 0.029798944 2 14.79 763,003.28 507.04 - 132.19 389.78
N2 54.19 0.220169716 28 1,517.40 - - - - 1,517.40
C1 129.84 0.527500494 16 2,077.44 44,664,925.37 35,815.04 5,692.18 4,674.24 27,526.06
CO 1.83 0.007434097 28 51.24 222,618.54 126.55 80.44 - 97.35
CO2 4.81 0.019551282 44 211.75 - - 211.75 - -
C2= 1.82 0.007409350 30 51.25 1,039,809.44 757.95 160.92 65.60 582.17
Tabel Fuel Composition 1 Juni 2019
Ha = Cp air x (T Combustion air – 60F) x (pound of wet air per pound of fuel required + pound of
Temperature fuel 32.62 pound of wet per pound of fuel required 11.51
Temperature ambient 32 pound of moisture per pound of fuel -
Temperature datum 15.50 pound of H2O per pound of fuel 1.35
Temperature stack 249.16 pound of excess air per pound of fuel 8.11
Cp fuel 0.53 percent of excess air 70.47
Cp air 0.24 total pound of H2O per pound of fuel 1.35
Atomizing stream 0.50
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 291.39
Relative Humidity -
LHV 14,569.47
Temperature Comb. Air 338.33
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 2.05 95.29378183 195.67
Efisiensi 84.12
2 Juni 2019
Fuel component Amount (Kmol) Mole Fraction Molecular weight Total weight NHV Air required CO2 formed H2O formed N2 formed
H2 7.24 0.029808920 2 14.60 753,320.72 500.61 - 130.52 384.84
N2 53.42 0.219877022 28 1,495.65 - - - - 1,495.65
C1 128.32 0.528208731 16 2,053.14 44,142,553.88 35,396.17 5,625.61 4,619.57 27,204.13
CO 1.81 0.007447690 28 50.66 220,121.69 125.13 79.54 - 96.26
CO2 4.62 0.019017780 44 203.29 - - 203.29 - -
C2= 1.80 0.007426713 30 50.70 1,028,675.63 749.83 159.19 64.89 575.94
Tabel Fuel Composition 2 Juni 2019
Ha = Cp air x (T Combustion air – 60F) x (pound of wet air per pound of fuel required + pound of
Temperature fuel 32.71 pound of wet per pound of fuel required 11.53
Temperature ambient 32 pound of moisture per pound of fuel -
Temperature datum 15.50 pound of H2O per pound of fuel 1.35
Temperature stack 249.16 pound of excess air per pound of fuel 8.92
Cp fuel 0.53 percent of excess air 77.37
Cp air 0.24 total pound of H2O per pound of fuel 1.35
Atomizing stream 0.50
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 291.87
Relative Humidity -
LHV 14,593.63
Temperature Comb. Air 337.80
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 2.06 95.57288736 196.45
Efisiensi 83.63
3 Juni 2019
Fuel component Amount (Kmol) Mole Fraction Molecular weight Total weight NHV Air required CO2 formed H2O formed N2 formed
H2 7.54 0.030480772 2 15.19 783,977.64 520.98 - 135.83 400.50
N2 55.67 0.225155957 28 1,558.76 - - - - 1,558.76
C1 129.43 0.523469393 16 2,070.85 44,523,286.76 35,701.46 5,674.13 4,659.41 27,438.77
CO 1.82 0.007377073 28 51.07 221,906.17 126.15 80.18 - 97.04
CO2 4.81 0.019434943 44 211.43 - - 211.43 - -
C2= 1.82 0.007352290 30 51.08 1,036,450.30 755.50 160.40 65.38 580.29
Tabel Fuel Composition 3 Juni 2019
Ha = Cp air x (T Combustion – 60F) x (pound of wet air per pound of fuel required + pound of
Temperature fuel 32.24 pound of wet per pound of fuel required 11.42
Temperature ambient 32 pound of moisture per pound of fuel -
Temperature datum 15.50 pound of H2O per pound of fuel 1.34
Temperature stack 249.16 pound of excess air per pound of fuel 7.53
Cp fuel 0.53 percent of excess air 65.93
Cp air 0.24 total pound of H2O per pound of fuel 1.34
Atomizing stream 0.50
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 289.16
Relative Humidity -
LHV 14,458.03
Temperature Comb. Air 334.72
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 2.04 96.65917084 196.91
Efisiensi 84.21
4 Juni 2019
Fuel compon+A20:J280+A20:G46ent
Amount (Kmol) Mole Fraction Molecular weight Total weight NHV Air required CO2 formed H2O formed N2 formed
H2 7.64 0.031202737 2 15.40 794,475.74 527.96 - 137.65 405.86
N2 55.91 0.228404834 28 1,565.35 - - - - 1,565.35
C1 125.38 0.512262629 16 2,006.14 43,131,924.29 34,585.78 5,496.81 4,513.81 26,581.30
CO 2.11 0.008623793 28 59.10 256,799.32 145.98 92.79 - 112.29
CO2 6.12 0.025013603 44 269.39 - - 269.39 - -
C2= 2.07 0.008444536 30 58.08 1,178,451.88 859.01 182.37 74.34 659.79
Tabel Fuel Composition 4 Juni 2019
Ha = Cp air x (T Combustion – 60F) x (pound of wet air per pound of fuel required + pound of
Temperature fuel 32.55 pound of wet per pound of fuel required 11.22
Temperature ambient 32 pound of moisture per pound of fuel -
Temperature datum 15.50 pound of H2O per pound of fuel 1.31
Temperature stack 249.16 pound of excess air per pound of fuel 6.57
Cp fuel 0.53 percent of excess air 58.54
Cp air 0.24 total pound of H2O per pound of fuel 1.31
Atomizing stream 0.50
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 284.40
Relative Humidity -
LHV 14,219.92
Temperature Comb. Air 331.68
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 2.02 96.84288993 195.88
Efisiensi 84.69
5 Juni 2019
Fuel component Amount (Kmol) Mole Fraction Molecular weight Total weight NHV Air required CO2 formed H2O formed N2 formed
H2 7.37 0.030820302 2 14.86 766,969.63 509.68 - 132.88 391.81
N2 53.95 0.225517313 28 1,510.56 - - - - 1,510.56
C1 123.25 0.515204360 16 1,971.97 42,397,380.07 33,996.78 5,403.20 4,436.94 26,128.62
CO 2.07 0.008673143 28 58.09 252,420.95 143.49 91.21 - 110.38
CO2 5.84 0.024426920 44 257.11 - - 257.11 - -
C2= 2.03 0.008506558 30 57.18 1,160,227.89 845.73 179.55 73.19 649.59
Tabel Fuel Composition 5 Juni 2019
Ha = Cp air x (T Combustion – 60F) x (pound of wet air per pound of fuel required + pound of
Temperature fuel 32.81 pound of wet per pound of fuel required 11.29
Temperature ambient 32 pound of moisture per pound of fuel -
Temperature datum 15.50 pound of H2O per pound of fuel 1.32
Temperature stack 249.16 pound of excess air per pound of fuel 6.74
Cp fuel 0.53 percent of excess air 59.72
Cp air 0.24 total pound of H2O per pound of fuel 1.32
Atomizing stream 0.50
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 286.09
Relative Humidity -
LHV 14,304.67
Temperature Comb. Air 301.59
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 2.03 96.34860919 195.92
Efisiensi 84.55
6 Juni 2019
Fuel component Amount (Kmol) Mole Fraction Molecular weight Total weight NHV Air required CO2 formed H2O formed N2 formed
H2 5.97 0.030369948 2 12.04 621,078.73 412.73 - 107.61 317.28
N2 43.68 0.222172891 28 1,222.96 - - - - 1,222.96
C1 101.88 0.518231986 16 1,630.07 35,046,530.62 28,102.43 4,466.40 3,667.66 21,598.44
CO 1.72 0.008724012 28 48.02 208,653.86 118.61 75.39 - 91.24
CO2 4.75 0.024147686 44 208.88 - - 208.88 - -
C2= 1.68 0.008564379 30 47.31 959,945.64 699.73 148.56 60.56 537.46
Tabel Fuel Composition 6 Juni 2019
Ha = Cp air x (T Combustion – 60F) x (pound of wet air per pound of fuel required + pound of
Temperature fuel 32.67 pound of wet per pound of fuel required 11.35
Temperature ambient 32 pound of moisture per pound of fuel -
Temperature datum 15.50 pound of H2O per pound of fuel 1.32
Temperature stack 249.16 pound of excess air per pound of fuel 11.85
Cp fuel 0.53 percent of excess air 104.36
Cp air 0.24 total pound of H2O per pound of fuel 1.32
Atomizing stream 0.50
Heat loss Radiation (Qr) =2% Total Net Heating Value = 287.80
Relative Humidity -
LHV 14,390.05
Temperature Comb. Air 118.66
Component component formed (lbs) Enthalpy (Btu/lbfuel) Heat loss
CO2 2.05 95.30006458 194.90
Efisiensi 80.44