Disusun oleh :
Almaida Savira Gustiaji (E0018034)
Dera Antika Kumalasari (E0019101)
Milenia La Viola Signorita (E0018244)
Whisnu Abhiseka (E0019426)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sumber Daya Air merupakan salah satu unsur utama untuk kelangsungan
hidup manusia, disamping itu air juga mempunyai arti penting dalam rangka
meningkatkan taraf hidup manusia di bumi, bukan hanya manusia tetapi air
merupakan elemen yang sangat signifikan bagi kehidupan mahluk hidup baik
seperti hewan dan tumbuhan. Bisa di pastikan bahwa kehidupan mahluk di bumi
ini memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya. Manusia pun juga seperti itu
entah sekarang atau pun kehidupan yang akan datang pasti akan membutuhkan
air untuk kehidupannya.
Air adalah sumber daya alam yang paling berharga. Air merupakan
kebutuhan primer untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, seperti mandi,
minum, memasak dan mencuci. Kebutuhan terhadap air mutlak harus bisa
dipenuhi setiap manusia. Oleh karena itu, disetiap daerah harus bisa
mengoptimalkan ketersediaan sumber daya air yang ada untuk bisa
dimanfaatkan dalam penggunaanya secara baik dan efesien.
Konsumsi air minum untuk rumah tangga di Indonesia pada tahun 2007
sebagian besar sekitar 58 persen dipenuhi oleh air tanah. Sisanya dipenuhi dari
ledeng (perusahaan air minum) sekitar 16 persen, air sungai 3 persen, air hujan
2,6 persen, mata air 12,6 persen, dan lainnya 0,4 persen. Direktorat Jendral Cipta
Karya, Departemen Pekerjaan Umum, memperkirakan rata-rata kebutuhan air
bersih untuk rumah tangga di Indonesia adalah 110 liter per kapita per hari.
Oleh karena itulah air sangat berfungsi dan berperan bagi kehidupan
makhluk hidup di bumi ini. Penting bagi kita sebagai manusia untuk tetap selalu
melestarikan dan menjaga agar air yang kita gunakan tetap terjaga
kelestariannya dengan melakukan pengelolaan air yang baik seperti
penghematan, tidak membuang sampah dan limbah yang dapat membuat
pencemaran air sehingga dapat menggangu ekosistem yang ada.
Selain merupakan sumber daya alam, air juga merupakan komponen
ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya, yang dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Hal ini tertuang dalam Pasal 33 ayat (3) Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pasal 33 UUD 1945
mengatur tentang pengertian perekonomian pemanfaatan SDA, dan prinsip
perekonomian nasional. Mengingat pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka
sangatlah wajar apabila sektor air bersih mendapatkan prioritas penanganan
utama karena menyangkut kehidupan orang banyak. Adanya Undang Undang
Dasar yang mengatur tentang air memang jelas bahwa air harus di jaga dan
dilindungi agar air tersebut akan tetap ada dan lestari.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
Siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang
berbeda, yaitu: Siklus hidrologi, digambarkan dalam dua daur, yang pertama
adalah daur pendek, yaitu hujan yang jatuh dari langit langsung ke permukaan
laut, danau, sungai yang kemudian langsung mengalir kembali ke laut. Siklus
yang kedua adalah siklus panjang, ditandai dengan tidak adanya keseragaman
waktu yang diperlukan oleh suatu daur. Siklus kedua ini memiliki rute
perjalanan yang lebih panjang daripada siklus yang pertama.
Gambar 1: Siklus Pendek
Siklus hidrologi pendek atau yang dikenal juga dengan siklus hidrologi
kecil. Siklus hidrologi kecil ini merupakan siklus yang paling sederhana karena
hanya melibatkan beberapa tahapan saja. adapun beberapa tahapan yang ada di
dalam siklus hidrologi pendek atau siklus hidrologi kecil ini antara lain sebagai
berikut: 1. Sinar matahari mengenai sumber- sumber air di Bumi dan akan
membuat sumber air tersebut menjadi menguap 2. Karena penguapan tersebut
maka terjadi kondensasi sehingga kemudian membentuk awan yang
mengandung uap air 3. Awan yang mengandung uap air kemudian mengalami
kejenuhan dan turunlah hujan di permukaan laut
Siklus air yang selanjutnya adalah siklus sedang. Siklus sedang tentunya
memiliki proses yang sedikit lebih panjang daripada siklus hidrologi pendek.
Adapun beberapa tahapan dari siklus hidrologi sedang ini antara lain sebagai
berikut: 1. Matahari menyinari permukaan Bumi termasuk sumber-sumber air
(macam-macam laut, samudera dan launnya), sehingga sumber-sumber air
terebut mengalami penguapan; 2. Kemudian terjadi evaporasi; 3. Uap air yang
telah terbentuk (hasil pemanasan) bergerak karena tertiup oleh angin ke darat; 4.
Terbentuklah awan akibat dari pemanasan itu tadi; 5. Hujan turun di atas
permukaan daratan Bumi; 6. Air yang turun di daratan akan mengalir ke sungai
kemudian mengalir lagi ke laut untuk kembali mengalami siklus hidrologi.
Sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan masuk ke dalam
cekungan-cekungan air tanah yang potensinya mencapai lebih dari 308 milyar
meter kubik. Potensi volume cekungan air tanah terbesar berada di Sumatera
yaitu sebesar 110 milyar meter kubik.
No
Pulau Cekungan
Jumlah Luas (Km2) Volume (Juta
M3)
1 Sumatra 65 270,656 109,926
2 Jawa 80 80,93 41,334
3 Kalimantan 22 209,971 68,473
4 Bali 8 4,381 1,598
5 Nusa Tenggara 47 41,425 10,139
6 Sulawesi 91 37,768 20.244
7 Maluku 68 25,830 13,174
8 Papua 16 52,663 43,400
Total 397 723,629 308,288
Sumber : Status Lingkungan Hidup Indonesia 2008, Kementerian Lingkungan Hidup.
Selain irigasi pada umumnya, pemanfaatan rawa untuk pertanian juga telah
dilakukan untuk menunjang pencapaian peningkatan produksi pangan nasional.
Luas lahan rawa masih bersifat perkiraan, dan estimasi yang dilakukan oleh
beberapa peneliti dan beberapa instansi. Beberapa penelitian menunjukkan hasil
yang bervariasi terhadap luas lahan rawa di Indonesia, seperti ditunjukkan pada
Tabel 3. Dari Total luas luas rawa di Indonesia tersebut, data dari Kementerian
Pekerjaan Umum (2007) menyatakan bahwa hanya 10,8 juta hektar yang
berpotensi untuk dikembangkan, terdiri dari 8,4 juta hektar rawa pasang surut
(tidal) dan 2,4 juta hektar rawa non-pasang surut. Sebagian besar rawa yang
potensial tersebut, 91,32 persen berada di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan
Papua. Dari total 10,8 juta hektar rawa potensial tersebut, 2,9 juta hektar rawa
pasang surut dan 1 juta hektar rawa lebak telah direklamasi baik oleh
pemerintah, maupun swasta dan masyarakat. Dari total 3,9 juta hektar lahan
yang rawa yang telah direklamasi, baru sekitar 2,6 juta hektar yang telah
dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan, tambak dan lainnya. Secara rinci
luas rawa potensial di Indonesia disajikan pada Tabel di bawah.
Table 3: Estimasi Luas Rawa di Indonesia
Indonesia memiliki potensi sumber daya air yang sangat besar. Potensi
tersebut dapat dimanfaatkan untuk menunjang sektor pertanian, air baku pada
masyarakat perkotaan dan industry, pembangkit listrik, hingga pariwisata.
Berdasarkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),
dari total potensi sumber daya air tersebut, hanya sekitar 20 persen yang sudah
dimanfaatkan sedangkan sekitar 80 persen belum dimanfaatkan. Dari air yang
dapat dimanfaatkan tersebut, sekitar 20 persen digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air baku rumah tangga, kota dan industri, 80 persen lainnya
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi.
Untuk mendukung pemanfaatan sumber daya air agar mejadi lebih optimal
dalam mendukung peningkatan produksi pertanian, diperlukan reformasi
pengelolaan sumber daya air yang lebih tepat. Reformasi sub sektor air di
Indonesia, harus dilihat dalam dua aspek terkait, yaitu: pengelolaan layanan
(service management) dan pengelolaan sumberdaya (resources management).
pengelolaan layanan mengacu pada the provision of infrastructure seperti
jaringan pipa distribusi, fasilitas pengolahan air, sumber pasokan air (supply
sources) dan sebagainya, sedangkan pengelolaan sumberdaya mengacu pada
pengalokasian air antara sektor pertanian, industri, rumah tangga, isu-isu polusi
dan sebagainya.
Berdasarkan data Kementerian PUPR, ketahanan air atau daya tampung air
yang dimiliki Indonesia saat ini hanya mencapai 63 meter kubik per kapita per
tahun. Idealnya adalah 1.600 meter kubik per kapita per tahun, pemerintah akan
membangun 65 bendungan baru untuk meningkatkan daya tampung air dan
tersebar di beberapa wilayah, akan meningkatkan ketahanan air nasional
mencapai 150 meter kubik per kapita per tahun.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Nono Sutrisno dan Adang Hamdani, “Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Air
untuk Meningkatkan Produksi Pertanian”, Jurnal Sumberdaya Lahan, Vol. 3 No.
2, (2019).
Annisa, Irma. 2020. “Pengantar Hidrologi”. Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja
Anggota IKAPI No.003/LPU/2013