Sumarni, adalah namanya. Pekerjaannya sehari-hari mengais sampah yang ada ditimpukan
sampah dan dipinggiran jalan kota metro. Dikarenakan keterbatasan pendidikan, sumarni
tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, hanya mengais sampah-sampah kemudian ia
jual kepengepul.. Malang,adalah kata yang bias mendeskripsikan nasib sumarni.
Sumarni :“Alhamdulillah udara pagi ini sangat segar . . . semoga hari ini aku bisa mendapatkan
uang banyak untuk beli beras“.
(Sambil berjalan)
Sumarni :”Andaikan mas bejo masih ada, pasti hidupku tidak akan kesepian . . . hmmmm . . ya
sudahlah, ini sudah suratan takdir yang harus ku terima”.
Nagita : “Oalah niii nii, hidup kok susah banget sih! Gak punya suami, gak punya anak, gak
harta lagi, dasar miskin!!!”
Celin : “Kaya gue nih udah hamil, suami ada , mobil banyak! Ya gak jeng?!”
Nagita : “Iyalah!!. . perhiasan nih mengkilat , rumah tingkat, harta berlimpah! Huh dasar miskin
bau lagi. Yuk jeng kita shopping!!”
Nagita memang sangat membenci Sumarni, karena dahulu Nagita menyukai Alm.Bejo,
namun alm.Bejo lebih memilih Sumarni dan menikahinya.
Ketika sedang memilih sampah dipinggir jalan, Sumarni bertemu dengan teman lamanya,
namun sayang teman lamanya pun sudah tidak mengenalinya lagi.
Sumarni :”Aku Sumarni, teman SD kalian dulu. Apa kalian sudah lupa denganku?”
(Setelah selesai sholat Sumarni berniat untuk pergi ke makam alm suaminya. Sesampainya
dimakam alm suami, tangis Sumarni seketika pecah tak terbendung)
Sumarni :”Mas bejooo . . . aku rindu kamu mas, aku rindu suaramu, aku rindu semua tentangmu.
Mas Bejo, sekarang kita sudah tidak bisa bersama lagi tapi aku selalu berdo’a kepada Allah
semoga kita bisa bertemu di surga kelak, aamiinn . . .mas aku pamit yaa, do’akan semoga hari ini
dapet rezeki supaya aku bisa makan”
Sumarni :”Sudah jam segini aku belum sarapan, semoga nanti mendapat rezeki ya Allah”.
Sumarni :”Suara bayi? Ya Allahh !!! Siapa yang tega membuang bayi ini? . .Masya Allah ini
uang nya banyak banget”
Sumarni menemukan seorang bayi didalam kardus.Didalam kardus tersebut berisi bayi dan
surat serta sejumlah uang yang jumlahnya sangat banyak. Isi surat tersebut adalah
“Siapapun yang menemukan bayi ini, saya mohon untuk merawatnya dan menganggap
sebagai anak sendiri. Ini ada sejumlah uang untuk biaya hidup anda dan bayi ini.
Trimakasih”
Setelah membaca surat, Sumarni segera membawa pulang bayi tersebut kerumahnya.
Nagita :”Ehh Marni. . . . Udah pulang aja kamu! Eitss apa itu?! Coba lihat wowwww!!! Bayi!!!
Bayi siapa yang kamu bawa sumarniii!!!!. . .”
Sumarni :”Aku nemu bayi ini diantara sampah-sampah, lalu aku bawa pulang, kasian dia nangis
terus. Ya sudah gita, aku mau masuk dulu, mau mandiin bayi ini”.
Nagita bergegas pergi menuju rumah Celin, untuk memberitahu bahwa Sumarni telah
menemukan bayi ketika ia sedang mengais sampah.
Celin :”Tumben banget jam segini kamu kesini. Ada apa sih!?”
Nagita :”Ini lo jeng, ada hot news! It tu si Sumarni”.
Nagita :”Barusan ini tadi, dia pulang mulung bukannya bawa sampah, eh malah bawa bayi!”
(Sampai dirumahnya Sumarni, Celin terkejut melihat kebenaran yang diceritakan Nagita)
Nagita :” Namanya juga tukang sampah, nemu bayi ya disampah-sampahan lah jenggg!!! Mana
dapet bayi+duit lagi”
Celin :”Wahhh . . . enak banget kamu dapet duit banyak, palingan juga duit palsu jeng “.
Nagita :”Ga tau juga sih, jeng. Dahlah jeng ayo pulang, dah maghrib ntar suamiku nyariin lagi”.
25 Tahun Kemudian
(Sampai di Kantor)
Sekretaris Direktur :”Mana gue tau, cepetan keruangannya udah ditunggu tuh:”
Direktur :”Masuk!”.
Direktur :”Saya sudah membaca biografi kamu. Kinerja kamu sangat bagus, saya suka. Kamu
sudah berapa lama disini?”
Direktur :”Okee! . . . Ini ada amplop, silahkan kamu buka dan baca”.
Fatimah :”Baik pak. Hahh!!! . . . Ini serius pak?!! Bapak tidak sedang bercanda kan?
Direktur :”Benar Fatimah. Ini sudah saya pertimbangkan dan saya putuskan matang-matang.
Kamu berhak menerima ini”.
Fatimah :”Pak, trima kasih banyak pakkk. . . Apakah saya boleh memberitahu kabar ini kepada
ibu saya sekarang pak?”
Fatimah pun pamit pulang untuk segera menemui ibunya dan memberitau bahwa ini adalah
kabar baik untuknya dan ibunya.
(Sampai dirumah)
Mereka pun berpelukan sambil menangis haru karna tidak pernah disangka oleh Fatimah
maupun Sumarni bahwa Fatimah akan diangkat menjadi Manajer di Perusahaan tempat
dimana ia bekerja.
(2 Tahun kemudian)
Sekarang rumah Sumarni sudah bagus, bisa dikatakan mewah. Bukan gubuk yang reyot lagi
, yang jika tertiup angina kencang bisa saja terbang terbawa angin. Fortuner dan Pajero pun
sudah terparkir cantik digarasi rumahnya. Tidak lain tidak bukan semua itu atas jeripayah
dan kejujuran Fatimah serta do’a yang senantiasa dilangitkan oleh Sumarni disetiap harinya.
Sumarni dan putrinya tengah asyik memasak sayur kates didapur, dikarenakan hari ini hari
minggu, maka Fatimah libur kerja. Fatimah sangat menyukai sayur kates/biasa yang disebut
gandul, hingga ibunya pun menanam banyak pohon kates dihalaman sebelah rumahnya.
Nagita :”Sumarniiii. . . tolong bantu aku dan anakku hiks . . hiks . . hiks . . “
Nagita :”Aku bangkrut marniii. . rumahku disita bank dan suamiku dipenjaraaa . . . hiks . . .
hiks”
Celin :”Aku juga udah gk punya rumah lagi marni apalagi harta semua udah abis buat bayar
utang suamiku hiks hiks hiks . . .”
Celin :”Suamiku kalah judi, semua asset rumah dijual buat bayar hutang-hutangnya. Sekarang
dia pergi sama wanita selingkuhannyaaa . . . hiks hiks”.
Sumarni :”Lebih baik sekarang kalian tinggal disini ndulu untuk beberapa waktu,sampai kalian
mendapat pekerjaan”.
Fatimah :”Gini aja bu Nagita, bu Celin, kalian bisa ngelamar kerja di Perusahaan dimana aku
kerja, nanti biar aku ngobrol sama direktur supaya kalian dan anak-anak kalian bisa bekerja
disana,sempga ada lowongan”.
Nagita :”Terimakasih ya Marnii , Fatimah, kalian sudah mau menerima kami , padahal kami
selalu jahat sama kalian, kami menyesali perbuatan kami”.
Celin :”Maafin kami ya Marni, Fatimah, kami sering julid sama kalian, trima kasih sudah
membantu kami, aku gk tau harus bales kebaikan kalian berdua dengan apa”.
Calysta :”Trimakasih ya bu marni, Fatimah, aku minta maaf karna selalu ngejek kamu . .”.
Febi :”Aku juga minta maaf ya bu Marni, Fatimah, selama ini gak mau berteman sama kamu . .”
Pesan moral yang bisa diambil dari kisah ini adalah Kesombongan adalah awal dari
kesengsaraan, dan Kejujuran adalah awal dari kesuksesan. Anak pungut pengais sampah
yang mengubah nasib keluarga kecilnya menjadi keluarga yng disegani oleh tetangganya.