Anda di halaman 1dari 7

ANTHONY SALIM

PROFIL ANTHONY SALIM

Anthony Salim memiliki nama tionghoa Liem Hong Sien merupakan pebisnis yang lahir
di Kudus, Jawa Tengah pada 15 Oktober 1949. Anthony merupakan anak bungsu dari pasangan
Sudono Salim dan Lie Las Niao. Sudono Salim merupakan konglomerat yang mendirikan Salim
Group.

Sejak kecil, Anthony hidup berkecukupan karena saat itu ayahnya sudah mulai merintis
Salim Group yang bergerak di bidang pangan hingga konstruksi. Ia juga melanjutkan pendidikan
di North East Surrey College of Technology London dan lulus dengan gelar Bachelor of Arts di
bidang bisnis.

Lalu, Anthony menikah dengan Siti Margareth Jusuf saat berusia 25 tahun. Keduanya
kemudian dikaruniai tiga anak, yaitu

1. Axton Salim (1979)


2. Astrid Salim (1983)
3. Alston Salim (1987).
JATUH BANGUN ANTHONY SALIM

Bagian dari biografi Anthony Salim berikutnya akan membahas sepak terjang sang tokoh
dalam dunia bisnis. Tentu saja pokok bahasan ini sangat menarik karena kesuksesannya saat ini
pastilah melalui perjuangan panjang dan berliku-liku. Hal tersebut dapat dijadikan pembelajaran
bagi para pengusaha.

Anthony Salim memulai karier bisnisnya saat diminta oleh ayahnya untuk melanjutkan
sebagian anak perusahaan Salim Group. Meski masih terbilang sedikit pengalaman, Anthony
tetap bekerja keras dengan segala naik dan turun dalam melanjutkan bisnis ayahnya.

Bahkan saat krisis moneter tahun 1998, Anthony sempat mengalami kerugian besar dan
hampir bangkrut. Saat itu, Salim Group memiliki utang hingga Rp55 miliar. Akhirnya, Anthony
terpaksa melepas beberapa perusahaan, termasuk BCA yang kemudian dimiliki Farallon Capital
dan Djarum Group, PT Indocement Tunggal Perkasa, dan PT Indomobil Sukses Internasional.

Padahal sebelum 1998, Salim Group dikenal sebagai konglomerasi terbesar di Indonesia
dengan aset hingga 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp153 triliun (kurs Rp15.365 per dolar AS).
Bahkan, Sudono Salim sempat dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di dunia oleh Forbes.

Anthony Salim adalah bungsu dari tiga bersaudara dari anak Liem Sioe Liong (Sudono
Salim) yang merupakan generasi pertama Keluarga Salim. Dia dikenal luas sebagai taipan yang
namanya sudah menjulang sejak Orde Baru.
Anthoni Salim, bos dari Grup Salim saat ini paling dikenal dengan dua emiten konsumen yang
dimiliki yakni
1. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
2. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Produknya sudah banyak menemani kehidupan sehari-hari masyarakat di Indonesia bahkan di


sejumlah negara di dunia, salah satunya lewat Indomie.
3. Indomaret
Anthony Salim juga merupakan orang di balik besarnya Indomaret. Bagaimana tidak besar,
saat ini keberadaan perusahaan jaringan ritel tersebut sudah terdapat 20.000 gerai dan 31
kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.

Anthoni Salim memang bukan ujug-ujug saja menjadi pengusaha. Dia menyelesaikan
sekolahnya terlebih dahulu pada 1971 di Ewell County Technical dan meraih gelar Bachelor
of Arts. Sekembalinya ke Indonesia membantu ayahnya mengurusi bisnis yang memang
sudah beranak-pinak.

Kepiawaian Anthoni Salim teruji saat ia menggantikan ayahnya dan terjadi krisis keuangan
1997-1998. Saat itu sejumlah aset milik Grup Salim harus dilego, termasuk harus rela
melepas kepemilikan BCA.

Selain yang sudah disebutkan tadi, Grup Salim memiliki investasi luas di bidang makanan,
ritel, perbankan, telekomunikasi, dan energi. Keluarga Salim juga memiliki saham di
perusahaan investasi yang terdaftar di Hong Kong, First Pacific yang memiliki aset sebesar
US$ 27 miliar di enam negara.

Terbaru, Anthoni Salim masuk bisnis batu bara yang sedang jadi primadona. Dia
menggandeng PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang merupakan entitas milik Grup Bakrie.

Jalan ceritanya, bersama-sama entitas Bakrie, perusahaan milik Anthoni Salim di Hong
Kong akan menjadi pembeli saham private placement BUMI. Harga pelaksanaan dari aksi
korporasi ini senilai US$ 1,6 miliar atau setara Rp 24,16 triliun (kurs Rp 15.100).
KISAH SUKSES ANTHONY SALIM

Budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun sempat menyebut beberapa orang dengan
sebutan Firaun, Haman, dan Qorun. Pernyataan tersebut terekam dalam potongan video yang
semoat viral di sosial media.

"Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, oleh Qorun yang namanya
Anthony Salim dan 10 naga. Terus Haman yang namanya Luhut," katanya.

"Negara kita sesempurna dicekel oleh Firaun , Haman, dan Qorun. Itu seluruh sistemnya,
seluruh perangkatnya, semua alat-alat politiknya sudah dipegang mereka semua. Dari
uangnya, sistemnya, sampai otoritasnya, sampai apapun," tambah Cak Nun.

Satu yang menarik perhatian, sosok Anthony Salim dan keberadaan sang naga, yang
dipercaya ada sembilan naga, bukan 10 naga seperti kata Cak Nun.

Perlu diketahui, Anthony Salim adalah pemilik Salim Group yang terkenal bermain di usaha
pangan. Bidang usahanya menguasai pasar Indonesia. Beberapa merek terkenal seperti
Indomie, Supermi, Sarimi, Bogasari, Bimoli, dan Indomaret adalah miliknya. Tak heran
kalau dia memiliki harta kekayaan sebesar US$ 7,5 milliar, yang membuatnya menyandang
predikat sebagai orang terkaya kelima di Indonesia versi majalah Forbes.

Usaha yang dirintisnya adalah warisan dari Bapaknya, pengusaha besar Indonesia bernama
Liem Sioe Liong atau Sudono Salim.

Menurut Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong's Salim Group: The
Business Pillar of Suharto's Indonesia (2014), Salim memulai bisnis di sektor impor barang
dan menjadi pemasok barang tentara. Karena menjadi pemasok inilah dia berkenalan dengan
Soeharto yang kemudian menjadi Presiden Kedua Indonesia. Dekat dengan Soeharto
membawa berkah bagi Liem. Terjadilah simbiosis mutualisme. Soeharto yang melindungi
Salim mendapat uang dari hasil bisnisnya yang makin makmur.

Hubungan Salim-Soeharto menjadi contoh bagaimana hubungan antara penguasa dan


pengusaha, yakni simbiosis mutualisme yang kemudian menjadi pola umum di masa Orde
Baru. Simbiosis mutualisme itulah, kata Sri Bintang Pamungkan dalam Ganti Rezim Ganti
Sistim (2014), melahirkan satu istilah yang disebut '9 naga'.

'9 naga' sendiri adalah istilah yang disematkan oleh media untuk menyebut para pengusaha
yang menguasai ekonomi Indonesia di masa Orde Baru. Ini bukan kelompok usaha atau
organisasi, sehingga tidak ada anggota yang pasti. Kebanyakan pun hanya menerka-nerka
anggota '9 naga'. Namun, beberapa nama lain, Aguan misalkan, juga disebut sebagai
kelompok '9 naga'. Kalimat 'menguasai ekonomi' merujuk pada fakta ihwal besarnya gurita
bisnis para pengusaha yang berdampak pada masyarakat Indonesia.

Setelah orde baru runtuh, istilah '9 naga' pun bertahan. Di berbagai media muncul nama
Robert Budi Hartono, Rusdi Kirana, Sofjan Wanandi, Jacob Soetoyo, James Riady, Tommy
Winata, Anthony Salim, dan Dato' Sri Tahir. Beberapa nama di antaranya menjalani bisnis
orang tua, seperti James Riady (pemilik Lippo Group yang didirikan Mochtar Riady) dan
Anthony Salim.

Jika mengacu pada ucapan Cak Nun dan melihat besarnya gurita bisnis mereka tak heran
kalau Cak Nun punya spekulasi ada suatu sistem teratur. Cak Nun sendiri menyebutnya
sebagai Qorun atau Qarun.

Qarun sendiri sebetulnya adalah salah satu cerita yang dijelaskan di Al-Quran. Dalam studi
Zeki Saritoprak dalam "The Story of Qarun (Korah) in the Qur'an and Its Importance for Our
Times" (Poverty and Wealth in Judaism, Christianity, and Islam, 2016), Cerita bemula ketika
Qarun, yang saudara Musa, mendukung kekuasaan Firaun. Berkat mendukung Firaun, dia
mendapat banyak harta dan dalam sekejap menjadi kaya raya.

Namun, ketika kaya raya Qarun menjadi sombong. Singkat cerita Tuhan murka dan
meneggelakamkanya ke dalam tanah beserta seluruh hartanya.

"Saat ini, orang dapat berargumen bahwa untuk perkembangan manusia dan kondisi
kehidupan yang baik, mengejar kekayaan tertentu diperlukan. [...] Dengan menempatkan
contoh Qarun kita diingatkan bahwa harta merupakan kendaraan menuju kebaikan sekaligus
beban itu dapat menyesatkan pemiliknya," tulis Zeki Saritoprak.

Ucapan Cak Nun itu hanyalah pendapat dan spekulasi pribadi. Faktanya orang-orang yang
termasuk '9 naga itu' tidak bermain politik dan banyak juga yang fokus pada kegiatan
filantropis.

KEKAYAAN DAN PENGHARGAAN ANTHONY SALIM

Karena kesuksesannya dalam membangun bisnis, maka sudah tak heran lagi jika kekayaan
Anthony Salim bisa masuk dalam jajaran orang terkaya di dunia. Ia pun pada masanya
pernah menjadi raja perbisnisan besar dan disegani di bumi pertiwi.

1. Orang Terkaya Nomor 3 di Indonesia Versi Globe

Setelah mendirikan perusahaan produksi mie instan dan juga tepung terigu, kekayaan
Anthony Salim meloncat tajam. Hal tersebut terjadi setelah dirinya baru saja hampir bangkrut
pasca kejadian krisis moneter tahun 1998. Tentu ini bak menjadi penolong untuk
kesejahteraan kerajaan bisnisnya.

Pada saat itu, kekayaan Anthony seluruhnya terhitung berjumlah 27 triliun rupiah atau sekitar
3 milyar dollar Amerika. Berkat nominal itulah, ia mendapatkan predikat sebagai berikut ini:

 Anthony dinobatkan sebagai orang terkaya nomor 3 di Indonesia versi majalah


Globe
 Kekayaan Anthoni berada di bawah Budi Hartono sang pemilih Djarum Group
serta Eka Tjahja Widjaja yang menahkodai Sinar Mas Group
 Anthony Salim dinobatkan sebagai pengusaha di Indonesia yang memiliki banyak
saham baik itu listed maupun non-listed

2. Orang Terkaya Nomor 116 di Asia

Karena telah menjadi orang terkaya di Indonesia nomor 3, selanjutnya kekayaan Anthony
juga menembus panggung Asia. Tidak tanggung-tanggung, ia dapat berdiri sejajar dengan
para pengusaha terkenal dari Singapura, China, Thailand, Jepang dan masih banyak lagi.

Saat itu kekayaan yang dimiliki oleh Anthony berada di peringkat 116 Asia. Ini sungguh
membanggakan baginya. Walaupun begitu, pribadinya tetap rendah hati, mengedepankan
kehidupan sederhana, serta tetap semangat mengembangkan bisnisnya dalam jangkauan
internasional.

Anda mungkin juga menyukai