Anda di halaman 1dari 7

DOA JAM SUCI (Doakan tiap Kamis malam, jam 23.00-24.

00)

Renungan doa yang diajarkan Tuhan Yesus pada Santa Margaretha Maria Alacoque (2 Juli 1674). Doa
satu jam bersama Yesus di taman Getsemani, yang dilakukan pada jam suci (jam 23-24)

Pembukaan:

Wahai, jiwaku, pusatkanlah dirimu pada kehadiran Penyelamatmu yang tercinta. Ingatlah malam itu,
setelah mengadakan ekaristi suci sebaga santapan kita, Yesus mengajak murid-muridNya ke kebun
zaitun untuk memulai sengsaraNya yang sangat pahit, demi keselamatan dunia. Kesedihan yang
mendalam tampak dari wajahNya dan terungkap melalui kata-kata yang keluar dari mulutNya;
wajahNya yang dahulu memancarkan cahaya surgawi kini menjadi pucat.

Kini sang Penebus mengarahkan pandanganNya kepadamu dan berkata:”Lihatlah, betapa mahal
harga yang harus Kubayar untukmu. Aku harus menanggung banyak penderitaan. Berhentilah satu
jam saja bersamaKu dan lihatlah: adakah penderitaan yang sama beratnya dengan penderitaanKu?
Ingatlah, pada malam sakratulmaut itu, Aku mencari sahabat, tetapi tidak Kujumpai.

---Hening sejenak---

Yesus tercinta, apakah masih ada manusia yang keras hati dan tidak tahu membalas budi dengan
tidak mau melewatkan satu jam saja bersamaMu untuk mengingat serta mengenangkan misteri
KasihMu melalui penderitaan yang tak terperikan, yang terjadi pada malam sengsaraMu di Taman
Getsemani? Yesus yang baik, inilah aku. Berkenanlah Engkau sendiri membuka rahasia
kesengsaraanMu yang mengerikan, bukti cinta kasihMu yang tanpa batas, yang mendorongMu
menjadi silih bagi dosaku dan dosa umat manusia.

15 menit pertama: Apa yang dialami Yesus di Getsemani

HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tidak ada penderitaan yang dapat dibandingkan
dengan kesedihan maut. Tuhan Yesus mengatakan jiwaNya tertindih kesedihan seperti mau mati
rasanya. Kata-kata Yesus itu hendak menyadarkan kita bahwa kesedihan itu melampaui pengertian
manusiawi, yaitu penderitaan yang mendatangkan maut. Setelah mengatakan hal itu, Yesus ke
Taman Zaitun di Getsemani untuk berdoa sepanjang malam. Ia mengajak para muridNya berjaga dan
berdoa bersama Dia. Kemudian Ia maju sepelempar batu jauhnya, lalu merebahkan diri di hadapan
BapaNya untuk memulai doaNya yang paling pedih, dan sekaligus paling murah hati yang pernah
dipanjatkan di atas bumi ini.

Kesedihan Yesus itu disebabkan oleh timbunan penderitaan yang tidak lama lagi akan menimpa
diriNya. Setelah terpisah dari para muridNya, tampak dalam penglihatanNya semua penderitaan
yang akan dihadapiNya. Ia akan dikhianati, diejek, difitnah, dan bahkan didera dengan cambuk yang
mencabik dagingNya sampai ke tulang. KepalaNya yang mulia ditusuk dengan duri-duri tajam yang
terus tertancap sampai Ia wafat.
Ia ditampar, diludahi, namun masih belum cukup juga. Ia harus menanggung segala kekejian dari
suatu hukuman yang tidak adil dan mengalami hinaan dari pemuka-pemuka bangsaNya. Sekalipun
banyak penderitaan, ia tetap memikul salib ke Bukit Golgota dan jatuh beberapa kali di bawah beban
yang berat itu.

PakaianNya dilucuti di depan umum. TubuhNya dipakukan pada kayu salib dan tergantung selama
tiga jam antara langit dan bumi untuk menyilih dosa umat manusia. Dari atas kayu salib, Ia
mendengar ejekan yang dilontarkan terhadapNya. Lalu, Ia haus. Ia menyaksikan penderitaan ibuNya.
Kemudian, Ia ditinggalkan BapaNya, dan akhirnya Ia sendirian menghadapi maut.

Jiwa Kristiani, anak dari penderitaan yang besar itu, renungkanlah bahwa PenyelamatMu
menanggung begitu banyak penderitaan karena cinta akan dikau. Tertindih oleh kesedihan yang
sangat dalam, Yesus mendekati lagi ketiga muridNya yang telah dinasihatiNya agar berjaga-jaga dan
bertekun dalam doa, tetapi Ia mendapati mereka tertidur. Dalam keadaan sakratul maut ini, Yesus
tidak menerima sepatah kata penghiburan, belaskasihan, atau pengertian.

Kini Ia menyapamu. Apakah Ia masih mendapat belaskasihan dan pengertian darimu? Mampukah
engkau menghibur Yesus. Apakah yang akan kaukatakan kepadaNya seandainya engkau hadir pada
saat itu? Bukalah hatimu dan lakukanlah sekarang apa yang ingin kaulakukan. Yesus selalu mau
menerima apa saja yang datang dari hati setiap orang yang percaya kepadaNya.

---hening sejenak---

Persembahan:

Bapa yang mahakudus, yang mencintai dunia dengan mengorbankan PutraMu yang telah menjadi
manusia, atas nama semua orang yang percaya, aku berterima kasih atas cinta kasihMu dengan
mempersembahkan kesucian dan semua jasa yang diperoleh PutraMu sendiri.

Bapa Kami....Salam Maria....Kemuliaan.

15 Menit Kedua: Apa yang dikatakan Yesus di Getsemani

Satu jam sudah dilalui Yesus dalam kegelapan dan kesepian, jauh dari semua sahabatNya. Bayangan
penderitaan semakin dekat. Beban misiNya sebagai penyelamat dunia semakin berat. Ia sangat
ketakutan. Ia melihat saat pengorbananNya sudah tiba. Semua kekuatan jahat akan melawan Dia
dan Ia harus menghadapinya sendiri. Dengan wajah pucat dan gemetar Ia pun mengarahkan hatiNya
kepada Bapa dan dengan rendah hati berkata:”Bapa, jikalau sekiranya mungkin, biarlah piala ini
berlalu daripadaKu...”Lalu, apa jawaban BapaNya? Surga tertutup....Bagi Yesus tidak ada jawaban!

Yesus mau menderita dengan menerima penolakan itu untuk memperoleh bagi kita ketabahan
dalam doa, keteguhan, dan kesabaran apabila surga tampak tertutup terhadap doa-doa kita.

Ya Yesus, penderitaanMu menjadi teladan kami.

Marilah kita mengikuti Yesus yang terdorong oleh cinta kasih, menerima jalan penderitaan ini.
Semua dosa dan kesalahan manusia terbayang di depan mataNya dan Ia bersedia menerima beban
yang menjijikan itu dengan tampil di hadapan untuk memikulnya.
Pikiran manusia tidak mungkin sanggup memahami ataupun membayangkan penderitaan dan
penghinaan yang dialami Hati Tersuci Yesus! Oh, betapa berat beban dosa kita.

Setelah Yesus mempersembahkan hidupNya di kayu salib hina, bolehkah Ia berharap bahwa kita
akan membalas budiNya dengan tetap hidup dalam iman akan Dia

Ia telah melihat apa yang akan terjadi. Setelah mencurahkan darahNya demi keselamatan umat
manusia serta mencurahkan RohNya dan meninggalkan diriNya sebagai santapan dalam ekaristi, Ia
melihat dosa dan kejahatan masih merajalela di dunia ini. Ia melihat hukumNya diinjak-injak orang,
Gereja dan para pengikutNya dikejar, kasihNya ditolak, rahmatNya tidak dihargai. Ia berkata:”Untuk
apa darahKu tercurah? Apa gunanya wafat di salib bila manusia masih saja mau menyerahkan diri
kepada dosa?” Ia juga telah melihat dosa-dosa yang akan dilakukan manusia pada abad-abad
mendatang.

Setiap saat, beban-beban dosa itu dipikulNya. Wahai jiwaku, apakah engkau memperpanjang rantai
dosa dan menunda pertobatanmu yang sering kaujanjikan? Janganlah engkau memberatkan
penderitaan Yesus. Oh, betapa menjijikan dosa itu setelah Yesus mencurahkan seluruh darahNya
untuk memusnahkannya! Betapa menjijikan dosa bagi jiwa yang telah dimurnikan oleh darah Ilahi
Yesus! Oh, betapa menjijikan dosa bagi jiwa yang telah bersatu dengan Ekaristi! Yesus, tercinta,
Engkau mengeluh karena dosa-dosaku.

Kalau Yesus mengeluh karena dosa-dosa orang yang telah ditebusNya, apalagi penderitaan dan
keluhan hatiNya karena dosa-dosa dari sahabat-sahabatNya? Terlebih dosa-dosa dari mereka yang
telah mengkhususkan diri kepadaNya melalui ikrar setia! Wahai kaum religius, engkaulah yang
dicintai Yesus dengan cinta istimewa; Engkau dilimpahi rahmat khusus, apa lagi yang dapat dilakukan
Yesus untukmu? Tetapi engkau meyakini Dia dengan sikapmu yang dingin, dengan dosa-dosamu!

---hening sejenak----

Persembahan

Aku ingin mempersembahkan kepadaMu, ya Penyelamatku, hatiku dan hati semua orang untuk
membalas kasihMu yang sangat besar terhadap kami.

Tetapi hatiku dingin. Maka, aku mohon kepadaMu agar Engkau sendiri mengajari aku cara membalas
cintaMu. Aku mempersembahkan kepadaMu, ya penyelamatku, kasih dan iba hati BundaMu sendiri
yang ikut bersatu denganMu mengalami dan merasakan penderitaan dan sengsaraMu itu.

Ya Yesus, aku tidak memiliki apa-apa yang layak untuk dipersembahkan kepadaMu atau cinta yang
pantas bagiMu. Karena itu, aku mempersembahkan semua penderitaan dan cinta kasih dari semua
orang di dunia ini ke hadiratMu.

Bapa Kami....Salam Maria....Kemuliaan

15 menit ketiga: Apa yang akan diderita Yesus di taman Getsemani


Saksikanlah, wahai jiwaku, penyelamatmu yang mengalami sakratulmaut di batu-batu di Getsemani.
Ia sendirian, ditinggalkan tanpa ada orang yang menopangNya. Padahal, Ia selalu membantu siapa
pun, terutama mereka yang susah, menderita, dan kesepian.

Tibalah saatnya bagimu untuk membalas kasihNya. Apa yang engkau lakukan kepadaNya jika engkau
hadir di Getsemani pada malam itu.

Ya Tuhanku yang menderita, aku ingin menolongMu. Aku ingin mempersembahkan hatiku di mana
Engkau dapat menyandarkan kepalaMu sebagaimana telah Engkau lakukan bagi Yohanes. Aku ingin
mengucapkan kata-kata yang bisa meringankan derita hatiMu.

Ya, penyelamatku, aku sangat mencintaiMu. Aku juga ingin semua orang mencintaiMu. Aku ingin
hidupku seluruhnya menjadi pernyataan cinta kasihku kepadaMu.

Ya Yesusku yang manis, telah kukatakan bahwa aku mau mencintaiMu, aku mau semua orang
mencintaiMu, aku berani menanggung penderitaan untukMu. Tetapi, kekecewaan kecil, kehinaan
tak berarti, penolakan dari orang, teguran kecil, aku tidak mampu menanggungnya. Apa yang dapat
kupersembahkan kepadaMu?

Mampukah aku menguasai hawa nafsuku untuk dipersembahkan kepadaMu? Aku malu menjawab.
Tetapi di sini, ada sekolahMu, ya Guruku yang manis, aku ingin belajar menguasai diri, ingin belajar
berkorban demi cinta kepadaMu. Waktu pun berlalu dan tidak seorang pun memikirkan Dia yang
bergumul dalam sakratulmaut. Para muridNya tertidur. Akhirnya, Yesus harus menanggung
penderitaanNya itu dalam kesepian dan kesendirian.

Sekarang Ia tidak ingin ditinggalkan lagi, setidaknya oleh mereka yang telah diselamatkanNya. Ia
ingin mereka selalu menemaniNya dengan merenungkan penderitaan dan sengsaraNya. Akan tetapi,
sebagian besar dari mereka tertidur karena mereka telah melupakan apa yang menyebabkan
mereka selamat, yaitu sengsaraNya. Betapa kejinya hati manusia!

Ya Yesus, terlalu banyak orang tidak mengenalMu. Tetapi aku akan selalu memikirkan Engkau, hatiku
akan senantiasa terbuka bagiMu.

Pada saat Yesus masih rebah di tanah, seorang malaikat menghiburNya. Dengan rendah hati, Yesus
menerima utusan Bapa itu, bersiap memikul perintah-perintahNya. Malaikat itu datang menghibur
Yesus, bukan untuk menjauhkan piala yang sangat pahit itu dariNya. Malaikat meneguhkan Yesus
dalam menghadapi tantangan itu dan untuk menerima perlawanan dari dunia dan neraka. Dunia
tidak tahan melihat kesucian Putra Allah. Ia pun menyediakan salib bagiNya. Neraka membenci
kekudusan Putra Allah. Ia pun membujuk kebengisan musuhNya agar menyiksa Dia dengan lebih
kejam. Maka, malaikat mengajak Yesus meminum piala kekejaman manusia sampai tetes terakhir
untuk menjadi kutukan bagi kita, dengan memikul beban hukuman Ilahi.

Surga dan dunia menunggu jawaban Yesus agar dalam jawaban itu, surga dan dunia dapat berdamai
untuk selamanya. Surga menungguNya supaya dapat dipenuhi orang-orang kudus. Dunia
menungguNya sebab merindukan terhapusnya kutukan dosa pertama oleh darah Sang Penebus.
Jawaban itu, ditunggu manusia yang malang, yang ingin kembali sebagai anak-anak Allah sehingga
mereka dapat melihat kembali pintu surga terbuka. Jawaban itu juga dirindukan orang-orang suci
yang telah meninggal supaya diterima kembali oleh Sang Pencipta.

Tetapi betapa berat mengucapkan “jawaban” itu bagi Yesus yang tak pernah mengenal dosa. Ia yang
suci harus tampak seperti seorang pendosa, penjahat. Ia harus menjadi “pendosa”, dengan
mengambil alih semua kesalahan kita. Hal inilah yang sangat menakutkan Dia. Karena itu, Ia
berdoa:”Ya Bapaku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dariKu”

Pada saat itu juga Ia melihat bahwa seandainya Ia mau memikul kesalahan-kesalahan kita, tidak mau
mencuci dosa kita dengan darahNya, kita pasti binasa selama-lamanya. Maka, dengan hati yang rela
dan teguh, Ia mengucapkan kesanggupanNya. Ia memikul semua pelanggaran kita seolah-olah Dialah
pelakunya. Ia menerima tusukan duri-duri di kepalaNya untuk menyilih dosa pikiran kita. Ia
menerima penderaan untuk menyilih dalam diriNya semua dosa hawa nafsu kita yang jahat. Ia
menerima ejekan dan fitnah, mau diludahi, ditampar untuk menyilih dosa kesombongan kita.

Ia mau minum cuka dan empedu untuk menyilih dosa-dosa kerakusan kita dan dosa karena lidah.

Ia mau memikul salib dan dipaku untuk menyilih ketidaktaatan kita.

Ia mau bertahan selama 3 jam di atas salib untuk menyembuhkan semua luka kita dan
menyembuhkan semua kemalangan kita.

Ia bersedia mati untuk menganugerahkan hidup kekal bagi kita.

Ah, betapa berharga jawaban itu, yang menghubungkan dunia dengan surga, menyelamatkan dunia,
mengalahkan neraka, yang memutuskan rantai, dan yang menghapus banyak air mata!

Terimakasih ya Yesusku, Terimakasih atas kesanggupanMu itu. Aku berterima kasih dan bersyukur
atas nama seluruh umat manusia.

---hening sejenak---

Persembahan:

Ya Bapa yang mahakudus, demi silih atas kedurhakaan dan ketidaktaatan kami, Engkau
menghendaki jawaban yang murah hati dari Yesus di Getsemani. Aku mempersembahkan jawaban
itu sebagai silih atas semua penghinaan yang telah dilontarkan terhadapMu oleh manusia yang tidak
mau taat kepada kehendakMu.

Bapa Kami....Salam Maria....Kemuliaan.....

15 menit terakhir: Apa yang dilakukan Yesus di Getsemani.

Yesus telah menyatakan kehendakNya, tetapi usaha untuk mengucapkan menjadi beban yang begitu
besar sehingga Ia terjatuh di tanah dalam keadaan sakratulmaut. Situasi ini menggambarkan
keadaan dilematis dalam diri Yesus. Di satu sisi, Ia terdesak oleh keadilan Ilahi yang menganggapNya
sebagai korban untuk dosa umat manusia. Di sisi lain, Ia terdesak oleh hasrat untuk melakukan
misiNya sebagai Penyelamat dunia.

Sekarang Ia merasa diriNya seperti butir gandum yang digiling, atau buah anggur yang diperas; dan
memang demikian: di bawah beban penderitaan, hatiNya seperti terperas sehingga seluruh
tubuhNya mengeluarkan keringat darah.

Ah, betapa berat menyesuaikan kehendakNya dengan kehendak Bapa! Betapa Ia menderita untuk
melunasi hutang dosa kita; dan betapa dalam rasa maluku, yang tidak mau menanggung penderitaan
yang kecil sekalipun, sedangkan aku melihat Allahku rela menjadi korban demi kasih terhadap aku!
Ia menjadi korban sebab Ia mau.

Mengapa Engkau mau menanggung penderitaan yang begitu banyak, padahal jika Engkau
menghendaki, satu doaMu sudah cukup untuk menyelamatkan seluruh dunia.

Seorang nabi telah mewahyukan bahwa karya penyelamatan Yesus akan membawa dampak luar
biasa. Ia tidak hanya membebaskan kita dari kematian kekal, tetapi juga memulihkan kesucian kita,
menjadikan kita suci dan benar.

Namun Yesus belum merasa puas, Ia menyerahkan cintaNya yang tanpa batas ke dalam tangan kita
supaya kita bisa memperoleh apa saja dari yang mahatinggi. Kasih sempurnaNya itu telah
dicurahkanNya dalam ekaristi kudus.

Ia juga mau mencurahkan RohNya ke dalam hati kita. Ia mau merajai hati kita. Aku akan meminta
kepada Bapa agar Ia mengutus Roh Kudus. Lebih dari itu, Ia tidak dapat melakukannya.

Akan tetapi, masih ada satu keinginanNya; melalui nabiNya, Bapa telah berjanji akan memberiNya
negeri sebagai warisan. Maka, Ia mengangkat mataNya ke surga dan memohon agar dari warisan itu
Ia dapat memilih sekelompok jiwa yang akan menjadi kekasih hatiNya, murid yang baik dengan
meneladaniNya sehingga Ia dapat pula mencurahkan atas mereka, kekayaan rahmat yang
diperolehNya melalui begitu banyak penderitaan.

“Berilah Aku jiwa! Berilah aku jiwa! Berilah aku jiwa!” Hanya jiwa yang dimintaNya kepada Bapa
dengan harga hidupNya sendiri yang akan diserahkan di atas salib sebentar lagi. Berilah aku jiwa!
Dan di antara banyak jiwa, Ia akan memilih jiwamu; Ia mencari jiwamu; Ia menghendaki jiwamu; Ia
memintanya kepada Bapa. Ia mengorbankan diriNya untuk keselamatan jiwamu. Wahai jiwa
Kristiani, betapa engkau dicintai oleh Yesus yang sekarang berpeluh darah. Ia mencari dan memilih
engkau.

Dari kayu salib Ia berkata kepada IbuNya: “Inilah anakmu”. Lalu Ia menyerahkan Yohanes kepada
ibuNya. Dan bersama Yohanes, mereka semua diselamatkan. Begitu juga di Getsemani Ia berkata:
“Inilah anak-anakMu; Aku, AnakMu; mewakili mereka yang berdoa agar mereka mengambil
tempatKu dan menjadi anakMu.

Aku memikul penderitaan supaya mereka menerima pengampunan. Aku memikul maut supaya
mereka menerima kehidupan. Aku rela ditinggalkan supaya mereka menerima kesatuan abadi
denganMu. Terimalah mereka sebagai anak-anakMu.

DarahKu menjadikan mereka suci dan pantas bagiMu. Ya Bapa, Aku mau mereka menjadi satu
dengan Kita, sebagaimana Aku satu dengan Engkau. Aku merendahkan diri menjadi manusia, agar
manusia diangkat menjadi setara dengan Allah, serta mendapat kemuliaan Kita untuk selamanya”

Inilah misteri terdalam cinta kasih yang berkarya dalam hati Allah yang berpeluh darah demi umat
manusia! Inilah hasil dari darah Yesus.

Wahai jiwa yang telah diselamatkan, kagumilah, cintailah Allah yang menjadi manusia ini. Hanya
inilah balasanmu yang sesuai, yang dapat kupersembahkan kepada yang kudus dan tak terbatas
kasih dan pengurbananNya bagimu

--hening sejenak—
Persembahan:

Ya Bapa, dengan hati penuh terima kasih, aku mengucapkan syukur kepadaMu atas nama semua
orang karena Engkau memberi kami seorang Juruselamat yang begitu murah hati, yang telah
mengembalikan kebahagiaan kami yang telah hilang karena dosa.

Aku mempersembahkan darah yang telah dicurahkan PutraMu demi keselamatan seluruh umat
manusia. Berilah keselamatan yang diperoleh Yesus supaya dikenal dan diterima oleh semua anak
Adam. Dan semoga Ia dikenal, diberkati, dan dicintai untuk selamanya...

Bapa Kami....Salam Maria....Kemuliaan....

Anda mungkin juga menyukai