Anda di halaman 1dari 12

p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha

e-ISSN : 2599-1426 Vol. 15 No. 1 (2023)

Peran Digital Freelancer Marketplace dan Media Sosial Terhadap


Perkembangan Gig Economy Worker
Kadek Masakazu1, Ersi Sisdianto2, Gede Suwardika3, Dhimas Setyo Nugroho4
11,3,4
Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Indonesia
2
UIN Raden Intan Lampung, Bandar Lampung, Indonesia

e-mail: kadek.masakazu@ecampus.ut.ac.id1, ersisisdianto@radenintan.ac.id2,


isuwardika@ecampus.ut.ac.id3, dhimas.nugroho@ecampus.ut.ac.id4

Abstrak
Riwayat Artikel Fenomena Gig Economy Worker sedang menjadi salah satu pilihan bagi generasi Z
Tanggal diajukan: 2
Maret 2023
untuk bekerja, permasalahan yang terjadi masih minimnya perhatian Pemerintah dalam
memberikan jaminan yang baik bagi pelaku Gig Economy Worker sehingga perlu
Tanggal diterima : diadakan penelitian yang mempunyai tujuan Bagaimana Bentuk Perhatian Pemerintah
5 Mei 2023 Dalam Menyediakan Jaminan Social Dan Perlindungan Terhadap Pelaku Gig Economy
Tanggal
Worker , Bagaimana Peran Digital Freelancer Marketplace Terhadap Perkembangan
dipublikasikan: 30 Gig Economy Worker; Bagaimana Peran Sosial Media Terhadap Perkembangan Gig
Agustus 2023 Economy Worker. Metodologi pada penelitian ini yaitu Jenis penelitian ini
Obervasional analitik dengan menggunakan rancangan penelitian case control atau
kasus kontrol. Adapun hasil pada penelitian menunjukan masih minimnya perhatian
pemerintah karena tidak memeberikan jaminan social dan perlindungan hukum serta
untuk hasil perkembangan Gig Economy Worker sangat dipengaruhi oleh Digital
Freelancer Marketplace dan media sosial. Penelitian ini memberikan implikasi yang
baik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan serta memberikan gambaran bahwa
pelaku Gig Economy Worker berhak mendapatkan jaminan social dan perlindungan
dimana pelaku Gig Economy Worker bekerja.

Kata kunci: Gig Economy Worker; Digital Freelancer Marketplace; Jaminan Sosial
dan Media Sosial

Abstract
The Gig Economy Worker phenomenon is becoming an option for Generation Z to
work; the problems that occur are the lack of attention from the Government in
Pengutipan: providing good guarantees for Gig Economy Workers, so it is necessary to conduct
Masakazu, K., research that has the objective of How to Form Government Attention in Providing
Sisdianto, E.,
Suwardika, G., &
Social Security and Protection for Gig Economy Worker, What is the Role of the
Nugroho, D. S. Digital Freelancer Marketplace in the Development of the Gig Economy Worker; What
(2023). Peran is the Role of Social Media on the Development of the Gig Economy Worker. The
Digital Freelancer methodology in this study is that this type of research is analytic observational using a
Marketplace dan
Media Sosial
case-control or case-control research design. The results of this study show that there is
Terhadap still a need for more government attention because they do not provide social security
Perkembangan Gig and legal protection, and the results of the development of the Gig Economy, Workers
Economy Worker. are heavily influenced by the Digital Freelancer Marketplace and social media. This
Jurnal
Pendidikan
research has good implications for the development of science and illustrates that Gig
Ekonomi Economy Workers are entitled to social security and protection where Gig Economy
Undiksha, 15(1), Workers work.
214–225.
http://doi.org/ Keywords: Gig Economy Worker; Digital Freelancer Marketplaces; Social Security
10.23887/jjpe.v15
i1.61469
and Social Media

1
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 15 No. 1 (2023)

PENDAHULUAN pendorong bagi pihak-pihak tertentu untuk ikut


Perkembangan teknologi yang semakin terjun dalammenciptakan platform gig
pesat dewasa ini, telah mengubah hidup economy.
manusia dalam berbagai sektor kehidupan. Freelance marketplace untuk
Salah satunya adalah sektor ekonomi. professional services lokal yang telah
Perubahan tersebut tidak hanya pada segi beroperasi adalah seperti Sribu, Gobann,
metode pembayaran yang menjadi cashless, Trakteer, Sribulancer, dan lain-lain yang
tetapi juga dalam hal cara mendapatkan bersaing dengan situs luar seperti Freelancer,
penghasilan. Perkembangan teknologi Elance-oDesk, 99designs, PeoplePerHour, dan
memungkinkan orang untuk bekerja sebagai lain- lain. Selain itu banyaknya social media
pekerja mandiri dari lokasi manapun yang merupakan salah satu faktor yang mendorong
mereka inginkan, tanpa harus datang ke kantor. banyaknya wadah untuk melakukan kegiatan
Terlebih lagi dalam masa pandemi COVID-19 atau pekerjaan secara mandiri yang
yang berdampak luas terhadap sektor ekonomi. dioperasikan mmelalui media social. Media
Sedikitnya 1,7 juta penduduk Indonesia sosial menjadi penting karena platform ini
kehilangan pekerjaan akibat pandemi tersebut dapat membantu dalam menjalin komunikasi
(Saputera, 2020). Hal ini, dikombinasikan antar pihak yang terlibat (Aitken, 2017). Selain
dengan diterapkannya kebijakan physical itu, media sosial telah ramai digunakan
distancing dan work from home telah diseluruh dunia. Akan tetapi media sosial,
memancing minat masyarakat untuk beralih dikarenakan fungsi utamanya bukan sebagai
menjadi pekerja mandiri. Salah satu bentuk platform khusus yang diciptakan
dari pekerja mandiri adalah gig economy. untukmemfasilitasi proses jual beli jasa,
Gig economy adalah sistem kontrak memiliki perbedaan tersendiri jika digunakan
kerja jangka pendek antara pekerja bebas dan sebagai fasilitas gig economy.
pihak yang membutuhkan jasa Salah satu contoh dari perbedaan
ketenagakerjaan. Contoh dari pekerja gig tersebut adalah metode pembayaran pada
termasuk freelancer, kontraktor mandiri, kedua platform. Freelance marketplace,
project-based worker, dan lain-lain (Rouse, yang kebanyakan bukan berasal dari Indonesia,
2019). Pengguna jasa pekerja gig tersebut tidak menerapkan sistem
hanya perorangan, tetapi juga perusahaan, pembayaran internasional seperti paypal,
sebagai contoh adalah industri IT. payonerr, dan kartu kredit. Hal ini dapat
Confederation of Indian Industry (CII) menyulitkan pekerja gig Indonesia yang tidak
melaporkan bahwa 10 juta freelancer India memiliki akses pada sistem pembayaran
bekerja sebagai web designer, web tersebut. Media sosial sebagai platform gig
researcher, mobile developer, dan lain-lain economy yang tidak formal memberikan
untuk perusahaan- perusahaan IT. Dewasa kebebasan bagi penyedia untuk menentukan
ini,perkembangan gig economy juga sistem pembayaran yang sesuai dengan
merambah profesi seperti musisi, aktor, keinginan mereka. Perbedaan-perbedaan ini
seniman, dll (Pawar, Dahiya, & Pant, 2018). tentunya memberi pengaruh terhadap perilaku
Hal tersebut telah mendorong pengguna dan penjualan serta pembelian jasa
terciptanya model bisnis baru yang dijalankan yang terjadi dalammasing- masing platform,
oleh organisasi bisnis atau perusahaan yang yang berdampak pada pihak-pihak yang
membuat platform berbasis online yang terlibat dalam gig economy pada kedua
menyediakan layanan yang menjembatani platform tersebut. Perkembangan Gig
antara penyedia jasa dan pencari jasa melalui Economy bisa dilihat pada gambar 1.
media internet (Signes, 2017). Berdasarkan
data BPS pada Mei 2019, pekerja mandiri di
Indonesia mencapai 5,89 juta jiwa. Hal ini
menjadi salah satu

2
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 15 No. 1 (2023)

Gambar 1. Perkembangan Gig Economy Worker di Indonesia

Berpedoman kepada Grafik 1. dari tahun komunitas penyedia jasa profesional dari bidang
2016 sampai dengan tahun 2020 menunjukan keahlian yang sama (Robinson, 2016). Sebagai
bahwa adanya perkembangan gig economy contoh, pada media sosial Facebook, untuk jasa
worker di Indonesia, perkembangan ini tidak profesional ilustrasi saja, grup Commission
terlepas dari adanya permasalahan yang akan Corner Indonesia dan Commission Art Center
dihadapi oleh gig worker, misalnya tidak Indonesia, masing-masingnya memiliki anggota
adanya jaminan keselamatan kerja, lebih dari 27.000 orang.
permasalahan social dan perlindungan kerja Theory Organizational Behavior
lainnya dan kesulitan mendapatkan pekerjaan Perilaku organisasi mempelajari
merupakan faktor yang paling dominan dalam dampak dari individu, grup dan kelompok
perkembangan gig worker. terhadap munculnya berbagai perilaku dalam
Sulitnya persaingan dalam mendapatkan organisasi dengan tujuan meningkatkan
pekerjaan bisa menjadi salah satu dorongan efektivitas organisasi. Perilaku seluruh individu
dalam perkembangan gig economy di pada dasarnya memiliki konsistensi dasar.
Indonesia. Sifat freelance marketplace yang Perilaku tidak muncul secara acak, melainkan
global, tidak dibatasi faktor geografis, membuat dapat diprediksi kemudian dimodifikasi sesuai
gig economy menjadi pilihan yang bagus perbedaan dan keunikan masing -masing
sebagai alternatif pekerjaan tradisional. Pada individu. Grand theory yang mendasari
tahun 2018, Kepala Badan Ekonomi Kreatif penelitian ini adalah teori umum dari perilaku
(Bekraf) mengemukakan bahwa PDB ekonomi organisasi yang dikemukakan oleh Robbins dan
kreatif Indonesia meningkat mendekati Rp 1,102 Judge (2013). Teori ini memiliki tiga bagian
triliun, yang salah satu dari empat sektor penting dari teori perilaku organisasi yaitu
terbesar adalah Desain Komunikasi Visual masukan, proses, dan keluaran. Masukan
(DKV) bertumbuh sebesar 8,14 persen. Hal ini merupakan pengaturan awal situasidan lokasi
semakin menegaskan potensi dari gig dimana proses proses akan terjadi. Komponen
economy untuk jualbeli jasa profesional. ini ditentukan diawal sebelum hubungan kerja
Platform yang dibangun khusus untuk terjadi.Komponen proses merupakan tindakan
memfasilitasi gig economy, media sosial juga dan keputusan yang dilakukan oleh individu,
digunakan oleh sebagian pelaku gig economy grup, dan organisasi yang terlibat di dalamnya
dalam aktifitas jual beli. Hal tersebut bisa sebagai hasil dari masukan dan berujung
dibuktikan dengan banyaknya grup-grup padahasil tertentu. Keluaran merupakan hasil
Facebook yang berisikan akhir yang di

3
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 15 No. 1 (2023)

prediksi yang dipengaruhi oleh beberapa


Freelancer marketplace biasanya
variabel lainnya.
berbentuk website atau aplikasi dan terhubung
Digital Freelancer Marketplace
dengan penyedia service sistem pembayaran
Pesatnya perkembangan teknologi
digital. Sedangkan 6 istilah freelance itu
informasi dan komunikasi yang memudahkan
sendiri, dalam cakupan penelitian ini, berarti
manusia bergerak (borderless) dan
jenis pekerjaan yang hanya terikat dengan pihak
menghadirkan berbagai pilihan dalam memilih
employer dalam waktu singkat tanpa afiliasi
jenis pekerjaan. Kedua, munculnya ragam
dengan perusahaan atau organisasi resmi. Orang
profesi baru seiring perkembangan teknologi
yang menjalankan profesi freelance disebut
informasi dan komunikasi, misalnya penulis
dengan freelancer atau pekerja mandiri/bebas,
lepas, jurnalis, web developing, dan lain-lain.
dalam penelitian ini penggunaan istilah
Kata freelance sendiri adalah sebuah
freelancer
istilah pada Abad Pertengahan yang digunakan
interchangeable dengan gig worker, pekerja
kepada seorang prajurit bayaran (a freelance)
mandiri, dan pekerja lepas.
yang tak terikat kepada siapa pun kecuali hanya
Media Sosial
pada orang yang mempekerjakannya. Istilah itu
Media sosial merupakan salah satu media
pertama kali digunakan oleh Sir Walter Scott
instan yang saat ini memang memiliki berbagai
(1771- 1832) dalam novelnya Ivanhoe untuk
fungsi dalam perannya. Selain berfungsi sebagai
menggambarkan prajurit bayaran Abad
alat untuk berkomunikasi, media sosial juga
Pertengahan (freelance). Kata lance, yang
menjadi sarana untuk penggunanya dalam
berarti tombak, menjelaskan bahwa tombak
menggali berbagai informasi. Menurut Palmer
tersebut bida melayani siapa pun yang
dan Lewis (2009), media sosial adalah aplikasi
mempekerjakannya. Pada 1903, kata freelance
yang memungkinkan penggunanya untuk
serta pengertiannya tercatat dalam Oxford
membangun personal website yang dapat
English Dictionary sebagai kata kerja (verb). Di
diakses oleh user lainnya sebagai bentuk
era modern, kata tersebut mengalami perluasan
komunikasi, kolaborasi, dan pertukaran
arti atau makna, yaitu dari kata benda (a
informasi personal (Palmer, A., & Koenig
freelance) menjadi kata sifat (a freelance
Lewis, 2009). Berdasarkan penelitian oleh
journalist), kata kerja (a journalist who
Shankar (2011) media sosial adalah sarana yang
freelances) dan kata keterangan (she worked
dapat berperan penting dalam mempromosikan
freelance).
bisnis kepada konsumen karena pihak penjual
Perubahan sistem ekonomi tersebut
dapat meningkatkan kesadaran konsumen
memancing munculnya platform digital
terhadap brand bisnis (Shankar, V., Inman, J.,
freelance marketplace yang memungkinkan
Mantrala, M., Kelley, E., & Rizley, 2011). Hal
perusahaan memperkerjakan individu atau
ini berkesusaian dengan salah satu unsur dari
perusahaan kecil untuk pekerjaan khusus dalam
definisi dari marketing, yaitu menciptakan
waktu yang singkat dari penjuru dunia secara
kesadaran terhadap brand (brand awareness).
remote. Platform (dalam konteks bisnis)
Kemampuan media sosial dalam
menurut Gartner adalah sebuah produk yang
membangun komunikasi dua arah antar pembeli
memfasilitasi atau memungkinkan produk atau
dan penjual menjadikan media sosial sebagai
bisnislain untuk beroperasi. Dalam penelitian
alat strategis dalam proses marketing (Sorescu,
ini, definisi platform atau digital platform yang
A., Frambach, R. T., Singh, J., Rangaswamy,
dimaksud adalah media digital berupa situs atau
A., & Bridges, 2011). Oleh karena itu platform
aplikasi yang memfasilitasi kegiatan operasional
media sosial dapat dianggap sebagai sarana
service atau bisnis. Salah satu bentuk dari
marketing yang baik (Odhiambo, 2012). Salah
platform yang digunakan dalam jual beli jasa
satu lokasi yang baik untuk menemukan koneksi
adalah freelance marketplace. Freelance
dengan calon pembeli adalah grup Facebook,
Marketplace adalah media bertemunya pembeli
karena anggotanya yang berasal dari komunitas
dan penyedia jasa freelance untuk melakukan
yang sama.
jual beli jasa.

4
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 15 No. 1 (2023)

Kemungkinan besar orang-orang yang


(PS), dan Handmade Goods Household
tergabung dalam grup tersebut lebih berminat
and Miscellaneous Services(HGHMS).
denganapa yang dipasarkan oleh pekerja. Media
Penelitian yang dilakukan oleh Aristi &
sosial lain seperti Twitter juga merupakan
Pratama, ( 2021) dimana secara umum
sarana pemasaran yang baik, traffic Twitter dan
hasilpenelitian menunjukan bahwafreelance
sifat media sosialnya yang sangat terbuka dapat
marketplace dan media sosial sama-sama
memberikan kemudahan dalam
berperan membuka lapangan kerja baru yang
menemukan calon pembeli (Bradford, 2016).
berpotensi menjadi mata pencaharian utama.
Dalam penelitian ini, penggunaan media sosial
Selain itu, keduanya juga memberikan
dalam menunjang gigeconomy bagi freelancer
kesempatan bagi siapa saja untuk menjadi
Indonesia akan dianalisis. Peneliti juga
penyedia jasa tanpa keharusan adanya gelar
menelaah perbandingan penggunaan freelance
akademik untuk berkarir di bidang
marketplace dengan penggunaan media sosial
ekonomikreatif.
dalam pemasaran dan pencarian jasa freelance.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan
Hal ini menyangkut dengan fakta bahwa 56%
oleh (Bates, O., Lord, C., Alter, H., & Kirman,
dari jumlah pendudukIndonesia adalah
2020) Platform ekonomi pertunjukan memiliki
pengguna media sosial.
dampak besar pada kapan dan berapa banyak
Gig Economy Worker
kita bekerja. Tapi bukan hanya kualitas
Gig economy menurut Oxford Language pekerjaan yang berubah, seperti platform ini
adalah sebuah pasar yang lazimnya memiliki juga mengikis hak-hak pekerja
karakteristik berupa kontrak jangka pendek atau dalammelemahkan pekerja di sekitar dunia
hadirnya pekerja mandiri/bebas sebagai lawan sambil memanfaatkan wacana pemberdayaan
dari pekerjaan permanen (Aristi, 2021). Gig (misalnya fleksibilitas, nilai-nilai
seringkali berupa pekerjaan single task, yang kewirausahaan) untuk mempromosikan diri
mana pekerjaan tersebut lebih cocok mereka sendiri.
diperuntukan kepada pekerja yang dikontrak Penelitian yang masih terkait seperti
dalam jangka pendek dibanding tenaga kerja penelitian yang dilakukan oleh (Dokko et al.,
tradisional (Nairobi, MercyCorp. Green, D., 2015) dimana penelitian menunjukan
McCann, J., Vu, T., Lopez, N., & Ouattara, bahwaPerkembangan terkini dalamekonomi AS
2018). menghadirkan peluang dan tantangan untuk
Heeks (2017) mengelompokkan gig bagaimana secara efektif mempromosikan
economy berdasarkan media dan cara kemakmuran ekonomi bersama secara luas di
penyampaian produk/layanan jasanya menjadi pasar tenaga kerja yang terusberubah.
dua yaitu gig economy yang bersifat fisik dan Konsumen dan pekerja sama-sama
digital gig economy (Heeks, 2017). Contoh menggunakan teknologi dan aplikasi online
dari gig economy fisikal adalah layanan untuk berkontraksi pada layanan sesuai
transportasi Gojek yang secara fisik permintaan tertentu seperti pembersihan,
mengantarkan pengguna jasa dari suatu lokasi pekerjaan tangan, belanja, memasak,
ke lokasi lain. Sedangkan contoh dari gig mengemudi, Perkembangan ini merupakan apa
economy digital adalah layanan pembuatan yang disebut sebagai ekonomi pertunjukan
logo pada Fiverr. online atau ondemand, di mana pekerjaan
Layanan tersebut berupa jasa yang dilakukan dalam satu kali, bukan secara
menghasilkan produk berbentuk digital yang berkelanjutan. Munculnya gig economy telah
diserahkan kepada pengguna jasa melaluimedia meningkat kepentingan kebijakan dalam
online. Sedangkan studiyang dilakukan masalah pengaturan kerja kontinjensi, yang
Mastercard mengelompokkan gig secara luas mencakup kontraktor serta pekerja
economymenurut tipe layanan yangdikelola paruh waktu, sementara, musiman, atau
oleh platform gig economy, Yaitu: subkontrak.
AssetSharing Services (AS), Transportation- Terdapat beberapa penelitian sebelumnya
Based Services (TS), ProfessionalServices yang membahas fenomena gig economy di
Indonesia pada sektor pekerjaan freelancer
digital marketplace antara lain, Novianto, et.al.
(2021) yang

5
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 15 No. 1 (2023)

menggali bentuk kemitraan palsu yang sangat


Salah satu hal yang sangat menjual dari
merugikan freelance marketplace.
konsep gig economy adalah fleksibilitas jam
Mustikaningsih dan Savirani (2021)
kerja bagi para pekerjanya. Gig economy
memfokuskan pada bentuk-bentuk perlawanan
barangkali tidak mengenal konsep jam kerja 9–5
sehari-hari yang dilakukan oleh pengemudi ojol,
(Anwar & Graham, 2021). Sebagai gantinya,
khususnya Gojek terhadap sistem yang
freelancer umumnya memiliki kebebasan
mengontrol mereka. Zulfiyan (2020) mengkaji
untuk bekerja kapan saja dan seberapa pun
kondisi kerentanan kerja yang dialami
lamanya. Namun, kebebasan ini tidak serta-
freelance marketplace perempuan di
merta membuat pekerja lebih sejahtera. Justru
Tulungagung akibat kemitraan palsu, antara
pekerja menjadi terdesak untuk dapat bekerja
lain terbatasnya keamanan kerja, beban ganda,
selama mungkin untuk memperoleh pendapatan
stereotip gender, serta pelecehan seksual.
yang cukup (Warren, 2021). Lebih- lebih untuk
Fatmawati,et.al. (2019) yang membahas
jenis pekerjaan berbasis algoritma dan teknologi,
mengenai maraknya para pekerja muda dalam
pekerja semakin tidak memiliki otonomi untuk
kalangan ojol di kota besar, salah satunya
menolak tawaran pekerjaan yang datang karena
Yogyakarta, serta adanya proses deskilling dan
hal ini mendatangkan konsekuensi tertentu di
skill trap yang melanda mereka. Sementara masa depan, misalnya pekerja dieksklusi untuk
Widodo (2019) menjelaskan bagaimana tawaran pekerjaanselanjutnya (Warren, 2021).
perkembangan internet yang pesat dalam
Absennya berbagai macam proteksi kerja
berkontribusi meningkatkan jumlah pekerja
dan rendahnya tingkat kesejahteraan freelancer
freelance di Indonesia. Aristi dan Pratama
erat kaitannya dengan bagaimana freelancer
(2021) juga mengemukakan bahwa freelance
dianggap sebagai pekerja independen atau self-
marketplace dan media sosial berperan
employment. Dengan konsep inipula, pemberi
menciptakan lapanganpekerjaan baru serta
kerja atau perusahaan dapat
memberikan kesempatan bagi siapa pun untuk
menghematpengeluaran (cost) sebesar mungkin,
bekerja di bidang ekonomi kreatif tanpa
sedangkan pekerja mendapatkan benefit
memandang gelar akademik.
sesedikit mungkin (Anwar dan Graham, 2021).
Dalam konteks di Indonesia yang saat ini
Oleh karena itu, Forbes menulis bahwa pekerja
mengalami bonus demografi kondisi dimana
lepas di gig economy sering kali merasa
jumlah penduduk berusia produktif lebih banyak
tereksploitasi. Apa lagi jika mereka
dibandingkan dengan penduduk berusia
mengandalkan pekerjaan freelance sebagai
non-produktif menghasilkan
mata pencaharian utama (Mutz, M., Abdel Hadi,
oversupply tenaga kerja muda. Hasilnya,
S., & Häusser, 2020).
pekerja tidak memiliki kekuatan yang cukup
Dengan adanya penelitian terdahulu
untuk menawar agar mendapatkan upah layak.
terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam
Selain itu, biaya operasional atau biaya
penggunaan variabel, objek dan tahun penelitian
penunjang lain, seperti uang pulsa bagi online
dan hasil penelitian akan mempunyai perbedaan,
freelancers atau biaya servis dan nilai
untuk lebih lengkapnya desain penelitian ini bisa
depresiasi kendaraan bagi ojek online,
dilihat pada gambar 2.
ditanggung oleh pekerja itu sendiri. Otomatis,
hal ini semakin mengurangi nominal upah yang
Digital Sosial
diperoleh (Anwar dan Graham, 2021). Freelancer Media
Sebagaimana disebut di atas, gig economy
ditandai dengan upah di bawah standar minimal Gig Economy Worker
yang besarannya bergantung kepada
kesepakatan antara pemberi kerja dan pekerja. Gambar 2. Desain Penelitian
Pekerja juga sangat minim proteksi, berbeda
dengan jenis pekerjaan konvensional yang
umumnya menyertakan perlindungan atau
jaminan sosial bagi pekerja (Anwar dan
Graham, 2021).

6
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 15 No. 1 (2023)

Penelitian ini diharapkan dapat


menawarkan program jaminan sosial
memberikan pandangan baru bagi Pemerintah
ketenagakerjaan kepada pelaku gig economy
dan masyarakan umum dengan fenomena Gig
worker. Akan tetapi setelah adanya program
Economy worker di Indonesia khsususnya di
yang ditawarkan para pelaku gig economy
kota Jakarta, juga untuk mengetahui peran
worker masih belum teralu merespon program
pemerintah dalam memberikan jaminan kerja
jaminan social ketenagakerjaan tersebut hal ini
dan jaminan social pagi pelaku gig economy
didasarkan pada hasil penelitian dilapangan
worker (sector non formal).
seperti yang terdeskripsidibawah ini.
Berdasarkan hasil wawancara dapat
METODOLOGI PENELITIAN
diketahui bahwa, mereka acuh tak acuh pada
Jenis penelitian ini Obervasional analitik
kehadiran program BPJS ketenagakerjaan di
dengan menggunakan rancangan penelitian
tengah-tengah mereka. Selain karena kesibukan
case control atau kasus kontrol. Penelitian ini
mereka dengan system kerja dan waktu yang
termasuk ke dalam jenis penelitian yang
tidak menentu atau ada waktu lama di rumah
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kecuali pada malam hari serta pelaku gig
kualitatif digunakan apabila data yang hendak
economy memang mayoritas sebagai pekerja
dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk kata
yang memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-
atau kalimat. Penelitian kualitatif sangat
beda misalnya menjadi digital freelancer pada
mengutamakan kualitas data, sehingga dalam
marketplace atau penggiat media social yang
penelitian kualitatif tidak digunakan analisis
tidak memiliki jaminan social ketenagakerjaan.
statistika (Singarimbun, Peter Hagul dan Chris
Selain itu, berdasarkan Peraturan
Manning. 2008).
Pemerintah Nomor 601Tahun 2015 tentang
Dilihat dari cara pembahasannya,
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 46
penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program
deskriptif. Sedangkan dilihat dari
Jaminan Hari Tua, buruh sudah memiliki
tempatpelaksanaan penelitian, penelitian ini
tabungan yang bermanfaat apabila buruh sudah
termasuk ke dalam jenis penelitian studi kasus
tidak bekerja lagi, meninggal atau di PHK oleh
(case study). Penelitian lapangan untuk
perusahaan yang berdampak pada
mengumpulkan data dan informasi dengan
kesejahteraannya nanti.
bantuan macam-macam materi yang terdapat di
Disamping itu, berdasarkan Peraturan
lapangan. Berdasarkan jenis investigasinya,
Pemerintah Nomor 451Tahun 2015 tentang
penelitian ini termasuk dalam penelitian kausal
penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun,
karena penelitian ini ingin menemukan jawaban
maka buruh dapat penghasilan dari jaminan
atas persoalan yang dihadapi (Uma Sekaran.
pensiun ketika buruh sudah memasuki usia
2015).
pensiun atau sudah memasuki usia 56 tahun
dengan minimal
HASIL DAN PEMBAHASAN
15 tahun masa kepesertaan di BPJS
Bentuk Perhatian Pemerintah Dalam
Ketenagakerjaan yang bertujuan untuk
Menyediakan Jaminan Sosial dan
meningkatkan kesejahteraan kehidupan buruh
Perlindungan Terhadap Pelaku Gig
beserta keluarganya yang sudah menjadi peserta
Economy Worker
BPJS Ketenagakerjaan ketika sudah pensiun dan
Analisis data dalam penelitian ini
tidak bekerja lagi. Dalam bidang pelayanan
dilakukan dengan menganalisis fenomena dan
BPJS Ketenagakerjaan juga meningkatkan
data- data hasil wawancara, observasi maupun
kualitas pelayanan yang diberikan kepada
dari dokumen-dokumen yang diperoleh selama
peserta BPJS Ketenagakerjaan agar pelayanan
penelitian. Analisis data dalam penelitian
yang berjalan dapat berjalan maksimal dan
kualitatif dilakukan secara terus- menerus dari
peserta dapat merasakan kepuasan dari
sejak data awal dikumpulkan sampai dengan
pelayanan yang diberikan oleh BPJS
penelitian berakhir. Sehingga dapat disimpulkan
Ketenagakerjaan. Salah satunya
bentuk perhatian pemerintah yaitu

7
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 15 No. 1 (2023)

dengan waktu pelayanan maksimal adalah


freelancer, sementara untuk brosur, yang
30 menit kepada setiap peserta, seperti yang biasanya menyertakan gambar sebagai
diungkapkan oleh Kepala Bidang Pelayanan pelengkap informasi, bisa disertakan karena
BPJS Ketenagakerjaan. internet adalah rich media content.
Selama dekade pertama abad ke-21,
Peran Digital Freelancer Marketplace
bekerja sebagai freelance dapat dikatakan belum
Terhadap Perkembangan Gig Economy
menjadi pilihan yang menjanjikan. Selain
Worker
lantaran profesi ini cenderung banyak dilakoni
Sebelum kehadiran internet, atau sewaktu
generasi milenial (Rashid, 2016), situs-situs
perkembangannya belum terlalu pesat
marketplace juga belum banyak bermunculan.
sebagaimana sekarang ini, tantangan utama yang
Baru ketika memasuki dekade kedua abad ke-
dihadapi freelancer adalah bagaimana
21 mulai bermunculan marketplace bagi
mengkomunikasikan keahlian yang dimilikinya
freelancer, dua di antaranya yang sangat dikenal
baik itu kepada perseorangan maupun
publik adalah Sribulancer dan Projects.co.id.
perusahaan. Dalam memasarkan keahliannya,
Dua marketplace tersebut sama-sama
komunikasi sangat berperan penting supaya
diluncurkan pada 2014. Hanyadalam waktu dua
pesan yang ingin disampaikan diterima dengan
bulan sejak Sribulancer dirilis terdapat lebih dari
jelas. Artinya konsumen dapat memahami
200 pemberi kerja dan sekitar
sebaik mungkin spesifikasi keahlian freelancer
6.000 freelancer yang sudah terdaftar dengan
sehingga bersedia
nilai transaksi sekitar 300 juta Rupiah.
mempekerjakannya. Berbagai medium pun
Sementara Projets.co.id sudah memiliki 10.000
digunakan, misalnya promosi dari mulut ke
pengguna pada bulan Mei 2015.
mulut (word of mouth) atau dengan
Perkembangan yang sangat cepat tersebut,
menggunakan brosur (selebaran). Paling tidak,
secara tidak langsung memperlihatkan
kedua medium tersebut banyak digunakan para
bagaimana tingginya minat terhadap profesi
freelancer dalam memasarkan jasa yang
freelance. Artinya, bisa dikatakan bahwa telah
disediakannya, termasuk juga para informan
terjadi perubahan persepsi atau cara pandang
dalam penelitian ini. Dari kedua bentuk promosi
terhadap profesi pekerja lepas. Hal ini
tersebut, media word of mouth jauh lebih
selanjutnya diperkuat data BPS yang
mempunyai kekuatan dibandingkan dengan
menunjukkan bahwa pada akhir 2018 sebanyak
medium brosur atau selebaran. Pada konteks ini,
56,8 persen masyarakat Indonesia bekerja di
medium word of mouth memiliki kelebihan,
sektor informal, yang diiringi naiknya jumlah
karena di dalamnya menyangkut unsur
pekerja yang berwirausaha, termasuk pekerja
kepercayaan terhadap seorang freelancer.
lepas (freelancer).
Sementara itu, seiring dengan
Sementara itu, data BPS pada Mei 2019
perkembangan teknologi informasi dan
menunjukkan bahwa basis angkatan kerja di
komunikasi (TIK) yang semakin pesat, para
Indonesia tersedia sebanyak 129,36 juta orang
freelancer pun ramai-ramai memanfaatkan
dan pengangguran sebanyak 6,82 juta. Dari
medium internet sebagai medium untuk
129,36 juta pekerja tersebut, pekerja lepas
berkomunikasi, terutama untuk
mengambil porsi 4,55 persen atau berjumlah
mempromosikan diri dan mencari peluang
sekitar 5,89 juta orang (Sribulancer catat Tenaga
pekerjaan sesuai keahliannya masing- masing
Pekerja Lepas di Indonesia Meningkat 16% dari
(Marler et al., 2002; Nawaz et al., 2019; Roberts
Tahun Lalu, 2019). Sementara itu, para subjek
& Zietsma, 2018; Yusoff et al., 2016). Melalui
penelitian dalam penelitian ini juga menyatakan
medium baru ini, kedua sarana promosi yang
tentang perubahan persepsi mereka sendiri
lainnya (word of mouth dan brosur) dapat
terhadap profesi freelancer. Meskipun pilihan
tercakup di dalamnya. Tetapi keduanya telah
bekerja sebagai freelancer muncul dari
bertransformasi dalam bentuk berbeda. Untuk
kesadaran sendiri dan tidak ada hambatan
word of mouth, bentuknya menjadi testimoni psikologis yang berarti,
konsumen terkait kinerja sang

8
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 15 No. 1 (2023)

mereka merasakan bahwa kehadiran


bagi para pelaku gig economy worker yang
marketplace semakin menambah rasa peraya
ingin menjadikan media social sebagai media
diri. Lebih jauh, anggapan bekerja freelance
penghasil uang.
sebagai profesi yang tidak menjanjikan pun
Meskipun menggunakan internet sebagai
bahkan hilang sama sekali. Artinya terdapat
sarana utamanya, peran media sosial tidak
peningkatan rasa percaya diri bahwa pilihan
terbatas pada meningkatkan pendapatan atau
menjadi freelance merupakan ―sebuah pilihan
penjualan bisnis-bisnis online. Mereka yang
yang layak dipertimbangkan. Pada sisi lain,
mempunyai bisnis offline pun dapat
kehadiran freelancer juga
memanfaatkan berbagai situs jejaring sosial
mendapat―apresiasi positif baik itu dari
untuk menyokong pemasaran produknya. Tidak
perorangan maupun perusahaan, khususnya
sulit untuk mempromosikan produk baru,
perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja
program diskon, serta informasi lain dari
dengan keahlian dan keterampilan khusus yang
pemilik bisnis offline agar pengguna media
tak bisa dipenuhi oleh pegawai full time
sosial tertarik untuk melirik dan membeli
(Anggrian & Sumarlin, 2016; Mustofa, 2018).
produknya. Cukup dengan membuat artikel,
Dengan demikian fenomena ini selaras dengan
video, dan sebagainya; untuk kemudian
asumsi kedua teori ekologi media McLuhan
diunggah melalui akun yang dimilikinya.
yang mengemukakan bahwa media
Kemudahan inilah yang membuat fungsi media
memperbaiki persepsi kita dan
sosial begitu lekat dengan upaya peningkatan
mengorganisasikan pengalaman-
penjualan baik bisnis online, maupun offline.
pengalaman kita. Jadi, pesatnya perkembangan
Yang perlu diperhatikan oleh para pemilik
internet telah mengubah pandangan kita
bisnis adalah bagaimana menyajikan informasi
tentangdunia, dan terutama terkait bagaimana
atau postingan yang menarik.
memandang profesi pekerja lepas (freelancer)
Misalnya, dengan
di Indonesia.
mengetengahkan artikel disertai gambar menarik
Bagi seorang pekerja freelancer
atau video berisi testimoni pelanggan; atau
intensitas dan kejelasan dalam berkomunikasi
pemilihan kata-kata yang mengundang
menjadi syarat yang sangat penting, khususnya
konsumen. Selain itu, kesederhanaan dari tulisan
agar pekerjaan yang dialihdayakan
pun akan turut mempengaruhi respon calon
kepadanya dapat
konsumen.
diselesaikan sesuai dengan permintaan
Posting yang menggunakan kata-kata
konsumen. Sebelum kemunculan internet jarak
positif serta ringan akan lebih mudah dicerna
menjadi tantangan yang tidak mudah diatasi,
oleh para pengguna media sosial yang kebetulan
khususnya dari segi biaya. Artinya, kerap kali
melihat iklan tersebut. Dengan mudahnya akses
dibutuhkan biaya tidak sedikit untuk
internet, didukung dengan cara beriklan yang
membangun komunikasi intensif dengan
sama sekali tidak sulit, tidak heran jika dewasa
konsumen, terutama pekerjaan yang tinggi
ini, banyak pebisnis yang memilih media sosial
tingkat kesulitannya.
sebagai tempat utama mengembangkan usaha
dan meningkatkan volume penjualan produk
Peran Sosial Media Terhadap
mereka.
Perkembangan Gig Economy Worker
Media sosial merupakan tempat
Sosial media mempunyai peranan penting
berkumpulnya orang-orang yang ingin berbagi
dalam perkembangan gig economy worker, hal
informasi dan tempat untuk mencari teman
ini didasarkan pada jumlah penggiat media
baruserta berinteraksi dengan teman lainnya
social yang mempunyai penghasilan
secara online. Media sosial yang berkembang
menunjukan perkembangan yang cukup
sangat pesat di negara Indonesia ialah Facebook
siginfikan, media sosial dijadikan sebagai alat
dan Instagram. Hal ini biasanya dilakukan
media yang bisa menghasilkan pendapatan
melalui Internet dan jaringan komunikasi
sehingga kegunaan media sosialtidak hanya
mobile. Saat ini praktek pemasaran melalui
terbatas pada alat jejaring sosial saja akan tetapi
social media sedang dinikmati oleh para
lebih dari itu yang bisa mambawa manfaat
eksekutif dan

9
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 15 No. 1 (2023)

profesional untuk mempromosikan merek


perkembangan gig economy worker hal ini
danpemasaran.
didasarkan pada semakin meningkatnya jumlah
Menurut Chris Heuer dalam Solis (2010)
pelaku gig economy worker yang melakukan
terdapat empat C dalam penggunaan media
pekerjaan sebagai digital freelancer
sosial, yaitu:
marketplace. 3) Sosial media merupakan salah
1) Context: “How we frame our stories,
satu alat atau media yang dijadikan oleh pelaku
adalah bagaimana cara membingkai sebuah gig economy worker dalam hal menambah
pesan (informasi) dengan memperhatikan pendapatan, dengan menjadi penggiat media
penggunaan bahasa maupun isi dari pesan social atau melakukan promosi pada social
yang akan disampaikan. media pendapatan gig economy worker
2) Communication: “The practice of sharing meningkat, dan social media merupakan
our sharing story as well as listening, penyumpang dalam perkembangan gig
economy worker.
responding, and growing, adalah
Sebagai bentuk pengembangan
bagaimana berbagi pesan (informasi) seperti penelitian ini kedepannya peneliti selanjutnya
mendengar, merespon dan tumbuh dengan dapat mengambil sampel penelitian dengan
berbagai macam cara agar pengguna merasa lokasi yang berbeda dan membandingkannya
nyaman dan pesan tersampaikan denganbaik. dengan penelitian ini, atau bahkan
3) Collaboration: “Working together to make menambahkan varibel lainnya karena saat ini
banyak trend seperti work form Bali, Work
things better and more efficient and
from anywhere di kalangan pekerja informal di
effective”, adalah bagaimana kedua belah indonesia. Dan tentunya hal tersebut dapat
pihak bekerja sama untuk membuat segala menyempurnakan lagi hasil dari penelitian ini
hal menjadi lebih baik. Dengan kerja sama kedepannya.
antara sebuah akun atau perusahaan
denganpenggunanya di media sosial untuk DAFTAR PUSTAKA
membuat hal baik lebih efektif dan lebih Aitken, P. (2017). How Relevant is Social
Media to Freelancers?
efisien.
https://www.relevance.com/how-
4) Connection: “The relationships we forge relevant-is-socialmedia-to- freelancers/
and maintain” adalah bagaimana Anggrian, W. M., & Sumarlin, A. W. (2016).
memeliharahubungan yang telah terbina. Pengaruh komitmen tenaga kerja lepas
Bisa dengan melakukan sesuatu yang bersifat terhadap motivasinya dalam perusahaan
berkelanjutan sehingga pengguna merasa keluarga di sektor informal. Jurnal
lebih dekat dengan perusahaanpengguna Manajemen Teknologi,15(2), 139–
153.
media social.
Anwar, M. A., & Graham, M. (2021). Between
KESIMPULAN a rock and a hard place: Freedom,
Berdasarkan hasil pengamatan flexibility, precarity and vulnerability in
dilapangan maka dapat ditarik kesimpulan atas the gig economy in Africa.
penelitian yang dilakukan sebagai berikut; 1) Competition and Change, 25(2),
Perhatian pemerintah dalam hal pemeberian 237–258.
jaminan social https://doi.org/10.1177/1024529420914473
ketenagakaerjaan baru terbatas kepada Arfianti, U., & Reswanda, R. (2020). Break
penawaran saja, sehingga menyebabkan adanya Even Point Analysis As A Basic of
keengganan para pelaku gig economy worker Profit Planning In Handal Insan Sentosa
untuk mengikuti tawaran jaminan social Batik Business.
ketenagakaerjaan tersebut. Quantitative Economics and
2) Digital freelancer marketplace Management Studies, 1(3), 187–
mempunyai peranan penting dalam 193.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian
Suatu PendekatanPraktik.

10
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 15 No. 1 (2023)

Aristi, N. M. (2021). Peran Digital Freelance


Dagang Di Biak. Ilmu Komunikasi,
Marketplace danMedia Sosial untuk
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Jual Beli Jasa Profesional Lepas
IISIP Yapis Biak Papua, 1(1), 45–
dalam Gig Economy.
53.
Aristi, N. M., & Pratama, A. R. (2021). Firdasanti, A. Y., Khailany, A. D., Dzulkirom,
Exploring Familiarity and N. A., Sitompul, T.
Participation in Online Gig Economy M. P., & Savirani, A. (2021). Mahasiswa
Among Indonesians. IOP Conference dan Gig Economy: Kerentanan Pekerja
Series: Materials Science and Sambilan (Freelance) di Kalangan
Engineering, 1077(1), 012066. Tenaga Kerja Terdidik. Jurnal PolGov,
https://doi.org/10.1088/1757-
3(1), 195–234.
899x/1077/1/012066
https://doi.org/10.22146/polgov.v3i1.2866
Bates, O., Lord, C., Alter, H., & Kirman, B.
Hapsari, N. G. P. (2020). The Role of
(2020). Let‘s start talking the walk:
Bhabinkamtibmas in Preventing Inter-
Capturing andreflecting on our limits
Village Fights Through Visit (Sambang)
when working with gig economy
Activities. Tanggon Kosala, 9(1), 87–
workers. In Proceedings of the 7th
104.
International Conference on ICT for
Heeks, R. (2017). Digital Economy and
Sustainability, 227–235.
Digital Labour Terminology: Making
Bradford, P. L. (2016). How To Find
Sense of the “Gig Economy”,
Freelance Clients On Linkedin,
“Online Labour”, “Crowd Work”,
Twitter, And Facebook. R.Robinson,
“Microwork”, “Platform Labour”, Etc.
The Freelancer‘s Roadmap.
70, 1–15.
creativelive.com
Loganathan, M. (2021). Assessing social
Derrick, M., Krakauer, D., Magill, S.,
sustainability in the gig economy.
Musgrave, B., Repond, J., Schlereth, J.,
Center for OpenScience.
... & Notz, D. (1995). Inclusive jet
Marler, J. H., Woodard Barringer, M., &
differential cross sections in
Milkovich, G. T. (2002). Boundaryless
photoproduction at HERA. Physics
and traditional contingent employees:
Letters B, 342(1–4), 417–432.
Worldsapart. Journal of
Dokko, J., Mumford, M., & Schanzenbach,
Organizational Behavior: The
D. W. (2015). Workers and the International Journal of Industrial,
online gig economy. The Hamilton Occupational and Organizational
Project. 1–8. Psychology and Behavior, 23(4),
Fatmawati, D., Isbah, F., & Kusumaningtyas, 425–453.
A. P. (2019). Pekerja Muda dan Matiin, N. (2020). PERBANDINGAN
Ancaman Deskilling-Skill Trap di EFEKTIFITAS PENJUALAN MOBIL
Sektor Transportasi Berbasis Daring. DAIHATSU MENGGUNAKAN
Jurnal Studi Pemuda, 8(1), 29. MEDIA FACEBOOK DAN MEDIA
https://doi.org/10.22146/studipem BROSUR DI SANGATTA. Jurnal
udaugm.45301 Tinta Nusantara, 6(2), 65–71.
Fauzi, V. P. (2016). PEMANFAATAN Matthew, B. (2007). Miles dan A Michael
INSTAGRAM SEBAGAI SOCIAL Huberman. Analisis DataKualitatif.
MEDIA MARKETING ER-CORNER Mustofa, M. (2018). Pekerja Lepas (Freelancer)
BOUTIQUE DALAM MEMBANGUN dalam Dunia Bisnis. Jurnal MoZaiK,
BRAND AWARENESS DI KOTA 10(1), 19–25.
PEKANBARU. JOM FISIP, 3(1), 1– Mutz, M., Abdel Hadi, S., & Häusser,
15. J. A. (2020). Work and sport: Relationships
Fauziyah Adillah. (2019). Pengaruh Media between specific job stressors and
Sosial Facebook Terhadap Minat Beli sports participation. 63(9), 1077–
Pada Bisnis Online Group Biak 1087.
Nairobi, MercyCorp. Green, D., McCann, J.,
Vu, T., Lopez, N., & Ouattara, S.

11
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 15 No. 1 (2023)

(2018). Gig Economyand the Future of


Research Issues. Journal of Retailing,
Work: A Fiverr.com Case Study.
14.
Management and Economics
Signes, A. T. (2017). The „Gig Economy‟:
Research Journal, 9.
Employee, Self- employed or the
Nawaz, Z., Zhang, J., Mansoor, R., & Ilmudeen,
Need for a Special Employment
A. (2019). Gig workers in sharing
Regulation? 1–13.
economy: Conceptualizing Freelancer
Sorescu, A., Frambach, R. T., Singh,J.,
Value Proposition (FVP) in e-lancing
Rangaswamy, A., & Bridges, C. (2011).
platforms. Advances in Management
Innovations in Retail Business
and Applied Economics, 9(6), 51–75. Models. Journal of Retailing. 14.
Nazir, M. (1988). Research methods. Sugiono, A., & Fordian, D. (2019). The Types
Jakarta: Ghalia Indonesia (). , 6, 63. of Dynamic Capabilities of Start-Up
6, 63. Entrepreneurs (A Study in Gastronomic
Odhiambo, C. A. (2012). Social MediaAs A SubSector in Creative Industry).
Tool Of Marketing And Creating Adbispreneur, 4(2), 88–
Brand Awareness. Oxford. 99.
https://www.lexico.com/definitio Tay, S. I., Lee, T. C., Hamid, N. Z. A., &
n/gig_economy Ahmad, A. N. A. (2018). An
Palmer, A., & Koenig Lewis, N. (2009). An overview of industry 4.0: Definition,
Experiential, Social Network-based components, and government initiatives.
Approach to Direct Marketing. Direct Journal of Advanced Research in
Marketing: An International Journal, Dynamical and Control Systems,
18. 10(14), 1379–1387.
Pawar, A., Dahiya, K., & Pant, K. (2018). Gig Ulber, S. (2014). Metode Dan Metodologi
Economy : What We Know and What Penelitian. Bina Budhaya Bandung,
We Don‘t. Mumbai: PeopleStrong. 1999.
Roberts, A., & Zietsma, C. (2018). Working for Warren, T. (2021). Work–life balance and gig
an app: Organizational boundaries, work: ‗Where are we now‘ and
roles, and meaning of work in the ―on- ‗where to next‘ with the work–life
demand economy. In Toward balance agenda? Journal of Industrial
permeable boundaries of Relations, 63(4), 522–545.
organizations? Emerald Publishing https://doi.org/10.1177/00221856 211007161
Limited. Yusoff, R. B. M., Kazi, A. G., Arisar,M. M. K.,
Saputera, F. L. (2020). Dampak Virus Jamil, F., & Hishan, S. S. (2016). Role
Korona : 1,7 Juta Orang Kehilangan of integrity in the success of freelancing
Pekerjaan akibat Covid-19. and entrepreneurship: A conceptual
KOMPAS.Id. review. International Review of
https://kompas.id/baca/ekonomi/2 Management and Marketing, 6(4),
020/05/04/17-juta-orang- 250–254.
kehilangan-pekerjaan/
Sedgwick, P. (2015). Multistage Sampling.
BMJ, 1–2.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). R. methods
for business: A. skill building approach.
john wiley & sons. (2016). Research
methods for business: A skill
building approach. Jjohn wiley &
sons.
Shankar, V., Inman, J., Mantrala, M., Kelley,
E., & Rizley, R. (2011). Innovations in
Shopper Marketing: Current Insights
and Future

12

Anda mungkin juga menyukai