Anda di halaman 1dari 9

1.

Materi: Asam basa dan Ph


Judul Buku: Asam Basa
Penulis: Sutardi, Nurchaili, Rijal Kamaluddin Husaeni, Siti Nurhanifah, Marina
Setiawati
Tahun: 2020

Konsep Asam-Basa

Asam dan basa awalnya dedefinisikan secara organoleptis yaitu


asam adalah zat yang rasanya masam sedangkan basa adalah zat yang
rasanya pahit. Zat yang biasa ditentukan sifat asam-basanya dengan cara
seperti itu adalah zat yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari
seperti rasa jeruk, rasa sabun, dan sebagainya. Namun tidak semua zat
kimia dapat ditentukan dengan cara seperti itu karena akan sangat
berbahaya.
Dalam perkembangannya, untuk menentukan suatu zat asam atau
basa digunakan indikator (zat penunjuk) yang dapat memberikan warna
berbeda pada larutan asam dan basa. Salah satu indikator asam-basa yang
umum digunakan adalah kertas lakmus merah dan biru. Larutan asam akan
mengubah kertas lakmus biru menjadi merah dan larutan basa akan
mengubah kertas lakmus merah menjadi biru. Sedangkan larutan yang
bersifat netral tidak akan menyebabkan perubahan warna kertas lakmus
merah maupun lakmus biru.
Terdapat larutan indikator asam-basa perubahan warnanya ditentukan
oleh keasaman (pH) larutan. Indikator seperti ini dapat digunakan untuk
memprediksi harga derajat keasaman (pH) suatu larutan karena mengalami
perubahan warna pada rentang pH tertentu

Warna pada Warna pada


Nama Indikator larutan asam larutan basa Trayek pH
Timol biru Merah Kuning 1,2 – 2,8
Ungu
Bromfenol biru Kuning kebiruan 3,0 – 4,6
Metil orange Orange Kuning 3,1 – 4,4
Metil merah Merah Kuning 4,2 – 6,3
Klorofenol biru Kuning Merah 4,8 – 6,4
Bromtimol biru Kuning Biru 6,0 – 7,6
Kresol merah Kuning Merah 7,2 – 8,8
Tidak Pink
Fenolptalein berwarna Kemerahan 8,3 – 10,0

Berdasarkan derajat disosiasinya, asam dan basa


diklasifikasikan menjadi asam-basa kuat dan asam-basa lemah. Asam
dan basa kuat adalah asam dan basa yang bila dilarutkan dalam air
akan terdisosiasi 100% (terdisosiasi sempurna) dalam larutan encer.
Asam dan basa lemah adalah asam dan basa yang bila dilarutkan
dalam air akan terdisosiasi kurang dari 100% (terdisosisi sebagian).
1) Disosiasi Asam dan Basa Kuat
Tabel berikut ini merupakan asam dan basa kuat yang sering dijumpai
di laboratorium.

2) Disosiasi Asam monoprotik dan Basa Lemah monovalen


Asam dan basa lemah dalam larutannya hanya terdisosiasi
sebagian sehingga reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan.
Harga Tetapan Disosiasi Asam
2. Materi: Hidrolisis
Judul Buku: KIMIA
Penulis: Novitalia Ablinda Sari, S.T
Tahun: 2020
Garam terbentuk melalui reaksi asam dan basa. Garam yang dihasilkan bisa
bersifat asam, basa atau netral. Begitu juga saat garam dilarutkan dalam air, maka
ion-ion garam yang berasal dari asam lemah atau basa lemah akan bereaksi dengan
air yang dinamakan reaksi hidrolisis. Apa saja contohnya di dalam air garam dapat
mengalami reaksi hidrolisis.
Hidrolisis berasal dari kata hidro dan lisis. Hidro artinya air, sedangkan lisis
artinya penguraian. Jadi hidrolisis adalah reaksi penguraian garam dalam air, yang
membentuk ion positif dan ion negatif. Ion-ion tersebut akan bereaksi dengan air

membentuk asam (H3O+) dan basa (OH-) asalnya. Reaksi hidrolisis berlawanan
dengan reaksi penggaraman atau reaksi penetralan. Reaksi penggaraman yaitu reaksi
antara asam dengan basa yang membentuk garam. Garam yang dihasilkan tidak
selalu bersifat netral tetapi tergantung kekuatan asam dan basa pembentuk garam
tersebut.
Larutan garam di dalam air ada yang bersifat asam, basa dan netral.
Sebagaimana diungkapkan pada pengantar bahwa sifat asam basa atau netral dari
garam tersebut terjadi akibat adanya interaksi antara ion garam dengan air. Didalam
air garam akan terionisasi dan apabila ion yang terbentuk tersebut bereaksi
dengan air maka terjadi reaksi hidrolisis. Beberapa kemungkinan reaksi hidrolisis
yang dapat terjadi adalah :

a. Kation yang berasal dari garam bereaksi dengan air dan menghasilkan ion H+,

menyebabkan konsentrasi ion H+ lebih besar daripada konsentrasi ion

OH-
sehingga larutan bersifat asam
b. Anion yang berasal dari garam bereaksi dengan air dan menghasilkan ion OH-

menyebabkan konsentrasi ion H+ lebih kecil dari pada konsentrasi ion OH-
sehingga larutan bersifat basa
c. Kation maupun anion yang berasal dari garam tidak bereaksi dengan air

sehingga konsentrasi ion H+ dan ion OH- di dalam air tidak berubah dan
larutan
bersifat netral.

Ion yang berasal dari garam dianggap bereaksi dengan air jika ion tersebut
dalam reaksi menghasilkan asam lemah atau basa lemah. Garam merupakan hasil
reaksi dari suatu asam dengan basa maka ditinjau dari kekuatan asam dan basa
pembentuknya, ada empat jenis garam sebagai berikut.
a. Garam yang Terbentuk dari Asam Lemah dan Basa Kuat
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat jika dilarutkan dalam air
akan menghasilkan anion yang berasal dari asam lemah. Anion
tersebut
bereaksi dengan air menghasilkan ion OH- yang menyebabkan larutan
bersifat basa. Contoh :

CH3COONa(aq) → CH3COO-(aq) +

Na+(aq)

Ion CH3COO- bereaksi dengan air membentuk reaksi


kesetimbangan

CH3COO- (aq) + H2O ⇄ CH3COOH(aq) + OH-(aq)

Adanya ion OH- yang dihasilkan tersebut mengakibatkan konsentrasi ion H+

di dalam air lebih sedikit daripada konsentrasi ion OH- sehingga larutan
bersifat basa. Dari dua ion yang dihasil oleh garam tersebut, hanya ion

CH3COO- yang mengalami hidrolisis sedangkan ion Na+ tidak bereaksi


dengan air. Jika dianggap bereaksi maka NaOH yang terbentuk akan segera

terionisasi menghasilkan ion Na+ kembali. Hidrolisis ini disebut hidrolisis

sebagian atau hidrolisis parsial sebab hanya sebagian ion (ion CH3COO-)
yang mengalami reaksi hidrolisis. Jadi garam yang berasal dari asam lemah dan
basa kuat akan terhidrolisis sebagian (parsial) dan bersifat basa.
b. Garam yang Terbentuk dari Asam Kuat dan Basa
Lemah
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah jika dilarutkan dalam air
akan menghasilkan kation yang berasal dari basa lemah. Kation tersebut

bereaksi dengan air menghasilkan ion H+ yang menyebabkan larutan bersifat


asam.
Contoh :

NH4Cl(aq) → NH4+(aq) + Cl-(aq)

Ion NH4+ bereaksi dengan air membentuk reaksi


kesetimbangan

NH4+(aq) + H2O ⇄ NH3 (aq) + H3O+(aq)

Adanya ion H+ yang dihasilkan tersebut mengakibatkan konsentrasi ion H+

di dalam air lebih banyak daripada konsentrasi ion OH- sehingga larutan

bersifat asam. Dari dua ion yang dihasil oleh garam tersebut, hanya ion NH4+
yang mengalami hidrolisis sedangkan ion Cl- tidak bereaksi dengan air. Jika
dianggap bereaksi maka HCl yang terbentuk akan segera terionisasi

menghasilkan ion Cl- kembali. Hidrolisis ini disebut hidrolisis sebagian atau

hidrolisis parsial sebab hanya sebagian ion (ion NH4+) yang mengalami reaksi
hidrolisis. Jadi garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah akan
terhidrolisis sebagian (parsial) dan bersifat asam.

c. Garam yang Terbentuk dari Asam Lemah dan Basa Lemah


Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah di dalam air akan
terionisasi dan kedua ion garam tersebut bereaksi dengan air.
Contoh:
NH4CN(aq) → NH4+ + CN-(aq)

Oleh karena dari kedua ion garam tersebut masing-masing H+ dan ion

OH-, maka sifat larutan garam ini ditentukan oleh nilai tetapan kesetimbangan
dari kedua reaksi tersebut. Hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dan
basa lemah merupakan hidrolisis total, sebab kedua ion garam mengalami
reaksi hidrolisis dengan air. Sifat larutan ditentukan oleh nilai tetapan
kesetimbangan asam (Ka) dan nilai kesetimbangan basa (Kb) penyusun garam
tersebut. Jika Ka > Kb, maka larutan akan bersifat asam dan jika Ka < Kb
maka larutan akan bersifat basa.

d. Garam yang Terbentuk dari Asam Kuat dan Basa Kuat


Ion-ion yang dihasilkan dari garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat
tidak ada bereaksi dengan air, sebab jika dianggap bereaksi maka akan segera
terionisasi kembali secara sempurna membentuk ion-ion semula.
Contoh :
NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-
(aq)

Ion Cl- di dalam larutan tidak mengalami reaksi dengan air, sebab jika
dianggap bereaksi dengan air maka ion akan menghasilkan NaOH yang akan

segera terionisasi kembali menjadi ion Na+. Hal ini disebabkan NaOH

merupakan basa kuat yang terionisasi sempurna. Demikian pula jika ion Cl-
dianggap bereaksi dengan air, maka HCl yang terbentuk akan terionisasi

sempurna menjadi ion Cl - kembali. Hal ini disebabkan HCl merupakan asam
kuat. Kesimpulannya garam yang berasaldari asam kuat dan basa kuat tidak

terhidrolisis. Oleh karena itu konsentrasi ion H+ dan OH- dalam air tidak
terganggu sehingga larutan bersifat netral.
3. Materi: Kesetimbangan dalam Sistem Hidrolisis Pengaruh Asam Basa
Judul Buku: Suhu, Waktu, dan Kelarutan kalsium Oksalat pada Umbi Porang
Penulis: Ratih Kusuma Wardani dan Djamilah Arifiyana
Pnerbit: Graniti

Tahun: 2020
Nilai pH senyawa basa dapat ditentukan dengan rumus:

pH = pKw – pOH

pKw merupakan konstanta kesetimbangan air yaitu


sebesar 14. Senyawa basa memiliki pH antara 7 sampai 14.
pH senyawa basa dapat ditentukan dengan menentukan nilai
pOH larutan terlebih dahulu. pOH dapat ditentukan dengan
rumus:

pOH = - log [OH-]

konsentrasi ion OH- pada senyawa basa kuat dapat


ditentukan dengan mengkalikan valensi senyawa basa dengan
konsentrasi larutan basa. Valensi senyawa basa merupakan

jumlah ion OH- yang terbentuk saat senyawa basa tersebut


mengalami ionisasi dalam larutannya.
Seperti penjelasan sebelumnya bahwa senyawa basa kuat
dapat terionisasi sempurna dalam larutannya sehingga
memiliki derajat ionisasi sebesar 1 (α=1).
Suatu larutan bersifat asam, basa atau netral dapat ditentukan

berdasarkan konsentrasi ion hidrogen (H+) atau ion hidroksil (OH-) da-
lam larutan tersebut. Jika, dalam suatu larutan, konsentrasi ion hidro-
gen lebih besar daripada ion hidroksil maka larutan tersebut bersifat
asam (pH<7). Sebaliknya, bila dalam suatu larutan, konsentrasi ion hi-
droksil lebih besar daripada konsentrasi ion hidrogen, larutan tersebut
bersifat basa (pH>7). Jika dalam suatu larutan konsentrasi ion hidrogen
dan ion hidroksil dalam jumlah yang sama besar, maka larutan tersebut
bersifat netral (pH=7).
Air bersifat netral (dengan pH=7) karena mengandung ion hidro-
gen dan ion hidroksil yang sama banyak yakni:

[H+] = [OH-] = = 10-7 mol/L

Kw merupakan tetapan ionisasi air, dimana nilainya sebesar 10-


14.

Tetapan ionisasi air didapatkan dari beberapa eksperimen yang telah


dilakukan. Telah diketahui, air mempunyai daya hantar listrik meskipun
kecil. Daya hantar listrik dari air bersifat pasti. Dikarenakan mempunyai
daya hantar listrik, para ilmuwan beranggapan bahwa air dapat terion-
isasi walaupun sedikit.

H2O ↔ H+ + OH-

Anda mungkin juga menyukai