Anda di halaman 1dari 9

NAMA : ELISABET PUJAWATI SAMOSIR

NIM : A1A123089

MATA KULIAH : BAHSA INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING :Nurfadilah,S.Pd.,M.Pd

RUANG : R003

TUGAS MENCARI ARTIKEL POPULER NOVERBER-OKTOBER

ARTIKEL 1

JUDUL : Diet Alamiah Berbasis bukti ilmiah

PENULIS:Deonisia Arlinta

TEMA :Gaya hidup

TOPIK :Banyak cara yang mengklaim bisa menurunkan berat badan dengan cepat namun,tidak
semua cara itu berbasis karya ilmiah

TELAH JUDUL:Kita diajak untuk tidak mudah mengklaim bahwa kita bisa menurunkan berat badan
dengan cara cepat ,mulai dari program diet selama sepekan ,penggunaan suplemen atau obat
obat penurun berat badan ,atau konsumsi makan pengganti untuk diet ,tetapi tidak di dampingi
dengan olahraga.

ISI ARTIKEL: seseorang yang ingin menurunkan berat badan bisa memilih cara alamiah yang sudah
didukung oleh riset dan ilmu pengetahuan. Selain bisa mengelola berat badan dengan baik, cara alamiah
ini relatif tidak menimbulkan efek samping.Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan melakukan puasa
intermiten. Puasa intermiten atau intermittent fasting (IF) ini dilakukan dengan cara berpuasa selama
beberapa jam atau hanya makan satu kali sehari selama beberapa hari dalam seminggu.

Dalam artikel yang terbit dalam laman Hopkinsmedicine.org, ahli saraf Johns Hopkins School of
Medicine, Mark Mattson, yang sudah mempelajari puasa intermiten selama 25 tahun mengatakan,
tubuh manusia telah berevolusi untuk dapat hidup tanpa makanan selama beberapa jam, bahkan
beberapa hari.Setelah berjam-jam tanpa makanan, tubuh akan menghabiskan simpanan gulanya dan
mulai membakar lemak. Itu disebut perubahan metabolik,” kata Mattson.Lebaran jadi cobaan berat bagi
orang-orang yang menjalankan diet untuk alasan kesehatan ataupun menjaga bentuk tubuh. Setelah
Lebaran, kaum urban kembali melakukan diet dan olahraga untuk membakar lemak. Studi Mattson yang
diterbitkan dalam New England Journal of Medicine mengungkapkan sejumlah manfaat dari puasa
intermiten, antara lain menurunkan berat badan pada orang dengan obesitas, menghilangkan massa
lemak dengan tetap mempertahankan massa otot, serta meningkatkan kerja memori.

Studi Mattson juga menunjukkan bahwa puasa intermiten membantu penderita diabetes tipe 2 bisa
menurunkan berat badan sekaligus kadar glukosa puasa dan insulin puasa.Setelah berjam-jam tanpa
makanan, tubuh akan menghabiskan simpanan gulanya dan mulai membakar lemak. Itu disebut
perubahan metabolik.Metode puasa intermiten yang umum dilakukan antara lain metode 16/8 dan diet
5:2. Metode 16/8 dilakukan dengan membagi waktu jendela puasa selama 16 jam dan delapan jam
untuk makan, sementara metode 5:2 dilakukan dengan mengatur makan secara teratur selama lima hari
dalam seminggu dan dua hari lainnya hanya makan sekali atau mengurangi konsumsi harian sekitar 500-
600 kalori.
ARTIKEL 2

JUDUL :Belajar dari “Raksasa” dunia mengatasi polusi udara

PENULIS: Pradipta Pandu

TEMA :Pencemaran lingkungan

TOPIK :Berbagai upaya penanganan pencemaran udara di negara lain, seperti Cina dan Eropa bisa
sebagai contoh bagi Indonesia

TELAH JUDUL:Kita diajak untuk mengetahui kondisi alam dan kondisi kualitas udara di wilayah Jakarta
dan sekitarnya masih dalam kategori tidak sehat.

ISI ARTIKEL: kondisi kualitas udara ini masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan secara signifikan
dalam jangka waktu lama meskipun telah dilakukan berbagai langkah penanganan oleh pemerintah
pusat hingga daerah.

Kondisi ini direspons Presiden Joko Widodo dengan menggelar rapat terbatas (ratas) pada pertengahan
Agustus lalu dengan jajarannya untuk mencari solusi jangka pendek hingga panjang dalam menangani
polusi udara. Hasil ratas tersebut kemudian ditindaklanjuti salah satunya dengan membentuk Satuan
Tugas (Satgas) Pengendalian Pencemaran Udara oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK).Satgas Pengendalian Pencemaran Udara bertugas mengawasi dan menindak sumber-sumber
pencemaran tidak bergerak, khususnya di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau
Jabodetabek.

Sumber pencemar tersebut meliputi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga
diesel (PLTD), industri, serta pembakaran sampah terbuka dan limbah elektronik. Selama lebih dari satu
bulan, 32 perusahaan telah diawasi karena terindikasi kuat melakukan pelanggaran di bidang lingkungan
dan menjadi pihak penyebab pencemaran udara. Perusahaan yang diawasi tersebut bergerak di bidang
stockpile (penimbunan sementara) batubara, pengoperasian boiler, manufaktur, semen, dan logam.Dari
perusahaan yang diawasi tersebut, beberapa di antaranya telah diberikan sanksi administrasi karena
terbukti melanggar ketentuan yang ditetapkan. Kemudian 13 perusahaan juga telah disegel dan dipasang
plang penghentian kegiatan usaha.Selain berbagai upaya dari Satgas Pengendalian Pencemaran Udara,
perbaikan kualitas udara dalam jangka pendek juga dilakukan melalui kegiatan teknologi modifikasi
cuaca untuk menurunkan hujan. Di samping itu, uji emisi dilakukan untuk kendaraan bermotor,
penanaman pohon, dan penerapan kerja dari rumah untuk aparatur sipil negara.Meski demikian, dari
sejumlah upaya tersebut tidak ada fokus atau penekanan secara khusus terkait dengan penghentian
operasi PLTU batubara. Padahal, selama ini upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dari aktivitas PLTU
batubara yang dilakukan sejumlah negara telah menjadi contoh dan terbukti dapat mengatasi
permasalahan polusi udara.
ARTIKEL 3

JUDUL :”Prank” merusak kepercayaan anak balita pada orang tua

PENULIS: Muchammad Zaid Wahyudi

TEMA :Psikologi anak

TOPIK :”Prank” pada anak bisa melukai kepercayaan mereka pada orang tua dan membuatnya
senantiasa waspada

TELAH JUDUL:Kita diajak untuk mengerti bahwa banyak orang dewasa yang tidak mengerti bahwa selera
humor anak belum berkembang ,justru lucu bagi orang dewasa justru bisa menjadi hal yang
menjengkelkan bagi anak.

ISI ARTIKEL: Psikolog klinis di Pusat Psikologi Pertumbuhan New Jersey, Amerika Serikat Robyn Koslowitz,
dalam tulisannya di The Psychology Today, 25 Agustus 2023, mengingatkan pentingnya orangtua
menghindari pola pengasuhan yang membingungkan atau floors of parenting. Aksi jahil itu seolah tidak
membahayakan anak, padahal dampak tindakan itu dapat bertahan lama.Dari orangtua, anak belajar
bagaimana dunia bekerja. Ayah dan ibu membantu anak mengetahui segala sesuatu, memahami sensasi
tubuh, memberi kosakata dan pemahaman kognitif tentang segala sesuatu, hingga memilah reaksi
emosional.Semua hal itu merupakan proses "penyelarasan", ketika dua otak pada gelombang yang sama
berbagi pengalaman baik dalam proses pembelajaran yang terbuka. Anak siap belajar pada orang lain
yang lebih berpengetahuan dan berpengalaman, baik orangtua, guru, atau anak yang lebih besar lainnya.

Anak bukan hanya tidak dapat memahami humor secara kognitif, tetapi mereka juga merasa menjadi
bahan kejahilan orang dewasa. Itu adalah bentuk pelanggaran atau pengkhianatan atas kepercayaan
anak.Pakar psikologi kognitif Jean Piaget menyebut, selama proses penyelarasan itu, otak anak terbuka,
siap untuk belajar. Anak siap terlibat dalam tugas, fokus, serta memiliki rasa ingin tahu yang
besar.Namun ketika prank berlangsung, saat telur pecah di kepala atau bentuk prank lainnya, otak anak
akan beralih dari mode belajar yang selaras ke mode stres dan waspada. Dalam sejumlah video prank
terhadap anak-anak, terlihat sejumlah anak menunjukkan stresnya dengan menangis, berteriak,
memukul, melempar sesuatu, lari dengan penuh ketakutan, atau justru diam terpaku.
Namun, dalam prank itu, stres justru diperkenalkan dalam situasi yang seharusnya aman. Prank dengan
anak sebagai sasarannya telah menjadikan mereka masuk dalam proses pembelajaran yang tidak biasa,
membuat mereka tetap waspada, dan mengubah kegembiraannya menjadi teror dalam sekejap. Situasi
bercanda yang dibangun orangtua sebagai guyonan untuk mendekatkan mereka justru dikodekan oleh
otak anak sebagai hal berbahaya.Saat orangtua atau orang dewasa yang mengusili mereka tertawa ke
arah kamera, anak mulai merasa naif, rentan, dan bodoh. Hal itu menciptakan pola pikir pada anak
bahwa kerentanan itu berbahaya dan kenaifan harus dibuang jauh-jauh. Tanpa disadari orangtua, situasi
itu justru menjadikan anaknya menjadi aktif sinis dan keras terhadap orangtuanya. Sekecil apapun
kekejaman orangtua pada anak akan memengaruhi perkembangan kepribadian mereka. Kemelekatan
anak dengan orangtua itulah yang mengajarkan anak bagaimana menjalani dan menavigasi hidup.
Karena itu, seiring bertambahnya usia anak, penting bagi orangtua untuk terus belajar ilmu pengasuhan
anak yang akan membuat anak siap dan mampu menjalani kerasnya hidup.

ARTIKEL 4

JUDUL :Darurat kemandirian pangan di Kepulauan

PENULIS:Ahmad Arif,Frans Pati Herin,Saiful Rual Yunus,Yola Sastra

TEMA :Kemandirian pangan

TOPIK : Masyarakat di pulau-pulau kecil paling rentan terdampak krisis pangan karena harus membayar
lebih mahal. Namun, kualitas gizi anak dan kesehatan mereka rata-rata rendah.

TELAH JUDUL: Kita diajak untuk mengetahui inflasi harga pangan di Dunia yang telah meningkat
kerawanan global, termasuk indonesia yang masukan pangan pokoknya bergantung pada Impor. Darurat
Kemandirian Pangan di KepulauanMasyarakat di pulau-pulau kecil paling rentan terdampak krisis pangan
karena harus membayar lebih mahal. Namun, kualitas gizi anak dan kesehatan mereka rata-rata rendah.

ISI ARTIKEL: Masyarakat di pulau-pulau kecil berada di garis depan yang paling rentan terdampak krisis ini
karena harus membayar pangan lebih mahal. Namun, kualitas gizi anak dan kesehatan rata-rata mereka
lebih rendah dibandingkan nasional.Untuk mengetahui situasi pemenuhan pangan di pulau-pulau kecil
ini, Kompas melakukan peliputan lapangan di tiga kepulauan, yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT),
Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara, dan Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat, pada Agustus
hingga awal Oktober 2023. Peliputan yang didukung Rainforest Journalism Fund-Pulitzer Center ini juga
mengungkap implikasi sistem pangan nasional yang cenderung mengabaikan keberagaman sumber
pangan lokal.

Secara tradisional, ketiga kepulauan ini memiliki keberagaman sumber dan budaya pangan lokal.
Wawancara dan analisis data statistik menunjukkan terjadinya pergeseran pola konsumsi, menyebabkan
warga di kepulauan tersebut bergantung pada beras dan terigu.Data yang diolah dari Badan Pangan
Nasional (Bapanas) menunjukkan, konsumsi per kapita beras di NTT pada tahun 2022 mencapai 111,67
kg per tahun, terigu 8,6 kg per tahun, jagung 12,21 kg per tahun, singkong 10,29 kg per tahun, dan ubi
jalar 1,4 kg per tahun. Kemudian kentang 0,35 kg per kapita per tahun, sagu 0,05 kg per kapita per tahun,
dan umbi lainnya 2,07 kg per kapita per tahun Di Sultra, konsumsi beras pada tahun 2022 mencapai
100,27 kg per kapita per tahun, terigu 15,1 kg per kapita per tahun, ubi jalar 2,29 kg per kapita per
tahun, kentang 0,25 kg per kapita per tahun, sagu 3,88 kg per kapita per tahun, dan umbi lainnya 0,47 kg
per kapita per tahun. Data menunjukkan, konsumsi terigu menjadi yang terbanyak kedua setelah beras,
menggeser ragam pangan lokal lain.Dalam seminggu, kadang cuma sekali makan ikan. Kadang makan
sayur saja setiap hari, tidak pakai lauk. Sayur pucuk ubi (daun singkong) dan kangkung.

Kasus tengkes tinggi Pergeseran pola konsumsi masyarakat ini juga turut memicu masalah kesehatan.
Data Riset Kesehatan Dasar dan Survei Status Gizi Indonesia Kementerian Kesehatan menunjukkan,
ketiga wilayah kepulauan ini memiliki kualitas kesehatan anak balita yang lebih buruk dibandingkan rata-
rata nasional.Angka anak balita tengkes (stunting) di Kepulauan Mentawai pada tahun 2021 mencapai
27,3 persen dan naik menjadi 32 persen pada 2022. Sementara anak balita kurus (wasting) di Mentawai
pada tahun 2021 sebesar 7,4 persen menjadi 7,8 persen pada 2022. Untuk anak balita gizi kurang pada
2021 sebesar 22,4 persen menjadi 21,4 persen pada 2022.Sebagai perbandingan, angka tengkes nasional
pada 2022 sebesar 21,6 persen. Adapun anak balita kurus 7,7 persen dan gizi kurang 17,1 persen.Data
tengkes di Mentawai menunjukkan bahwa pergeseran pola konsumsi penduduk dari pangan lokal ke
beras tidak mengurangi risiko tengkes. Hal ini terlihat di Dusun Sinaka, Desa Sinaka, Kecamatan Pagai
Selatan, yang sebagian besar penduduknya mengonsumsi beras, meninggalkan pangan lokal keladi dan
pisang.
ARTIKEL 5

JUDUL :Kenyang dan nikmat tanpa beras dari kaki ile boleng

PENULIS: AHMAD ARIF, FRANS PATI HERIN

TEMA :Kemandirian pangan

TOPIK : Warung makan di kaki Gunung Ile Boleng, Pulau Adonara, itu mengobati rasa
penasaran kami tentang kekayaan kuliner lokal Nusa Tenggara Timur.

TELAH JUDUL: Kita diajak untuk mengetahui Makanan yang disajikan di warung makan pangan
lokal di kebun Bayolewung, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Warung makan di tengah kebun yang berada di kaki Gunung Ile Boleng itu digagas Kamilus
Tupen Jumat . Makanannya berupa jagung, pisang, umbi-umbian, kelapa, dan berbagai sayuran,
seperti bunga pepaya, daun singkong, dan jantung pisang. Bahan makanan itu diambil dari kebun
tersebut dan beberapa kebun tetangga. Tujuan Kamilus mendirikan warung di kebun adalah ingin
menunjukkan betapa beragamnya pangan di daerah itu.

ISI ARTIKEL: Asap mengepul dari warung makan semi terbuka di tengah ladang di kaki
Gunung Ile Boleng. Di tempat itulah Vinsensia Surat dan suaminya, Kamilus Tupen Jumat,
menjamu para tamu dengan beragam makanan lokal khas dari Kampung Bayolewung, Pulau
Adonara.

Selama perjalanan meliput isu kemandirian pangan di Nusa Tenggara Timur mulai awal hingga
pertengahan Agustus 2023, baru di tempat Surat dan Kamilus itulah kami menemukan warung
makan yang menyajikan beragam pangan lokal. Sebelumnya, di Kota Kupang, Kabupaten
Kupang, Timor Tengah Selatan, Belu, Lembata, dan Flores Timur, kami tak menemukan warung
sejenis.Warung makan pangan lokal berada di tengah ladang di kaki Ile Boleng, sekitar 6
kilometer dari puncak gunung. Ile Boleng merupakan gunung api aktif yang berada di bagian
tenggara Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT. Batu-batu besar hasil muntahan gunung
ini bertebaran di sekeliling warung. Kemungkinan material itu dari erupsi terakhir Ile Boleng
pada tahun 1885.
Surat mengundang kami ke dalam dapur yang tak berbatas dinding dengan warungnya. Asap
mengepungnya. ”Masak pakai kayu api supaya lebih enak,” ujarnya.Di tungku pertama, Surat
tengah mengukus putu, dibantu anak perempuannya, Ketty. Putu berbahan gaplek, singkong
yang telah telah dikupas dan dijemur hingga kering dan kemudian ditumbuk dalam lesung.
Gaplek yang telah hancur itu kemudian dikukus di dalam batok kelapa. Putu sangat cocok
disajikan hangat-hangat, aroma dan teksturnya lembut. Di tungku lain, Surat tengah
memasak wata snem’a. Jagung titi, jagung sangrai yang ditumbuk dengan batu hingga menjadi
pipih kemudian dicampur kelapa parut dan kacang hijau. Ketiga bahan ini kemudian ditanak
bersamaan. Komposisi kandungan nutrisinya terbilang komplet. Karbohidrat dari jagung, protein
dari kacang, dan lemak nabati dari kelapa.

Putu dan wata snem’a merupakan pangan pokok nonberas yang dulu biasa dikonsumsi
masyarakat Adonara dan Lembata. Bahan-bahannya lokal, dari ragam tanaman yang tumbuh dan
bertahan baik di iklim kering.

Anda mungkin juga menyukai