Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU LEARNING JURNAL

Program : Pelatihan Dasar CPNS


Angkatan :1
Nama Mata Pelatihan : Isu Kontemporer
Nama Peserta : Muhamad Demi Prakarsa, A.Md.Gz
Nomor Daftar Hadir : 15
Lembaga Penyelenggara Pelatihan : BKPSDM Kota Sungai Penuh

Diet Ekstrem Saat Pandemi yang Tidak Aman untuk Kesehatan

A. Pendahuluan/ Latar Belakang


Kondisi pandemi covid-19 menimbulkan fase dimana masyarakat akan
lebih sering berdiam diri dan banyak melakukan aktivitas di dalam rumah.
Namun tak jarang juga hal itu malah menimbulkan masalah, diantaranya pola
makan yang terganggu karena kegiatan di rumah yang terkadang tidak sesuai.
Kemudian ada pula orang yang malah mengalami kegemukan karena
jarang melakukan aktivitas selama pandemi, dengan alasan ruang geraknya
merasa terbatas. Bagi mereka yang merasa berat badan tak ideal, bahkan
melonjak saat kondisi pandemi memang masalah tersendiri. Meski dibarengi
dengan memulai pola hidup yang baik, namun tak jarang pula sejumlah orang
malah melakukan diet ketat demi kembali ke tubuh yang ideal.
Menanggapi permasalahan tersebut, Ketua Indonesia Sport Nutrisionis
Association (ISNA) dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes. mengatakan bahwa
dengan melakukan diet ekstrem saat pandemi tidak disarankan. Dengan
melakukan diet ekstrem, malah akan menyebabkan sejumlah gangguan
kesehatan pada tubuh. Diet saat pandemi dibolehkan, hanya saja tidak
melakukannya dengan ekstrem. Berdiet dengan mengatur makanan beragam
dan seimbang dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh dengan baik. Maka
dari itu, penulis tertarik untuk membahas diet ekstrem saat pandemi yang tidak
aman untuk kesehatan.
B. PEMBAHASAN
Diet populer sedang merajalela di zaman sekarang. Contohnya diet
OCD, diet keto, diet mayo, dan diet Tya Ariestya yang tengah menjadi
perbincangan saat ini karena pola diet tersebut cenderung berpola ekstrem.
Melakukan diet ekstrem atau ketat dapat mengganggu keseimbangan asam
basa, metabolisme tubuh, hingga malnutrisi. Kemudian menimbulkan
kerusakan metabolik, maka itu akan terjadi proses peradangan dalam tubuh,
dan dapat melemahkan imunitas. Melalui diet ekstrem mungkin dapat
memangkas beberapa kilogram dari berat badan, namun metabolisme juga bisa
terpengaruh.
Maka dari itu, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan jika ingin
melakukan diet sehat selama pandemi. Yakni pertama, adalah defisit energi
atau defisit kalori untuk menurunkan berat badan. Kalori dalam makanan
menyediakan energi dalam bentuk panas, sehingga tubuh dapat berfungsi
dengan baik, bahkan ketika tubuh sedang beristirahat sekali pun. Selanjutnya
adalah meningkatkan asupan tinggi protein rendah lemak, dan zat gizi
seimbang. Lalu, memberikan asupan tubuh dengan makanan yang
mengandung zinc, vitamin C, vitamin E, beta karoten, dan zat besi. Demikian
bahwa kelima zat yang tersebut merupakan zat yang memiliki sifat antioksidan,
yang mana sangat diperlukan tubuh untuk melawan efek dari paparan radikal
bebas.
Radikal bebas dapat merusak susunan DNA sel, meningkatkan kadar
kolesterol jahat di dalam tubuh, menyebabkan peradangan, dan melemahkan
daya tahan tubuh. Sementara itu, untuk hal yang harus dihindari, yang pertama
adalah makanan dan/atau minuman yang terlalu manis. Makanan tinggi gula
mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi, karena anda akan lebih banyak
memilih makanan yang tinggi glukosa dibandingkan makanan yang
mengandung vitamin, mineral, protein dan serat.
Selain itu, mengonsumsi gula berlebih juga dapat menekan sistem
imunitas. Sebagaimana Kementerian Kesehatan RI sudah memberikan batasan
konsumsi gula yang disarankan per orang per hari, yakni tidak lebih dari 50 gr
(4 sendok makan). Menkes juga menjelaskan bahwa sama halnya dengan gula,
konsumsi minyak maupun makanan sumber lemak secara berlebih dapat pula
menekan sistem imunitas dan mengurangi kemampuan sel darah putih dalam
menghancurkan bibit penyakit. Jadi dengan asupan makanan sumber lemak
berlebih, bahkan dapat menimbulkan risiko berbagai penyakit berbahaya.
Karena sel lemak yang berlebih dapat memicu pelepasan zat kimia yang
berakibat pada peradangan kronis dan akhirnya merusak jaringan-jaringan
sehat.
Hal selanjutnya yang harus dihindari adalah makanan yang digoreng
dengan minyak banyak, dan/atau minyak yang sudah dipakai berulang. Oleh
karena itu, disarankan untuk merebus atau mengukus makanan tersebut hingga
setengah dan/atau matang terlebih dahulu. Jika ingin menambah cita rasa, bisa
di-pan seared dengan sedikit minyak.
Tak hanya itu saja, batas konsumsi lemak yang disarankan Kementerian
Kesehatan RI adalah hanya 67 gram (5 sendok makan minyak) per orang per
hari. Kementerian Kesehatan juga menerbitkan panduan ‘Isi Piringku’ yang
diharapkan bisa membantu mencegah kelebihan berat badan hingga obesitas.
Jadi ‘Isi Piringku’ ini berarti membagi 1/3 (sepertiga) dari setengah piring untuk
lauk pauk, 1/3 dari setengah piring buah, 2/3 dari setengah piring sayuran dan
2/3 dari setengah piring makanan pokok. Jika kita mengikuti anjuran ilmu gizi,
Kemenkes dan WHO ini, maka kebutuhan gizi kita dapat terpenuhi dengan baik
dengan cara perlahan.
Hal yang dapat dilakukan nutrisionis di instansi rumah sakit adalah
dengan memberikan penyuluhan dan konseling kepada pasien tentang efek
diet ekstrem populer dan mengkampanyekan ‘Isi Piringku’ dan gizi beragam
serta seimbang. Pengaturan pola makan yang diterapkan di RSUD H. Bakri
Sungai Penuh sudah sesuai dengan anjuran makan yang ditetapkan Kemenkes
dan WHO.

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan penulisan ini adalah:
a) Pandemi covid saat ini membuat pola makan umumnya terganggu
karena kegiatan di rumah yang terkadang tidak sesuai
b) Banyak masyarakat terutama generasi muda yang menerapkan diet
ekstrem populer yang cenderung tidak baik untuk kesehatan terutama
metabolisme tubuh bahkan dapat melemahkan imunitas.
c) Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kemenkes telah
mengkampanyekan ‘Isi Piringku’ dan moto gizi beragam dan seimbang.
d) Pengaturan pola makan yang diterapkan di RSUD H. Bakri Sungai
Penuh sudah sesuai dengan anjuran makan yang ditetapkan Kemenkes
dan WHO.

2. Saran
Penyuluhan dan konseling perlu dilakukan kepada pasien mengenai
efek diet ekstrem populer dan mengkampanyekan ‘Isi Piringku’ dan gizi
beragam serta seimbang. Di samping itu, peran nutrisionis dalam media
sosial juga dapat dilakukan untuk mengkampanyekan pola makan sehat
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Nurul Khadijah. 2021. Jakarta: Diakses dari pranala: https://www.pikiran-
rakyat.com/gaya-hidup/pr-011528165/diet-ekstrem-saat-pandemi-tak-
disarankan-ahli-gizi-beberkan-rahasia-cara-aman-turunkan-berat-badan?
page=2
(Jurnal) Pengetahuan, Persepsi, dan Penerapan Diet Penurunan Berat
Badan pada Mahasiswa Gizi Putra. Bogor: 2015. Diakses dari pranala
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/download/10888/8406

Anda mungkin juga menyukai